Upload
others
View
15
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
i
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
(RSIJ) CEMPAKA PUTIH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Krisdayanti
NIM: 11160520000076
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M./1440 H
4
Pembimbing
KEBIJAKAN PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI BAGI
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA
(RISJ) CEMPAKA PUTIH
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana
sosial (S.Sos)
Oleh:
Krisdayanti
NIM: 11160520000076
Drs. Azwar Chatib, M.Si
NIP: 1955051 198503 1 006
JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./2020 M.
i
ABSTRAK
Krisdayanti, NIM: 11160520000076
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. Di bawah
bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien diartikan
sebagai asas atau dasar yang menjadi acuan Pelayanan Bimbingan
Rohani Pasien di rumah sakit. Adapun Pelayanan Bimbingan Rohani
adalah salah satu unit rumah sakit yang bertugas memberikan
bimbingan dan pendampingan kepada pasien rawat inap agar pasien
sabar dan tawakal dalam menghadapi sakit juga sebagai jembatan untuk
memeroleh husnul khotimah. Di samping itu, rohani merupakan bagian
penting dalam diri manusia,sehingga Pelayanan Bimbingan Rohani
perlu diberikan kepada pasien sebagai bagian dari ikhtiar mencari
kesembuhan.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih. (2) menjelaskan
teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ
Cempaka Putih. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif dengan bentuk penelitian lapangan (field research)
dengan subjek penelitiannnya Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan
Rohani dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi
dan dokumentasi, untuk kemudian data yang diperoleh dianalisis
menggunakan teknik triangulasi.
Peneliti memeroleh hasil bahwa: (1) Kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien di RSIJ Cempaka putih didasari atas
prinsip dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan kesepakatan bersama
bahwa bahwa kesehatan rohani menjadi bagian penting dalam proses
kesembuhan pasien. (2) Teknik Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi
pasien dijalankan sesuai dengan keputusan Direktur Utama RSIJ.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, puji syukur peneliti panjatkan
kepada Allah subhanahu wata’ala Rabb semesta alam yang dengan
cara-Nya telah memudahkan rangkaian proses pembuatan skripsi
dengan judul “Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih”
ini. Shalawat bertangkaikan salam semoga selalu tercurah limpahkan
kepada manusia yang paling mulia, nabi seluruh umat, Muhammad
sallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutny.
Ucapan terimakasih yang tak terbilang peneliti sampaikan
kepada manusia yang tidak pernah luput dalam mendoakan, selalu
mendukung dalam segala keadaan, yakni Ibunda Halimah, semoga
segala manfaat yang didapat peneliti juga pembaca menjadi ladang
pahala yang mengantarkannya menuju surga yang abadi. Aamiin. Tidak
lupa juga kepada Ayahanda Saidi Sakam, semoga senantiasa Allah beri
taufik dan hidayah. Aamiin. Ucapan terimakasih lainnya, penulis
tujukan untuk kakak-kakak tercinta, Hari Mustika Wati, Agus Mulyono
dan Diah Novita Agustin yang telah menjadi kakak-kakak siaga, tidak
lupa adikku terkasih Nurul Fatimatul Zahra. Dan Allah-lah sebaik-baik
pemberi balasan.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini, kepada:
iii
1. Suparto M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, DR. Siti Napsiah, MSW., selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, serta Dr. Sihabudin Noor, MA
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.
Cecep Catrawijaya, MA selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ir. Noor Bekti Nugroho, S.E, M.Si. selaku Ketua Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Artriani Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Drs. Azwar Chatib, M.Si. selaku dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Semoga Allah balas segala baiknya.
Aamiin.
5. M. Jufri Halim, M.Si. selaku Dosen Penasihat Akademik
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam kelas B Angkatan 2016.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti
menempuh pendidikan jenjang strata satu ini. Semoga Allah
berikan balasan terbaik. Aamiin.
7. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memfasilitasi peneliti sehingga
mendapatkan referensi yang diperlukan.
8. Keluarga besar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih,
terkhusus kepada seluruh Pembimbing rohani pasien dan staf
iv
yang telah menerima peneliti dengan baik. Semoga Allah beri
balasan terbaik. Aamiin.
9. Keluarga besar Pesantren Tahfidz Alif yang telah memberi
warna dan makna selama peneliti menempuh pendidikan di UIN
Jakarta, terkhusus Firda, Ka Ayu, Mbak Evi, Ka Zahro, Nisa dan
Amal. Semoga Allah mudahkan segala urusan kalian. Aamiin.
10. Siti Masripah teman setia yang telah membantu dengan senang
hati, mendengarkan dengan tulus ikhlas dan mendampingi
dengan penuh sabar. Semoga Allah menjaga dan membalas
segala kebaikannya. Aamiin.
11. Seluruh teman-teman Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
yang telah memberikan banyak kisah dan cerita selama peneliti
menempuh pendidikan di UIN ini. Semoga Allah menjaga
kalian. Aamiin.
v
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
BAB I ....................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ........................ Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi Masalah ..................... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan Masalah .......................... Error! Bookmark not defined.
D. Rumusan Masalah ........................ Error! Bookmark not defined.
F. Tujuan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.
F. Manfaat penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu........... Error! Bookmark not defined.
H. Metodologi Penelitian .................. Error! Bookmark not defined.
1. Metode Penelitian ............... Error! Bookmark not defined.
2. Subjek dan Objek Penelitian ............. Error! Bookmark not
defined.
3. Tempat dan Waktu Penelitian ............ Error! Bookmark not
defined.
4. Pengumpulan Data ............. Error! Bookmark not defined.
5. Sumber Data ....................... Error! Bookmark not defined.
6. Teknik Analisis Data .......... Error! Bookmark not defined.
vi
7. Keabsahan Data .................. Error! Bookmark not defined.
8. Teknik Penulisan Data ........ Error! Bookmark not defined.
I. Sistematika Penulisan .................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ...................................................... Error! Bookmark not defined.
KAJIAN TEORI ..................................... Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ............................. Error! Bookmark not defined.
1. Rumah Sakit ....................... Error! Bookmark not defined.
2. Pasien Rawat Inap .............. Error! Bookmark not defined.
3. Bimbingan Rohani.............. Error! Bookmark not defined.
4. Pembimbing Rohani ........... Error! Bookmark not defined.
5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani ............... Error!
Bookmark not defined.
6. Tujuan Bimbingan Rohani . Error! Bookmark not defined.
7. Sasaran Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.
8. Fungsi Bimbingan Rohani .. Error! Bookmark not defined.
9. Metode Bimbingan Rohani Error! Bookmark not defined.
10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani ... Error! Bookmark
not defined.
11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not
defined.
B. Kerangka Berpikir ........................ Error! Bookmark not defined.
GAMBARAN UMUM ............................ Error! Bookmark not defined.
LATAR PENELITIAN ........................... Error! Bookmark not defined.
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih .................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Visi Misi Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.
C. Layanan Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih
Error! Bookmark not defined.
D. Fasilitas di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih
vii
Error! Bookmark not defined.
E. Letak Rumah Sakit ...................... Error! Bookmark not defined.
F. Susunan Organisasi Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Error! Bookmark not defined.
G. Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih .................................. Error! Bookmark not defined.
H. Struktur Organisasi Bimbingan Rohani ...... Error! Bookmark not
defined.
I. Jadwal Kegiatan Bimbingan Rohani ......... Error! Bookmark not
defined.
J. Petugas Bimbingan Rohani ........... Error! Bookmark not defined.
BAB IV..................................................... Error! Bookmark not defined.
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN .... Error! Bookmark not defined.
A. Deskripsi Informan .................... Error! Bookmark not defined.
B. Kebijakan Umum Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap ........................................ Error! Bookmark not defined.
C. Rekrutmen Tenaga Pembimbing Rohani .. Error! Bookmark not
defined.
D. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap
di RSIJ Cempaka Putih ..................... Error! Bookmark not defined.
E. Temuan Lapangan ...................... Error! Bookmark not defined.
BAB V ...................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
A. Analisis Hasil Wawancara ........... Error! Bookmark not defined.
1. Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien ............... Error!
Bookmark not defined.
2. Dasar Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien . Error! Bookmark
not defined.
3. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap .................................... Error! Bookmark not defined.
BAB VI ..................................................... Error! Bookmark not defined.
viii
KESIMPULAN DAN SARAN ............... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................ Error! Bookmark not defined.
B. Saran .......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu kesehatan rohani atau spiritual menjadi topik utama
dalam beberapa tahun belakangan. Sebut saja WHO, Organisasi
Kesehatan Dunia ini memandang sehat adalah terpenuhinya
kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani dapat
terpenuhi dengan baik dengan memberikan asupan makanan
yang bergizi, tidur yang cukup dan olahraga yang teratur,
sedangkan kebutuhan rohani dapat terpenuhi dengan
mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Untuk
memenuhi kebutuhan jasmani kita tidak bisa mengisinya
dengan memperbanyak ibadah. Begitu pun sebaliknya,
kebutuhan rohani tidak dapat dicapai dengan hanya makan,
minum, tidur dan olahraga, karena keduanya merupakan dua
aspek yang berbeda namun saling berkaitan. Jika kondisi rohani
tidak baik, maka fisik pun menjadi tidak stabil. Adapun kondisi
rohani yang prima sedangkan kondisi fisik tidak baik, maka
ibadah pun akan terhambat, karenanya dua aspek ini saling
mempengaruhi dan penting untuk dijaga keseimbangannya.
Salah satu instansi yang memberikan Pelayanan dalam
bidang kesehatan adalah rumah sakit, karenanya penting untuk
diadakan suatu kebijakan yang mengatur tentang Pelayanan
Rohani terhadap pasien terkhusus pasien rawat inap dalam
sebuah rumah sakit. Karena pasien rawat inap lebih rentan
1
2
untuk terkena stres, depresi, mental yang tidak sehat serta
berbagai gangguan rohani lainnya.
Hasil pertemuan psikiater dan konselor sedunia di Wina
(Austria) menyatakan bahwa Bimbingan Rohani Pasien sebagai
sarana peningkatan religiositas pasien berdampak pada
peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien. Pun dengan
complementary medicine menyatakan bahwa bimbingan rohani
pasien memosisikan sebagai pelengkap pengobatan dan
Pelayanan konvensional di rumah sakit. Tidak hanya itu,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa
rumah sakit sebagai institusi kesehatan yang berorientasi pada
human service dan pemenuhan kebutuhan Bio-Psycho-Socio-
Spiritual pasien secara integral. 1
Bersamaan dengan itu, Dirjen Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI mengatakan dalam satu seminar di
Purwokerto (2004) bahwa paradigma baru kesehatan
menyatakan bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya
bersifat klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan yang
bersifat mental-spiritual sebagai pendukung. Selain itu, ada
beberapa penelitian yang dilakukan secara langsung di rumah
sakit tentang kemanfaatan konseling Islam, di antaranya
penelitian Amin Supangat (2007) yang meneliti tentang
“Persepsi Pasien Terhadap Program Layanan Bimbingan Rohani
Islam di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”. Dalam
penelitian tersebut diungkapkan bahwa 96% responden
1 Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208.
3
membutuhkan Bimbingan Rohani Islam.2
Selain urgensi kesehatan rohani bagi pasien rawat inap,
hasil observasi peneliti di beberapa rumah sakit didapati bahwa
kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani di setiap rumah sakit
memiliki cara dan kebijakan yang berbeda-beda, sehingga
pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap pun
menjadi tidak sama.
Sejalan dengan beberapa alasan di atas, hal inilah yang
mendorong rumah sakit untuk memberikan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien. Pemberian Bimbingan Rohani
juga tidak kalah pentingnya dengan Pelayanan medis bagi
pasien. Sebagaimana Islam memandang kesehatan tidak hanya
fisik namun juga rohani atau spiritual.
Menyadari pentingnya Kebijakan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien, maka seharusnya rumah sakit khususnya
rumah sakit yang menyandang predikat Islam perlu memberikan
layanan Bimbingan Rohani sebagai bentuk implementasi dari
poin-poin penting di atas.
Adapun salah satu rumah sakit dengan predikat Islam
yang memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien
adalah Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.
Selain memprioritaskan Pelayanan medis, RSIJ Cempaka Putih
juga memberikan prioritas yang sama pada Pelayanan non
medisnya yakni berupa Bimbingan Rohani bagi Pasien.
Menurut salah seorang Pembimbing rohani RSIJ Cempaka
Putih, bahkan Pelayanan Bimbingan Rohani ini menjadi
2 Ibid., hlm. 208-209.
4
Pelayanan yang wajib diberikan bagi para pasien rawat inap.3
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa salah satu keunggulan
dari rumah sakit ini adalah Pelayanan Bimbingan Rohani itu
sendiri, menurutnya Bimbingan Rohani ini perlu diberikan
kepada pasien agar pasien tidak hanya siap dalam menerima
perawatan medis namun juga mampu menerima sakitnya
dengan hati yang lapang.
Selain Pelayanan Bimbingan Rohani, bangunan rumah
sakitnya pun terasa amat „religius‟ dengan warna hijau yang
mendominasi dan pada tiap-tiap sudut ruangan rumah sakit ini
diberi poster-poster yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur‟an yang
memotivasi pasien agar tidak putus asa ditambah dengan poster
bertuliskan asmaul husna di sepanjang lorong rumah sakit yang
menambah kesan damai bagi siapa saja yang memandangnya.4
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba
meneliti masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul
“Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka
Putih”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan yang terdapat di
Rumah Sakit Islam Jakarta (SRIJ) Cempaka Putih di antaranya:
1. Jenis sakit dan perilaku pasien rawat inap dalam
3 Wawancara dengan Ridwan, Selaku Koordinator Pembinaan Karyawan dan
Dakwah Pasien RSIJ Cempaka Putih,. pada tanggal 12 Maret 2020 14:13 WIB. 4 Observasi di RSIJ Cempaka Putih, pada tanggal 12 Maret 2020 pukul 10:00
WIB.
5
menghadapi sakit yang berbeda-beda.
2. Respon pasien rawat inap dalam menerima Pelayanan
Bimbingan Rohani yang berbeda-beda.
3. Kebijakan Rumah Sakit dalam menerapkan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap yang berbeda-
beda.
4. Teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat
inap dilaksanakan sesuai dengan kebijakan rumah sakit
terkait.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas,
maka penelitian ini dibatasi hanya pada aspek Kebijkan Rumah
Sakit dalam memberikan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap saja dengan ruang lingkup analisis
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih?.
2. Bagaimana teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ Cempaka Putih?
F. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk:
6
1. Menganalisis Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih.
2. Menjelaskan teknis pelaksanaan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
bagi akademisi, praktisi, dan kepada pembaca terkhusus bagi
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam dalam bidang Pelayanan
Bimbingan Rohani di rumah sakit.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif bagi Pembimbing Rohani dan rumah sakit
yang di dalamnya terdapat Pelayanan Bimbingan Rohani untuk
mengembangkan berbagai pola bimbingan bagi pasien yang
membutuhkan.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
1. Skripsi Indah Chabibah (2011), mahasiswi Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul
“Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalam
Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan
Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Ciputat.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui layanan-layanan BRP yang
7
diberikan kepada pasien LKC khususnya dalam membantu
proses kesembuhan pasien dengan menggunakan metode
kualitatif dan data-data diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Adapun teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori M. Arifin dan memperoleh
hasil bahwa pasien-pasien yang mendapat Pelayanan
Bimbingan Rohani Pasien, pasien kembali menemukan
semangat hidupnya, dapat mengontrol emosinya dan
menerima keadaan dengan ikhlas.
2. Skripsi Chintya Puspita Sari (2012), mahasiswa Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Judul
“Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dalam
Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian di Polres Jakarta
Pusat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres Jakarta
Pusat serta untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan
Rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian di Polres Jakara
Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan
dokumentasi. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori milik Arifin tentang pelaksanaan Bimbingan
Agama dengan hasil penelitian bahwa pemberian
Bimbingan Rohani Islam bagi kepolisian terbukti dapat
meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat.
3. Artikel Jurnal Ilmu Dakwah volume 36 nomor 1 tahun 2016
ini ditulis oleh Zallussy Debby Styana, Yuli Nurkhasanah
dan Erma Hidayanti dengn judul penelitian “Bimbingan
8
Rohani Islam dalam Menumbuhkan Respon Spiritual
Adaptif bagi Pasien Stroke di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan tujuan menjelaskan bagaimana
Pelayanan Bimbingan Rohani Islam dalam menumbuhkan
respon spiritual adaptif bagi pasien stroke di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih. Upaya yang dilakukan
Pelayanan diantaranya dengan memberikan semangat
motivasi, sugesti dan bimbingan ibadah yang menghasilkan
respon spiritual yang adaptif dilihat dari tiga aspek yakni
aspek memiliki harapan yang realistis (meyakini bahwa
sakitnya akan sembuh), dapat mengambil hikmah (meyakini
bahwa sakitnya sebagai bentuk sayangnya Allah kepadanya)
dan memiliki ketabahan hati (kemampuan untuk sabar dan
menerima sakitnya).
4. Artikel Journal of Islamic Guidance and Counseling Volume
2 Nomor 2 Desember 2018 ditulis oleh Marisah dengan
judul penelitian “Urgensi Bimbingan Rohani Islam bagi
Pasien Rawat Inap” Penelitian yang dilakukan di RSUD
Raden Mattaher Jambi ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif analisis serta
menggunakan penelitian lapangan. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan peneliti menemukan hasil bahwa
pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam dilakukan dalam
bentuk face to face, massal dan dengan tulisan berupa doa-
doa. Kemudian respon pasien terhadap Pelayanan
Bimbingan Rohani Islam mendapat respon positif yakni
9
pasien bisa menjalani penyembuhan dengan ajaran-ajaran
Islam, serta lebih sabar dan ikhlas menjalani masa
penyembuhan.
Perbedaan keempat karya ilmiah di atas dengan penelitian
ini adalah bahwa tidak ada satu pun yang membahas secara
spesifik mengenai Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani
bagi pasien rawat inap dengan objek penelitiannya
Pembimbing Rohani dan staf rumah sakit. Adapun
persamaannya terletak pada metode penelitian, yakni
metode kualitatif.
H. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.
Sebab, metode penelitian adalah cara-cara yang ditempuh
peneliti guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penelitiannya. Adapun bentuk penelitian ini adalah lapangan
(field research) yakni melakukan penelitian langsung
dengan datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Denzi dan Lincold yang dikutip dari Albi
Anggito dan Johan Setiawan, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
10
jalan melibatkan berbagai metode yang ada.5 Sedangkan
menurut Erickson, penelitian kualitatif adalah penelitian
yang berusaha menemukan dan menggambarkan secara
naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari tindakan
yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.6
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Menurut Amirin yang dikutip oleh Fitrah dan Luthfiyah
subjek penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan atau orang pada
latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.7
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Pembimbing
rohani selaku pelaksana Bimbingan Rohani dan para staf
RSIJ Cempaka Putih.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah keseluruhan gejala yang ada di
sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya,
objek dalam penelitian kualitatif disebut situasi sosial yang
terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas
yang berinteraksi secara sinergis.8 Adapun objek dalam
penelitian ini adalah kebijakan Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ Cempaka Putih.
5 Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Sukabumi: CV Jejak, 2018), hlm. 7. 6 Ibid., hlm. 7.
7 Muh. Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian: Penelitian Kuantitatif,
Tindakan Kelas & Studi Kasus, (Sukabumi: CV Jejak, ), hlm. 152. 8 Ibid., hlm. 156.
11
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih Jalan Cempaka Putih Tengah I/1, Jakarta 10510
dengan rentang waktu penelitian mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2020.
4. Pengumpulan Data
Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah
dijelaskan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincold dan Guba yang dikutip oleh Lexy, antara lain:
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain
kebulatan, memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperolah orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi).9 Adapun
wawancara pada penelitian ini dilakukan antara peneliti
dengan Pembimbing rohani serta para staf RSIJ
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 186.
12
Cempaka Putih.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung untuk
memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan penelitian.10
Observasi
dilakukan jika data yang diperoleh melalui wawancara
kurang merefleksikan informasi yang diinginkan.11
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.12
5. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
10
Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed Method), (Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan, 2019), hlm.
148. 11
Prasetyo Irawan, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka), hlm. 6.24. 12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), hlm. 240.
13
sumber darimana data ini diperoleh.13
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan sumber data yaitu:
A. Data Primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber
data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.14
Sumber data pertama dalam penelitian ini adalah
Pembimbing Rohani dan Staf Bimbingan Rohani RSIJ
Cempaka Putih.
B. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.15
Sumber kedua dalam penelitian ini berupa dokumen-
dokumen, catatan-catatan serta buku-buku.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy,
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.16
Sedangkan menurut Miles dan Huberman yang
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hlm. 129 14
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 122. 15
Ibid., hlm. 171. 16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 248.
14
dikuitp oleh Sugiyono menyatakan bahwa kegiatan analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
terus-menerus hingga datanya mencapai titik jenuh.17
Berikut diuraikan beberapa tahapan dalam menganalis data
model interaktif ini:18
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti membuat rangkuman, memilih
tema, membuat kategori dan pola tertentu sehingga
memiliki makna. Reduksi data merupakan bentuk
analisis untuk mempertajam, memilih, memfokuskan,
membuang dan menyusun data ke arah pengambilan
kesimpulan.
Pada penelitian ini, setelah data tentang kebijakan
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap
diperoleh, maka peneliti menyeleksi data-data tersebut
sesuai dengan kebutuhan peneliti yang dianggap relevan
dalam penelitian ini.
b. Display Data
Display data merupakan proses penyajian data setelah
dilakukan reduksi. Penyajian data dalam penelitian
kualitatif dilakukan dalam bentuk ikhtisar, bagan,
hubungan antar kategori, pola dan lain-lain sehingga
mudah dipahami pembaca.
Pada penelitian ini, setelah data mengenai kebijakan
17
Helaluddin & Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif: Sebuah Tinjauan
Teori dan Praktik, (Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), hlm. 123. 18
Ibid., hlm. 123-124.
15
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap
terseleksi dengan baik, maka data tersebut disusun dan
disajikan dalam bentuk deskrptif atau narasi.
c. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian berisikan jawaban terhadap
rumusan masalah yang diajukan. Selain itu, kesimpulan
juga harus menghasilkan temuan baru di bidang ilmu
yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut dapat
berupa deskriptif tentang suatu objek atau fenomena
yang sebelumnya masih samar, setelah diteliti menjadi
lebih jelas, dapat pula berupa hipotesis bahkan teori
baru.
7. Keabsahan Data
Menurut Moleong, ada beberapa kriteria dengan berbagai teknik
dalam pemeriksaan keabsahan data, diantaranya:19
a. Kredibilitas (derajat kepercayaan)
Istilah kredibilitas atau derajat kepercayaan digunakan
untuk menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan
benar-benar menggambarkan keadaan objek yang
sesungguhnya. Adapun teknik yang digunakan dalam
menentukan derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Yakni dengan (1) membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (2)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan, (3) membandingkan apa yang dikatakan
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017), hlm. 326.
16
orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara
pribadi, (4) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan
(5) pengecekan kredibilitas beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Dan model triangulasi inilah yang dipakai peneliti dalam
penelitian ini.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Hal ini dimaksudkan untuk menentukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Maksudnya peneliti hanya memfokuskan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
c. Kebergantungan
Kebergantungan ini menggunakan teknik audit
kebergantungan yang fungsinya adalah untuk memeriksa
kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik
terhadap proses maupun terhadap hasil keluaran.
8. Teknik Penulisan Data
Dalam penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
penulisan yang didasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahnun 2017 Tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
I. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi enam bab, dengan
17
rincian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini peneliti memaparkan teori-teori
terkait penelitian di antaranya teori tentang
bimbingan rohani, mulai dari pengertian, tujuan,
manfaat dan lain sebagianya serta teori tentang
pasien rawat inap dan kebijakan rumah sakit.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Terdiri dari latar belakang berdirinya RSIJ
Cempaka Putih Perkembangan layananan
kesehatannya, visi misi dan tujuan RSJI,
kebijakan Pelayanan bimbingan rohani bagi
pasien rawat inap serta teknis pelaksanaan
bimbingan rohani bagi pasien rawat inap.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi uraian data dan temuan penelitian
BAB V PEMBAHASAN
18
Bab ini menjelaskan analisis teori dan kaitannya
dengan temuan penelitian.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi simpulan dan saran
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Rumah Sakit
A. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien Bab 1 Pasal 1 menyatakan
bahwa “Rumah Sakit” adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.20
Adapun menurut Setya
Enti Rikomah dalam bukunya yang berjudul Farmasi
Rumah Sakit, menyatakan bahwa rumah sakit merupakan
salah satu jaringan kesehatan yang penting, kegiatan utama
sebuah rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan
yang maksimal kepada pasien. Rumah sakit merupakan
suatu organisasi yang kompleks yang menyelenggarakan
berbagai jenis playanan kesehatan melalui pendekatan
pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) yang dilakukan secara menyeluruh sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa
memandang agama, golongan dan kedudakan.21
20
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien, (Jakarta:Menteri Kesehatn Republik Indonesia, 2018), hlm. 3. 21
Setya Enti Rikomah, Farmasi Rumah Sakit, (Yogyakarta:CV Budi Utama,
20
B. Pengertian Kebijakan Rumah Sakit
Carl Friedrich dalam Indiahono menyatakan bahwa
kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan
dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa di dalam kebijakan
terdapat suatu hal yang pokok yaitu adanya tujuan
(goal), sasaran (objective), dan kehendak (purpose). 22
Sementara itu Jones dalam Abidin
mendefinisikan kebijakan adalah perilaku yang tetap dan
berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di
dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan
masalah umum.23
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian aturan
yang dibuat oleh individu atau lembaga dengan sasaran
tertentu yakni pasien rawat inap dengan kriteria pasien
yang telah melakukan perawat minimal 5 (lima) hari
dan pasien yang meminta bimbingan kepada Petugas
2017), hlm. 1-2.
22 Dwiyanto Indiahono, Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis,
(Yogyakarta: Gava Media, 2009), hlm. 18. 23
Zainal Abidin Said, Kebijakan Publik, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwah,
2004), hlm. 25.
21
Bimbingan Rohani guna mencapai tujuan tertentu, yakni
membuat pasien dapat menerima sakitnya, bersikap
sabar, tabah dan tawakkal serta mengantarkan pasien
pada keadaan husnul khatimah jika Allah menakdirkan
pasien tersebut meninggal.
Adapun pemilihan pasien rawat inap sebagai
sasaran kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani adalah
karena pasien rawat inap sangat memungkinkan
terjadinya interaksi bimbingan yang terus-menerus,
tingginya kemungkinan stres, cemas, dan jenuh karena
penyakit yang diderita.
Sedangkan kebijakan rumah sakit adalah aturan-
aturan yang dibuat oleh rumah sakit baik tertulis
maupun tidak tertulis yang berkaitan dengan penyediaan
pelayanan kesehatan demi tercapainya tujuan rumah
sakit. Aturan tertulis terkait kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi Pasien Rawat Inap di RSIJ ini
tertuang dalam Standar Posedur Operasional (SPO)
Kebijakan Pelayanan Bimbingan Rohani, di antaranya:24
a. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien
lain.
b. Menolak Pelayanan Bimbingan Rohani yang tidak
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Sedangkan, aturan tidak tertulis biasanya dibuat oleh
24
Dokumen Terkendali SPO Pelayanan Bimbingan Rohani RSIJ Cempaka
Putih, 2015.
22
individu atas kesepakatan bersama yang dalam hal ini
adalah Pembimbing rohani sebagai Staf Pelaksana Kegiatan
Pelayanan Bimbingan Rohani Pasien, di antaranya:
a. Mendoakan pasien dengan Bahasa Arab maupun Bahasa
Indonesia.
b. Menyampaikan materi bimbingan dengan contoh atau
kisah-kisah nyata tentang oarng yang terkena musibah.
c. Menyampaikan materi dengan serius tapi santai dan
tidak menggurui.
d. Menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan pasien.
e. Petugas Bimbingan Rohani Pria memakai Peci.
2. Pasien Rawat Inap
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tentang
kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien Bab 1 Pasal 1
ayat 2, pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
Pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.25
Sedangkan rawat inap adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran. Rawat inap adalah pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik dan
dilaksanakan untuk keperluan observasi, perawatan,
diagnosis, pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, di
25
Kementerian kesehatan, Hak Pasien Rawat Inap, diakses di
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%2
0ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf. Pada 23 februari
2020 pukul 20:19 WIB.
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdfhttp://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/46%20PMK%20No.%2069%20ttg%20Kewajiban%20RS%20dan%20Kewajiban%20Pasien.pdf
23
mana peserta dan/atau anggota keluarganya dirawat inap,
paling singkat 1 (satu) hari.26
Dari pemaparan di atas dapat diambil pengertian
bahwa pasien rawat inap adalah individu yang melakukan
konsultasi masalah kesehatan langsung di rumah sakit dan
memperoleh tindakan medis yang mengharuskan individu
tersebut dirawat paling singkat 1 hari. Adapun pasien rawat
inap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Puith yang sedang
melakukan perawatan minimal 5 hari, dan pasien yang
dirawat kurang dari 5 hari tidak termasuk dalam penelitian
ini, karena potensi untuk diberikan bimbingan lebih dari
satu kali sangat kecil, serta pasien yang meminta bimbingan
kepada Petugas Bimbingan Rohani.
3. Bimbingan Rohani
A. Pengertian Bimbingan Rohani
Menurut KBBI yang dikutip oleh Samsul Arifin,
bimbingan secara etimologi adalah petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, artinya
menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain
ke arah tujuan yang bermanfaat.27
Sedangkan Winkel mengatakan bahwa
bimbingan adalah cara pemberian pertolongan atau
26
Taufan Bramantoro, Pengantar Klasifikasi dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan: Penjelasan Praktis dari Undang-Undang dan Peraturan Menteri
Kesehatan, (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), hlm. 7. 27
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 16.
24
bantuan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan
secara bijak dan dalam menyesuaikan diri terhadap
tuntutan-tuntutan hidup melalui pengembangan
kemampuan diri.28
Hal ini juga diungkapkan oleh Priyatno dan Anti,
mereka mendefinisikan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja maupun dewasa, agar yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan
saran yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan
norma-norma yang berlaku.29
Lebih lanjut Shertze dan Stone yang dikutip oleh
Luddin mengatakan bahwa bimbingan sebagai suatu
proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat paham akan dirinya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai dengan tuntutan kehidupan pada
umumnya, sehingga dia akan dapat menikmati
kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
pada umumnya.30
28
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta:
Gramedia Widiasarana, 1997), hlm. 17. 29
Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 30
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,
25
Selaras dengan itu, DR. Rachman Natawidjaya
berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.
Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup
dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi
kehidupan masyarakat umunya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal
sebagai makhluk sosial.31
Dari beberapa pendapat di atas, Amin dalam
bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam
menyimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang
diberikan secara sistematis kepada seseorang atau
masyarakat agar mereka memperkembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi
berbagai permasalahan, sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung
jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain, dan
bantuan itu dilakukan secara terus-menerus.32
Dari beberapa pengertian di atas dapat
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 14-15.
31 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm.6. 32
Ibid., hlm. 7.
26
dirumuskan bahwa bimbingan itu adalah:33
1. Suatu proses yang berkesinambungan sesuai dengan
dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.
2. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan
yang bersifat menunjang bagi pengembangan pribadi
bagi individu yang dibimbing.
3. Bimbingan itu diberikan pada individu, baik
perorangan maupun kelompok, pemecahan masalah
dalam bimbingan dilakukan oleh kekuatan klien itu
sendiri.
4. Bimbingan diberikan oleh orang-orang ahli, yang
telah memperoleh pendidikan serta latihan yang
memadai dalam bidang bimbingan.
5. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma/nilai
yang berlaku dalam masyarakat.34
Apabila definisi tentang bimbingan tersebut
diperhatikan secara seksama, pengertian bimbingan
tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:35
1. Bimbingan merupakan suatu proses. Kata proses
menunjuk pada aktivitas yang terus-menerus;
berencana, bertahap, dan teratur atau sistematis. Dari
kata itu juga terkandung pengertian bahwa aktivitas
bimbingan membutuhkan waktu yang cukup
33
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik,
(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), 15-16.
35
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm.9-10.
27
panjang, tidak dapat dilakukan secara sporadis, atau
sewaktu-waktu saja. Kegiatan bimbingan juga tidak
dapat dilakukan secara sembarangan, melainkan
membutuhkan teknik atau metode tertentu.
2. Bimbingan mengandung makna pelayanan atau
bantuan. Ini mengandung pengertian bahwa
bimbingan mengakui adanya potensi pada setiap
individu. Aktivitas individu harus dilakukan atas
dasar kesukarelaan pihak yang dibimbing.
3. Bantuan bimbingan diperuntukkan untuk semua
individu yang memerlukannya.
4. Layanan bimbingan ditujukan untuk perkembangan
optimal seseorang sebagai individu agar ia dapat
berkembang sebagai pribadi yang utuh, tangguh dan
kuat secara realitas.
5. Layanan bimbingan memperhatikan adanya
perbedaan individu. Aktivitas bimbingan
menggunakan teknik/metode pendekatan yang sesuai
dengan karakteristik atau ciri khas individu yang
dibimbing. di samping itu, layanan bimbingan juga
disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-
masing yang dibimbing. Dengan demikian, layanan
bimbingan lebih menekankan pada pendekatan yang
bersifat individual.
6. Kegiatan bimbingan mempunyai dua sasaran, yaitu
sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.
Sasaran jangka pendek dimaksudkan agar selama
28
dan setelah memperoleh bimbingan, individu dapat
mencapai perkembangan secara optimal. Sedangkan
sasaran jangka panjang bimbingan adalah agar
individu yang telah mendapatkan layanan bimbingan
dapat memperoleh kebahagiaan hidup, terutama
berkaitan dengan kesejahteraan mental yang optimal.
Setelah membahas panjang lebar terkait
pengertian bimbingan, selanjutnya peneliti akan
memaparkan tentang rohani. Rohani atau ruh adalah
nama bagi nafsu yang dengannya mengalir
kehidupan, gerangan mencari upaya kebaikan, dan
upaya menghindari keburukan dari dalam diri
manusia.36
Ruh itulah yang disebut dalam firman
Allah subhanahu wata‟ala.
ْوِح ۖ ْوُح ِمْه اَْمِش َسبِّي َوَمب اُْوتِْيتُمْ َويَْسئَهُْىوََك َعِه انشُّ ِمَه اْنِعْهِم اَّلا قَهِْيًلا قُِم انشُّ
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang
ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhanku
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.”(al-Israa‟: 85)
Serta pada ayat lain Allah subhanahu wata‟ala
berfirman:
ْوِحْي فَقَعُ ْيتُهُ َووَفَْخُت فِْيِه ِمْه سُّ نَهُ َسبِجذْيَه ىفَئَِرا َسىا
“maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan ruh (ciptaan)-Ku,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan sujud.” (al-
36
Ali Abdul Halim Mahmud, at-Tarbiyyah ar-Ruuhiyyah, (Jakarta: Gema
Insani Press), hlm. 65.
29
Hijr: 29).
Makna rohani, sering kali dikaitkan dengan
spiritual/spiritualitas. Kedua kata ini memiliki makna
yang sama. Dalam Bahasa Arab dan Parsi, istilah
yang digunakan untuk spiritualitas adalah ruhaniyyah
(Arab), dan ma‟nawiyyah (Parsi). Istilah pertama
diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua
diambil dari kata ma‟na, yang mengandung konotasi
kebatinan, “yang hakiki” lawan dari “kasat mata.”
Kedua istilah tersebut berkaitan dengan tataran
realitas lebih tinggi dari pada yang materiil dan
kejiwaan.37
Karena hal tersebut, maka pada penelitian
ini, peneliti menyamakan antara makna rohani dengan
spiritual.
Lebih lanjut, Imam al-Ghazali berpendapat
bahwa roh itu mempunyai dua pengertian, yaitu roh
jasmaniah dan roh rohaniah. Roh jamaniah yaitu zat
halus yang berpusat di ruangan hati dan menjalar ke
seluruh tubuh, karenanya manusia dapat bergerak
(hidup) dan dapat merasakan berbagai perasaan serta
dapat berpikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan
hidup kejiwaan. Sedangkan roh rohaniah adalah
bagian dari yang ghaib. Dengan roh itu manusia dapat
mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhannya,
37
Adiwarman Azwar Karim, Spritual Management, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2009), hlm. 19.
30
serta bertanggung jawab atas segala tingkah laku.38
Itulah pengertian bimbingan dan rohani scara
terpisah, selanjutnya peneliti akan memaparkan
tentang bimbingan rohani dalam satu kesatuan yang
utuh. Sebagaimana dikemukakan oleh Musnawar
yang dikutip oleh Arifin, Bimbingan Rohani Islam
(Islami) adalah “proses pemberian bantuan terhadap
individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.39
Menurut Isep, Bimbingan Rohani Islam
adalah proses pemberian bantuan, pemeliharaan,
pengembangan dan pengobatan rohani dari segala
macam gangguan dan penyakit yang mengotori
kesucian fitrah rohani manusia agar selamat
sejahtera dunai akhirat didasarkan kepada tuntunan
al-Qur‟an, al-Hadits dan hasil ijtihad melalui
metodologi penalaran dan pengembangan secara
istinbathyi (deduktif), istiqro‟iy (induktif/riset),
iqtibasiy (meminjam teori), dan „irfaniy
(laduni/hidhuri).40
Dalam pengertian lain, Bimbingan Rohani
38
Indah Chabibah, Skripsi Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien dalan
Membantu Proses Kesembuhan Pasien di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat,
(Jakarta: UIN Jakarta, 2011), hlm. 24. 39
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 17. 40
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 1.
31
Islam bagi pasien merupakan pelayanan yang
memberikan santunan rohani kepada pasien dan
keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar
tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan
memberikan tuntunan do‟a, cara bersuci, shalat dan
amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam
keadaan sakit.41
Dari beberapa pengertian di atas peneliti
mendefinisikan Bimbingan Rohani Pasien adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan
Pembimbing Rohani kepada pasien secara terus-
menerus atau berkelanjutan dalam rangka
memotivasi dan memberikan semangat agar pasien
dapat menerima sakitnya dengan ikhlas dan lapang
dada sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan al-
Hadits. Karena bertujuan untuk memotivasi dan
memberi semangat sesuai dengan al-Qur‟an dan al-
Hadits maka peneliti menyamakan antara Bimbingan
Rohani Pasien dengan Dakwah Pasien yakni
memiliki kesamaan sumber rujukan dan tujuan.
4. Pembimbing Rohani
A. Pengertian Pembimbing Rohani
Pembimbing berasal dari kata bimbing yang
berarti menuntun, sedangkan pembimbing berarti orang
41
Samsul Arifin, Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
hlm. 18.
32
yang membimbing atau menuntun.42
Dalam penelitian ini, Pembimbing Rohani adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menuntun dan
menunjukkan kepada kebenaran dengan sasaran rohani
pasien rumah sakit.
B. Syarat Pembimbing Rohani
Adapun kualifikasi untuk menjadi Pembimbing
Rohani sebagai berikut:43
1. Personil yang telah memiliki pendidikan atau
sertifikat pelatihan yang sesuai dengan profesinya.
2. Personil yang memiliki kualifikasi keahlian di
bidang pemeliharaan, pengurusan dan penjagaan
aktivitas Rohani Islam di Rumah Sakit.
Lebih lanjut Abdul Basit dalam bukunya yang
berjudul Konseling Islam mengatakan bahwa ada
tiga prasyarat untuk menjadi Pembimbing Rohani
Islam yang profesional, yaitu:44
1. Memiliki Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam persyaratan ini
bukan hanya menyangkut wawasan yang bersifat
generik, tetapi juga berkenaan dengan pengetahuan
yang sangat mendasar tentang perilaku manusia,
ilmu kesehatan, spiritualitas, kesehatan mental dan
etika sebagai Pembimbing Rohani.
42
KBBI Online Edisi V, diakses pada 8 Maret 2020. 43
Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah
Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 5. 44
Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 194-197.
33
2. Memiliki Keahlian Praktis
Selain pengetahuan dasar, keahlian praktis pun
menjadi prasyarat utama bagi Pembimbing Rohani
dalam hal fiqh maridh (fiqih sakit) dan praktik-
praktik keagamaan yang dibutuhkan oleh pasien
seperti cara shalat, bertayammum, berdoa, dan
parktik ibadah lainnya.
3. Berakhlak Mulia
Prasyarat yang mesti dimiliki oleh seorang
Pembimbing Rohani. Di samping itu, dengan
kemampuan intelektual, Pembimbing Rohani Islam
memiliki kreativitas dalam aktivitas bimbingannya
dan dalam mempersiapkan masa depan.
5. Dasar-dasar Pemenuhan Kebutuhan Rohani
A. Dasar Etis dan Yuridis
1. Kesepakatan hasil Lokakarya Nasional Keperawatan
tahun 1983, menyebutkan bahwa keperawatan
adalah bentuk Pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari Pelayanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk Pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komperhensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan diberikan karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
34
kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.45
2. Kode Etik Keperawatan Internasional tahun 2000,
disebutkan bahwa perawat harus memberikan
lingkungan dimana hak-hak manusia, nilai-nilai,
adaptasi dan kepercayaan spiritual dari individu,
keluarga, dan masyarakat tetap dihormati.46
3. Kode Etik Keperawatan Indonesia tahun 2000,
disebutkan bahwa perawat dalam memberikan
perawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang dihormati nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan
individu, keluarga dan masyarakat.47
4. Badan Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana
Kesehatan USA (JCAHO), telah menetapkan bahwa
setiap klien harus dilakukan pengkajian terhadap
keyakinan spiritual dan praktik-praktiknya serta
memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan
spiritual.48
5. Dirjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
mengatakan dalam satu seminar di Purwokerto
(2004) bahwa paradigma baru kesehatan menyatakan
bahwa penyembuhan penyakit bukan hanya bersifat
45
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 18. 46
Ibid., hlm. 19. 47
Ibid., hlm. 19. 48
Ibid., hlm. 19.
35
klinis (fisik), tetapi juga dibutuhkan penyembuhan
yang bersifat mental-spiritual sebagai pendukung.49
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 tentang kewajiban Rumah
Sakit dan kewajiban pasien Pasal 17 ayat 2 tentang
hak pasien bahwa pasien berhak menolak Pelayanan
Bimbingan Rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianut.50
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Bab 1 Pasal 1 bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.51
Dari ketujuh dasar Yuridis di atas, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada peraturan khusus secara tertulis
yang mengatur tentang kebijakan pelaksanana
Pelayanan Bimbingan Rohani di Rumah Sakit.
Artinya, kebijakan pelaksanaan Bimbingan Rohani
bagi pasien lebih berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bahwa pasien tidak hanya
49
Abdul Basit, Konseling Islam, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 208-209. 50
, Peraturan Mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
tentang kewajiban Rumah Sakit dan kewajiban pasien diakses di
https://www.persi.or.id, pada 1 Juli 2020. Pukul 20:30. 51
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, diakses di file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf,
pada 1 Juli 2020 pukul 21:00.
https://www.persi.or.id/file:///C:/Users/user/Downloads/UU_36_2009_Kesehatan.pdf
36
membutuhkan perawatan medis tetapi juga butuh
perawatan rohani.
B. Dasar Teologis
Dasar teologis adalah tinjauan agama dalam konteks
kajian ini adalah tinjauan dari dasar-dasar al-Qur‟an
dan as-Hadits terkait dengan: bagaimana pandangan
Islam tentang perawatan terhadap orang sakit?
Orang sakit dalam Islam memiliki dua hal pokok
yaitu hak dan kewajiban:52
1. Hak untuk diurus (mendapat perawatan), hak ini
secara substantif terkait dengan maqashid al
Syar‟iy, yaitu lima tujuan pokok agama yang
mewajibkan menjaga: (1) Nilai hidup, (2)
Agama, (3) Akal, (4) Keturunan, (5) Harta.
2. Wajib menjaga pelaksanaan ibadah selama sakit
sesuai dengan batas kemampuannya selama
masih memiliki unsur kesadaran.
Selain itu, kegiatan Bimbingan Rohani sama seperti
kegiatan dakwah pada umumnya, dengan dasar
bahwa setiap manusia memiliki kewajiban untuk
menyeru manusia pada jalan kebaikan.
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ْم ببنّتِي إنَي َسبِْيِم َسبَِّك بِبْنِحْكَمِة واْنَمْىِعظَِة انَحَسىَِة َوَجبِدْنهُ اُْدُع
52
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia), hlm. 20.
37
ِهَي اَْحَسُه إنا َسباَك هَُى اَْعهَُم بَِمْه َضما َعْه َسبِْيهِِه َوهَُى اْعهَُم
بِبنُمْهتَِذْيَه
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Dialah Tuhanmu
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl (16):
125).
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ةٌ ياْذُعْىَن اِنَى انخَ بِبنَمْعُشْوِف َويْىىهَْىَن ْيِش َويأُْمُشْونَ َوْنتَُكْه ِمْىُكْم اُما
َواُنَئَِك هُُم انُمْفهُِحْىَن َعِه اْنُمْىَكِشۚ
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang
ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar:‟merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104).
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ا ُل ِمَه اْنقُْشاَِن َمبهَُى ِشفَبٌء َوَسْحَمةٌ نِّْهُمْؤِمىِْيَه َوََّل يَِزُد انظابنِِمْيَه اَِّلا َخَسبسا َووُىَزِّ
“dan Kami turunkan dari al-Qur‟an itu sesuatu yang
dapat menjadi obat penawar dan rahmat karunia bagi
orang ynag beriman dan al-Qur‟an itu bagi orang-
orang yang zalim hanya menambah kerugian belaka.”
(QS al-Isra (17): 82).
38
Firman Allah subhanahu wata‟ala
ا.....يَب ا يُّهَب اناِزْيَه اَمىُْىا قُْىا اَْوفَُسُكْم َواَْههِْيُكْم وَبسا
“hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka….” (QS at-Tahrim (66): 6)
Di samping ayat-ayat di atas, terdapat pula beberapa
sabda nabi sallahu „alaihi wasallam yang menjelaskan
bahwa penasihatan atau bimbingan merupakan
kewajiban agama.53
Sabda Rasulullah sallahu „alaihi wasallam
ْيهُ انىاِصْيَحةُ...... انذِّ
“agama adalah nasihat….” (HR. Muslim, no. 55)
6. Tujuan Bimbingan Rohani
Dalam merumuskan tujuan Bimbingan Rohani di rumah
sakit terdapat tiga aspek penting yang harus terbentuk
dalam diri pasien, yaitu: (1) pemahaman, (2) makna-
makna, (3) sistem kepercayaan. Pemahaman yang
dimaksud adalah pemahaman pasien terhadap masalah
sakit dan proses perawatan yang dijalani. Pemahaman
ini merupakan pintu bagi diri pasien untuk menemukan
berbagia makna dibalik sakitnya, tujuannnya adalah
bagaimana pasien memiliki pemahaman dan pemaknaan
yang benar tentang sakit yang dihadapi. Selanjutnya
pemahaman dan pemaknaan terhadap sakit membantu
53
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 20.
39
pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan
(beliefs system) yang sangat membantu proses sembuh
pasien. Berdasarkan ketiga aspek tersebut maka, tujuan
utama Bimbingan Rohani Pasien adalah:54
1. Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada
diri pasien terhadap sakit yang dideritanya.
2. Membantu pasien menemukan berbagai makna dari
sakit dan proses perawatan yang dijalani.
3. Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan
dan keyakinan yang sangat membantu dalam proses
penyembuhan.
4. Salah satu sumber rujukan untuk menemukan sistem
kepercayaan dan keyakinan adalah sisi spiritualitas
dan keagamaan yang dianut pasien.
7. Sasaran Bimbingan Rohani
Menurut Isep, ada tiga sasaran Bimbingan Rohani, di
antaranya:55
1. Rohani manusia umumnya, karena substansi hidup
sesungguhnya adalah pemeliharaan fitrah rohani.
Sasarannya adalah rohani manusia yang sehat
dengan pemeliharaan dan pengembangan.
2. Rohani manusia yang mengalami gangguan oleh
penyakit rohani karena ketidakseimbangan atau
gangguan pada nafsani atau sistem kejiwaan
54
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah,
2010), hlm. 21-22. 55
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 2-3.
40
manusia.
3. Rohani manusia yang secara fisik sedang mengalami
gangguan karena penyakit terutama para pasien
rawat inap di berbagai rumah sakit atau tempat
perawatan dan pengobatan umumnya dengan cara
perawatan dan pengobatan. Inilah yang disebut
Bimbingan Rohani Pasien.
8. Fungsi Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani sebagaimana yang telah
dijelaskan tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Preventif atau pencegahan, yakni mencegah
timbulnya masalah pada seseorang.
2. Fungsi Kuratif atau korektif, yakni memecahkan
atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi
seseorang.
3. Fungsi Preventif dan Development, yakni
memelihara agar keadaan yang tidak baik menjadi
baik kembali, dan mengembangkan keadaan yang
sudah baik menjadi lebih baik.56
9. Metode Bimbingan Rohani
Bimbingan Rohani memiliki metode dan tehnik.
Dimana metode diartikan sebagai cara untuk mendekati
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan
sedangkan tehnik merupakan penerapan metode dalam
praktik. Metode dan tehnik Bimbingan Rohani menurut
56
Tohari Musnawar, Dasar-dasar dan Konseptual Bimbingan dan Konseling
Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 5.
41
Isep Zainal yang dikuti oleh Tuti Alawiyah secara garis
besar dapat disebutkan seperti di bawah ini:57
1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode di mana
Pembimbing melakukan komunikasi langsung
dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat
diperinci secara individu dan kelompok, yaitu:
a. Metode Individual
Dalam hal ini Pembimbing melakukan
komunikasi langsung secara individual dengan
pihak yang dibimbingnya. Ini dapat dilakukan
dengan percakapan pribadi yakni:
1) Pembimbing melakukan dialog langsung
tatap muka dengan pihak yang dibimbing.
2) Kunjungan ke ruang rawat inap (visit) yakni
pembimbing melakukan dialog dengan pihak
yang dibimbing dilaksanakan di ruang rawat
inap.
3) Kunjungan dan observasi kerja yakni
pembimbing melakukan percakapan individu
sekaligus mengamati kondisi pasien dan
lingkungannya.
b. Metode Kelompok
Dalam hal ini pembimbing melakukan
komunikasi langsung dengan cara berkelompok:
57
Tuti Alawiyah, Jurnal Metode Pelayanan Bimbingan Rohani Islam Rumah
Sakit Bagi PPL Mahasiswa Jurusan BKI (Bimbingan Konseling Islam). hlm. 6-7
42
1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara
mengadakan diskusi dengan keluarga pasien
yang mempunyai masalah yang sama.
2) Group teaching, yakni pemberian bimbingan
dengan memberikan materi bimbingan
tertentu (ceramah) kepada keluarga pasien
yang telah disiapkan.
2. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan
yang dilakukan melalui media massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual atau kelompok:
a. Metode Individual
1) Melalui surat menyurat
2) Melalui telepon
3) Melalui audio visual
b. Metode Kelompok
1) Melalui papan bimbingan
2) Melalui surat kabar atau majalah
3) Melalui brosur
Dari metode dan tehnik Bimbingan Rohani di atas, dapat
memberikan gambaran metode mana yang tepat digunakan
oleh Petugas Bimbingan Rohani di rumah sakit.
10. Teknis Pelaksanaan Bimbingan Rohani
Menurut Husna dan Suwarsono yang dikutip
oleh Mimit, teknis adalah sesuatu yang berkaitan dengan
proses pelaksanaan suatu proyek secara teknis dan
43
dalam mengoperasikannya sesuai proyek tersebut
dilaksanakan.58
Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan
Rohani adalah kajian keperawatan yang didasarkan
kepada metode ilmiah sebagaimana standar proses
keperawatan pada umumnya, perbedaannya pada unit
kajian yaitu hanya pada aspek rohani atau spiritual
pasien. Pengkajian ini terfokus pada kebutuhan spiritual
pasien yang berrsumber kepada agama dan
keyakinannya beserta praktik ritualnya. Fokus kajian
tersebut meliputi: (1) ibadah pokok, (2) ibadah
tambahan, (3) bimbingan konseling dan penasehatan, (4)
konseling pasien berkebutuhan khusus dan
pendampingan. Sehingga pada keseluruhan tahap atau
teknis bimbingan rohani yang akan dipaparkan berikut
merujuk kepada masalah-maslaah yang ada pada
keempat aspek kajian tersebut. Sebagai metode ilmiah
untuk menyelesaikan masalah-masalah pada pasien,
maka Bimbingan Rohani harus dilakukan secara
sistematis. Adapun teknis pelaksanaan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap, sebagai berikut:59
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan awal proses untuk
menggali dan mendapatkan data objektif dan data
subjektif kondisi rohani atau spiritual pasien. Yang
58
Mimit Primayastanto, Evapro (Evaluasi Proyek) Teori dan Aplikasi pada
Usaha Ikan Sidat (Anguilla sp), (Malang: UB Press: 2016), hlm. 46. 59
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 47-50.
44
termasuk data objektif misalnya: (1) afek dan sikap
seperti kondisi depresi, marah, cemas, acuh,
kesepian, kosong dan lain-lain, (2) perilaku
keagamaan seperti kebiasaan: berdo‟a, membaca
kitab suci, ibadah, kecewa terhadap agama, Tuhan,
takut mati, dan berbagai perilaku ekspressi
kecemasan yang terkait dengan aspek kehidupan
keagamaan, (3) verbalisasi seperti segala ungkapan
pembicaraan yang keluar dari mulut pasien yang
menyangkut aspek agama dan spiritual seperti
bertanya tentang Tuhan, akhirat, dosa,
membicarakan soal ibadah, amal baik, amal buruk
dan lain-lain, (4) hubungan interpersonal, misalnya
bagaimana respon pasien terhadap perawat,
pengobatan, para pengunjung, pemuka agama dan
lain-lain, (5) lingkungan, yang termasuk aspek ini
misalnya pasien memiliki atau tidak membawa alat
ibadah, kitab suci dan lain-lain.
Data subjektif adalah data-data yang bersifat
abstrak seperti (1) konsep tentang Tuhan, (2) sumber
harapan dan kekuatan pasien, (3) praktik agama dan
ritual keagamaan, (4) hubungan antara keyakinan
spiritual dengan kesehatan, (5) pandangan pasien
mengenai makna sakit dan penyakit, (6) sikap dan
keyakinan pasien mengenai agama dan kehidupan
spiritual.
2. Diagnosis atau Identifikasi Masalah
45
Yaitu tahap lanjutan jika dari tahap pengkajian
terdapat masalah rohani yang memerlukan intervensi
Bimbingan Rohani. Yang harus diperhatikan
intervensi terhadap pasien ada dua sisi: pertama
intervensi terhadap fisik pasien hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan fisik terhadap
pasien. Kedua, intervensi terhadap psikis atau
kejiwaan pasien, hal ini dilakukan dengan berbagai
pendekatan psikologis termasuk pendekatan rohani
atau spiritual. Pendekatan rohani termasuk ke dalam
pendekatan psikologis karena sasarannya adalah
kejiwaan pasien.
3. Perencanaan
Yaitu tahapan menyusun rencana bagaimana
melakukan intervensi dengan tujuannya. Untuk
pasien dengan distress spiritual bagaimana intervensi
difokuskan pada upaya menciptakan lingkungan
yang mendukung praktik keagamaan yang biasanya
dilakukan pasien. Tujuannya ditetapkan secara
individual dengan mempertimbangkan riwayat
spiritual pasien.
4. Implementasi
Tahap ini adalah bagaimana tahap menerapkan
rencana intervensi dengan melakukan prinsi-prinsip
kegiatan Bimbingan Rohani sebagai berikut:
a. Periksa keyakinan spiritual pribadi Pembimbing
rohani.
46
b. Fokuskan perhatian pada persepsi pasien
terhadap kebutuhan spiritualnya.
c. Asumsikan pasien mempunyai kebutuhan
spiritual.
d. Memahami pesan non verbal kebutuhan spiritual
pasien.
e. Dan lain-lain.
5. Evaluasi
Adalah tahapan untuk mengukur apakah pasien
telah mencapai hasil yang ditetapkan pada fase
perencanaan, sumber evaluasi adalah data-data yang
telah terkumpul terkait dengan pencapaian tujuan
Bimbingan Rohani. Contoh tujuan Bimbingan
Rohani tercapai secara umum misalnya pasien:
a. Dapat beristirahat dengan tenang.
b. Menunjukkan sikap penerimaan.
c. Mengekspersikan damai dengan Tuhan.
d. Melakuakn aktifitas dan ritual keagamaan.
e. Terbuka terhadap Pembimbing rohani
f. Afek positif seperti tidak marah, ansietas
berkurang, bebas rasa bersalah.
g. Dan lain-lain.
11. Aspek Kajian Bimbingan Rohani
Terdapat empat aspek kajian dalam Bimbingan Rohani,
di antaranya:60
60
Isep Zaenal Arifin, Bimbingan dan Perawatan Rohani Islam di Rumah
Sakit, (Bandung: Fokusmedia, 2017), hlm. 50-55.
47
1. Aspek Ibadah Pokok
Secara bahasa ibadah dapat berarti mengabdi,
menyembah, tata, tunduk, merendah diri atau
mengahambakan diri. Secara istilah ibadah adalah
melaksanakan segala perintah dan ketentuan Allah
baik yang wajib maupun yang disunnahkan sesuai
dengan perintah al-Qur‟an dan al-Hadits.
Ibadah yang rutin memiliki manfaat positif bagi
fisik dan kejiwaan manusia sedangkan ibadah yang
tidak rutin atau rendah memiliki dampak negatif bagi
fisik dan kejiwaan di antaranya mudah stres dan
tidak memiliki ketahanan mental spiritual yang kuat.
Sebaliknya ibadah yang rutin dan kuat dapat
memberikan ketahanan terhadap jiwa manusia dan
dapat membantu proses penyembuhan.
Ada pun bimbingan ibadah pokok bagi pasien
yakni bimbingan shalat, yang dimulai dari
bimbingan thaharah yang meliputi (1) bimbingan
istinja, yakni menghilangkan najis bagi pasien. (2)
bimbingan berwudhu, (3) bimbingan tayamum bagi
pasien yang tidak dapat menggunakan air karena
berbagai alasan medis, (4) bimbingan pelaksanaan
shalat wajib.
2. Aspek Ibadah Tambahan
Ibadah tambahan adalah ibadah selain ibadah
pokok yang dapat dilaksanakan oleh pasien selama
ia berada di rumah sakit. Jenis ibadah tambahan
48
yang dapat dilakukan oleh pasien sesuai dengan
kemampuan pasien yaitu: (1) doa dan dzikir, (2)
tilawah atau membaca al-Qur‟an, (3) shalat sunnah,
(4) Shaum sunnah, (5) Bibliotherapy, yakni dengan
membacakan kisah-kisah atau cerita tertentu dengan
tujuan dapat menyembuhkan pasien.
3. Bimbingan Konseling, Konsultasi dan Penasehatan
Salah satu kebutuhan rohani atau spiritual pasien
di rumah sakit adalah pemberian nasihat.
Penasihatan ini sebenarnya bersifat umum dapat
dilakukan saat kunjungan Pembimbing rohani secara
rutin kepada pasien. Bentuknya dapat bersifat
obrolan non formal, sapaan, sharing, menampung
berbagai keluhan dan pertanyaan pasien mengenai
sakit yang terkait dengan persoalan keagamaan, atau
bahkan dapat dilakukan dalam bentuk formal seperti
ceramah baik dalam bentuk kelompok kecil maupun
secara individual. Secara umum terdapat beberapa
kebutuhan rohani yang dapat diberikan dalam
Pelayanan penasehatan seperti:
a. Kebutuhan untuk mendapat penjelasan mengenai
berbagai hal terkait dengan masalah agama
selama sakit.
b. Kebutuhan mendapat jawaban mengenai masalah
psikologi yang dihadapi.
c. Butuh mendapat kepastian dan pegangan selama
sakit.
49
d. Butuh menemukan solusi kesembuhan yang
tidak bertentangan dengan agama.
e. Butuh tempat „curhat‟ dan berbagi dari berbagai
beban psikologis yang dihadapi.
4. Konseling untuk Pasien Berkebutuhann Khusus dan
Pendampingan
Yang dimaksud pasien berkebutuhan khusus
adalah pasien yang tidak hanya membutuhkan
bimbingan pelaksanaan ibadah, tetapi pasien yang
memiliki masalah psikologis, keagamaan dan
kompleksitas berbagai persoalan sehingga
membutuhkan penanganan dan Pelayanan khusus
dan intensif. Beberapa persoalan pasien khusus
dalam ranah spiritual yaitu: phobia spiritual, hampa
spiritual, menolak hal-hal spiritual dan agama,
trauma spiritual dan agama, hopeless (hilang harapan
sembuh), konflik spiritual dan agama, berpindah
keyakinan dan agama.
B. Kerangka Berpikir
Berawal dari asumsi peneliti bahwa Pelayanan Bimbingan
Rohani bagi pasien rawat inap merupakan pelayanan penunjang
bagi pasien, karenanya pemberian bimbingan bagi pasien rawat
inap adalah kewajiban rumah sakit. Artinya, pasien tidak hanya
membutuhkan pelayanan medis namun juga pelayanan non medis
seperti Bimbingan Rohani. Lebih lanjut peneliti berasumsi bahwa
Pelayanan Bimbingan Rohani ini efektif dan tepat guna jika
50
pelaksanaanya sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah sampai pada akhirnya pasien mampu menerima
sakitnya dengan sabar dan ikhlas.
Lebih lanjut peneliti melakukan observasi dan wawancara
kepada salah seorang Pembimbing Rohani Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih dan didapat fakta bahwa Pelayanan
Bimbingan Rohani bagi pasien sangat penting diberikan karena
pasien menjadi lebih siap dalam menjalani pengobatan medis juga
menumbuhkan semangat untuk sembuh. Namun demikian,
pemberian Bimbingan Rohani bagi pasien rawat ini ternyata tidak
ada aturan baku dari pemerintah. Sehingga kebijakan Pelayanan
Bimbingan Rohani diserahkan penuh kepada Rumah Sakit yang
bersangkutan dengan tetap memerhatikan dan mengikuti Standar
Operasional yang berlaku di Rumah Sakit tersebut.
Sehingga fokus pada penelitian ini adalah bagaimana kebijakan
Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat inap di RSIJ
Cempaka Putih dengan didukung teori bimbingan milik Samsul
Munir Amin, bahwa bimbingan adalah proses sistematis yang
berlangsung terus menerus. Pada metode bimbingan, peneliti
menggunakan teori milik Tuti Alawiyah, bahwa terdapat dua
metode yakni langsung dan tidak langsung. Kemudian, pada teori
materi bimbingan dan teknis pelaksanaan Bimbingan Rohani bagi
pasien, peneliti memakai teori Isep Zainal Arifin.
Diringkas dalam bentuk bagan sebagai berikut:
51
QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36
Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
Pemahaman dan kesepakatan
bahwa pasien membutuhkan
Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani sebagai proses pemberian santunan rohani dalam rangka memotivasi dan memberikan semangat bagi
pasien agar menerima sakit dengan lapang sesuai dengan
tuntunan al-Quran dan al-Hadits
Pengadaan Pelayanan Bimbingan Rohani bagi pasien rawat
inap dengan keadaan rohani yang secara fisik sedang
mengalami gangguan karena penyakit dengan masa perawatan
minimal 5 hari dan pasien meminta Pelayanan Bimbingan
Rohani.
Tahapan pelaksanaan
Bimbingan Rohani:
- Pengkajian
- Identifikasi masalah
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
52
BAB III
GAMBARAN UMUM
LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ)
Cempaka Putih61
Gagasan didirikannya Rumah Sakit Islam Jakarta
bermula dari kepedulian organisasi Muhammadiyah akan
kebutuhan Pelayanan Rumah Sakit yang bernafaskan Islam.
Hal demikian juga disampaikan oleh Dr. H. Kusnadi sebagai
salah satu tokoh Muhammadiyah yang tergugah dan mulai
memikirkan perlu adanya rumah sakit yang Pelayanannya
bersifat Islami.
Setelah melalui berbagai pertimbangan dan usul-usul
tentang pendirian rumah sakit serta ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, maka tanggal 18 April 1967
berdasarkan akte nomor 36 tahun 1967, berdirilah yayasan
Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) yang diketuai langsung
oleh Dr. Kusnadi.
Berselang empat tahun dari pendirian yayasan RSIJ,
pada tahun 1971, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1971,
Rumah Sakit Islam Jakarta berdiri dengan kokoh yang
diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Tahun 1972 – 1982 dapat dikatakan sebagai masa
pengembangan rumah sakit, mulai dari semakin banyaknya
61
Rumah Sakit Islam Jakarta, Sejarah RSIJ, diakses di
http://www.rsi.co.id/tentang-kami/sejarah, pada 27 Februari 2020.
QS. Ali Imran : 104 dan UU RI No. 36
Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
Pemahaman dan kesepakatan bahwa
pasien membutuhka