Upload
vannhu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
C
KEBIJAKAN PEMERINTAHDALAM KELUARGA SADAR GIZI
MENGURANGI STUNTING
Ir. Doddy Izwardy, MADIREKTUR GIZI MASYARAKAT – KEMENTERIAN KESEHATAN
Disampaikan pada:
Seminar Gizi dan Kesehatan Nasional
Festival Gizi 2018
Jakarta, 13 Oktober 2018
• PENDAHULUAN
• KEBIJAKAN PEMERINTAH
• UPAYA PENURUNAN STUNTING
MELALUI PENDEKATAN KELUARGA
• PERAN CIVITAS AKADEMIKA
• PENUTUP2
CPENDAHULUAN
3
MALNUTRISI
•MALNUTRISI adalah keadaan kekurangan,kelebihan atau tidak seimbangnya asupanenergi dan/atau zat gizi lainnya.
•MALNUTRISI dapat berupa kekurangan gizi(wasting/kurus, stunting/pendek,underweight/berat badan kurang); asupanvitamin dan mineral yang tidak adekuat,overweight/kelebihan berat badan,obesitas dan penyakit tidak menular yangberhubungan dengan diet.
4
TREND STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA(RISKESDAS DAN PEMANTAUAN STATUS GIZI)
Waspada Overweight !!!! TARGET WHA (2030) :
Overweight pada balita < 3%
6
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI UNDERWEIGHT (BB/U)BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
KETERANGAN :•RENDAH (<10%): 1 Provinsi, yaitu BALI•MEDIUM (10-19%): 20 Provinsi
•TINGGI (20-29%): 13 Provinsi
•SANGAT TINGGI (≥ 30%): Tidak ada
PSG 2017 – Underweight
Indonesia: 17.8%
(MEDIUM)
Definisi menurut WHO :
Underweight: weight for age < –2 standard deviations
(SD) of the WHO Child Growth Standards median
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
PSG 2017 - Stunting
Indonesia: 29.6%
(MEDIUM)
Definisi menurut WHO :
Stunting: height for age < –2 SD of the
WHO Child Growth Standards median
KETERANGAN : •RENDAH (<20%): 2 Provinsi, yaitu DIY DAN BALI•MEDIUM (20-29%): 13 Provinsi
•TINGGI (30-39%): 17 Provinsi
•SANGAT TINGGI (≥40%): 2 Provinsi, yaitu NTT dan SULBAR
8
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI WASTING (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
KETERANGAN : •DITOLERANSI (< 5 %): Tidak ada
•BURUK (5 – 9 %): 14 Provinsi
•SERIUS (10 – 14 %): 17 Provinsi
•KRITIS (≥ 15 %): 3 Provinsi, yaitu : NTT, Maluku dan Papua Barat
PSG 2017 - Wasting
Indonesia: 9,5 %
(BURUK)
Definisi menurut WHO :
Wasting: weight for height < –2 SD of the
WHO Child Growth Standards median
9
KETERANGAN : •DITOLERANSI (< 5 %): 19 Provinsi
•BURUK (5 – 9 %): 15 Provinsi
•SERIUS (10 – 14 %): Tidak ada
•KRITIS (≥ 15 %): Tidak ada
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI OVERWEIGHT (BB/TB)
BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
PSG 2017 – Gemuk
Indonesia: 4,6%
(DITOLERANSI)
Definisi menurut WHO :
Overweight: weight for height > +2 SD of the
WHO Child Growth Standards median
SITUASI STATUS GIZI MASYARAKAT SAAT INIa. Masalah gizi masyarakat (kurang gizi, stunting, obesitas) terjadi pada semua strata ekonomi masyarakat
baik perdesaan dan atau perkotaan.
b. Implikasi persoalan ini berkaitan dengan bonus demografi dan atau produktivitas serta daya saing bangsapada masa yang akan datang.
c. Hal yang mendasari bukan hanya KEMISKINAN, namun juga KETIDAKTAHUAN MASYARAKAT akanmakanan sehat dan zat gizi yang diperlukan pada semua kelompok usia.
1
Tahun 2011 Indonesia bergabung denganSUN Global Movement:
Inisiatif Global di bawah koordinasi Sekjen PBB
untukmenurunkanproporsi penduduk yang menderitamasalah
gizi
Upayabersamapemerintah&masyarakat
untukpercepatanperbaikangizi
denganprioritas1000 HPK
Menurunkanbalitastunting 40%
Menurunkanbaliltakurus(wasting) <5%
MenurunkananakBBLR 30%
Tidakadakenaikan%anakgizilebih
MenurunkanWUS anemia 50%
MeningkatkanASIeksklusifpalingkurang50%
TARGET 2025
PERPRES 42/2013
tentang
GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN
GIZI
Melibatkan 12 K/L, Akademisi, CSO, ORGANISASI PROFESI
10 PesanKesehatanJokowi
1. Kesehatan Sangat Fundamental
2. Gizi, Investasi Bangsa
3. Selesaikan Problem AKI dan Penyakit Menular
4. Utamakan Pencegahan
5. Gerakan Hidup Sehat
6. Hentikan Merokok
7. Pendekatan Keluarga
8. Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga
9. Manajemen dan Anggaran Pusat-daerah
10. Reformasi Birokrasi
11
“Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk. Memalukan
kalau masih ada. Entah 1 anak, 2 anak, 3 anak harus
secepatnya diselesaikan. Gizi itu diperlukan sejak itu diperlukan
sejak dalam kandungan. Ini INVESTASI jangka panjang.”
1. Percepatan Eliminasi
Tuberkulosis
2. Peningkatan Cakupan
dan Mutu Imunisasi
3. Penurunan
Stunting
TINDAK LANJUT PESAN KESEHATAN
PRESIDEN RI – RAKERKESNAS 2018
ISU
STRATEGIS
KESEHATAN
2018
KEMENTERIAN KEUANGAN
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak
Indonesia
di urutan 64 terendah dari
65 negara*
52
50
17
2
64
Singapura
Vietnam
Thailand
Malaysia
Indonesia
Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu
organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65
negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science.
Pengalamandan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting….
Sumber : diolah dari laporan World Bank Investing inEarly Years brief, 2016
Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan ProduktivitasPasar kerja
Memperburuk kesenjangan/inequality
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted
STUNTINGSTUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangangizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir,
tetapi baru Nampak setelah anak berusia 2 tahun)
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit,
menurunkan produktifitas, dampak kedepannya menghambat pertumbuhan
ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.
Stunting disebabkan oleh factor Multidimensi sehingga penanganannya perlu dilakukan oleh Multisektor
STUNTING
1. Praktek pengasuhan
yang tidak baik
2. Terbatasnya layanan
kesehatan termasuk
layanan ANC-Ante
Natal Care, Post Natal
dan pembelajaran dini
yang berkualitas
3. Kurangnya akses ke
makanan bergizi
4. Kurangnya akses ke
air bersih dan sanitasiKEMENTERIAN KEUANGAN
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak
Indonesia
di urutan 64 terendah dari
65 negara*
52
50
17
2
64
Singapura
Vietnam
Thailand
Malaysia
Indonesia
Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu
organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65
negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science.
Pengalamandan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting….
Sumber : diolah dari laporan World Bank Investing inEarly Years brief, 2016
Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan ProduktivitasPasar kerja
Memperburuk kesenjangan/inequality
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted
STUNTINGSTUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun).
KEMENTERIAN KEUANGAN
Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak
Indonesia
di urutan 64 terendah dari
65 negara*
52
50
17
2
64
Singapura
Vietnam
Thailand
Malaysia
Indonesia
Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for Economic Co-
operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu
organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65
negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science.
Pengalamandan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting….
Sumber : diolah dari laporan World Bank Investing inEarly Years brief, 2016
Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan ProduktivitasPasar kerja
Memperburuk kesenjangan/inequality
Sel Otak pada Anak Normal dan Stunted
STUNTINGSTUNTING
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
(kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun).
12
C
KEBIJAKAN PEMERINTAH
13
Arah pengembangan upaya kesehatan,
dari kuratif bergerak ke arah preventif,
promotif sesuai kondisi dan kebutuhan
PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN
(RPJMN KESEHATAN 2015-2019)
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
14
15
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
2. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
RPJMN 2015-2019Menurunkan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anakbawah usia 2 tahun menjadi 28% dengan Pelibatan Lintas Sektor
1. ASI Eksklusif
2. Pertumbuhan dan
Perkembangan Balita dipantau
tiap Bulan
3. Sanitasi
4. Bayi mendapat Imunisasi
Dasar Lengkap
1. Bayi diberi ASI
Selama 6 Bulan
Eksklusif
2. Pertumbuhan Balita di
pantau tiap bulan
3. Keluarga memiliki atau
memakai Air Bersih
4. Keluarga Memiliki atau
memakai Jamban Sehat
5. Sekeluarga Menjadi
Anggota JKN
6. Bayi mendapat Imunisasi
Dasar Lengkap
DERAJAT
KESEHATAN
TEORI H.L. BLUM (1974)
16
Faktor
Lingkungan :
(Sanitasi dan
Air Bersih)
FaktorPerilaku
(Pola Asuh, Pola Makan)
Faktor
Pelayanan
Kesehatan (TTD, PMT,
ANC, Imunisasi,
Tatalaksana
Kecacingan dan Diare)
FaktorGenetika
(Keturunan)
PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT vs
PENURUNAN STUNTING
17
BAYI -BALITA
ANAK USIA SEKOLAH
REMAJA
PASANGAN USIA SUBUR
IBU HAMIL
INTERVENSI
SPESIFIKKESEHATAN
KERANGKA
PENANGGULANGAN
PENCEGAHAN PENANGANAN
1000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN (HPK)
Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup
Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gizi Tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang OptimalMencegah Stunting
STIMULASI –
PENGASUHAN dan
PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN
18
UPAYA PERCEPATANPENURUNAN
19
• Makanan Tambahan untuk
mengatasi KEK pd bumil
• Tablet Tambah Darah untuk
mengatasi anemia pada
bumil
• Konsumsi Garam
Beriodium
• ASI Ekslusif
• Imunisasi
• Cuci tangan dengan benar
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluargadan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
• Pemberian ASI sampai usia 2
tahun didampingi dengan MP
ASI adekuat
• Pemberian Obat Cacing
• Pemberian Makanan Tambahan
• Pemberian Vitamin A
• Tata Laksanan Gizi Buruk
• Penanggulangan Malaria
• Pencegahan dan Pengobatan
diare
• Bantuan Rastra
• Ketahanan pangan (pertanian,warung hidup)
• Pembangunan Perumahan
• Akses air bersih dan sanitasi
• Pendidikan kesehatan
• Bantuan sosial lainnya
• JKN
• Program Padat Karya Tunai
MENTERI KESEHATAN
REMAJA
IBU HAMIL
IBU HAMIL
IBU MENYUSUI
BAYI-ANAK
DUA TAHUN
PELIBATAN
PIMPINAN
DAERAH SPM
PP No. 2, Th 2018
LINTAS SEKTOR
GERMAS INPRES
No.1 Th 2017
KEGIATAN PENANGGULANGAN STUNTING
20
PENCEGAHAN
INTERVENSI
MANDATORY
INTERVENSI SPESIFIK
1. Suplementasi besi folat
2. Periksa kehamilan (Konseling Gizi Ibu hamil)
3. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
4. PMT Ibu hamil.
5. Penanggulangan cacingan pada ibu hamil.
6. Pemberian kelambu dan pengobatan bagi ibu
hamil yang positif malaria.
1. Persalinan ditolong Nakes.
2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
3. Promosi ASI Eksklusif (konseling).
4. Imunisasi dasar.
5. Pantau tumbuh kembang.
6. Penanganan bayi sakit.
1. Pemberian Makanan Pendamping (MP) ASI,
ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.
2. Pemberian kapsul vitamin A serta melengkapi
imunisasi dasar.
3. Pemantauan tumbuh kembang secara rutin
setiap bulan.
4. Penanganan anak sakit secara tepat.
5. Pemberian suplementasi zink.
6. Pemberian obat cacing dan;
7. Pemberian fortifikasi zat besi.
8. PMT pada Balita kurus
IBU
HA
MIL
IB
U M
ENY
USU
IA
NA
K 0
-6 B
LN
IBU
MEN
YU
SUI
AN
AK
7-2
3 B
LN
PENCEGAHAN
STUNTING PADA
1000 HPK
C
UPAYA PENURUNAN STUNTING MELALUI PENDEKATAN
KELUARGA
22
Pendekatan pelayanan yang mengintegrasikan UKP & UKM secara berkesinambungan, dengan target keluarga, didasari informasikesehatan setiap anggota keluarga dari profil kesehatan keluarga
Sumber Foto: achmad fiqqy fierly
Tujuan Pendekatan Keluarga:1. Mengintegrasikan seluruh program di Puskesmas2. Meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif3. Mendukung pencapaian SPM Kab/Kota dan Prov4. Mendukung pelaksanaan JKN5. Mendukung tercapainya program indonesia sehat
Pendekatan Keluarga adalah salah satu caraPuskesmas untuk meningkatkan jangkauansasaran dan mendekatkan ataumeningkatkan akses pelayanan kesehatandengan mendatangi keluarga dan langsungdiberikan intervensi awal terhadappermasalahan kesehatan setiap keluarga.
PENGERTIAN PENDEKATAN KELUARGA
Tenaga kesehatan aktif mendatangi masyarakat
Mengembalikan masyarakat pada pola hidup sehat, gerakan dan arahkan pencegahan secara dini
Langkah Pelaksanaan Pendekatan
Keluarga
PROAKTIF, TERBUKA
AKTIF BERKOMUNIKASI
MELIHAT DAN MENDISKUSIKAN PERSOALAN KESEHATAN
KLA
SIFI
KA
SI K
EWEN
AN
AN
PU
SKES
MA
S SE
SUA
I FU
NG
SI(P
asal
7)
1. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
2. UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
a. UKM Esensialb. UKM Pengembangan
FUNGSIPUSKESMAS OUTPUT
INDIKATORKELUARGA
SEHAT
1. Keluarga mengikuti KB2. Ibu melakukan persalinan di Faskes3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap4. Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan5. Memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita tiap bulan
6. Penderita TB Paru berobat sesuai standar7. Penderita hipertensi berobat teratur8. Gangguan jiwa berat tidak diterlantarkan
9. Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10. Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
11. Keluarga mempunyai akses ataumenggunakan jamban sehat
12. Sekeluarga menjadi anggota JKN
PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK
PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
PERILAKU DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Permenkes 75/2014)
KERANGKA KONSEP “PENDEKATAN KELUARGA”
Pelayanan Konvergensi Bagi Ibu Hamil, Bersalin &
Menyusui
Mendukungibuhamiluntukmengkonsumsimakananyangsehatdanseimbangdala
mjumlahyangcukup.
Membantuibuhamiluntukmemeriksakankehamilankepadafasilitaspe
layanankesehatan
MengingatkanibuhamiluntukminumTTDsecarater
atursetiaphari
Membantuibuhamiluntukdapatmelahirkandifasilitaskesehatanolehtenagakesehatan
MendukungpelaksanaanIMDdanpemberianASIEksklusif6b
ulan
BerperanaktifdalampelaksanaanPosyandudanmengajakibuhamil,ibudanana
kbalitaagardatang
Membantutenagakesehatandalammendampingiibuhamilataupena
ngananbalitagizikurang.
Ikutmempromosikandanmelksanakanpolahidupbersihdan
sehatdilingkungannya
PENGAWASAN, PENGENDALIAN &
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS,
PERUBAHAN IKS PADA LEVEL KELUARGA
SAMPAI LEVEL PUSKESMAS
PERSIAPANPENYUSUNAN RUK
SECARA EVIDANCE
BASED
PENDEKATAN
KELUARGA DENGAN
TETAP MELIHAT
DATA2 PROGRAM
KUNJUNGAN
RUMAH
IMPLEMENTASI INTERVENSI
PERMASALAHAN YG SDH DISEPAKATI SBG PRIORITAS MASALAH
INPUT DATA PADA
FORM TERCETAK
ATAU
ELEKTRONIK
(APLIKASI)
MANAJEMEN
PENDEKATAN KELUARGA DI PUSKESMAS
Sosialisasi, pengorganisasian
dan integrasi program
Kunjungan RumahPromkes
Intervensi Awal
Tabulasi & analisis Triangulasi & Analisis Lokmin bulanan dan atau tribulanan
27
P1 P2 P3
POLA KEPEMIMPINAN
P1 : Perencanaan P2: Pengerakan Pelaksanaan P3: Pengawasan Pengendalian dan Penilaian
CAKUPAN INDIKATOR KELUARGA SEHAT NASIONAL
17,1%
24,0%
35,2%
44,7%
45,9%
47,8%
79,5%
86,6%
86,7%
89,9%
91,7%
94,9%
00,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%
Penderita gangguan jiwa berat, diobati dan tidak ditelantarkan
Penderita hipertensi yang berobat teratur
Penderita TB Paru yang berobat sesuai standar
Anggota keluarga tidak ada yang merokok *)
Keluarga mengikuti program KB *)
Keluarga sudah menjadi anggota JKN
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif
Pertumbuhan Balita dipantau
Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga memiliki akses/menggunakan jamban keluarga
Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *)
Keluarga memiliki akses/menggunakan sarana air bersih
28Sumber : Aplikasi Keluarga Sehat per 10 Oktober 2018
CPERAN CIVITAS AKADEMIKA
29
Masih ada 13,3% (lebih dari 80 ribukeluarga) BELUM bersalin di fasilitas
kesehatan, apakah akses sulit? jumlah faskes tidak mencukupi?
55,3% (lebih dari 9 juta keluarga) MEMILIKI anggota keluargaperokok, upaya perbaikan?
Masih ada 5,1% (lebih dari 800 ribukeluarga) yang BELUM memilikiakses/menggunakan air bersih
Masih ada 10,1% (lebih dari 1,6 juta keluarga) BELUM memiliki akses/menggunakan jamban keluarga, menggunakan jamban komunal? akses sulit?
20,5% (lebih dari 170 ribu bayi) BELUM mendapatkan ASI Eksklusif, Kebiasaan? Pengetahuan? Banyak ibu beraktivitas
di luar rumah?
54,1% (lebih dari 7 juta keluarga) BELUM mengikutiprogram KB, masalah budaya? Pengetahuan?
KESEHATAN LINGKUNGAN
GIZI, KEBIDANAN
KEBIDANAN, KEPERAWATAN
PERANAN JURUSAN BERDASARKAN BESARAN MASALAH KESMAS (HASIL CAKUPAN INDIKATOR PIS-PK per 10 Oktober 2018)
PROMKES
Contoh kegiatan Pendampingan keluargaoleh Mahasiswa 31
PENDIDIKAN
• INTEGRASI MATERI PROGRAM GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM KURIKULUM PADA PROGRAM STUDI YANG RELEVAN DAN BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS BUKTI DARI LAPANGAN
• PENGEMBANGAN PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERKAIT PENDAMPINGAN KELUARGA
• MENGEMBANGKAN KONSEP DAN TEORI BARU TTG PERBAIKAN GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK
IMPLEMENTASI INTERVENSI KOLABORASI BERDASARKAN MASALAH KESMAS HASIL PENDATAAN PIS-PK
• PENELUSURAN INTERVENSI TERKAIT PENDAMPINGAN KELUARGA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN MELALUI PENELITIAN ILMIAH
• MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH LAINNYA SESUAI MASALAH GIZI, KESEHATAN IBU DAN ANAK
• MELAKUKAN EVALUASI TERHADAP PELAKASANAAN PIS-PK
• KKN TEMATIK UNTUK PENDAMPINGAN KELOMPOK RISIKO SEPERTI IBU HAMIL, IBU MENYUSUI, DAN IBU BADUTA
• PENGEMBANGAN DAERAH BINAAN YANG TERFOKUS DAN BERKELANJUTAN MISALNYA SEKOLAH ATAUPUN DESA
• KERJA SAMA DENGAN PEMDA DALAM MENJAMIN KEBERLANJUTAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PENELITIAN
PENGABDIAN MASYARAKAT
PEN
GA
LAM
AN
TR
IDA
HR
MA
P
ERG
UR
UA
N T
ING
GI
CPENUTUP
33
KESIMPULAN DAN HARAPAN
1. Mahasiswa dan civitas akademika diharapkan memahamikonsep pendekatan keluarga untuk diimplementasikan pada tri dharma perguruan tinggi.
2. Perlu penguatan koordinasi antar jurusan untukmendukung pengembangan pendampingan keluargayang terintegrasi di wilayah binaan.
3. Poltekkes adalah mitra pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan salah satunya melaluipendekatan keluarga
4. Dengan sumber daya yang dimiliki, Poltekkes dapatberperan dalam meningkatkan kualitas pelayanankesehatan.
34
AYO HIDUP SEHAT – SEHAT DIAWALI DARI SAYA
TERIMA KASIH