15
03 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, …..” (Pembukaan UUD 1945, Alinea Keempat) Bagan Apung penangkapan ikan di Pulau Badul, Ujung Kulon, Banten. [Aksa Tejalaksana, 2006]

Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

03Kebijakan Pengelolaan Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, …..”(Pembukaan UUD 1945, Alinea Keempat)

Bagan Apung penangkapan ikan di Pulau Badul, Ujung Kulon, Banten.[Aksa Tejalaksana, 2006]

Page 2: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2004-2009 menekankan perbaikan

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup diarahkan untuk memperbaiki sistem

pengelolaan sumber daya alam agar mampu memberikan

manfaat ekonomi, termasuk jasa lingkungannya, dalam jangka

panjang dengan tetap menjamin kelestariannya.

Sasaran yang ingin dicapai dari RPJM Tahun 2004-2009 dalam

bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

yaitu membaiknya fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan

sumber daya alam yang mengarah pada pengarusutamaan

prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor

pembangunan.

Penjabaran RPJMN untuk tahun 2006, dituangkan dalam

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 yang antara

lain memuat prioritas pembangunan, rancangan serta

program pembangunan dalam bentuk kerangka regulasi dan

pendanaan. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan

lingkungan hidup pada tahun 2006 merupakan bagian dari

pencapaian RPJMN Tahun 2004-2009 yang telah dijabarkan

pada RKP Tahun 2006.

3.1. Permasalahan

Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Kerusakan

Lingkungan Hidup

Pada tahun 2006, secara umum, sumber daya alam dan

lingkungan hidup banyak mengalami tekanan di hampir

seluruh wilayah tanah air. Tekanan lingkungan hidup

didominasi oleh berbagai bencana alam, kerusakan sumber

daya alam, dan menurunnya fungsi lingkungan hidup sebagai

unsur penting dalam penyangga kehidupan.

Pengelolaan sumber daya hutan dihadapkan pada

permasalahan makin berkurangnya luasan hutan dan

rusaknya ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

disebabkan maraknya penebangan ilegal dan konversi

lahan. Hal ini tidak terlepas dari paradigma pengelolaan

hutan yang hanya memprioritaskan hasil hutan berupa

kayu. Padahal hasil hutan tidak hanya kayu, tetapi juga

non-kayu yang hingga kini belum dimanfaatkan secara

optimal.

Hal serupa juga terjadi dalam pengelolaan sumber daya

kelautan. Illegal fishing (terutama di Zona Ekonomi

Eksklusif-ZEE) dan penambangan pasir laut ilegal

merugikan negara. Permasalahan lainnya adalah

pencemaran dan rusaknya ekosistem pesisir dan laut di

beberapa wilayah. Deforestrasi hutan mangrove,

Kondisi lingkungan hidup saat ini cenderung memburuk. Meskipun telah banyak upaya dilakukan berbagai pihak namun kurang optimal. Olehnya itu, perlu ada perencanaan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan terpadu dan berkelanjutan.

03Kebijakan Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006222

Page 3: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

degradasi terumbu karang, dan padang lamun di kawasan

pesisir dan laut mengakibatkan erosi pantai dan

berkurangnya keanekaragaman hayati laut.

Bidang pengelolaan sumber daya alam tambang dan

mineral, khususnya bidang energi, menghadapi masalah

meningkatnya konsumsi energi nasional dari tahun ke

tahun dengan laju peningkatan sebesar 8,5% per tahun

dan belum bisa memenuhi rasio elektrifikasi yang saat ini

masih sekitar 54,3%. Indonesia mengalami krisis energi

karena terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan

permintaan.

Persoalan lingkungan terjadi karena peningkatan konsumsi

energi fosil yang tidak efisien akan meningkatnya polusi

udara dan emisi gas rumah kaca yang berdampak pada

perubahan iklim. Meningkatnya konsumsi energi

mendorong eksploitasi bahan tambang khususnya batu

bara. Kegiatan penambangan batu bara dapat dipastikan

akan merusak lingkungan, sehingga perlu pengendalian

secara seksama agar dapat meminimalkan kerusakan

lingkungan. Persoalan lain yang hingga kini masih belum

dapat dituntaskan adalah kasus-kasus pertambangan tanpa

izin (PETI), karena luasnya dimensi ekonomi, hukum dan

sosial dari kasus PETI ini.

Kejadian berbagai bencana alam dan lingkungan merupakan

sebuah kenyataan yang memerlukan perubahan perspektif

dalam memperlakukan sumber daya alam dan lingkungan

hidup. Perspektif baru melihat pengelolaan sumber daya

alam dan lingkungan hidup dijalankan dengan tidak

memberikan toleransi pada praktik-praktik merusak sumber

daya alam dan lingkungan hidup.

Bencana banjir dan longsor telah mengakibatkan rusaknya

kawasan budi daya (persawahan, perkebunan, peternakan,

dan pertambangan), sarana prasarana, harta dan hilangnya

jiwa manusia. Beragam faktor penyebab banjir dan tanah

longsor, antara lain kombinasi antara curah hujan tinggi, daya

dukung lingkungan rendah, dan konversi areal hutan menjadi

perkebunan. Hampir seluruh daerah yang terkena banjir

mempunyai daerah hulu (catchment area) yang kritis dan pada

umumnya penduduk yang terkena musibah tinggal di

kawasan lindung.

Degradasi kualitas lingkungan yang diikuti dengan gaya

hidup tidak sehat ditambah dengan tingginya angka

kemiskinan memicu munculnya berbagai jenis penyakit

menular secara bergantian dengan status kejadian luar biasa

(KLB). Flu burung, salah satu penyakit menular yang telah

mewabah, menjadi sorotan dunia internasional. Penyakit-

penyakit lainnya, seperti demam berdarah, polio, busung

lapar, tuberkulosis (TBC), muntaber dan malaria yang

mewabah di beberapa provinsi, juga perlu menjadi

perhatian.

Masalah itu perlu ditangani secara proporsional dengan

memadukan antarsektor dan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan. Perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup akan bermuara pada

kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan kualitas

lingkungan hidup yang baik.

Pencemaran Lingkungan

Permasalahan lingkungan lainnya yang dihadapi pada tahun

2006 yaitu penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan

oleh pencemaran. Peningkatan polutan terjadi secara

signifikan di media air dan udara. Selain itu, terjadi juga

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006 23

Page 4: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

peningkatan kasus pencemaran limbah domestik dan bahan

berbahaya dan beracun (B3).

Pemantauan 35 sungai di Indonesia yang dilakukan oleh 30

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

(Bapedalda) Provinsi pada tahun 2006 menunjukkan air

sungai-sungai itu sudah tercemar, berdasarkan kriteria mutu

air kelas dua. Sumber pencemar air permukaan dan air tanah

pada umumnya adalah industri, pertanian, dan rumah

tangga. Di Indonesia pada tahun 2004 tercatat ada sekitar

9.600 industri besar dan menengah yang berpotensi

mencemari air permukaan dan air tanah. Jumlah tersebut

menurun sekitar 3% dibandingkan dengan keadaan tahun

2001. Dan ada 134.000 industri kecil yang berpotensi

mencemari air permukaan dan air tanah pada tahun 2004.

Jumlah itu meningkat sekitar 14% dibandingkan dengan

keadaan tahun 2001.

Penurunan kualitas udara yang disebabkan oleh pencemaran

yang bersumber dari sektor transportasi dan industri terjadi di

kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung

dan Medan maupun di pusat-pusat pertumbuhan industri.

Kualitas udara di beberapa kota di Sumatera dan hampir

seluruh provinsi di Kalimantan menurun akibat kebakaran

hutan. Kabut asap kebakaran hutan mengakibatkan kesehatan

masyarakat menurun dan mengganggu transportasi udara,

sungai, dan darat.

Timbulan sampah di kota besar dan metropolitan sangat

fluktuatif. Di beberapa kota besar produksi sampah tahun 2005

dan 2006 cenderung meningkat rata-rata 20,9%. Pada tahun

1995 jumlah rata-rata produksi sampah perkotaan di Indonesia

adalah 0,8 kg per kapita per hari. Pada tahun 2000 meningkat

menjadi 1 kg per kapita per hari, dan tahun 2020 diperkirakan

akan meningkat menjadi 2,1 kg per kapita per hari.

Data Departemen Perindustrian menunjukkan tahun 2006

ada 26.514.883 ton B3 yang tersebar di berbagai industri. Di

sektor industri kimia hilir beredar 3.282.641 ton B3, industri

kimia hulu sebanyak 21.066.246 ton, industri logam mesin

tekstil aneka (ILMTA) sebanyak 1.742.996 ton, dan industri

kecil menengah (IKM) sebanyak 423 ton (Departemen

Perindustrian, 2006). Indonesia juga mengimpor B3 dari

Jepang, China, Perancis, Jerman, India, Belanda, Korea,

Inggris, Australia, dan Singapura.

3.2. Sasaran Pembangunan Tahun 2006

Tujuan Jangka Menengah di bidang pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup yang tertuang dalam

RPJMN Tahun 2004-2009 adalah: “Membaiknya fungsi

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang

mengarah pada pengarusutamaan prinsip pembangunan

be rke l an ju t an d i s e lu r uh sek to r dan b idang

pembangunan.”

Adapun sasaran pembangunan di bidang lingkungan hidup

berdasarkan RKP tahun 2006 adalah:

1. Berkurangnya pencemaran air, udara dan tanah di kota-

kota besar disertai pengendalian dan pemantauan

terpadu antarsektor;

2. Berkembangnya kemampuan adaptasi terhadap

perubahan iklim global;

3. Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara

berkelanjutan sesuai pedoman IBSAP 2003-2020;

4. Tersusunnya aturan pendanaan lingkungan yang

inovatif sebagai terobosan untuk mengatasi kecilnya

pembiayaan sektor lingkungan hidup; dan

5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup.

3

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

24

Page 5: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Secara khusus, sasaran perbaikan pengelolaan sumber daya

alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang terkait

dengan bidang kehutanan pada RKP tahun 2006 adalah:

1. Meningkatnya upaya penanggulangan pembalakan liar

dan penyelundupan kayu;

2. Meningkatnya pemanfaatan kawasan hutan melalui

penunjukan kawasan hutan serta terwujudnya status

hukum kawasan hutan yang sudah ditata batas temu

gelang;

3. Terlindunginya sumber daya hutan dari kerusakan, antara

lain melalui penyusunan beberapa peraturan

perundangan konservasi dan pengembangan konsep

dan sistem mekanisme pendanaan berkelanjutan;

4. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumber daya hutan

melalui tata kelola yang baik (good governance) antara lain

melalui pendampingan kelompok usaha produktif dan

pengembangan sistem pengawasan hutan oleh

masyarakat;

5. Terehabilitasinya beberapa daerah aliran sungai (DAS)

yang rusak; dan

6. Tersedianya data dan informasi sumber daya hutan

antara lain melalui penyusunan data tematik

kehutanan.

Sasaran perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup yang terkait dengan

bidang kelautan pada RKP tahun 2006 adalah:

1. Menurunnya kegiatan ilegal dan merusak di wilayah laut

dan pesisir;

2. Meningkatnya kualitas pengelolaan ekosistem pesisir,

laut dan pulau-pulau kecil secara terpadu, lestari, dan

berbasis masyarakat;

3. Meningkat dan berkembangnya kawasan konservasi laut

dan atau pengembangan daerah perlindungan laut;

4. Terwujudnya ekosistem laut dan pesisir yang bersih,

sehat dan produktif;

5. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir dan daratan

dalam satu kesatuan pengembangan wilayah;

6. Berkembangnya riset dan teknologi bidang kelautan;

7. Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara

tetangga;

8. Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut.

Sasaran perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup yang terkait dengan

bidang pertambangan dan sumber daya mineral pada RKP

tahun 2006 adalah:

1. Meningkatnya cadangan, produksi dan ekspor migas;

2. Terjaminnya pasokan migas dan produk-produknya

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri;

3. Meningkatnya investasi pertambangan dan sumber

daya mineral dengan perluasan lapangan kerja dan

kesempatan berusaha;

4. Teridentifikasinya ”kawasan rawan bencana geologi”

sebagai upaya pengembangan sistem mitigasi bencana; dan

5. Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa izin

(PETI) dan usaha-usaha pertambangan yang merusak

dan yang menimbulkan pencemaran.

3.3. Kebijakan Tahun 2006

Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup tahun 2006 diutamakan untuk mengarusutamakan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh

bidang pembangunan. Secara rinci, arah kebijakan yang

ditempuh dalam pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah sebagai

berikut.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

25

Page 6: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Kebijakan pembangunan di bidang lingkungan hidup pada

RKP Tahun 2006 diarahkan untuk:

1. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup

di tingkat nasional dan daerah;

2. Meningkatkan upaya penegakan hukum secara

konsisten kepada pencemar lingkungan;

3. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan

hidup baik di tingkat nasional maupun daerah; dan

4. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu

lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol

sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup.

Kebijakan perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup yang terkait dengan

bidang kehutanan pada RKP tahun 2006 diarahkan untuk:

1. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan dengan

meningkatkan keterlibatan masyarakat secara

langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan

koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam

wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan dan

penegakan hukumnya;

2. Mencapai kesepakatan antartingkat pemerintahan dan

mengimplementasikan pembagian wewenang dan

tanggung jawab pengelolaan hutan;

3. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam

pengelolaan hutan;

4. Memberlakukan moratorium di kawasan tertentu; dan

5. Memanfaatkan hasil hutan nonkayu dan jasa

lingkungannya secara optimal.

Sementara kebijakan perbaikan pengelolaan sumber daya

alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang terkait

dengan bidang kelautan pada RKP tahun 2006 diarahkan

untuk:

1. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya

laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara lestari berbasis

masyarakat;

2. Memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam

pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan;

3. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau

kecil serta merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti

terumbu karang, mangrove, padang lamun, dan estuaria;

4. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup di wilayah pesisir, laut, perairan tawar (danau, situ,

perairan umum), dan pulau-pulau kecil;

5. Menjalin kerja sama regional dan internasional dalam

rangka penyelesaian batas laut dengan negara tetangga;

6. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan

pesisir dalam rangka peningkatkan perlindungan

keselamatan bekerja dan meminimalkan risiko bencana

alam laut bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil;

7. Mendorong kemitraan dalam rangka meningkatkan

peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan

sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil; dan

8. Memperkuat kapasitas instrumen pendukung

pembangunan kelautan yang meliputi iptek, sumber

daya manusia, kelembagaan, dan peraturan

perundangan.

Sedangkan dalam bidang pertambangan dan sumber daya

mineral, kebijakan perbaikan pengelolaan sumber daya alam

dan pelestarian fungsi lingkungan hidup pada RKP tahun

2006 diarahkan untuk:

1. Meningkatkan eksplorasi dalam upaya menambah

cadangan migas dan sumber daya mineral lainnya;

2. Meningkatkan eksploitasi dengan selalu memperhatikan

aspek pembangunan berkelanjutan, khususnya

mempertimbangkan kerusakan hutan, keanekaragaman

hayati dan pencemaran lingkungan;

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

26

Page 7: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

1.154.598.522.000 yang dimanfaatkan oleh sejumlah sektor,

antara lain KLH, Departemen ESDM, Dephut, Deptan,

LIPI, Batan, Bapeten, Bakosurtanal, dan Lapan.

Keempat program itu adalah:

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH

Rp 261.378.975.000

2. Program Perlindungan dan Konservasi SDA Rp

437.263.696.000

3. Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Rp

294.376.334.000

4. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Rp

161.579.517.000

Pada tahun 2006 terdapat APBN yang dialokasikan melalui

Belanja Daerah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus Bidang

Lingkungan Hidup (DAK LH). DAK Bidang LH bertujuan

3. Menjamin kepastian hukum melalui penyerasian aturan

dan penegakan hukum secara konsekuen; dan

4. Meningkatkan pelayanan dan informasi pertambangan,

termasuk informasi kawasan yang rentan bencana geologi.

3.4. Pendanaan Tahun 2006

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) 2006, besarnya pendanaan untuk

lingkungan hidup sebesar Rp 3.010.633.692.000. Anggaran

tersebut terdiri dari rupiah murni sebesar Rp

2.268.551.644.000 dan Pinjaman Hibah Luar Negeri

(PHLN) sebesar Rp 742.082.048.000. Anggaran tersebut

tersebar pada berbagai kementerian/lembaga (Lihat

Gambar 3.1).

Secara spesifik alokasi anggaran untuk pengelolaan

lingkungan yang tersebar di empat program hanya sebesar Rp

0

500,000,000

1,000,000,000

1,500,000,000

2,000,000,000

2,500,000,000

Series1 5,000,000 102,956,417 767,461,441 237,820,000 2,188,636,23 379,046,800 488,816,628 3,500,000 69,462,800 1,000,000 4,500,000 68,500,000 1,502,501

DEPDAGRI DEP. ESDM DEPHUT DKP DEP. PU KLH BPN MENEG PDT LIPI BATAN LAPANBAKOSURT

ANALBAPETEN

Gambar 3.1 Alokasi anggaran fungsi lingkungan hidup tahun 2006 pada berbagai Kementerian/Lembaga

Catatan : Alokasi anggaran tidak termasuk alokasi untuk Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan.

Sumber : Diolah dari data Indonesian Budget in Brief 2006, Departemen Keuangan, 2006

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

27

Page 8: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

mendorong daerah melakukan upaya nyata memperbaiki

kualitas lingkungan. Alokasi DAK Bidang LH tahun 2006

adalah sebesar Rp 112 miliar yang dialokasikan ke 333

kabupaten/kota.

Pengalokasian DAK Bidang LH t

Peningkatan kualitas lingkungan juga melibatkan peran

lembaga keuangan yang berfungsi menyalurkan dana dan

menentukan jenis usaha yang akan dibiayai. Pada bulan

Januari 2005 Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan

Peraturan BI No 7/2/2005 yang mencantumkan aspek

lingkungan sebagai salah satu penilaian kualitas aktiva.

Peraturan ini membawa pengaruh yang nyata bagi

lingkungan karena perbankan hanya memberikan kreditnya

kepada mereka yang memiliki kegiatan yang memelihara

lingkungan.

erkait dengan masih

banyaknya permasalahan lingkungan di daerah terutama

masalah air permukaan. Menyadari pentingnya menjaga

kualitas air maka pengalokasian DAK bidang lingkungan

hidup diawali untuk perbaikan kualitas air sungai. Untuk

dapat meningkatkan kualitas air sungai diperlukan data awal

tentang kualitas air sungai saat ini. Pada tahun 2006 DAK LH

dianggarkan untuk pengadaan peralatan pemantau kualitas

air sungai sehingga diperoleh data yang akurat tentang kondisi

air sungai. Data tersebut nantinya akan digunakan untuk

kegiatan perbaikan kualitas air sungai.

Dalam kerangka pengembangan pinjaman lunak lingkungan,

pada tahun 2006 telah tersedia tiga Skema Pinjaman Lunak

Lingkungan yang dapat membantu seluruh kegiatan usaha

terutama usaha kecil dan menengah dalam mengelola dan

mengendalikan pencemaran lingkungan.

Dalam kerangka Debt for Nature Swap (DNS), pada tahun 2006,

Pemerintah Jerman menyetujui Program DNS yang pertama.

Sebelumnya pengalihan hutang hanya dapat digunakan untuk

sektor pendidikan. Selain mendapatkan pengurangan hutang

sebesar EUR 12,5 juta, program DNS ini dapat membantu

menggerakan usaha mikro dan kecil (UMK) melalui bisnis

lingkungan seperti usaha daur ulang dan meningkatkan

persaingan UMK dengan pembiayaan investasi lingkungan.

Dana yang disediakan sebesar Rp 68,75 miliar, ini dapat

disalurkan selama lima tahun dari tahun 2006 -2010.

Kerja sama pendanaan internasional dengan multilateral trust

fund di antaranya melalui Global Environment Facility

(GEF), yang merupakan mekanisme penyediaan dana

berupa hibah (grant) ke negara-negara berkembang untuk

membiayai kegiatan maupun proyek yang bertujuan

melindungi lingkungan di dunia. Mekanisme GEF fokus

mendanai bidan keanekaragaman hayati terkait dengan

Konvensi Keanekaragaman Hayati, international waters

protection, perlindungan lapisan ozon (terkait dengan

Konvensi Perlindungan Ozon dan Protokol Montreal) dan

perubahan iklim (terkait dengan Konvensi Perubahan Iklim),

land degradation dan persistent organic pollutants.

3.5 Kegiatan Utama dan Pendukung KLH 2006

Untuk mencapai sasaran pembangunan lingkungan hidup

sesuai dengan RKP 2006, KLH telah melaksanakan

kegiatan utamanya yang terfokus pada upaya

pengendalian pencemaran dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan utama tersebut

didukung oleh kegiatan-kegiatan pendukung. Kegiatan-

kegiatan tersebut diuraikan secara mendetail dalam bagian

respon dalam setiap bab.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

28

Page 9: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

3.5.1 Kegiatan Utama

1. Adipura

Program Adipura bertujuan untuk mendorong pemerintah

daerah dan masyarakat mewujudkan kota yang bersih dan

teduh dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Setelah empat tahun, Program Adipura telah mencapai hasil

yang cukup menggembirakan, antara lain:

?Meningkatnya jumlah kota yang ikut dari 59 kota (2002)

menjadi 381 kota pada tahun 2006

?Hasi l pemantauan f i s ik kota menunjukkan

kencederungan yang terus meningkat/membaik

?Komitmen para bupati/walikota semakin tinggi dalam

upaya meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan

?Masyarakat, LSM, perguruan tinggi, media massa beserta

pemerintah provinsi telah bersama melakukan evaluasi

kota

Peran masyarakat yang menjadi fokus saat ini lebih

ditingkatkan agar upaya perwujudan kota yang lebih bersih

dan teduh (clean and green city) menjadi perhatian utama

pemerintah kabupaten/kota. Selanjutnya upaya itu dapat

dilaksanakan seluruh komponen masyarakat bersama-sama.

Anugerah Adipura 2006 telah diserahkan Bapak Presiden

Republik Indonesia di Istana Negara kepada 45 walikota dan

bupati. Pada Malam Anugerah Lingkungan Hidup Adipura

2006 Bapak Wakil Presiden memberikan penghargaan bagi

kabupaten/kota yang telah berhasil menata sebagian sarana

publik di kotanya seperti jalan, pasar, taman, terminal dan

sekolah. Dalam acara tersebut diumumkan pula kota

terkotor yaitu Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota

Banjarmasin dan Kabupaten Tangerang. Pada awalnya

empat kota/kabupaten itu menentang pengumuman kota

terkotor. Akhirnya status itu mendorong motivasi dan

menjadi pemersatu komponen kota untuk menuju kota

bersih dan teduh.

Selain Adipura, kesepakatan menteri lingkungan hidup

ASEAN memberikan kota di negara ASEAN yang

berprestasi mengelola lingkungan perkotaan secara

berkelanjutan, menjadi penarik bagi kota-kota di Indonesia

agar bisa mencapai kualitas kota bertaraf internasional.

2. Proper

Proper (Program Penilaian Peringkat Kinerja) adalah

rangkaian aktivitas yang dirancang KLH guna meningkatkan

kinerja pengelolaan lingkungan hidup di sekitarnya. Program

Proper sudah diadopsi di berbagai negara lainnya di Asia,

Afrika, dan Amerika Latin. Proper adalah program dengan

semangat penghargaan (reward) dan hukuman (punishment) dari

pemerintah bagi dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan.

Reward diberikan kepada perusahaan yang kinerja

lingkungannya baik dan punishment diberikan kepada

perusahaan yang kinerja lingkungannya buruk. Sejauh ini

Proper dinilai efektif mendorong kinerja perusahaan dalam

pengelolaan lingkungan.

Untuk meningkatkan efektifitas Proper, jumlah perusahaan

yang diikutsertakan terus ditambah sesuai dengan kapasitas

sumber daya yang ada. Pada tahun 2006 jumlah perusahaan

yang ikut dalam Proper mencapai 525 perusahaan. Jumlah

perusahaan yang ikut Proper pada tahun mendatang akan

terus ditingkatkan sehingga mencapai critical mass untuk

mendorong penaatan.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

29

Page 10: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

3. Langit Biru

Beberapa kegiatan penting untuk mengendalikan pencemaran

lingkungan dari emisi kendaraan bermotor dan mendorong

penggunaan energi ramah lingkungan selama tahun 2006

adalah sebagai berikut:

? Meningkatkan penggunaan bahan bakar ramah

lingkungan sebagai bahan bakar nabati (biofuel) seperti

biodiesel, etanol, gasohol. Inpres No 5 tahun 2006

mengenai Bahan Bakar Nabati. Bahan bakar alternatif

telah disosialisasikan di daerah Cirebon, Bandung dan

Jakarta. Di daerah Malang, Jawa Timur, ada pompa

bensin yang menyediakan bio-premium yaitu bensin

yang dicampur dengan etanol. Sedangkan solar yang

dicampur dengan 10% biofuel, telah tersedia di 190

pompa bensin di Jakarta.

?Mendesak pemanfaatan teknologi terkini melalui

pengetatan standar emisi, pengetatan kendaraan tipe

baru, Mandatory Disclosure of Automatic Emissions, dan

verifikasi dokumen kendaraan. Selain itu juga telah

ditetapkan metode pengujian emisi kendaraan bermotor

di jalan sebagai acuan untuk penaatan emisi kendaraan di

daerah.

?Pada bulan Juli 2006 seluruh pompa bensin sudah

menyediakan bensin bebas timbal.

?Pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor pribadi di

lima kota besar. Hasilnya adalah 80% kendaraan

bermotor tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

?Pada tanggal 13-14 Desember yang lalu telah

dilaksanakan BAQ (Better Air Quality) Asia di

Yogyakarta. Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah

mengomunikasikan serangkaian upaya meningkatkan

kualitas udara yang lebih bersih di negara Asia.

Indonesia mendapatkan penghargaan internasional atas

keberhasilannya penerapan sistem transportasi Bus

Rapid Transit. Gubernur DKI Jakarta, sebagai kepala

daerah menerima penghargaan tersebut

4. Pengelolaan Sungai dan Danau

Beberapa kebijakan KLH yang sangat penting dalam

pengelolaan sungai dan danau dalam tahun 2006, yaitu :

i. Rancangan Perpres Penetapan Kelas Air dan Pemulihan Kualitas

Air Sungai Ciliwung

Untuk memadukan pengelolaan lingkungan sungai

secara komprehensif, KLH menyusun penetapan kelas

air dan master plan pemulihan kualitas air sungai sebagai

acuan bagi penyusunan pola dan rencana pengelolaan

sumber daya air untuk setiap wilayah sungai. Saat ini telah

disusun master plan untuk Sungai Ciliwung, Citarum,

Cisadane, Citanduy dan Progo. Sedangkan Rancangan

Perpres yang telah disusun adalah penetapan kelas air

Sungai Ciliwung.

ii. Rancangan Per pres Pengelolaan Kawasan Gambut

Sebagai tindak lanjut Rakor Pengelolaan Kawasan

Gambut tanggal 5 Mei 2005, KLH telah menyiapkan

Rancangan Perpres Pengelolaan Kawasan Gambut dan

Rancangan Kepres Komite Pengelolaan Kawasan

Gambut sebagai landasan operasional.

5. Program Menuju Indonesia Hijau (MIH)

Pada tahun 2006 telah dilakukan pemantauan tingkat tutupan

vegetasi di 310 kabupaten. Kabupaten yang memilik nilai

tutupan vegetasi lebih dari 80 adalah:

?Sumatera: Kabupaten Mandailing Natal, Gayo

Lues, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Barat

Daya, Dairi, Aceh Jaya, Pidie, Aceh Tengah dan

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

30

Page 11: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Karo (Dataran Tinggi); Kabupaten Nagan Raya,

Langkat, Bireun, Aceh Timar, Padang Sidempuan, Aceh

Utara, Tapanuli Utara dan Muko-muko (Dataran

Rendah);

?Jawa: tidak ada kabupaten yang memiliki nilai tutupan

vegetasi lebih dari 80;

?K a l i m a n t a n : K a b u p a t e n K a p u a s H u l u

(Dataran Tinggi); Kabupaten Barito Utara, Sambas dan

Kutai Timur (Dataran Rendah);

?S u l a w e s i : K a b u p a t e n K o l a k a ( D a t a r a n

Tinggi);

?Papua: Kabupaten Sar mi, Sorong, Puncak

Jaya, Jayapura, Waropen dan Paniai (Dataran Tinggi);

?Pulau Kecil: Kabupaten Nias, Mentawai, Nias

Selatan, Simeulue, Jembrana dan Sumbawa

Program MIH berupa kegiatan pemulihan kerusakan

lingkungan dengan pendekatan peningkatan tambahan

pendapatan (income generating) seperti:

?Pemulihan daerah tangkapan air Danau Limboto

melalui penanaman jarak dan bantuan peralatan

mesin pemerah minyak jarak kepada kelompok

masyarakat.

?R e h a b i l i t a s i h u t a n m a n g r o v e b e r b a s i s

masyarakat di Jawa Tengah menunjukkan bahwa

kegiatan perlindungan lingkungan juga dapat

d i l akukan bersamaan deng an pen ingkatan

masyarakat melalui usaha budi daya kepiting

bakau, pembenihan anakan mangrove, budi daya

bandeng dan udang serta tumpang sari antara tanaman

melati dan mangrove.

6. Program Pemberdayaan Masyarakat

Dalam memecahkan masalah lingkungan yang semakin

kompleks, diperlukan partisipasi masyarakat yang mempunyai

inisiatif membela lingkungan hidup. Untuk itu KLH

mengembangkan program pemberdayaan masyarakat “Warga

Madani” yang menunjang terciptanya masyarakat yang sadar,

peduli dan mempunyai tuntutan akan lingkungan yang baik

dan sehat. KLH membangun aliansi strategis masyarakat

peduli lingkungan dengan membentuk kader lingkungan dan

komunitas media massa yang memiliki komitment kuat pada

pelestarian lingkungan. Aliansi strategis itu antara lain dalam

bentuk forum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Peduli

Lingkungan dan Environmental Parliament Watch. Sinergi

kedua forum itu diharapkan dapat mewujudkan good

environmental governance.

Sebanyak 228 penerima penghargaan lingkungan Kalpataru

diharapkan dapat menjadi panutan masyarakat.

Pengembangan kader perorangan dan kader kelompok di

kawasan perkotaan dan perdesaan menggunakan pendekatan

cluster beberapa kawasan. Pengintegrasian program

lingkungan hidup ke dalam organisasi kemasyarakatan

berpotensi besar mengajak kelompok strategis yang belum

fokus pada kegiatan lingkungan. Kesepakatan kerja sama

dengan ormas agama seperti Muhammadiyah, Muslimat NU,

GP Ansor, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI),

organisasi profesi seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

serta organisasi sosial kemasyarakatan seperti Karang Taruna,

Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM),

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan

Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) telah terjalin untuk

mengarusutamakan lingkungan pada program-program kerja

organisasi itu.

05.Udara Dan Atmosfer

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

31

Page 12: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

Untuk mencapai perubahan sikap, perilaku dan etika, sejak

tahun 2006 KLH melaksanakan Program Adiwiyata yaitu

program sekolah peduli dan berbudaya lingkungan pada

tingkat pendidikan SD, SMP dan SMA. Program itu juga

dilaksanakan di pondok pesantren untuk membangun

pondok pesantren ramah lingkungan (Eko-Pesantren).

7. Amdal

Pada awal tahun 2006, Presiden RI mengeluarkan Inpres No 3

Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim

Investasi. Berangkat dari Inpres tersebut, KLH pada tahun

2006 telah merevitalisasi sistem Amdal antara lain:

a. Merevisi Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999

Statusnya pada saat ini sudah sampai pada naskah

akademis dan dalam proses legal drafting. Beberapa

penekanan dalam revisi tersebut adalah :

? Sanksi hukum bagi pelanggar Amdal;

? Pengaturan otorisasi Amdal (desentralisasi);

? Pengenalan berbagai perangkat pengelolaan

lingkungan yang mendukung kinerja sistem Amdal

(ERA, audit lingkungan, SEA);

? Perbaikan mekanisme Amdal.

b. Merevisi Kepmen No 17 Tahun 2001 menjadi Permen

No 11/2006 Aturan ini berkenaan dengan jenis usaha

dan/atau kegiatan yang wajib Amdal. Prinsipnya,

perubahan peraturan ini adalah untuk memperbaiki

iklim investasi, misalnya menyeleksi daftar kegiatan

wajib Amdal dengan lebih baik, sehingga mengurangi

daftar panjang yang wajib Amdal. Upaya yang

dilakukan ini bukanlah dalam konteks untuk

mengurangi mutu Amdal, tetapi lebih mempermudah

prosedur dan metodologi.

c. Merevisi Kepmen LH No 40 Tahun 2000 tentang

Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Amdal dan Kepmen

LH No 41 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan

Komisi Penilai Amdal. Masih mengikuti semangat

Inpres No 3 Tahun 2006, revisi dua kepmen itu adalah

untuk mengurangi nuansa birokratis dengan menghapus

proses penilaian Amdal di kabupaten/kota.

Terkait dengan percepatan rekonstruksi di NAD, KLH

bersama Bapedalda Aceh memfasilitasi pelaksanaan Amdal

61 proyek, dengan dukungan beberapa penyandang dana

(UNDP, GTZ dan Danida) sehingga tidak terjadi

keterlambatan rekonstruksi NAD. Kebijakan percepatan

Amdal ini didasarkan pada Kepmen LH Nomor 308 Tahun

2005.

8. Pengelolaan B3 dan Limbah B3

Untuk mengendalikan dampak pencemaran B3 dan limbah

B3, KLH telah mendorong registrasi B3 yang masuk dan

digunakan di Indonesia, menerapkan sistem perizinan

pengelolaan limbah B3, mendorong pengelolaan limbah B3

yang efisien dan efektif melalui kegiatan reduce, recyce, dan

recovery (3R) yang bisa meningkatkan nilai ekonomi limbah

B3, dan mengawasi pengelolaan limbah B3 melalui kegiatan

Proper maupun non-Proper.

Selama periode Januari-September 2006 KLH telah

mengeluarkan izin pengelolaan limbah B3 sebanyak 491

izin. Secara umum, jumlah izin pemanfaatan pemanfaatan

limbah B3 meningkat. Peningkatan ini menunjukkan KLH

perlu memprioritaskan pelaksanaan prinsip 3R.

Berdasarkan data yang ada total limbah B3 yang telah

dimanfaatkan selama tahun 2006 mencapai 1.681.536,268

ton, meningkat 65,6% dari tahun sebelumnya. Tahun 2006

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

32

Page 13: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

KLH juga telah memulihkan kualitas lingkungan lahan yang

terkontaminasi limbah B3 seluas 11,97 ha dengan total

9.200,93 ton limbah B3.

9. Pesisir dan Laut

Pengendalian kerusakan ekosistem pesisir dan laut

memerlukan upaya pengelolaan terpadu antarsektor dan

daerah. Misalnya, tiga provinsi --DKI Jakarta, Jawa Barat dan

Banten-- perlu bekerja sama mengelola sungai yang menjadi

sumber pencemar dan kerusakan Teluk Jakarta dan

Kepulauan Seribu.

KLH telah menyelesaikan rancangan peraturan presiden

terkait dengan penanggulangan keadaan darurat tumpahan

minyak di laut. Rancangan itu sudah disetujui oleh semua

instansi terkait termasuk Sekretariat Kabinet.

10. Penegakan Hukum

Sejak tahun 2002 sampai tahun 2006, 31 perusahaan telah

diajukan ke pengadilan. Dua puluh delapan kasus di antaranya

telah mendapat putusan berkekuatan hukum tetap. Saat ini

ada 41 perusahaan sedang dalam proses penyidikan baik oleh

PPNS ataupun Polisi. Dari 41 perusahaan tersebut, 28

05.Udara Dan Atmosfer05.Udara Dan Atmosfer

perusahaan terlibat kasus pembakaran lahan tahun 2006. Ada

tiga perusahaan penanaman modal asing dari Singapura dan

tiga dari Malaysia yang didakwa membuka lahan dengan

membakar.

Dari Tabel 3.1 tergambar membaiknya upaya membawa

kasus lingkungan ke pengadilan. Sayangnya vonis hakim yang

dijatuhkan belum memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan

lingkungan.

11. Perubahan Iklim

Pada tahun 2006 telah ditetapkan kuota untuk impor CFC

Tabel 3.1 Penegasan Kasus Lingkungan Hidup 2002-2006

Sumber : KLH,2006

Indonesia terpilih menjadi tuan rumah pelaksanaan COP

(Conference of the Parties) 13 UNFCCC (United Nations

Framework Convention on Climate Change), yang akan

berlangsung di Bali tanggal 3-14 Des 2007.

Pertemuan yang akan dihadiri oleh kurang lebih 10.000 peserta

ini diharapkan menyepakati pemberian insentif berbagai upaya

pencegahan pemanasan global yang terkait dengan pelestarian

hutan, adaptasi terhadap kenaikan permukaan air laut dan

perubahan iklim (perubahan musim hujan dan kemarau), dan

penggalangan dana untuk kegiatan pembangunan

berkelanjutan.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

33

Tahun Putusan HakimJumlah Perkara

Keterangan

Terbukti Bersalah 2

Bebas Murni 2

Terbukti Bersalah 7 Percobaan

Bebas Murni 1

·       5 Penjara (1 kasasi)

·       12 Hukuman Percobaan

Bebas Murni 1 Proses Kasasi

17

2002

2003-2004

2005-2006Terbukti Bersalah

Page 14: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

adalah 2.331 dan methyl bromida untuk kegiatan fumigasi

pergudangan 54 ton. Pada tahun 2007 kuota BPO (bahan

perusak ozon) akan terus dikurangi yaitu sebesar 1.122 ton

CFC dan 21 ton untuk methyl bromida. Penghentian impor

CFC dan MBr untuk fumigasi pergudangan akan mulai

berlaku pada tanggal 1 Januari 2008.

Pada tahun 2006 telah dihapuskan pemakaian BPO sebesar

1.209 ton di berbagai sektor melalui kegiatan alih teknologi

pada industri pengguna BPO, pendistribusian peralatan

daur ulang CFC, serta pengadaan peralatan untuk pusat

reklamasi CFC.

Dalam usaha penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) global

melalui CDM (clean development mechanism), KN-MPB (Komisi

Nasional Mekanisme Pembangunan Berkelanjutan) telah

menyetujui 10 proyek tingkat nasional dan baru delapan yang

telah terdaftar di tingkat internasional (disetujui oleh Dewan

Eksekutif) sebagai proyek CDM. Kedelapan proyek yang

diusulkan tersebut bisa mengurangi emisi CO setara karbon 2

kurang lebih 12.536.987 ton untuk rata-rata tujuh tahun.

Kalau diasumsikan 1 ton harganya US$ 7/ton maka

Indonesia berpotensi mendapatkan US$ 87.758.167 atau

sekitar Rp 800 miliar.

12. Keanekaragaman Hayati

Saat ini sedang disusun Rancangan Undang-Undang

Pengelolaan Sumber Daya Genetik (RUU PSDG). RUU

PSDG sangat penting untuk segera diselesaikan dan dijadikan

undang-undang, karena belum ada aturan yang memadai

untuk mel indungi , menge lo la , meng onser vas i ,

memanfaatkan, mengatur akses sumber daya genetik, dan

membagi keuntungan dari pemanfaatan kekayaan sumber

daya genetik Indonesia.

Kebijakan Kemanan Hayati (UU 21/2004 tentang Ratifikasi

Protokol Cartagena Keamanan Hayati dan Peraturan

Pemerintah Nomor 21/2005 tentang Keamanan Hayati

Produk Rekayasa Genetik). Penandatanganan deklarasi

bersama antara KLH, Departemen Kehutanan serta empat

kabupaten (Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Tebo dan

Tanjung Jabung Barat) untuk mengelola Taman Nasional

Bukit Tigapuluh (TNBT) dan daerah penyangga secara

terpadu.

13. Produksi Bersih dan Ekolabel

a. Pusat Produksi Bersih Nasional, Ekolabel dan ISO 14001.

Pusat Produksi Bersih Nasional yang telah beroperasi

sejak tahun 2004 mengeluarkan berbagai seri panduan

dan modul pelatihan bersih beberapa sektor kegiatan.

Untuk program ekolabel, sertifikasi ekolabel indonesia

yang pertama telah diberikan untuk produksi kertas

cetak. Pada saat ini Sekitar 400 perusahaan di

Indonesia telah bersertifikat ISO 14001, SNI Sistem

Manajemen Lingkungan dan SNI pendukungnya telah

tersedia.

b. Peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan.

Upaya ini dicapai dengan terbitnya Permen LH No 6

Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi

Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan,

Keputusan MENLH No. 238 Tahun 2006 tentang Panitia

Teknis Perumusan Standar Kompetensi Personil dan

Lembaga Jasa Lingkungan, Kelompok Kerja Nasional

(Pokjanas) Kompetensi Lingkungan, sebagai forum

konsultasi stakeholders.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 20062

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

34

Page 15: Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

3.5.2 Kegiatan Pendukung

Kegiatan-kegiatan utama di atas didukung oleh kegiatan-

kegiatan pendukung seperti: pengembangan komunikasi,

informasi dan edukasi, pemberdayaan masyarakat,

pendidikan dan latihan, penyusunan perundangan di bidang

lingkungan hidup, pengembangan pembiyaan lingkungan

melalui mekanisme: kredit lunak, DNS, CDM, Payment of

Environmental Services (PES), dana alokasi khusus (DAK)

lingkungan hidup, dan kegiatan kerja sama luar negeri.

Status Lingkungan Hidup Indonesia 2006

03.Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

35