26
KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada PT. Tanjungpinang Makmur Bersama Tahun 2010-2015) NASKAH PUBLIKASI Oleh: MENA ELVINA NIM : 130565201026 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD

KOTA TANJUNGPINANG

(Studi pada PT. Tanjungpinang Makmur Bersama Tahun 2010-2015)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

MENA ELVINA

NIM : 130565201026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

1

Abstrak

Salah satu BUMD yang dimiliki Kota Tanjungpinang adalah PT.

Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB). Dalam perjalanannya Pemko

adalah pemilik saham dari PT. TMB tersebut. Dalam hal ini Pemko

Tanjungpinang telah memberikan penyertaan modalnya sebanyak tiga kali yakni

di tahun 2010, 2012, dan 2015. Sejak berdirinya PT. TMB yakni pada tahun 2010,

PT. TMB belum pernah memberikan kontribusi PAD nya terhadap daerah.

Padahal Pemko telah memberikan modal sebesar Rp. 6.600.000.000. Adapun

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

perumusan kebijakan penyertaan modal daerah terhadap PT. TMB pada tahun

2010, 2012, dan 2015 dengan menggunakan teori Nigro and Nigro. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan

informan sebanyak 10 orang serta menggunakan teknik dan alat pengumpulan

data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam penelitian ini yakni kebijakan

penyertaan modal daerah terhadap PT. TMB Kota Tanjungpinang pada tahun

2010 terlaksana secara baik, hal ini karena tidak ada faktor-faktor negatif yang

mempengaruhi perumusannya. Penyertaan modal pada tahun 2010 ialah

pemberian modal dasar yang berguna untuk pembentukan awal dan pembenahan

PT. TMB yang baru diserahkan oleh Pemkab Bintan. Sedangkan pada tahun 2012,

pelaksanaan perumusannya dikatakan kurang baik karena ada beberapa faktor

yang mempengaruhi yakni berupa tekanan dari luar, pengaruh sifat pribadi dan

pengaruh kelompok luar. Pengaruh tersebut berasal dari partai politik, kelompok

masyarakat pengguna jasa lapak BUMD serta pengutamaan kepentingan pribadi

perumus kebijakan. Pada tahun 2015, pelaksanaannya sudah berjalan baik, karena

tidak ada faktor negatif yang mempengaruhinya. Penyertaan modal pada tahun

2015 ini merupakan penyertaan modal yang dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan eks karyawan Bintan yang menuntut pesangon.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, BUMD, Penyertaan Modal

Page 3: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

2

Abstract

One of BUMD owned by Tanjungpinang is PT. Tanjungpinang Makmur

Bersama (PT. TMB). Pemko is the stock owner of the PT. TMB. In this case,

Pemko Tanjungpinang has provided capital investment three times in 2010, 2012,

and 2015. Since the establishment of PT. TMB in 2010, PT. TMB have never

contributed their PAD toward the region. Whereas, Pemko has provided capital

amounting to Rp. 6,600,000,000. The purpose of this research is to know the

factors that influence the formulation of the policy of capital area inclusion

against PT. TMB in 2010, 2012, 2015, and by using the theory of Nigro and

Nigro. The methods used in this research is qualitative descriptive methods with

informants as many as 10 people. It used the techniques and instruments of data

collection in the form of observation, interview, and documentation.

The result of this research showed that a policy of capital area inclusion

against PT. TMB at Tanjung Pinang in 2010 was done well. This is happened

because there are no negative factors affecting their definitions. The inclusion of

capital in 2010 is the granting of authorized capital for initial formation and

revamping the new PT. TMB submitted by Bintan District. Whereas, in 2012, the

implementation of their definitions are said to be less good because there are

several factors that affect i.e. the pressure from outside, the influence of personal

traits and outside groups. The influences come from political parties, community

of BUMD service users and personal interests of the policy makers. In 2015, its

implementation is already running good, as there are no negative factors which

affected it. The inclusion of capital in 2015 is the inclusion of capital committed to

solve the ex employee of Bintan who demanded severance.

Keywords: Public Policy, BUMD, Government Capital

Page 4: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

1

A. PENDAHULUAN

Sejak diberlakukannya

otonomi daerah pada tahun 1999,

daerah dengan segala kemampuan

dan sumber daya yang ada mulai

mengembangkan daerah otonomnya

secara mandiri. Pelaksanaan otonomi

daerah merupakan fokus penting

dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sesuai dengan potensi

dan kekhasan daerahnya masing-

masing. Adapun konsekuensi DARI

diberlakukannya otonomi daerah

adalah daerah harus mampu

meningkatkan pendapatannya,

karena tingginya pendapatan daerah

akan berpengaruh besar pada

kesejahteraan masyarakatnya. Maka

dari itu pemerintah daerah

melakukan berbagai usaha untuk

memperbesar penerimaan, salah

satunya yaitu meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu yang menjadi

unsur penting dalam PAD adalah

hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, yang dalam hal ini

berupa Bagian Laba atas Penyertaan

Modal Pada Perusahaan Milik

Daerah atau sering disebut dengan

Badan Usaha Milik Bersama

(BUMD). Badan Usaha Milik

Daerah yang selanjutnya disingkat

BUMD adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh Daerah.

BUMD didirikan berdasarkan

peraturan daerah, dengan tujuan

untuk menggerakkan perekonomian

daerah serta menjadi pemasok dana

di dalam pendapatan daerah. Dengan

demikian, BUMD tidak dapat

diremehkan keberadaannya karena

kontribusi laba dari BUMD akan

meningkatkan pendapatan dan secara

otomastis akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Kontribusi BUMD terhadap

PAD sangat diperlukan dalam hal

ini, karena Pemerintah Daerah telah

menanamkan modal besar kepada

BUMD dan Pemerintah Daerah

selaku investor terbesar berhak

memperoleh laba dari BUMD setiap

tahunnya. Begitu pula dengan

BUMD Kota Tanjungpinang. BUMD

yang ada di Kota Tanjungpinang

masih belum memiliki kontribusi

besar terhadap PAD Kota

Tanjungpinang. Padahal, tujuan dari

pembentukan BUMD ini adalah

untuk meningkatkan untuk

menggerakkan perekonomian daerah

serta menjadi pemasok dana di dalam

pendapatan daerah.

Tanjungpinang, memiliki dua

BUMD yakni Perusahaan Daerah

Bank Perkreditan Rakyat Bestari (PD

BPR Bestari) dan PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama (PT. TMB).

Namun, berdasarkan data yang ada,

PT. TMB yang berdiri sejak tahun

2010 belum memberikan kontribusi

laba terhadap PAD Kota

Tanjungpinang. Hal ini terlihat jelas

pada tabel Kontribusi Laba BUMD

PT. TMB Terhadap PAD Kota

Tanjungpinang berikut:

Page 5: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

2

Tabel 1.1

Kontribusi Laba BUMD PT. TMB

Terhadap PAD Kota

Tanjungpinang Tahun 2010-2015

Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang

2016, data diolah

Dari tabel di atas terlihat jelas

bahwa sejak tahun berdirinya BUMD

PT. TMB yakni tahun 2010 hingga

tahun 2015 PT. TMB belum

memberikan kontribusi labanya

terhadap PAD Kota Tanjungpinang.

Bukan hanya itu, PT. TMB juga

selalu mengalami kerugian selama

menjalankan bidang usahanya.

Annisa (2017: 18) mengatakan

bahwa biaya operasional perusahaan

yang tinggi mencapai 100 juta rupiah

per bulan dengan pembiayaan yang

mencapai 135 juta per bulan

membuat BUMD harus mengalami

kondisi rugi. Kerugian yang terjadi

pada BUMD PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama juga disebabkan

oleh strategi yang masih belum

terlaksana secara keseluruhan.

Seperti yang dikatakan Nando

(2014:20) bahwa strategi BUMD

hanya matang sampai pada tahap

corporate strategy dan sumberdaya,

namun lemah pada strategi program

dan kelembagaan sehingga perlu

ditingkatkan penataannya. Hal ini

menunjukkan belum tercapainya

tujuan dari Perda No 4 Tahun 2007

tentang BUMD tersebut.

Berdasarkan data

kepemilikan saham PT. TMB,

rincian setoran modal saham

Pemerintah Kota Tanjungpinang

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Setoran Modal Saham Pemerintah

Kota Tanjungpinang Terhadap

PT. Tanjungpinang Makmur

Bersama

Tahun 2010-2015

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Kota Tanjungpinang 2017, data diolah

Terlihat jelas berdasarkan

tabel di atas, bahwa Pemerintah Kota

Tanjungpinang telah memberikan

modal sebesar Rp. 6.600.000.000

yang diberikan dalam tiga tahap,

yakni tahun 2010 sebesar Rp.

1.600.000.000, tahun 2012 sebesar

2.500.000.000 dan tahun 2015

sebesar 2.500.000.000. Bukan hanya

modal saham, Pemerintah Kota

Tanjungpinang juga memberikan

aset kepada PT. TMB yakni berupa

pengelolaan terhadap Taman dan

No. Tahun PAD

(Rupiah)

Laba PT.

TMB

(Rupiah)

Kontribusi

(%)

1 2010 53.686.990.525,37 0,00 0

2 2011 68.012.880.681,74 0,00 0

3 2012 82.306.463.814,52 0,00 0

4 2013 110.931.826.514,71 0,00 0

5 2014 125.170.740.485,86 0,00 0

6 2015 122.893.490.240,50 0,00 0

No. Tahun Modal Saham

(Rupiah)

1 2010 1.600.000.000

2 2012 2.500.000.000

3 2015 2.500.000.000

Jumlah 6.600.000.000

Page 6: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

3

Kios Anjung Cahaya di Jl. Agus

Salim, Melayu Square dan Ocean

Corner Tepi Laut tanjungpinang,

Pasar Baru I, Pasar Baru II, Pasar

Bestari Bintan Center, serta Akau

Potong Lembu.

Dalam hal ini, Pemerintah

Kota Tanjungpinang memberikan

kepercayaan kepada PT. TMB untuk

mengelola aset tersebut agar menjadi

lebih teratur dan dapat menghasilkan

laba bagi PT. TMB. Namun, pada

kenyataannya PT. TMB belum juga

memberikan labanya terhadap PAD

Kota Tanjungpinang. Padahal, jika

dilihat, aset pasar dan akau yang

diberikan pemerintah kota sangat

potensial untuk menghasilkan

pendapatan bagi PT. TMB.

Meskipun PT. TMB bukanlah

satu-satunya sumber pendapatan

daerah Kota Tanjungpinang, namun

keberadaannya sangat potensial

untuk membantu percepatan

pembangunan daerah dan dapat

mengurangi ketergantungan terhadap

pemerintah pusat. Investasi dari

Pemerintah Tanjungpinang inilah

yang nantinya akan diolah oleh

BUMD sehingga menghasilkan laba

setiap tahunnya dan pembagian laba

tersebut akan kembali kepada PAD

Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan pemaparan

masalah di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

lebih dalam terhadap BUMD PT.

Tanjungpinang Makmur Bersama

berkaitan dengan faktor-faktor apa

yang mempengaruhi perumusan

kebijakan penyertaan modal

Pemerintah Kota Tanjungpinang

terhadap BUMD PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama tahun 2010, 2012

dan 2015.

B. LANDASAN TEORI

a. Kebijakan Publik

Secara umum, kebijakan

sering dikaitkan dengan undang-

undang, peraturan, program dan

keputusan publik. Namun untuk

memahami lebih lanjut, pengertian

kebijakan publik diperjelas oleh

beberapa ahli, diantaranya yakni

pendapat Anderson dalam Wahab

(2015:8) bahwa kebijakan itu adalah

suatu langkah tindakan yang secara

sengaja dilakukan oleh seorang aktor

atau sejumlah aktor berkenaan

dengan adanya masalah atau

persoalan tertentu yang dihadapi.

Sedangkan menurut Anggara

(2014:14), kebijakan publik (public

policy) merupakan rangkaian pilihan

yang lebih kurang saling

berhubungan (termasuk keputusan-

keputusan yang tidak bertindak)

yang dibuat oleh badan dan pejabat

pemerintah.

Dye dalam Suharto (2005:44)

mengatakan bahwa kebijakan Negara

adalah Whatever government choose,

to do or not to do yang artinya

kebijakan Negara adalah apapun

yang diambil pemerintah baik

melakukan sesuatu itu atau tidak

melakukan sama sekali. Yang

diartikan bahwa melakukan sesuatu

Page 7: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

4

menjadi keputusan, maka tidak

melakukan apa-apa sama sekali

adalah juga keputusan, karena

pemerintah sebagai pihak yang

memiliki kekuasaan (karena

membawahi polisi, militer, jaksa, dan

berbagai pemegang pengamanan dan

ketertiban) dapat saja mencegah

segala sesuatu seperti kebakaran,

pencurian, perjudian, dan berbagai

kriminalistas, dan apabila hanya

diam akan dianggap sengaja

melindunginya untuk maksud

materialistik (Syafiie, 2014:355).

Namun, menurut Wahab

(2015:14), meskipun pengertian

kebijakan yang dikatakan Dye cukup

akurat, tapi tidak cukup memadai

untuk mendeskripsikan substansi

atau esensi kebijakan publik yang

sesungguhnya. Dengan pemaknaan

yang seperti yang digagas oleh Dye

itu, kemungkinan akan menimbulkan

kerancuan tertentu.

Nugroho (2012:30)

mengatakan kebijakan publik

menentukan bentuk suatu kehidupan

setiap bangsa dan Negara. Semua

Negara menghadapi masalah yang

relatif sama, yang berbeda adalah

bagaimana respon terhadap masalah

tersebut. Respon ini yang disebut

sebagai kebijakan publik.

Kebijakan publik bersifat

sangat penting, eksistensinya tidak

dapat dilepaskan dalam kehidupan

bernegara. Pemerintah yang

memiliki otoritas mengatur sebuah

Negara akan mengutamakan

kebijakan publik untuk memecahkan

setiap masalah yang dihadapi dalam

kehidupan bermasyarakat. Kebijakan

yang diambil tentu masih dalam

koridor mereka tanpa mengganggu

atau pun bertolak belakang dengan

kebijakan yang lainnya.

b. Perumusan Kebijakan Publik

Kebijakan publik tidak

muncul begitu saja, ada proses yang

dilalui sehingga menghasilkan

sebuah kebijakan yang memiliki arti

penting dalam kehidupan

masyarakat. Perumusan kebijakan

merupakan tahap terpenting untuk

menghasilkan suatu kebijakan yang

tepat. Hal ini dikemukan oleh

Nugroho (2012:539), bahwa

perumusan kebijakan publik adalah

inti dari kebijakan publik karena di

sini dirumuskan batas-batas

kebijakan itu sendiri.

Dalam perumusan kebijakan

publik banyak faktor yang harus

diperhatikan karena hal ini

menyangkut kehidupan masyarakat

luas. Sehingga dalam perumusannya,

kebijakan tersebut dibuat bukanlah

untuk kepentingan golongan politisi

saja, melainkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat luas demi

terciptanya keamanan dalam

kehidupan bernegara.

c. Perumus Kebijakan

Menurut Ali dkk (2012:53)

perumus kebijakan adalah mereka

para pemegang otoritas atau lembaga

yang karena otoritas dimilikinya

Page 8: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

5

dapat menjadi perumus kebijakan

yaitu tidak saja mereka yang

dikategorikan sebagai pembuat

kebijakan akan tetapi mereka yang

mengamankan kebijakan serta

sekaligus mereka para kelompok

sasaran dalam berbagai

karateristiknya. Lembaga pembuatan

kebijakan meliputi lembaga

legislatif, lembaga eksekutif, para

administrator dan kehakiman

walaupun masing-masing

mewujudkan tugas pembuatan

kebijakan yang saling berbeda

sebagai mana dijelaskan ringkas di

bawah ini:

1. Lembaga legislatif, sebagaimana

ajaran Montesquie dan para

pemikir filsafat sezaman

menegaskan sebagai lembaga

pembuat aturan perundang-

undangan. Namun jika

memperhatikan proses kegiatan

yang berlangsung, proses yang

berkenaan dengan perbuatan

berpikir yang dilakukan oleh

anggotanya dalam suatu sistem

yang diperlukan, sesungguhnya

mereka bekerja dalam

konsentrasi dengan tugas pusat

politik dari pembentukan hukum

dan menetapkan kebijakan dalam

sistem politik.

2. Lembaga eksekutif, teori

Montesquie yang dikenal dengan

Trias Politika, teori yang

membagi kekuasaan dalam

penyelenggaraan pemerintahan

atas tiga bidang kekuasaan, satu

di antaranya adalah bidang

eksekutif. Teori ini memberikan

arahan berpikir bahwa kekuasaan

eksekutif adalah bidang yang

bersangkut paut dengan

pelaksanaan aturan yang dibuat

oleh bidang legislative, tegasnya

sebagai bidang yang

melaksanakan kebijakan publik

yang dibuat oleh lembaga

legislatif, kebijakan yang bersifat

stratejik yang secara actual

dirumuskan dalam bentuk

Undang-Undang. Namun,

keberadaan lembaga eksekutif

tidak saja sebagai lembaga

pelaksana kebijakan stratejik,

tetapi dalam lokus kebijakan

karena otoritas yang diemban dan

dimilikinya memungkin pula

lembaga ini dapat berkedudukan

sebagai pembuat kebijakan

publik.

3. Agen-agen (pelaku-pelaku)

administrasi. Pada dewasa ini,

keberadaan badan administrasi

menjadi mutlak karena politik

dan administrasi berkedudukan

dalam teori sistem adalah saling

berhubungan dan malah

berinteraksi dalam sistem yang

lebih luas. Oleh karena itu badan

administrasi berkedudukan

sebagai agen administrasi yang

menjadi bagian dari

pengembangan kebijakan publik.

Menurut Agustino (2012: 34),

instansi administrasi pun

merupakan sumber utama

susulan perundang-undangan

dibuat dalam suatu sistem politik.

Page 9: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

6

Lebih jauh lagi, instansi

administrasi tidak hanya mampu

mengusulkan perundangan yang

dibutuhkan/diinginkan tetapi,

lebih dari itu, secara aktif mereka

mendekati dan berusaha untuk

mendesakkan penggunaannya.

Oleh karena itu, benar sekali bila

sebuah dictum mengatakan,

bahwa “kebijakan tergantung

pada kemurahan hati

administraturnya.”

4. Partisipator tidak resmi, di dalam

proses pembuatan kebijakan

publik sangat diperlukan

informasi sebanyak-banyaknya

dari berbagai sumber seperti para

kelompok pemerhati yang

biasanya terhimpun dalam

lembaga swadaya masyarakat,

organisasi partai politik,

organisasi masa, organisasi

profesi, media komunikasi dan

bias mungkin para penduduk.

Keikutsertaan mereka dalam

proses, menempatkan mereka

sebagai pembuat kebijakan

public namun harus dipandang

sebagai para partisipator yang

tidak resmi. Oleh karena itu, apa

yang disebut pelaku kebijakan

(stakehorder) adalah semua yang

terlibat dalam kebijakan baik

pada perumusan, maupun pada

implementasi.

d. Penyertaan Modal

Penyelenggaraan pemerintah

daerah yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat tidak akan berhasil tanpa

adanya dukungan dana dari

Pemerintah Daerah. Untuk

meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD), maka pemerintah

harus kreatif menggunakan keuangan

daerah yang ada. Salah satu cara

yang dilakukan daerah untuk

meningkatkan PAD adalah dengan

melakukan penyertaan modal

terhadap perusahan-perusahaan

daerah seperti Badan Usaha Milik

Bersama (BUMD).

Berdasarkan Perda Kota

Tanjungpinang Nomor 11 Tahun

2005 tentang Penyertaan Modal

Daerah Pada Pihak Ketiga, bahwa

Penyertaan modal daerah adalah

setiap usaha dalam menyertakan

modal Daerah pada suatu usaha

bersama dengan pihak ketiga dan

atau pemanfaatan modal daerah oleh

pihak ketiga dengan suatu imbalan

tertentu yang bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerah, menambah pendapatan

Daerah dan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Maka dari

itu, peran dari pihak ketiga yang

mendapat penyertaan modal daerah

haruslah berperan guna mendapatkan

laba sehingga dapat meningkatkan

PAD Kota Tanjungpinang.

Penyertaan modal daerah

yang berupa uang dianggarkan dalam

APBD dan dilaksanakan dengan

peraturan atau keputusan walikota.

Penyertaan modal daerah yang telah

masuk dalam APBD harus

Page 10: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

7

dirapatkan kembali untuk

mendapatkan persetujuan. Hasil

usaha berupa laba yang diperoleh

oleh pihak ketiga menjadi hak daerah

kemudian disetor ke kas daerah dan

menjadi salah satu sumber

pendapatan daerah.

e. Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD)

Berkaitan dengan

kewenangan Pemerintah Daerah

dalam mewujudkan otonomi daerah

yang baik, daerah akan dituntut

untuk mampu menghasilkan sumber

pendapatan di berbagai bidang. Salah

satu yang dilakukan daerah adalah

dengan membentuk perusahaan

daerah. Adapun berdasarkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1962 tentang Perusahaan Daerah,

tujuan dari Perusahaan Daerah

adalah untuk turut serta

melaksanakan pembangunan daerah

khususnya, dan pembangunan

ekonomi nasional umunya, dalam

rangka ekonomi terpimpin untuk

memenuhi kebutuhan rakyat dengan

mengutamakan industrialisasi dan

ketentraman serta kesengan kerja

dalam perusahaan, menuju

masyarakat yang adil dan makmur.

Perusahaan daerah yang kita

kenal adalah Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD). Berdasarkan Perda

Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun

2007 tentang Badan Usaha Milik

Daerah, bahwa BUMD sebagai unit

ekonomi yang tidak dapat dipisahkan

dari sistem ekonomi daerah,

bertujuan membantu dan menunjang

kebijakan umum Pemerintah Daerah

dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan

mengusahakan bidang ekonomi.

Selain itu, BUMD didirikan

dengan maksud untuk menggali

potensi ekonomi daerah sebagai

sumber Pendapatan Asli Daerah,

menciptakan iklim kondusif sehingga

memberikan rasa aman dalam

berinvestasi, serta menjadi

penggerak ekonomi daerah. Tidak

hanya sebatas itu, tujuan dari BUMD

ini juga untuk menciptakan

kesempatan kerja dan peluang usaha

guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Dalam menjalankan

usahanya, BUMD menggunakan

sebagian besar modal dari

Pemerintah Daerah. Pemerintah

Daerah memiliki seluruh atau

sekurang-kurangnya 51% (lima

puluh satu persen) yang berasal dari

APBD berupa kekayaan daerah yang

dipisahkan atau sumber dana yang

sah lainnya. Dengan demikian,

Pemerintah Daerah adalah pemegang

saham terbesar dalam sebuah BUMD

dan berhak mendapatkan 40% dari

laba bersih yang akan dimasukkan ke

kas daerah sebagai Pendapatan Asli

Daerah.

Dengan demikian, fungsi

BUMD sangat mempengaruhi

kesejahteraan masyarakat dalam

Page 11: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

8

bidang pembangunan dan

perekonomian. Dengan adanya

BUMD dirasa mampu menaikkan

gairah perekonomian di masyarakat

sehingga akan mempengaruhi kas

masuk dalam PAD.

C. METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

dalam penelitian deskriptif ini

peneliti hanya melihat gambaran

mengenai fenomena-fenomena yang

terjadi di tengah masyarakat,

khususnya mengenai penyertaan

modal daerah terhadap BUMD Kota

Tanjungpinang terkhusus PT.

Tanjungpinang Makmur Bersama.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini secara

khusus dilakukan di PT.

Tanjungpinang Makmur Bersama.

Alasan memilih lokasi tersebut

adalah karena PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama adalah salah satu

bidang usaha yang mendapat

penyertaan modal dari daerah. Selain

itu adalah di DPRD Kota

Tanjungpinang Tanjungpinang

selaku pejabat publik yang

membahas mengenai penyertaan

modal daerah.

c. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data dalam

penelitian ini adalah berupa data

primer dan data sekunder. Data

primer yaitu data yang diperoleh

langsung dari informan melalui

wawancara. Dengan wawancara

mendalam, bisa digali apa yang

tersembunyi disanubari seseorang,

apakah yang menyangkut masa

lampau, masa kini, maupun masa

depan (Bungin, 2012:67). Data

Sekunder yaitu data yang diperoleh

tidak melalui wawancara, melainkan

dari sumber lain berupa dokumen-

dokumen dan literatur, seperti

gambaran umum lokasi penelitian,

data uraian tugas serta struktur

organisasi berkaitan dengan lembaga

terkait yakni PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama dan DPRD Kota

Tanjungpinang.

d. Teknik dan Alat Pengumpulan

Data

1. Observasi, Observasi atau

pengamatan menurut Narbuko

dan Achmadi (2013:70) adalah

“alat pengumpulan data yang

dilakukan cara mengamati dan

mencatat secara sistemik gejala-

gejala yang diselidiki.” Untuk

teknik observasi atau

pengamatan, dilakukan secara

langsung dilapangan berkenaan

dengan evaluasi penyertaan

modal daerah terhadap BUMD

Kota Tanjungpinang yakni PT.

Page 12: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

9

Tanjungpinang Makmur

Bersama.

2. Wawancara, Wawancara

merupakan kegiatan tanya jawab

yang dilakukan oleh dua orang

guna menggali informasi

tertentu. Menurut Saebani (2008:

190) “Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih

mendalam”.

Dalam penelitian ini

wawancara akan ditujukan pada

Walikota Tanjungpinang,

Komisaris PT. TMB, direktur PT.

TMB, TAPD serta anggota

DPRD komisi II, dikarenakan

pihak-pihak tersebut adalah pihak

yang mengetahui jelas tentang

masalah yang akan akan diteliti.

D. PEMBAHASAN

PT. Tanjungpinang Makmur

Bersama (PT. TMB) adalah salah

satu BUMD yang dimiliki oleh

Tanjungpinang. Seperti yang sudah

dijelaskan pada bab sebelumnya

bahwa PT. TMB telah memperoleh

suntikan modal sebesar

6.600.000.000 sejak tahun berdiri

yakni 2010-2015. Penyertaan modal

terhadap sebuah BUMD yang dalam

hal ini adalah PT. TMB merupakan

hal yang sangat penting. Modal

sebagai faktor pendukung yang

paling penting tidak dapat

dipinggirkan dalam fungsinya karena

dalam menjalankan sebuah kegiatan

usaha tidak mungkin tanpa adanya

modal.

Dengan adanya modal,

pimpinan perusahaan beserta direksi

dapat menyusun berbagai program

maupun kegiatan usaha yang

strategis dan berpeluang sehingga

mengarahkan pada tujuan yang lebih

jelas dan dapat dicapai. Tidak hanya

itu, penyertaan modal yang

dilakukan juga dapat menjadi

tabungan bagi Pemko untuk

menambah Pendapatan Asli

Daerahnya (PAD) melalui

pembagian dividen.

Maka dari itu, dalam proses

perumusan anggaran penyertaan

modal tentu ada berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Meskipun hal itu

akan mempengaruhi hasil keputusan

yang diambil, namun tetap saja

berbagai faktor baik dari luar

maupun dalam akan tetap

mempengaruhi. berikut dijelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi

perumusan kebijakan penyertaan

modal pada PT. TMB tahun 2010,

2012, dan 2015.

Page 13: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

10

a. Adanya Pengaruh Tekanan

Dari Luar

Pada hakikatnya, perumusan

sebuah kebijakan haruslah

memperhatikan segala alternatif yang

rasional tanpa adanya tekanan-

tekanan dari luar yang

mempengaruhi, karena ia merupakan

proses untuk menciptakan sebuah

kebijakan yang rasional dan

mewujudkan masyarakat yang

sejahtera. Namun pada

kenyataannya, perumusan sebuah

kebijakan tidak dapat dipisahkan dari

dunia nyata, sehingga tekanan-

tekanan dari luar masih ikut

berpengaruh.

Pada Tahun 2010, Berdasarkan

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007

tentang Badan Usaha Milik Daerah,

Pemerintah Kota Tanjungpinang

mendirikan sebuah BUMD yang

diberi nama PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama sekaligus

melakukan penyertaan modal pada

tahun yang sama sebesar

Rp.1.600.000.000. Dalam proses

perumusan kebijakan penyertaan

modal tersebut tidak terdapat

pengaruh tekanan dari luar, hal ini

dikarenakan penyertaan modal pada

tahun 2010 merupakan penyertaan

modal dasar yang ditujukan untuk

pembentukan awal PT. TMB. Dan

penyertaan modal yang dilakukan

pun dalam hal usaha perusahaan

sehingga tidak terdapat tekanan dari

pihak manapun. Tahun 2010 adalah

tahun pembentukan PT. TMB yang

merupakan awal dari terwujudnya

keinginan Pemerintah Kota

Tanjungpinang memiliki Sebuah

BUMD yang nantinya akan

membantu perekonomian

Tanjungpinang. Pemerintah pada

tahun tersebut memberikan

penyertaan modal terhadap PT. TMB

dengan tujuan untuk pembentukan

perusahaan tersebut, meskipun PT.

TMB pada saat itu tidaklah kosong

melainkan limpahan dari Pemkab

Bintan, namun tetap saja harus ada

perbaikan yang harus dilakukan

terhadap perusahaan tesebut.

Penyerahan aset yang

dilakukan Pemerintah Kabupaten

Bintan pada saat itu mengharuskan

Pemko Tanjungpinang mengeluarkan

anggaran lebih untuk PT. TMB.

Keadaan kantor serta aset yang tidak

lagi mampu menopang kegiatan

perusahaan harus segera

direvitalisasi guna mendukung

perkembangan perusahaan plat

merah tersebut. Pembenahan tidak

hanya dilakukan pada kantor saja,

tetapi juga pada aset yang akan

dikelola yaitu pasar. Pembenahan

yang dilakukan bukanlah tanpa

tujuan, dengan melakukan

pembenahan maka akan menambah

pendapatan perusahaan.

Pada tahun 2012, Pemerintah

Kota Tanjungpinang kembali

memberikan penyertaan modal

terhadap PT. TMB sebesar 2,5

milyar. Hal ini menimbang

Page 14: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

11

bahwasannya pada tahun tahun 2012

merupakan tahun dimana PT. TMB

masih dalam merugi dan belum bisa

memberikan dividennya pada

Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Kerugian PT. TMB pada saat itu

disebabkan oleh biaya operasional

yang besar dan tidak mampu ditutupi

oleh pendapatan perusahaan.

Berdasarkan analisa peneliti,

perumusan kebijakan penyertaan

modal pada PT. TMB tahun 2012

terdapat tekanan dari luar. Tekanan

dari luar yang dimaksud adalah

tekanan yang diberikan oleh

kelompok masyarakat pengguna

lapak BUMD dalam hal tarif sewa

lapak usaha dan tekanan politis yang

diberikan oleh partai politik.

Kecilnya penghasilan yang

diperoleh oleh PT. TMB dalam

mengelola pasar menjadikan PT.

TMB harus mampu mencari jalan

lain untuk meningkatkan

pendapatannya. Kegiatan usaha yang

dilakukan pada saat itu adalah

dengan usaha tower, semen dan lain

sebagainya. Maka dari itu Pemko

Tanjungpinang menyertakan modal

sebesar 2,5 M untuk pengembangan

bisnis tersebut. Rendahnya

pendapatan PT. TMB dari aset pasar

disebabkan oleh tarif sewa lapak

yang rendah. Keengganan PT. TMB

untuk menaikkan tarif tersebut

disebabkan oleh fungsi sosial yang

melekat pada PT. TMB. Jika dilihat

secara professional, maka PT. TMB

yang merupakan sebuah perusahaan

haruslah mengedepankan fungsi

profitnya, karena mereka memiliki

kewajiban memberikan dividen

terhadap Pemko Tanjungpinang.

Namun dilain sisi, PT. TMB juga

harus melaksanakan fungsi sosial,

hal ini karena pengelolaan pasar

berada di PT. TMB dan sudah

diketahui bahwa PT. TMB adalah

milik Pemko Tanjungpinang.

Sulitnya menaikkan tarif

sewa pasar pada saat itu dikarenakan

mengingat bahwa pengguna jasa

lapak di pasar adalah masyarakat

kelas menengah ke bawah. Dengan

tetap menjaga fungsi sosial agar

tidak terjadi pergejolakan, maka pada

saat itu PT. TMB lebih memilih

usaha lain yang tidak bersinggungan

dengan pasar. Dengan demikian PT.

TMB dapat dengan professional

mengelola bisnis baru tanpa ada

tekanan dari pengguna lapak di

pasar.

Selain itu, tekanan dari luar

yang terlihat pada tahun 2012 adalah

berupa tekanan politis yang dalam

hal ini dilakukan oleh partai politik.

Partai politik merupakan salah satu

aktor tidak resmi dalam perumusan

kebijakan. Dalam prosesnya, partai

politik mampu mempengaruhi

keputusan yang diambil oleh para

pembuat kebijakan. Yang dalam hal

ini akan memberikan keuntungan

baik secara politis maupun pribadi.

Kuatnya pengaruh partai politik

dalam perumusan kebijakan,

menjadikan suatu kebijakan yang

dihasilkan akan memberikan

Page 15: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

12

keuntungan tersendiri bagi kelompok

tersebut. Dengan demikian

kepentingan secara umum yang

menyangkut masyarakat luas

terabaikan karena terkalahkan oleh

tekanan yang kuat dari partai politik

tersebut. Partai politik baik secara

langsung maupun tidak langsung

memberikan berbagai tekanan

terhadap wakilnya yang mendapat

kursi. Dengan demikian, tujuan

partai politik dalam mempengaruhi

kebijakan dapat dilakukan.

Dalam hal ini, sangat jarang

diakui secara langsung oleh para

pembuat keputusan bahwasannya

terdapat pengaruh dari partai politik,

sebagian dari mereka menyangkal

dan mengatakan bahwa tidak

terdapat tekanan dari partai politik.

Namun proses demokrasi tidak bisa

menutupi hal tersebut. Dengan

demikian, pada tahun 2012,

penyertaan modal terhadap PT. TMB

dipengaruhi oleh tekanan dari partai

politik. Tekanan yang akan

mempengaruhi perumusan kebijakan

publik, baik itu menjadi pilihan yang

rasional maupun tidak rasional sama

sekali.

Pada penyertaan modal tahun

2015 diberikan atas dasar tekanan

secara hukum yang mengharuskan

PT. TMB untuk menyelesaikan kasus

pesangon eks karyawan Bintan

tersebut. Masalah ini bermula ketika

Pemerintah Kabupaten Bintan

menyerahkan aset BUMD PT. BIS

(PT. Bintan Inti Sukses) kepada

Pemko Tanjungpinang. Aset yang

diterima tersebut termasuk

pelimpahan 39 orang karyawan yang

kemudian dikelola oleh BUMD Kota

Tanjungpinang yakni PT. TMB.

Kemudian PT. TMB melakukan

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

terhadap 39 karyawan tersebut,

sehingga para karyawan menuntut

pesangon.

Proses yang panjang untuk

menentukan siapa yang harus

membayar pesangon 39 karyawan

tersebut pada akhirnya memastikan

bahwa PT. TMB lah yang harus

menyelesaikan masalah tersebut.

Atas dasar hal itulah, Pemerintah

Kota Tanjungpinang bersama DPRD

menyetujui penyertaan modal 2,5 M

di tahun 2015 untuk penyelesaian

pembayaran pesangon eks karyawan

Bintan tersebut.

Dengan demikian, tekanan

yang mempengaruhi penyertaan

modal terhadap PT. TMB pada tahun

2015 adalah tekanan secara hukum

yakni gugatan dari kelompok eks

karyawan Bintan yang menuntut

pembayaran pesangon mereka.

Tekanan tersebut memaksa

pemerintah Kota Tanjungpinang

untuk menganggarkan penyertaan

modal terhadap PT. TMB guna

menyelesaikan masalah hukum

tersebut.

Page 16: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

13

b. Adanya Pengaruh Kebiasaan

Lama

Pada tahun 2010, modal yang

diberikan Pemko Tanjungpinang

adalah modal dasar yang

diperuntukkan dan digunakan untuk

pembentukan awal PT. TMB itu

sendiri. Tahun 2010 yang mana

merupakan tahun terbentuknya PT.

TMB, menjadi tahun dimana segala

persiapan untuk membentuk

perusahaan plat merah tersebut.

Modal yang diberikan 1,6 milyar

merupakan modal dasar yang

digunakan untuk pembentukan

direksi, membeli perlengkapan dan

peralatan yang dibutuhkan kantor,

serta sebagainya yang dianggap perlu

pada saat itu.

Pembentukan sebuah

perusahaan tidaklah mungkin tanpa

adanya penyertaan modal. Fungsi

penyertaan modal yang sangat

penting tersebut akan menjadi awal

terbentuknya PT. TMB. Pemberian

modal dasar dalam membangun

sebuah badan usaha adalah hal yang

wajar dilakukan, apalagi dengan

kondisi badan usaha yang tidak

optimal. Tidak kondusifnya aset

yang diserahkan oleh Bintan

terhadap Pemko Tanjungpinang yang

dalam hal ini adalah PT. TMB,

menjadikan PT. TMB harus

melakukan pembenahan guna

mengoptimalkan kembali aset-aset

yang diterima. Maka dari itu, Pemko

Tanjungpinang menyediakan

anggaran 1,6 M untuk proses

pembentukan, pembenahan dan

melengkapi peralatan kantor.

Dengan demikian, bahwa

penyertaan modal tahun 2010 yakni

sebesar 1,6 milyar digunakan untuk

modal awal pembentukan PT. TMB

tersebut. Berbeda pada tahun 2012,

penyertaan modal kembali diberikan

kepada PT. TMB yakni sebesar 2,5

milyar. Penyertaan modal tersebut

berbeda tujuannya dengan

penyertaan modal yang sebelumnya

yakni pada tahun 2010. Penyertaan

modal pada tahun 2012 ditujukan

untuk pembentukan usaha-usaha

baru yang akan dikelola oleh PT.

TMB. Ini dilakukan karena melihat

usaha yang ada pada PT. TMB masih

terbilang minim yakni berupa

pengelolaan pasar di Tanjungpinang.

Maka dari itu, Pemko bersama

DPRD menyetujui penambahan

modal guna membangun usaha lain

yang dianggap mampu menopang

PT.TMB.

Melihat PT. TMB yang masih

merugi saat itu, maka direksi PT.

TMB berinisiatif ingin membangun

beberapa bisnis yang dianggap

mampu memberikan kontribusi pada

daerah. Perencanaan bisnis yang

harus matang dan dianggap layak

harus diajukan oleh direksi kepada

pemegang saham untuk kembali

diberi masukan. Hal ini dikenal

dengan istilah Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Page 17: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

14

Pada tahun 2015, penyertaan

modal yang digelontorkan oleh

Pemko adalah sebesar 2,5 M.

penyertaan modal tersebut disetujui

karena pada saat itu ada tuntutan

hukum yang mengharuskan PT.

TMB untuk membayar pesangon eks

karyawan Bintan. Masalah hukum

yang dialami oleh PT. TMB terhadap

eks karyawan Bintan menjadikan

beban tersendiri untuk Pemko

Tanjungpinang. Kekalahan PT. TMB

diranah hukum terhadap kasus eks

karyawan tersebut, mengharuskan

PT. TMB untuk membayar pesangon

tersebut. Maka dari itu, pemerintah

Kota Tanjungpinang menganggarkan

2,5 milyar agar permasalahan

tersebut dapat diselesaikan.

Berdasarkan pernyataan

tersebut, jelas bahwa penyertaan

modal pada tahun 2015 adalah untuk

penyelesaian kewajiban PT. TMB

untuk membayar pesangon eks

karyawan Bintan yang di PHK oleh

PT. TMB. Permasalahan panjang

untuk menentukan siapa yang harus

membayar pesangon eks karyawan

Bintan karena pada dulunya

karyawan tersebut bekerja untuk PT.

BIS, namun setelah penyerahan aset,

maka segala aset termasuk 39

karyawan tersebut juga sudah

menjadi tanggungjawab dari PT.

TMB.

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dalam

penyertaan modal Pemko

Tanjungpinang terhadap PT. TMB

tidak ada pengaruh kebiasaan lama,

hal ini dikarenakan penyertaan

modal yang dilakukan memiliki

tujuan yang berbeda di setiap

tahunnya. Pada tahun 2010,

penyertaan modal dilakukan untuk

pembentukan awal PT. TMB yang

baru menerima limpahan aset dari

Bintan, pada tahun 2012 penyertaan

modal dilakukan dengan tujuan

untuk mengembangkan usaha baru

agar dapat mengurangi kerugian saat

itu, karena pada dasarnya

penghasilan yang didapat dari pasar

tidak mampu menutup biaya

operasional perusahaan. Lalu pada

tahun 2015, penyertaan modal

diperuntukkan untuk membayar

pesangon eks karyawan Bintan yang

menuntut melalui jalur hukum. Hal

ini menunjukkan adanya perbedaan

pada kegiatan usaha yang

dikembangkan oleh PT. TMB dari

tahun ke tahun.

c. Adanya Pengaruh Sifat Pribadi

Dalam merumuskan sebuah

kebijakan penyertaan modal, terdapat

sifat pribadi yang mempengaruhinya.

Sifat pribadi tersebut dapat dikatakan

bahwa terdapat kepentingan individu

di setiap proses perumusannya, baik

itu berkaitan dengan stratanya,

jabatan ataupun yang lainnya serta

sifat lain yang secara tidak langsung

ikut mempengaruhi sebuah

keputusan.

Pertimbangan Pemko

menyertakan modal pada PT. TMB

Page 18: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

15

yakni awal 2010 adalah hanya untuk

awal pendirian PT. TMB itu sendiri.

Dana yang diberikan Pemko

Tanjungpinang pun bertujuan untuk

membenahi BUMD yang merupakan

limpahan dari Bintan tersebut.

Sehingga dalam hal ini tidak adanya

pengaruh sifat pribadi dari perumus

kebijakan dalam penyertaan modal

PT. TMB. Belum adanya direksi

yang terpilih pada saat itu,

menjadikan Pak Marzul selaku plt

untuk memegang sementara jabatan

sebagai direktur PT. TMB. Dalam

jangka 6 bulan setelah terbentuknya

PT. TMB maka dibentuklah direksi

baru untuk menakhodai perusahaan

plat merah tersebut.

Pada tahun 2012,

pembahasan penyertaan modal

terhadap PT. TMB kembali terjadi.

Usaha PT. TMB saat itu untuk

meyakinkan DPRD berbuah manis.

Dibuktikan dengan penambahan

modal sebesar 2,5 milyar teruntuk

pengembangan usaha lainnya. Dalam

pembahasan tersebut dihadiri oleh

pimpinan PT. TMB yang diwakili

oleh Ibu Eva Amalia selaku direktur

dan Pak Yuswandi selaku komisaris.

Pada tahun ini, berdasarkan analisa

peneliti, ada pengaruh sifat pribadi

dalam perumusan kebijakan

penyertaan modal pada PT. TMB

yakni berupa keuntungan pribadi dan

faktor kedekatan antara anggota

DPRD dengan direktur PT. TMB

saat itu.

Secara pribadi, keuntungan

akan diperoleh oleh perumus

kebijakan tersebut, yakni jika

keputusan yang ia tawarkan diterima,

maka akan berpengaruh pada

konstituennya. Dengan demikian,

tujuan politis tampak dalam hal ini.

Pilihan kebijakan yang ia ambil akan

dipengaruhi atas dasar untuk

mempertahankan massanya yang

dalam arti adalah masyarakat yang

mendukungnya. Dengan

mempertahankan massanya maka ia

akan tetap memiliki suara yang

cukup untuk kembali mendapatkan

kursi di DPRD. Maka itu,

kepentingan secara pribadi dirasakan

pada saat perumusan kebijakan

tersebut.

Adanya faktor kedekatan

pada saat itu, menjadikan anggota

DPRD tersebut memihak terhadap

direktur PT. TMB. Kedekatan

seseorang akan sulit untuk

dilepaskan dalam perumusan

kebijakan. Hal ini juga menjadi

permasalahan umum yang biasa

terjadi. Faktor kedekatan, hubungan

kekerabatan dan lain sebagainya

sepertinya akan tetap menjadi

pertimbangan dalam segala hal

termasuk perumusan kebijakan

penyertaan modal. Padahal disisi lain

harus ada pertimbangan secara

rasional terhadap pilihan yang ada,

sehingga segala faktor yang

menjadikan pilihan tersebut tidak

rasional harus dipinggirkan.

Page 19: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

16

Dengan demikian, pada tahun

2012 terdapat pengaruh sifat pribadi

dalam perumusan penyertaan modal

PT. TMB. Meskipun tidak diakui

secara langsung oleh para pembuat

keputusan lainnya, namun memang

dalam perjalanannya sistem

demokrasi akan sulit menghapuskan

hal tersebut. Sifat pribadi sebenarnya

sangat mengganggu dalam

perumusan kebijakan publik. Hal ini

karena akan mempengaruhi hasil

keputusan menjadi tidak rasional dan

hanya menguntungkan beberapa

pihak saja. Padahal sudah diketahui

secara umum bahwa kebijakan

publik haruslah menjadi sebuah

aturan yang berpihak pada

masyarakat luas.

Tahun 2015, Pemko

Tanjungpinang kembali memberikan

penyertaan modalnya terhadap PT.

TMB yakni sebesar 2,5 milyar. Tidak

adanya kepentingan secara pribadi

dalam perumusan kebijakan saat itu,

karena anggaran yang diberikan

Pemko Tanjungpinang hanya untuk

masalah hukum. Hal ini wajar

dilakukan oleh perumus kebijakan

karena tuntutan yang dilakukan oleh

39 eks karyawan Bintan itu sudah

masuk ke ranah Mahkamah Agung.

Sehingga penetepan MA terhadap

PT. TMB untuk segera membayar

pesangon karyawan tersebut harus

segera dilakukan oleh Pemko

bersama PT. TMB.

d. Adanya Pengaruh Dari

Kelompok Luar

Pengaruh kelompok luar

merupakan faktor selanjutnya yang

mempengaruhi dalam perumusan

kebijakan penyertaan modal terhadap

PT. TMB. Kelompok luar yang

mempengaruhi dalam hal ini adalah

kelompok yang secara tidak

langsung memiliki kepentingan atas

kebijakan yang dibuat. Berdasarkan

hasil wawancara dengan narasumber,

bahwa terdapat pengaruh kelompok

luar dalam perumusan kebijakan

penyertaan modal PT. TMB.

Menurut peneliti, pada tahun

2010, tidak ada pengaruh dari

kelompok luar dalam penyertaan

modalnya, karena pada tahun ini

adalah tahun pembentukan BUMD

Kota Tanjungpinang yakni PT.

TMB. Seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya bahwa penyertaan modal

yang diberikan pada tahun 2010

merupakan modal dasar yang akan

dipergunakan untuk pembentukan

PT. TMB itu sendiri. Hal ini bermula

ketika Pemko Tanjungpinang ingin

memiliki sebuah perusahaan yang

dikelola oleh daerah, maka sesuai

dengan Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007

tentang BUMD dibentuklah sebuah

perusahaan yang kemudian diberi

nama PT. TMB.

Berdasarkan hasil wawancara

terlihat jelas bahwa memang

pengaruh kelompok luar dalam

Page 20: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

17

perumusan kebijakan penyertaan

modal terlihat pada tahun 2012,

yakni berupa kelompok masyarakat

yang menggunakan jasa BUMD.

Pengaruh yang terjadi adalah, saat

PT. TMB mengalami kerugian yang

disebabkan penghasilan dari tarif

sewa yang terlalu rendah, PT. TMB

pada saat itu tidak mampu

menaikkan tarif sewa pasar

dikarenakan takut merusak fungsi

sosial pada saat itu. Namun di lain

sisi, PT. TMB juga harus mampu

mencari profit. Sehingga dalam

pengajuan RKAP (Rencana Kerja

Anggaran Perusahaan),

memfokuskan pada usaha lain yang

tidak berpengaruh langsung pada

pengelolaan. Hal ini bertujuan agar

PT. TMB saat itu mampu

menghasilkan keuntungan lain di

bidang usaha yang lain pula.

Dari penjelasan di atas,

tergambar bahwa PT. TMB selaku

BUMD Kota Tanjungpinang berada

di posisi yang dilema, di satu sisi PT.

TMB harus mencari profit, dan di

sisi lain PT. TMB harus

melaksanakan fungsi sosial. Namun,

pada dasarnya PT. TMB yang

menjalankan sebuah perusahaan

dengan berdasarkan undang-undang

PT harus memfokuskan pada profit.

Namun karena BUMD adalah

perusahaan plat merah, dia juga

harus melaksanakan fungsi

sosialnya.

Pengaruh dari kelompok luar

yang terjadi pada tahun 2012 juga

terdapat dari kelompok politik. Jika

dilihat dari hasil wawancara,

dikatakan bahwa dalam perumusan

kebijakan penyertaan modal pada

tahun 2012 terdapat kepentingan

kelompok yang mempengaruhinya.

Secara demokrasi, partai politik

memang sangat mempengaruhi

dalam perumusan sebuah kebijakan,

ditambah lagi dengan kekuatan

pengusul yang duduk pada saat itu.

Mereka dapat dengan mudah

mempengaruhi hasil keputusan

karena mereka memiliki orang-orang

yang berpihak pada mereka.

Berdasarkan pernyataan tersebut,

peneliti berkesimpulan bahwa secara

politis, partai politik memiliki

kepentingan atas segala kebijakan

yang diambil. Meskipun secara

langsung berpengaruh terhadap

massa individual, namun tidak

dipungkiri bahwa partai politik

mendapatkan keuntungan dari hal

tersebut, sekalipun sebagian

masyarakat menerima kebijakan

tersebut. Maka itulah partai politik

merupakan perumus kebijakan tidak

resmi sekaligus kelompok luar yang

mampu mempengaruhi segala

kebijakan yang dibuat oleh

administrator.

Pada tahun 2015, Pemko

Tanjungpinang harus

mempersiapkan anggaran 2,5 milyar

untuk membayar seluruh pesangon

yang menggugat pada waktu itu. Hal

ini merupakan desakan yang kuat

karena permasalahan ini sudah

masuk ke dalam ranah hukum.

Page 21: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

18

Dengan demikian, bahwa pada tahun

2015, anggaran yang diberikan oleh

Pemko Tanjungpinang terhadap PT.

TMB adalah anggaran yang

digunakan hanya untuk penyelesaian

tuntutan eks karyawan tersebut.

Maka itu, kelompok luar yang

dimaksud adalah kelompok eks

karyawan PT. BIS yang menuntut

pembayaran pesangon mereka.

Desakan yang mereka lakukan

ditambah lagi melalui jalur hukum

membuat PT. TMB, Pemko

Tanjungpinang serta DPRD harus

memfokuskan anggaran untuk

masalah tersebut. Maka dari itulah

pada tahun 2015, PT. TMB

mendapatkan penyertaan modal.

e. Adanya Pengaruh Keadaan

Masa Lalu

Pihak yang terlibat berasal

dari DPRD merupakan pihak yang

memang pada dasarnya memiliki

pemahaman terhadap bidang

penganggaran dan ekonomi. Seperti

Ibu Reni, Pak Asep Nana Suryana,

beliau sudah berada di bidang

ekonomi sejak dulu.

Ibu Reni yang dulunya

bekerja di sebuah perusahaan

asuransi, setidaknya memiliki basic

ekonomi. Sedangkan Pak Asep Nana

Suryana, sudah menjadi anggota

DPRD di komisi II sejak periode

sebelumnya. Salah satu TAPD yakni

Bapak Nopirman Syahputra memiliki

keahlian dibidang akuntansi.

Sehingga beliau sudah memiliki

basic penganggaran sejak dulu.

Sehingga peneliti dalam hal ini

menggambarkan jelas bahwa DPRD

dan TAPD sudah fasih dalam hal

penganggaran tersebut. Apalagi,

penganggaran awal PT. TMB

bukanlah untuk pembentukan

rencana usaha baru yang harus

memiliki uji kelayakan. Namun

ditujukan untuk pembentukan kantor

serta proses pembenahan PT. TMB

tersebut.

Pada tahun 2012, bahwa

perumusan kebijakan dilakukan oleh

anggota DPRD komisi II yang

memang membidangi bagian

ekonomi, serta direksi yang juga

berlatar belakang ekonomi, serta

TAPD yang juga membidangi

anggaran daerah. Hal ini sebenarnya

cukup membantu, namun tetap saja

akan mendapat hambatan tertentu

dikarenakan pengalaman yang

berbeda-beda akan menghasilkan

pendapat yang berbeda-beda pula.

Ibu Reni adalah salah satu

anggota DPRD yang terlibat pada

saat itu, dengan basicnya ekonomi

yang mana beliau merupakan lulusan

SMK Pembangunan Kota

Tanjungpinang, dan kemudian beliau

juga lulusan dari STIE Pembangunan

Tanjungpinang. Tidak hanya itu,

beliau juga pernah bekerja sebagai

agent dan personal assistant manager

PT. Prudential Life Assurance.

Persentuhannya dengan dunia bisnis

ini membuat ia memahami lebih jauh

terkait persoalan ekonomi sebagai

Page 22: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

19

daya dorong kemajuan masyarakat

Tanjungpinang.

Pihak lain terlibat pada tahun

ini adalah Pak Asep Nana Suryana

selaku anggota DPRD Kota

Tanjungpinang komisi II. Memiliki

basic ekonomi yang dibuktikan

dengan selama tiga periode menjabat

sebagai anggota DPRD komisi II,

serta pernah menjabat sebagai

manajer di sebuah hotel, menjadikan

beliau memiliki dasar untuk

merumuskan sebuah kebijakan

anggaran. Di lain pihak yakni selaku

pemegang saham saat itu yakni Ibu

Suryatati A. Manan, juga memiliki

basic dasar ekonomi. Beliau yang

pernah menjabat sebagai kasubag

perundang-perundangan, kasubag

ekonomi, dispendag, camat dan pada

akhirnya walikota Tanjungpinang.

Berbeda dengan Pak Yuswandi yang

juga terlibat dalam perumusan

kebijakan penyertaan modal pada

tahun 2012. Beliau memiliki basic

hukum, serta pernah menjadi dosen.

Berdasarkan hasil

wawancara, maka peneliti

menyimpulkan bahwa latar belakang

dari perumus kebijakan penyertaan

modal PT. TMB pada tahun 2012

sudah dilakukan oleh pihak-pihak

yang memiliki pemahaman tentang

penganggaran. Meskipun tidak

semua pihak tapi masing-masing dari

mereka sebagian besar memiliki

basic ekonomi sejak dulunya.

Sehingga penganggaran bukanlah hal

yang sulit bagi mereka.

Pengalaman terdahulu dalam

merumuskan sebuah kebijakan

sangatlah dibutuhkan. Teori dan

pemahaman tanpa adanya

pengalaman akan dirasa kurang

mampu untuk merumuskan sebuah

kebijakan yang berpengaruh pada

masyarakat luas. Maka dengan itu,

perumus kebijakan haruslah

memiliki pengalaman yang lebih

terhadap bidangnya agar mampu

menghasilkan keputusan yang baik.

Pada tahun 2015, salah satu

perumus kebijakan saat itu adalah

Bapak Syahrial dan Ibu reni, dan dari

pihak PT. TMB sendiri adalah Pak

Yuswandi dan TAPD yaitu Bapak

Nopirman Syahputra. Berdasarkan

pemaparan pada tahun 2012, bahwa

Pak Yuswandi dan Bu reni memang

masing-masing memiliki latar

belakang di bidang ekonomi. Tidak

terkecuali pak Syahrial yang pada

saat itu ikut membahas penyertaan

modal terhadap PT. TMB.

Berdasarkan buku profil

DPRD Kota Tanjungpinang, beliau

adalah lulusan dari Fakultas

Ekonomi Universitas Jayabaya,

selain itu juga beliau pernah

menjabat sebagai manajer PT.

Purnabakti Karya Bintan pada tahun

1998-2010 dan juga pernah menjabat

sebagai direktur PT. Pembangunan

Kepri – BUMD Provinsi Kepri

(2010-2013). Dari pengalaman

tersebut, terutama sebagai direktur

PT. Pembangunan Kepri-BUMD

Provinsi Kepri, menjadikan dasar

Page 23: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

20

pemahaman yang lebih terhadap

suatu pengelolaan usaha atau bisnis.

Hal ini juga menjadi pengaruh dalam

perumusan kebijakan penyertaan

modal pada saat itu. Sedikit banyak

beliau yang pernah menjabat sebagai

sebagai direktur BUMD tentu

memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang pengelolaannya.

Maka dari itu beliau dapat

menggunakan pengalamannya

tersebut dalam merumuskan

kebijakan penyertaan modal pada

PT. TMB.

TAPD yakni Pak Nopirman

Syahputra juga salah satu perumus

kebijakan yang memahami soal

penganggaran. Beliau yang sejak

dulu bekerja sebagai verifikasi

akuntansi pelaporan sudah memiliki

pemahaman yang lebih terhadap

bidang ekonomi. Pernah menempuh

pendidikan jurusan ekonomi serta

kini menjadi Kabid Anggaran di

Dinas Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah Kota Tanjungpinang

menjadikan beliau sangat fasih

dalam soal penganggaran dan

keuangan. Maka dari itu beliau telah

menjadi TAPD sejak dulu hingga

sekarang.

Dengan demikian,

berdasarkan pemaparan di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa

perumusan kebijakan penyertaan

modal PT. TMB pada tahun 2015

telah dilakukan oleh pihak-pihak

yang memahami tentang

penganggaran dan sudah memiliki

dasar ekonomi yang baik. Maka dari

itu, pengalaman terdahulu tidak

dapat dilepaskan manfaatnya dari

segala aktivitas dikemudian hari.

E. PENUTUP

Penyertaan modal merupakan

suatu kebijakan yang dilakukan oleh

Pemerintah dalam

menyelenggarakan pemerintahan

daerah dengan tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan

penambahan PAD. Tidak hanya bisa

mengharapkan dana dari pusat,

daerah juga harus mampu

meningkatkan pendapatan

daerahnya. Salah satu yang

dilakukan adalah dengan melakukan

penyertaan modal terhadap badan-

badan usaha yang dianggap mampu

memberikan profit.

Perseroan Terbatas

Tanjungpinang Makmur Bersama

(PT. TMB) yang merupakan salah

satu BUMD Kota Tanjungpinang

telah mendapatkan penyertaan modal

sebanyak tiga kali dalam tahun yang

berbeda. Pada tahun 2010,

perumusan kebijakan penyertaan

modal terhadap PT. TMB dapat

dikatakan baik karena tidak ada

faktor-faktor negatif yang

mempengaruhinya. Penyertaan

modal pada tahun 2010 ini

merupakan modal dasar yang

ditujukan untuk pembentukan dan

pembenahan PT. TMB yang pada

Page 24: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

21

saat itu merupakan limpahan dari

Pemkab Bintan. Dan dalam

prosesnya juga dilakukan oleh pihak-

pihak yang memiliki basic dan

pemahaman ekonomi.

Pada tahun 2012, perumusan

kebijakan penyertaan modal PT.

TMB dikatakan kurang baik, hal ini

karena masih ada faktor-faktor

negatif yang mempengaruhinya

seperti adanya pengaruh tekanan dari

luar, pengaruh sifat pribadi dan

pengaruh dari kelompok luar. Dalam

hal ini pengaruh yang didapat berasal

dari partai politik, kelompok

masyarakat pengguna jasa lapak PT.

TMB serta pengutamaan kepentingan

pribadi perumus kebijakan.

Tahun 2015, perumusan

kebijakan penyertaan modal dapat

dikatakan baik, hal ini karena tidak

adanya faktor-faktor negatif yang

mempengaruhi. Penyertaan modal

pada tahun 2015 adalah penyertaan

modal yang dilakukan hanya untuk

penyelesaian masalah eks karyawan

Bintan yang menuntut pembayaran

pesangon mereka, permasalahan

yang sudah memasuki ranah hukum

ini menjadi sebuah kewajiban yang

harus diselesaikan oleh PT. TMB.

Maka dari itu Pemko Tanjungpinang

menganggarkan 2,5 milyar untuk

pembayaran pesangon eks karyawan

Bintan.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar

Kebijakan Publik. Bandung:

CV. Alfabeta

Ali, Faried dkk. 2012. Studi Analisa

Kebijakan: Konsep, Teori

dan Aplikasi Sampel Teknik

Analisa Kebijakan

Pemerintah. Bandung: PT.

Refika Aditama

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan

Publik. Bandung: CV.

Pustaka Setia

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data

Penelitian Kualitatif:

Pemahaman Filosofis

Metodologis ke Arah

Penguasaan Model Aplikasi.

Jakarta: Rajawali Pers

Dantes, Nyoman. 2012. Metode

Penelitian. Yogyakarta: CV.

Andi Offset

Dunn. 2003. Pengantar Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Fermana, Surya. 2009. Kebijakan

Publik: Sebuah Tinjauan

Filosofis. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media

Islamy, M. Irfan. 2014. Prinsip-

Prinsip Perumusan

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara

Madani, Muhlis. 2011. Dimensi

Interaksi Aktor Dalam Proses

Perumusan Kebijakan Publik.

Yogyakarta: graha Ilmu

Page 25: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

22

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Narbuko, Achmadi. 2013.

Metodologi Penelitian.

Jakarta: Bumi Aksara

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi

Penelitian. Jakarta: Kencana

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy.

Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo

Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode

Penelitian. Bandung: Pustaka

Setia

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R

& D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R

& D. Bandung: Alfabeta

Suharto, Edi. 2005. Analisis

Kebijakan Publik. Bandung:

Alfabeta

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Ilmu

Pemerintahan. Jakarta: Bumi

Aksara

Usman, Husaini dan Purnomo

Setiady Akbar. 2009.

Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Solichin Abdul. 2015.

Analisis Kebijakan: Dari

Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi

Kebijakan Publik. Jakarta:

Bumi Aksara

Winarno, Budi. 2013. Kebijakan

publik: Teori, Proses, dan

Studi Kasus. Yogyakarta:

CAPS (Center of Academic

Publishing Service)

JURNAL

Annisa, Jihan. 2017. Peranan Badan

Usaha Milik Daerah

Pt.Tanjungpinang Makmur

Bersama Dalam

Meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah Kota

Tanjungpinang.Hal18.http://j

urnal.umrah.ac.id/wpcontent/

uploads/gravity_forms/1ec61

c9cb232a03a96d0947c6478e

525e/2017/02/jurnal.skripsi.ji

han_.1.pdf diakses pada 20

Februari 2017.

Nando, Rudi Arvan. 2014. Strategi

Badan Usaha Milik Daerah

(Bumd) Pt. Tanjungpinang

Makmur Bersama Dalam

Mengelola Pasar

Tanjungpinang Sebagai

Upaya Peningkatan Pendapat

Asli Daerah.

Hal20.http://jurnal.umrah.ac.i

d/wpcontent/uploads/gravity_

forms/1ec61c9cb232a03a96d

0947c6478e525e/2014/08/E-

journal-Rudi-Arvan-Nando-

100565201355.pdf diakses

pada 20 Februari 2017.

DOKUMEN DAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah

Tangga PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama

Company Profil PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama

Page 26: KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232… · data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil

23

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 11

Tahun 2005 tentang

Penyertaan Modal Daerah

Pada Pihak Ketiga

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 4

Tahun 2007 tentang Badan

Usaha Milik Daerah

Profil 30 Anggota DPRD Kota

Tanjungpinang

Rencana Kerja Strategis Badan

Usaha Milik Daerah Kota

Tanjungpinang Periode 2015-

2019 PT. Tanjungpinang

Makmur Bersama

Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1962 tentang Perusahaan

Daerah