43
KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP AMDAL-KLHS-EKOREGION Wiske Rotinsulu, PhD MK. Lingkungan-Agribisnis/2013

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lingkungan hidup

Citation preview

Page 1: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP AMDAL-KLHS-EKOREGION

Wiske Rotinsulu, PhD MK. Lingkungan-Agribisnis/2013

Page 2: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PENDAHULUAN

▪ Pengelolaan lingkungan hidup tidak terlepas dengan kegiatan pembangunan

▪ Pembangunan diartikan sebagai proses jangka panjang yang menyangkut keterkaitan timbal balik antara faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional (mencapai pertumbuhan ekonomi) secara berkelanjutan (Kadiman, 2003).

▪ Pembangunan di Indonesia diberi arti sesuai dengan Pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk “… memajukan kesejahteraan umum”

▪ Pembangunan yang dilakukan secara intensif dan ekstensif di berbagai sektor yang telah dipercaya sebagai satu-satunya jalan keluar sekaligus tujuan dari suatu negara ternyata telah menimbulkan krisis global.

▪ Beberapa bencana dapat dikaitkan dengan proses pembangunan dan kepentingan pembangunan negara maju yang menuntut tingkat pembangunan yang lebih cepat dan cenderung menguras sumber daya alam.

Page 3: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PENDAHULUAN

▪ kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan

▪ bahwa pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Page 4: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

SUSTAINABLE DEVELOPMENT ATAU PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

▪ Konferensi lingkungan hidup sedunia di Stockholm, Swedia pada bulan Juni 1972. Konferensi ini telah menghasilkan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan lingkungan hidup melalui suatu komitmen global yang diarahkan untuk menangani masalah lingkungan akibat peningkatan kegiatan manusia.

▪ Our Common Future, Brundtland Report 1987 konsep Sustainable Development “Development that meets the needs of the present without comprimising the ability of the future generations tomeet theirs own needs”

▪ Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Rio de Janeiro Brazil pada tahun 1992. United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) menghasilkan Deklarasi Rio, Agenda 21, Konvensi Keanekaragaman Hayati (UNCBD), Kerangka Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC), dan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan.

▪ World Summit on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 setelah 10 tahun KTT Rio

Page 5: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

▪ “Development that meets the needs of the present without comprimising the ability of the future generations tomeet theirs own needs” ATAU upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan, untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan

▪ Pembangunan berkelanjutan memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya alam terbaharui (renewable resources) dan sumber daya alam tak terbaharui (non-renewable resources) ke dalam proses pembangunan dengan pendekatan ekosistem dan daya dukung lingkungannya.

▪ Agar pembangunan berkelanjutan dapat terlaksana maka setiap upaya kegiatan pembangunan di suatu wilayah harus mempertimbangkan daya dukung suatu ekosistem atau wilayah. Daya dukung suatu wilayah merupakan fungsi dari pengembangan sumber daya manusia, sumber daya buatan dan sumber daya alam serta ekosistemnya.

SUSTAINABLE DEVELOPMENT ATAU PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

Page 6: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UU PPLH)

melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup

dan kelestarian ekosistem;

menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

Tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

mengantisipasi isu lingkungan global

Page 7: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup

meliputi

perencanaan;

pemanfaatan;

pengendalian;

pemeliharaan;

pengawasan; dan

penegakan hukum.

Page 8: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PENGENDALIAN

▪ Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

▪ Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup meliputi:

a. PENCEGAHAN;

b. PENANGGULANGAN; dan

c. PEMULIHAN.

Page 9: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PENCEGAHAN

1. KLHS;

2. TATA RUANG;

3. BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP;

4. KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP;

5. AMDAL;

6. UKL-UPL;

7. PERIZINAN;

8. INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP;

9. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP;

10. ANGGARAN BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP;

11. ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN HIDUP;

12. AUDIT LINGKUNGAN HIDUP; DAN

13. INSTRUMEN LAIN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAN/ATAU PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.

Page 10: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) atau Environmental Impact Assessment

definisi : kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukannbagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Kebijakan pengelolaan Iingkungan hidup di Indonesia menganut prinsip-prinsip pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. AMDAL termasuk pada perangkat pencegahan yang bersifat preventive dan berusaha mengantisipasi dampak serta konsekuensi dari suatu rencana kegiatan terhadap Iingkungan hidup dan kesehatan manusia.

AMDAL telah diperkenalkan dan diterapkan di Indonesia sejak tahun 1986 melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 29 (PP 29/1986).

Page 11: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) atau Environmental Impact Assessment

Page 12: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) atau Environmental Impact Assessment

FUNGSI AMDAL

▪ untuk memberi masukan dalam proses pengambilan keputusan.

▪ Lebih jauh dalam peraturan dan perundang-undangan disebutkan bahwa AMDAL harus dapat memberikan pedoman untuk upaya pencegahan, pengendalian dan pemantauan dampak dan lingkungan hidup serta memberikan informasi & data bagi perencanaan pembangunan suatu wilayah.

MANFAAT AMDAL

1. Dapat mengetahui sejak awal

dampak positif dan negatif akibat kegiatan proyek,

2. Menjamin aspek keberlanjutan dari proyek pembangunan,

3. Dapat menghemat penggunaan Sumber Daya Alam,

4. Memudahkan dalam memperoleh kredit bank.

Page 13: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) atau Environmental Impact Assessment

▪ UU NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

▪ PP NO. 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

▪ PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

▪ PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PERUNDANGAN BERKAITAN DENGAN AMDAL

Page 14: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Kriteria Dampak Penting

1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

2. luas wilayah penyebaran dampak;

3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;

5. sifat kumulatif dampak;

6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau

7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 15: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Kriteria usaha dan/atau

kegiatan yang berdampak

penting yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

antara lain

pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan

proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alamdalam pemanfaatannya

proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya

penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup

Page 16: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PERMEN LH 5/2012

Pasal 3 Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan wajib memiliki AMDAL: di dalam kawasan lindung;

dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) ditetapkan berdasarkan: a. Potensi dampak penting

Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan; luas wilayah penyebaran dampak; intensitas dan lamanya dampak berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; sifat kumulatif dampak; berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai landasan kebijakan tentang Amdal.

b. Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak penting negatif yang akan timbul.

Page 17: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

CONTOH KEGIATAN WAJIB AMDAL MULTISEKTOR

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah

1 Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dengan a. Luas area reklamasi, b. Volume material urug, atau c. Panjang reklamasi

> 25 ha > 500.000 m3 > 50 m (tegak lurus ke arah laut dari garis pantai)

Berpotensi menimbulkan dampak terhadap, antara lain: a. hidrooseanografi, meliputi pasang surut, arus,

gelombang, dan sedimen dasar laut. b. Hidrologi, meliputi curah hujan, air tanah, debit

air sungai atau saluran, dan air limpasan. c. Batimetri, meliputi kontur kedalaman dasar

perairan. d. Topografi, meliputi kontur permukaan daratan. e. Geomorfologi, meliputi bentuk dan tipologi

pantai. f. Geoteknik, meliputi sifat-sifat fisis dan mekanis

lapisan tanah. g. dampak sosial.

Page 18: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

CONTOH KEGIATAN WAJIB AMDAL PERTANIAN

No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah

1 Budidaya tanaman perkebunan

Tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya: 1) Dalam kawasan budidaya non kehutanan, luas 2) Dalam kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK), luas

> 3.000 ha > 3.000 ha

Kegiatan akan berdampak terhadap ekosistem, hidrologi dan bentang alam.

Page 19: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

CONTOH KEGIATAN WAJIB AMDAL: INDUSTRI No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah

1 Kawasan Industri (termasuk komplek industri yang terintegrasi)

SEMUA BESARAN

Kawasan industri (industrial estate) merupakan lokasi yang dipersiapkan untuk berbagai jenis industri manufaktur yang masih prediktif, sehingga dalam pengembangannya diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak penting antara lain disebabkan: a. Kegiatan grading (pembentukan muka tanah) dan run

off (air larian). b. Pengadaan dan pengoperasian alat-alat berat. c. Mobilisasi tenaga kerja (90 – 110 TK/ha). d. Kebutuhan pemukiman dan fasilitas sosial. e. Kebutuhan air bersih dan energi listrik yang cukup

besar f. Potensi berbagai jenis limbah dan cemaran yang

masih prediktif terutama dalam hal cara pengelolaannya.

g. Bangkitan lalu lintas.

Page 20: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

CONTOH KEGIATAN WAJIB AMDAL: ESDM No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah

1 Eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral dan Batubara a. Luas Perizinan b. Luas daerah terbuka untuk pertambangan

≥ 200 ha ≥ 50 ha (kumulatif /thn)

Luas wilayah kegiatan operasi produksi berkorelasi dengan luas penyebaran dampak

2 Pengolahan dan pemurnian: a. mineral logam b. mineral bukan logam c. batuan d. batubara e. mineral radioaktif

Semua besaran ≥ 500.000 m3/tahun ≥ 500.000 m3/tahun ≥ 1.000.000 m3/tahun Semua besaran

a. Pengolahan dan pemurnian bijih berpotensi menimbulkan

dampak penting b. Besarnya dampak yang timbul dipengaruhi oleh volume

yang diolah

3 Penambangan di laut Semua besaran Berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan batimetri, ekosistem pesisir dan laut, mengganggu alur pelayaran dan menurunnya produktivitas kawasan yang dapat menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan kesehatan

Page 21: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PROSES STUDI AMDAL-KELAYAKAN LINGKUNGAN

SCREENING/ PENAPISAN

SCOPING/PELINGKU

PAN

PREDIKSI DAMPAK

EVALUASI DAMPAK

PENILAIAN OLEH KOMISI

PENILAI AMDAL –TIM

TEKNIS

REKOMENDASI OLEH KOMISI

PENILAI

MENTERI/GUBERNUR/ BUPATI MENETAPKAN

KELAYAKAN DAN KETIDAKLAYAKAN LINGKUNGAN

DITOLAK KA ANDAL

ANDAL DITOLAK

Page 22: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PROSES STUDI AMDAL

x PERMEN LH 16/2012

Page 23: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

PROSES STUDI AMDAL

Page 24: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

(KLHS)

WISKE ROTINSULU

24

Page 25: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Degradasi sumberdaya alam dan lingkungan merupakan ancaman pembangunan berkelanjutan

Penyebab al: • ekonomi • sosial • budaya • politik • institusi

25

Page 26: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Faktor kelembagaan: KEBIJAKAN, RENCANA ATAU PROGRAM (KRP) yang selama ini cenderung bias ekonomi.

Lingkungan cenderung diposisikan sebagai penyedia SDA tanpa memperhitungkan bahwa SDA mempunyai batas-batas daya dukung tertentu.

Pertimbangan lingkungan tidak (belum) diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap formulasi kebijakan, rencana, dan program pembangunan.

26

Page 27: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

menurut UU 32/2009:

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP)

27

Page 28: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

28

Page 29: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

29

PERBEDAAN KLHS DAN AMDAL

Page 30: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

30

JENIS/CONTOH KLHS

Page 31: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

31

OBYEK KLHS

Page 32: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

32

KRP dalam rencana tata ruang dan

pembangunan daerah

Page 33: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

33

Keterkaitan (interdependency) penyelenggaraan KLHS menghasilkan KRP yang mempertimbangkan keterkaitan

antar sektor, antar wilayah, dan global-lokal.

Keseimbangan (equilibrium) bermakna agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai keseimbangan

antar kepentingan

Keadilan (justice)

penyelenggaraan KLHS menghasilkan KRP yang tidak mengakibatkan marjinalisasi sekelompok atau golongan

tertentu masyarakat

PRINSIP KLHS

Page 34: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

34

MUATAN KLHS

Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

Kinerja layanan/jasa ekosistem

Efisiensi pemanfaatan SDA

Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

Page 35: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

35

PERKEMBANGAN KLHS ASIA & INT’L

Cina dan Vietnam sudah mengembangkan KLHS sejak 2003 Indonesia merupakan negara ke-3 yang telah memiliki sistem

KLHS Malaysia dan Filipina sedang merancang dokumen KLHS;

Laos dan Kamboja sedang mengembangkan KLHS EU mengeluarkan SEA Directive: Kajian Impact dari Rencana

dan Program terhadap Lingkungan; dilaksanakan oleh 27 negara anggota EU.

KLHS menjadi standar donor kerjasama luar negeri, disahkan oleh para lembaga donor dan lembaga keuangan internasional

Page 36: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Pasal 15 ayat (2)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi :

1. RTRW beserta rencana rincinya, RPJP, dan RPJM Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota

2. KRP yang berpotensi dampak dan/atau risiko lingkungan hidup

36

Page 37: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

37

Dampak atau resiko terhadap lingkungan

Perubahan iklim

Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Penurunan mutu dan kelimpahan SDA

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan

Peningkatan jumlah penduduk miskin

Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Page 38: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

38

Page 39: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Pasal 16 KLHS memuat kajian antara lain :

Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan

Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

Kinerja layanan/jasa ekosistem

Efisiensi pemanfaatan SDA

Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim

Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

39

Page 40: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

Pasal 17

Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui :

a. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS, dan

b. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan

Pasal 18

KLHS dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan

(termasuk MEDIA MASSA)

40

Page 41: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

SIFAT KLHS FUNGSI (GENERIK) KLHS

Instrumental • Mengidentifikasi pengaruh atau konsekuensi dari KRP terhadap lingkungan hidup untuk mendukung pengambilan keputusan

• Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam KRP

Transformatif • Memperbaiki mutu dan proses formulasi dan penyusunan KRP

• Memfasilitasi proses pengambilan keputusan agar tercapai keseimbangan tujuan lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi

Substantif • Meminimalkan potensi dampak penting negatif yang akan timbul oleh usulan KRP (tingkat keberlanjtan lemah)

• Melakukan langkah perlindungan lingkungan yang tangguh (tingkat keberlanjutan

41

Page 42: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

KLHS DI DALAM PERATURAN SEKTOR

– Peraturan Pemerintah no. 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang ((pasal 25, 27, 33, 35)

.......prosedur penetapan RTRW nasional, propinsi, kabupaten, kota, dilakukan melalui KLHS

– Peraturan Pemerintah no. 10/2010 tentang tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan (pasal 31 dan 46 (ayat 4)

..... apabila usulan perubahan peruntukan berpotensi menimbulkan risiko lingkungan, wajib melaksanakan KLHS.

42

Page 43: Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup_Wiske

TERIMA KASIH

KONTAK: E-mail: [email protected] Telp: 081356717164

43