Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEBIJAKAN PUBLIK DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
(Implementasi Perda No. 15 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi
terhadap TPA Sumur Batu)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Annisa Suciati
1113112000008
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
a
PER}TYATAAI\I BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat (Implementasi perda No. 15 Tatrun201I tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi terhadap TpA Sumur Batu)
l. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satupersyaratan memperoleh gelar strata I di universitas Islam Negeri Gm.I)Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini tetah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berraku di universitas Isram Negeri orhOSyarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti
atau merupakan hasil jiplakan
menerima sanksi yang berlaku
Hidayatullah Jakarta.
Annisa Suciati
bahwa karya saya ini bukan karya asli saya
dari karya orang lain, maka saya bersedia
di Universitas Islam Negeri GIf$ Syarif
Ciputat, l0 Juni 2017
a
PERSETUJUAN BIMBINGA}I SKRIPSI
Dengan ini pembimbing skripsi menyatakan bahwa matrasiswa:
Nama
Nim
Progran Studi
: Annisa Suciati
:1113112000008
: Ilmu Politik
Telah menyelesaikan penulisan skripsi, dengan judul:
Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat (Implementasi Perda No. 15 Tatnm
201I tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi terhadap TPA Sumur Batu)
Telah diuji pada tanggal I I Juli 2017
Mengetatrui,Ketua Program Studi
Dr. Idine Rosvidin. M.SiNIP. r9701013 200501 I 003
Ciputat, ll Juli2017
Menyetujui,Dosen Pembimbing
(
l 001
is Thaha M.SiNIP, 19660805 20q112
PENGESAHAN PAMTIA UJIAN SKRIPSI
SKRSIPSI
Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat
(Implementasi Perda No. 15 Tahun 20l l tentang Pengelolaan Sampatr
di Kota Bekasi terhadap TPA Sumur Batu)
Oleh
Annisa Suciati
I I l3l 12000008
telah dipertatrankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Juli2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Sekretaris,6rt --,\Jfu,b
Ketua
\7^Dr. Idine Rosyidin. M.SiNrP. 19701013 200501 l 003
Suryani. M.SiNP, 1 9770 424 2887 _Lg 2_ gg3
Penguji II
Drs. Ismadi Ananda. M.SiNIP.19520903 198203 I 001
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan padatanggal l1 Juli 2017
Ketua Program Studi Ilmu PolitikFISIP UIN Jakarta
t jl-Dr. Iding Rosyidin. M.SiNIP: 19701013 200501 I 003
. 19610524 200003 2002
i
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa implementasi Peraturan Daerah (Perda) No. 15
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi yang berkaitan dengan
menumpuknya sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu.
Persoalan sampah di Kota Bekasi seakan tidak pernah berhenti. Sampah
merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup yang membutuhkan
perhatian lebih dari pemerintah Kota Bekasi. Meningkatnya jumlah penduduk di
Kota Bekasi setiap tahunnya akan berdampak langsung pada peningkatan jumlah
timbunan sampah yang harus dikelola di Kota Bekasi, khususnya di TPA Sumur
Batu. Karena itu, diperlukannya pengelolaan sampah dari hulu (sumber sampah)
ke hilir (tempat akhir). Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
implementasi Perda No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota
Bekasi, mengetahui peran Dinas Lingkungan Hidup dan partisipasi masyarakat
Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah.
Teori yang digunakan yaitu kebijakan publik untuk mengetahui upaya-
upaya pemerintah terkait masalah sampah, dan untuk mengetahui apakah
kebijakan tersebut sudah berhasil diimplementasikan dengan baik atau belum
peneliti menggunakan teori faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi
menurut pandangan George C. Edwards. Dalam keberhasilan implementasi
membutuhkan peran masyarakat di dalamnya, peneliti menggunakan teori
partisipasi masyarakat menurut pandangan Eriscon. Kemudian peneliti
menggunakan aspek mengenai pengelolaan sampah untuk mengetahui sejauh
mana pengelolaan sampah di Kota Bekasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Penelitian
diawali dengan teknik pengumpulan data. Pada teknik pengumpulan data penulis
akan melakukan dokumentasi, wawancara, dan teknik analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian, implementasi Perda No. 15 Tahun 2011 belum
berjalan efektif. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi mengenai
pengelolaan sampah kepada masyarakat, pengelolaan di TPA Sumur Batu yang
masih menggunakan pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan, serta
lemahnya partisipasi masyarakat Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah.
Kata Kunci: Peran Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Partisipasi Masyarakat,
` Implementasi Kebijakan.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat (Implementasi
Perda No. 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi terhadap
TPA Sumur Batu).”
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit penulis mengalami kesulitan
dan hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1) Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2) Prof. Dr. Zulkifli, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Dr. Iding Rosyidin, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4) Suryani, M. Si, selaku Sekertaris Program Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5) Idris Thaha, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar, tulus, dan
ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membimbing
penulis dalam penyusunan skirpsi ini.
6) Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
7) Seluruh Staf TU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas bantuanya dalam administrasi surat menyurat.
8) Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
iii
Perpustakaan Umum Daerah Kota Bekasi, dan Perpustakaan Universitas
Indonesia yang telah memberikan pinjaman buku dalam penyelesaian
skripsi ini.
9) Kepala Seksi Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup, yang telah memberikan
informasi kepada penulis.
10) Kepala TPA Sumur Batu yang telah memberikan informasi mengenai
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu Kota Bekasi.
11) Ayahanda dan Ibunda tercinta yang terus melimpahkan cinta dan kasih
sayangnya, memotivasi, serta doa yang tidak pernah berhenti untuk penulis.
12) Kakal-kakakku; Dini Lusiana, Ika Pandu Pertiwi, Amalia Pahlawati dan
juga adikku Syifa Fauziah yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan setiap saat.
13) Sahabat-sahabatku, Marki Amaliyah, Dwi Jayanti, Erika Sita, Restiana
Firda, Quwatul Mudrikatiz, Diah Lestari, Amelia Stefanie, Ulfah M, Hilda
Putri, Isnaini Annis, Rowdohtus, Faizah Zatul, dan Yuni Hilda Putri, Elsa
yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skirpsi
ini. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih untuk Fajar Alamsyah, yang
bersedia meluangkan waktunya untuk mengantarkan penulis ke tempat
lokasi penelitian dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
14) Teman-teman seperjuangan Ilmu Politik 2013 di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABLE ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah......................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
F. Metode Penelitian .......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II KERANGKA TEORI
A. Kebijakan Publik ........................................................................... 16
B. Implementasi Kebijakan Publik .................................................... 19
1. Faktor yang Berpengaruh terhadap Implementasi .................. 19
a. Komunikasi ....................................................................... 19
b. Sumber Daya ..................................................................... 20
c. Disposisi ............................................................................ 20
d. Struktur Birokrasi .............................................................. 21
C. Partisipasi Masyarakat .................................................................. 22
1. Bentuk Partisipasi .................................................................... 23
a. Partisipasi di Dalam Tahap Perencanaan ............................. 23
b. Partisipasi di Dalam pelaksanaan ........................................ 23
c. Partisipasi di Dalam Pemanfaatan ....................................... 23
D. Pengelolaan Sampah ..................................................................... 24
1. Aspek Operasional .................................................................. 24
2. Aspek Kelembagaan................................................................ 25
3. Aspek Pembiayaan .................................................................. 25
4. Aspek Peran Serta Masyarakat................................................ 26
5. Aspek Peraturan ...................................................................... 26
v
BAB III PERSOALAN SAMPAH DI KOTA BEKASI
A. Gambaran Umum Kota Bekasi...................................................... 27
B. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah
di TPA Sumur Batu Kota Bekasi .................................................. 31
1. Volume Sampah di TPA Sumur Batu ................................. 31
2. Zona Pembuangan di TPA Sumur Batu .............................. 33
3. Struktur Organisasi UPTD TPA Sumur Batu ...................... 34
4. Pengelolaan Sampah di TPA Sumur Batu ........................... 39
BAB IV IMPLEMENTASI PERDA NO. 15 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI DAN
PARTISIPASI MASYARAKAT
A. Implementasi Kebijakan Publik (Perda No. 15 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi)
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi ................................... 40
1. Komunikasi dalam Kebijakan ..................................................... 41
2. Sumber Daya yang Dibutuhkan .................................................. 43
3. Disposisi ...................................................................................... 50
4. Badan Pelaksana.......................................................................... 51
B. Partisipasi dalan Implementasi Kebijakan
1. Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi ............................................ 55
2. Kerja Sama dengan Pihak Ke-tiga
dalam Implementasi Kebijakan .................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... viii
LAMPIRAN ....................................................................................................... xii
vi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Teori George C. Edwards.....................................................................21
Tabel III.1. Jumlah Penduduk Kota Bekasi
Tahun 2013, 2014, 2015…………………...………………….…..…29
Tabel III.2. Jumlah Timbunan Sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu…........31
Tabel III.3. Presentasi Jenis Sampah…………………………………………......32
Table III.4. Sturktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi……...…36
Tabel III.5. Sturktur Organisasi UPTD TPA Sumur Batu……......………….......37
Tabel IV.1. Armada Operasional Sampah……………………………………….48
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Kondisi TPA Sumur Batu Kota Bekasi……………..…...............…2
Gambar III.1. Persentasi luas wilayah berdasarkan kecamatan…….……........…28
Gambar III.2. Zona TPA Sumur Batu……………………………………......….34
Gambar III.3. Sistem Open Dumping di TPA Sumur Batu……………………...38
Gambar III.4. Sistem Control Landfill di TPA Sumur Batu…………...………..39
Gambar. IV.1. Bank Sampah di Kota Bekasi........................................................42
Gambar IV.2. Alur Pengeolaan Sampah…………………..……………..……....43
Gambar IV.3. Alat Komposting…………………..……..…………….....……...46
Gambar IV.4. Alat Pencacah………………………………….....………...….…47
Gambar IV.5. Alat Angkut Sampah di Kota Bekasi.............................................49
Gambar IV.6. Sop UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi……………………….55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pertumbuhan jumlah penduduk serta pergeseran gaya hidup atau lifestyle di
kalangan masyarakat modern akan terus meningkatkan laju konsumsi masyarakat,
dalam hal ini tentu mengakibatkan bertambahnya volume sampah yang
dihasilkan. Sampah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari dan salah satu permasalahan lingkungan hidup yang harus ditangani di
Kota Bekasi, khususnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu.
Pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor utama terjadinya
permasalahan sampah, karena masyarakat merupakan penghasil utama sampah.
Begitupun di Kota Bekasi, jumlah penduduk di Kota Bekasi terus mengalami
peningkatan pada 2013 hingga 2015. Jumlah penduduk di Kota Bekasi pada 2013
berjumlah 2.592.819 jiwa1, meningkat pada 2014 menjadi 2.663.011 jiwa
2,
kemudian meningkat kembali pada 2015 menjadi 2.733.240 jiwa.3 Meningkatnya
jumlah penduduk di Kota Bekasi setiap tahunnya tentu sangat berpengaruh
terhadap peningkatan aktivitas penduduk yang secara tidak langsung akan
meningkatkan volume sampah di Kota Bekasi.
Meningkatnya volume sampah yang terjadi di Kota Bekasi tentu akan
berdampak pada TPA Sumur Batu, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan
1 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 10 Oktober 2014.
2 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 30 Oktober 2015.
3 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 25 Agustus 2016.
2
Bantargebang. Keadaan TPA Sumur Batu kini begitu memprihatinkan. Hal
tersebut dikarenakan pemrosesan akhir sampah di TPA Sumur Batu tidak
berwawasan lingkungan (enviromental friendly), yaitu masih menggunakan
sistem open dumping4.
Sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi sudah mengunung. Gunungan
sampah tersebut telah mencapai ketinggian 23 meter. Hal tersebut jelas membuat
warga sekitar TPA Sumur Batu menjadi resah dengan keadaan TPA yang semakin
memburuk.
Gambar I.1 (Kondisi TPA Sumur Batu Kota Bekasi)
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, bahwa, Pemerintahan Kabupaten dan Kota berhak membuat peraturan
daerahnya sendiri sesuai dengan kondisi dan keadaan daerahnya tersebut. Kota
Bekasi telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) No. 15 Tahun 2011 tentang
4 Sistem open dumping adalah pembuangan sampah di TPA dengan terbuka tanpa adanya
penanganan lebih lanjut. Menggunakan sistem open dumping dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, udara, dan air.
3
Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi, dikeluarkaanya Perda tersebut sehubungan
dengan meningkatnya jumlah penduduk yang nantinya juga meningkatkan volume
sampah. Perda No. 15 Tahun 2011 merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang diikuti oleh Permendagri
No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengeloaan Sampah.
Kebijakan tentang pengelolaan sampah tersebut memiliki asas dan tujuan
yang tersurat secara jelas. Asas yang termuat dalam kebijakan tersebut adalah;
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas
kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan dan asas nilai
ekonomi. Sedangkan tujuannya yaitu; pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, menjadikan sampah
sebagai sumber daya, meningkatkan efesiensi penggunaan baku, serta merubah
perilaku setiap orang.
Dengan diterbitkannya Perda No. 15 Tahun 2011 bertujuan dapat
meminimalisir permasalahan sampah di Kota Bekasi, namun realitanya, dengan
adanya Perda tersebut belum mampu mengatasi permasalahan sampah yang
terjadi di Kota Bekasi, khususnya di TPA Sumur Batu. Sistem pembuangan
terbuka tanpa adanya pengolahan dan sampah dibiarkan saja menumpuk di TPA
Sumur Batu memang merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum
terselesaikan dan merupakan tantangan bagi pemerintah Kota Bekasi.
Pengelolaan sampah adalah suatu kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
4
Penanganan masalah sampah dan segala macam dampaknya bagi masyarakat
harus dilakukan secara terencana, terarah, dan sistematis dengan pengelolaan yang
baik agar terhindar dari pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Perda
No. 15 Tahun 2011 merupakan usaha pemerintahan Kota Bekasi untuk menjamin
dan meningkatkan pelayanan kebersihan Kota Bekasi serta meningkatkan peran
masyarakatnya.
Permasalahan yang terjadi di TPA Sumur Batu yaitu Pemrosesan akhir
dengan sistem open dumping. Sistem open dumping merupakan salah satu
pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan, karena sampah hanya
ditumpuk di zona pembuangan tanpa adanya penanganan lebih lanjut.
Penumpukan yang terjadi di TPA Sumur Batu jelas akan menimbulkan berbagai
dampak bagi penduduk Kota Bekasi, khususnya bagi warga yang bertempat
tinggal di sekitar TPA Sumur Batu.
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat setempat yang tinggal di sekitar
TPA Sumur Batu yaitu, timbulnya penyakit kulit hingga gangguan pernafasan.
Namun selain menyebabkan penyakit, sampah merupakan sesuatu yang dapat
mengganggu pemandangan serta menimbulkan bau tidak sedap. Maka dari itu
untuk mencegah permasalahan tersebut diperlukannya pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan dan pengelolaan sampah sejak dari sumbernya agar dapat
meminimalisir permasalahan menumpuknya sampah yang terjadi di TPA Sumur
Batu.
5
Tumpukan sampah yang berada di TPA Sumur Batu milik pemerintah Kota
Bekasi ini semakin memprihatinkan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 2,6
juta jiwa memang memerlukan peningkatan kinerja Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi dan partisipasi aktif masyarakat Kota Bekasi dalam mengelola
sampah. Di dalam Perda No. 15 Tahun 2011 terdapat satu peranan penting yang
dibutuhkan dalam pengelolaan sampah yaitu masyarakat. Untuk mencapai
keberhasilan pengelolaan sampah harus didukung oleh tingkat kesadaran
masyarakat yang tinggi mengingat perilaku masyarakat merupakan suatu hal yang
begitu penting untuk meminimalisir permasalahan sampah yang terjadi di TPA
Sumur Batu.
Penanganan sampah di TPA Sumur Batu hanya bertumpu pada penimbunan
sampah tanpa adanya pengolahan sampah, misalnya seperti pemilahan sampah
sebelum dibuang ke lahan pembuangan, serta tidak adanya pengolahan sampah
untuk mereduksi timbunan sampah. Permasalahan sampah tersebut jelas berkaitan
dengan Perda No. 15 Tahun 2011.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis mengambil judul penelitian yaitu:
“Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat (Implementasi Perda No. 15 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi terhadap Penumpukan Sampah
di TPA Sumur Batu”
6
B. Pertanyaan Masalah
Berdasarkan penguraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian
ini berfokus pada pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Bekasi No. 15 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi?
2. Bagaimana partisipasi masyarakat Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah di
Kota Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan umum dan khusus. Tujuan
umum yang ingin dicapai yaitu:
1. Mendeskripsikan Implementasi Perda No. 15 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi
2. Mengetahui Sejauh mana Partisipasi Masyarakat Kota Bekasi dalam
Pengelolaan Sampah
Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk melengkapi tugas akhir dari
perkuliahan, dan untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi, referensi dan
kontribusi bagi kalangan akademisi, dan pihak-pihak lain yang
7
bekepentingan untuk memahami peran Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi yang merupakan instansi dalam pengelolaan sampah dan peran
masyarakat Kota Bekasi terhadap penumpukan sampah yang terjadi di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi
bagi Pemerintahan Daerah Kota Bekasi dalam upaya meningkatkan kinerja
Dinas Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dan meningkatkan partisipasi
masyarakat Kota Bekasi dalam menyukseskan program pemerintah.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, penulis menemukan 5 literatur yang dapat
memperjelas sekaligus menjadi pelengkap atas penelitian yang dilakukan penulis.
Tinjauan pustaka yang dimaksud juga memberikan keragaman perspektif yang
dapat menjadi pertimbangan sekaligus perbandingan dalam melakukan penelitian,
diantaranya:
Pertama, hasil penelitian Putra Tri Hidayat5 mengidentifikasi
penyelenggaraan permasalahan pengelolaan sampah di Kota Surakarta melalui
sebuah kebijakan, yaitu Peraturan Daerah (Perda) No. 3 Tahun 2010. Dalam
penelitiannya, penulis menyimpulkan bahwa secara umum penyelenggaraan
pengelolaan sampah belum berjalan sesuai dengan Perda No. 3 Tahun 2010. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya staf dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah,
5 Putra Tri Hidayat, “Kebijakan tentang Pengelolaan sampah (Study Implementasi
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2010),” Program Sarjana,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2012), 150.
8
kurangnya armada pengangkut sampah, serta kurang nya sosialisasi mengenai
Perda No. 3 Tahun 2011 kepada masyarakat. Dalam penelitianya penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan maksud
memberikan gambaran masalah secara sistematis, rinci, dan mendalam mengenai
Perda No. 3 Tahun 2011.
Kedua, hasil penelitian Ayuspiaka Nur Fitriana6 mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi penentu dari
keberhasilan kebijakan pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil penelitiannya,
penulis menunjukan bahwa pengaruh yang diberikan oleh partisipasi masyarakat
terhadap implementasi kebijakan pengelolaan sampah di Kecamatan Cibiru, Kota
Bandung, sebesar 69,9%. Hal tersebut menunjukan bahwa implementasi kebijakan
pengelolaan sampah di Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, masuk dalam kriteria
pengaruh yang tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, partisipasi
masyarakat memiliki nilai yang tinggi terhadap implementasi kebijakan
pengelolaan sampah di Kecamatan Cibiri Kota Bandung. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif dengan pendekatan
kuantitaif.
Ketiga, Yogi Heleanto7 mengidentifikasi Implementasi Peraturan Daerah
Kota Bandar Lampung No. 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum
Pelayanan Persampahan. Berdasarkan hasil penelitian, implementasi Perda No. 5
6 Ayuspiaka Nur Fitriana, “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Implementasi
Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kecamatan Cibiru Kota Bandung”, Program Sarjana, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2013), 136. 7 Yogi Heleanto, “Implementasi Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 5 Tahun
2011 tentang Retribus Jasa Umum Pelayanan Persampahan”, Program Sarjana, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung (2016), 90.
9
Tahun 2011 di Kota Bandar Lampung belum berjalan maksimal. Hal tersebut
terjadi karena, aparat pelaksana kebijakan belum dapat bekerja efektif. Penelitian
ini menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Keempat, hasil penelitian Oktafina Pikoli8 mengetahui bagaimana
pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) No. 11 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Makasar. Dalam penelitiannya
pelaksanaan Perda No. 11 Tahun 2011 belum berjalan efektif. Hal tersebut terjadi
karena adanya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perda tersebut, yaitu;
kurangnya kesadaran dalam membayar retribusi persampahan/kebersihan, sarana
prasarana yang kurang memadai, dan adanya pungutan liar yang dilakukan oleh
pihak tertentu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Kelima, Angela Chatlya9 melihat permasalahan sampah yang terjadi di
sampah di pesisir Bandar Lampung. Sampah di pesisir Bandar Lampung
merupakan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Dinas yang bertanggung
jawab terhadap kebersihan. Tujuan penelitan ini yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis pengelolaan sampah di pantai sukaraja oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian, dalam
mengatasi permasalahan sampah di pesisir Bandar Lampung, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan berkolaborasi dengan LSM Mitra Bentala. Namun, pengelolaan
8 Oktafina Pikoli, “Efektivitas Peraturan Daerah No. 11 Tahun 2011 tentang retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kota Makasar,” Program Sarjana, Fakultas Hukum,
Universitas Hasandudin (2014), 61. 9 Angela Chatlya, “Pengelolaan Sampah Pantai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bandar Lampung (Studi pada Pantai Sukaraja Kecamatab Bumi Waras),” Program Sarjana,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung (2016), 9.
10
sampah yang dilakukan belum berjalan optimal. Hal tersebut karena, kurangnya
fasilitas yang diberikan dalam pengelolaan sampah. Dalam penelitiannya penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dan data yang didapatkan
oleh penulis berasal dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dari 5 tinjauan pustaka tersebut, yang membedakan antara tinjauan
pustaka di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah perbedaan studi
kasus. Fokus penulis pada penelitian ini yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
yang membutuhkan peran dari peran Pemerintahan dan Masyarakat Kota Bekasi
dalam mengimplementasikan suatu Kebijakan. Judul penelitian ini yaitu,
“Kebijakan Publik dan Partisipasi Masyarakat (Implementasi Perda No. 15 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi terhadap Penumpukan Sampah
di TPA Sumur Batu)”
F. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, menentukan metode merupakan hal yang sangat
penting untuk mendapatkan data yang sesuai dan akurat. Metode adalah cara-cara,
strategi untuk memahami realitas dan langkah-langkah yang sistematis untuk
memecahkan rangkaian sebab-akibat.10
Pada penelitian ini penulis menggunakan
metode kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif mengenai kata-kata, lisan, maupun tulisan dengan tingkah laku yang
dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.11
10
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
(Jakarta, Djambatan, 2011), 183. 11
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakatya: Tiara Wacana
Yogya,2001), 5.
11
F.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian, karena bertujuan untuk memperoleh data agar dapat dianalisis. Adapun
teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu melalui dokumentasi,
wawancara, dan teknik analisis data.
F.1.a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis mengenai beberapa kegiatan atau
peristiwa yang lalu, dan dokumentasi juga merupakan teknik pungumpulan data
mengenai hal-hal yang akan diteliti melalui majalah, literatur buku, transkip surat
kabar, dan internet. Dokumentasi diperlukan untuk mempermudah peneliti dalam
memberi jawaban dan kejelasan dalam penelitiannya
F.1.b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulan data
dalam bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden melalui
percakapan langsung secara sistematis dan terorganisir. Komunikasi yang
dilakukan yaitu dengan melakukan tanya jawab.12
Dalam melakukan wawancara
peneliti memerlukan pemahaman yang tepat akan topik yang akan digali sesuai
dengan fokus penelitian. Selain itu kemampuan dalam bertanya yang baik juga
salah satu yang menentukan pada pencapaian tujuan dari percakapan tersebut.13
12
W Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2014), 119. 13
Dr. Uhar Suharsaputra. M.Pd, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2014), 214.
12
Pada penelitian ini penulis memilih informan yang dianggap layak dalam
pemberian data yakni:
1) Nazirwan, ST (Kepala Seksi Limbah B3 di Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi).
2) Atjep Rusfianto (Kepala UPTD Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sumur Batu Kota Bekasi).
3) Rizaldi Hadyan Pratama (Sub Bagian Umum dan Kepegawaian di Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi).
4) Masyarakat Kota Bekasi (Sasaran dalam implementasi kebijakan)
5) Pemulung di Sekitar TPA Sumur Batu (Sumber daya yang berpengaruh
dalam implementasi kebijakan)
F.1.c. Teknik Analisis Data
Pada bagian analisis data, penulis menggunakan metode analisa penelitian
secara deskriptif analisis, yaitu metode yang menggambarkan hal-hal yang
menjadi objek penelitian atau menggambarkan suatu keadaan secara tepat
sehingga diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan tersebut. Proses
dalam analisis data yaitu tebagi menjadi 3, yaitu:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, serta mengorganisasi
data dengan sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat
13
ditarik dan diverivikasi.14
Oleh karena itu, jika dalam penelitian peneliti
menemukan sesuatu yang aneh, asing, tidak dikenal, dan belum memiliki pola, hal
tersebutlah yang harus dijadikan perhatian oleh peneliti dalam mereduksi data.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Adapun
penyajian yang baik merupakan suatu cara yang utama dalam analisis kualitatif.
Bentuk penyajian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks yang
bersifat naratif. Melalui penyajian-penyajian ini, peneliti akan dapat memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas dasar
pemahaman yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut.15
c. Conclusion Drawing/ Verivication (Penarikan Kesimpulan)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif, menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Sementara itu Sugiyono
menjelaskan bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti
14
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
243. 15
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
244.
14
yang valid dan konsisten saat kita kembali kelapangan, kesimpulan yang telah kita
kemukakan adalah kesimpulan yang kredibel dan terpercaya.16
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini, untuk mempermudah memahami isi dari
penelitian yang disusun, maka peneliti membagi skripsi ini terdiri dari lima bab,
tiap bab di dalamnya terdiri beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisannya
sebagai berikut:
Bab I, pada bab ini penulis memaparkan mengenai permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di Kota Bekasi yaitu sampah. Sampah merupakan
permasalahan yang berkaitan Perda No. 15 Tahun 20111 tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Bekasi.
Bab II, bab ini menjelaskan mengenai teori dan aspek yang digunakan oleh
peneliti untuk dapat memperkuat analisis mengenai pengaruh implementasi
Peraturan Daerah (Perda) No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di
Kota Bekasi terhadap penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sumur Batu.
Bab III, Pada bab ini peneliti akan membahas Kota Bekasi yang memiliki
jumlah penduduk cukup padat, padatnya jumlah penduduk merupakan salah satu
faktor meningkatnya volume sampah yang muncul setiap harinya di Kota Bekasi.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang merupakan instansi terkait dalam
kebersihan di Kota Bekasi, maka dari itu pada bab ini peneliti akan membahas
16
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
250.
15
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Kemudian peneliti juga akan membahas
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu milik Kota Bekasi yang dikelola
oleh Dinas Lingkungan Hidup, keadaan TPA Sumur Batu kian memburuk dengan
adanya tumpukan sampah yang semakin menggunung.
Bab IV, Pada bab ini peneliti akan memaparkan bagaimana permasalahan
sampah yang terjadi di TPA Sumur Batu, bagimana peran masyarakat dan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan
Peraturan Daerah (Perda) No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di
Kota Bekasi.
Bab V, penulis akan menjabarkan kembali hasil temuan dalam bab IV untuk
dijadikan kesimpulan dari penelitian ini serta akan dipaparkan tentang
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian,
implementasi Perda No. 15 Tahun 2011 belum berjalan efektif. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup kepada masyarakat
kota bekasi, lemahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, dan
pemosresan akhir di TPA Sumur Batu tidak ramah lingkungan karena masih
menggunakan sistem pembuangan terbuka/open dumping.
16
BAB II
KERANGKA TEORI
Dalam bab ini dibahas mengenai teori dan aspek yang digunakan oleh
peneliti untuk dapat memperkuat analisis mengenai pengaruh implementasi
Peraturan Daerah (Perda) No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di
Kota Bekasi terhadap penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sumur Batu.
Teori yang digunakan yaitu kebijakan publik untuk mengetahui upaya-
upaya pemerintah terkait masalah sampah, dan untuk mengetahui apakah
kebijakan tersebut sudah berhasil diimplementasikan dengan baik atau belum,
peneliti menggunakan teori faktor-faktor yang berpengaruh dalam implementasi
kebijakan menurut pandangan George C. Edwards. Dalam keberhasilan
implementasi membutuhkan peran masyarakat di dalamnya, peneliti
menggunakan teori partisipasi masyarakat menurut pandangan Eriscon. Peneliti
juga menggunakan aspek mengenai pengelolaan sampah untuk mengetahui sejauh
mana pengelolaan sampah di Kota Bekasi. Berikut penjelasan mengenai teori
yang digunakan oleh peneliti.
A. Kebijakan Publik
Kebijakan publik biasanya memberi perhatian terhadap masalah-masalah
publik, sehingga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pemerintah
memiliki alat yaitu sebuah kebijakan. Masalah publik terjadi apabila melibatkan
banyak orang dan mempunyai akibat, akibat tersebut tidak hanya terjadi pada
17
orang-orang yang secara langsung terlibat, tetapi juga sekelompok orang lain yang
secara tidak langsung juga ikut terlibat.1
Sejak pasca Perang Dunia II, kata Policy mengandung makna kebijakan
sebagai sebuah rationale, yaitu penilaian penuh pertimbangan. Sehingga bagi
Wayne Parsons, kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun
basis rasional untuk melakukan dan tidak melakukan suatu tindakan. 2
Istilah kebijakan publik sebenarnya telah sering kita dengar dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan akademis, istilah kebijakan ini mungkin
digunakan secara luas seperti “kebijakan luar negeri Indonesia”, “kebijakan
ekonomi Jepang”, atau “kebijakan pertanian di negara-negara berkembang atau
negara-negara dunia ketiga”. Namun, istilah kebijakan dipakai untuk menunjuk
sesuatu yang lebih khusus, seperti, kebijakan pemerintah.
Terdapat banyak definisi mengenai kebijakan publik. Menurut Anderson
kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan
seseorang pelaku atau sejumlah pekaku untuk memecahkan suatu masalah3
Sedangkan dalam pandangan Woll, kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas
pemerintah untuk menyelesaikan masalah di masyarakat baik secara langsung
maupun melalui lembaga yang mempengarui masyarakat. Menurut Woll, dalam
pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga hal yang berpengaruh sebagai
implikasi dari tindakan pemerintah. Pertama, kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah untuk kehidupan masyarakat. Kedua, adanya output dalam bentuk
1 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori & Poroses (Yogyakarta: Media Presindo, 2007),
77. 2 Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan (Jakarta:
Kencana, 2006), 15. 3 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori & Poroses, 21.
18
program untuk masyarakat. Ketiga, adanya dampak kebijakan untuk kehidupan
masyarakat.4
Keberadaan kebijakan publik merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap
warga, karena dengan adanya kebijakan publik dapat mencapai kesejahteraan
rakyat. Kebijakan publik biasanya berkaitan dengan aturan-aturan yang dibuat dan
dilaksanakan oleh suatu negara sebagai sebuah tidakan pemerintah. Lingkup
kebijakan publik begitu luas karena mencakup berbagai sektor atau bidang
pembangunan, seperti kebijakan publik dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan,
dan sebagainya. Apabila dilihat dari hirarkinya, sebuah kebijakan publik dapat
bersifat regional, nasional, maupun lokal.5 Bentuk-bentuk kebijakan publik di
Indonesia beraneka ragam, mulai dari Undang-Undang Dasar (UUD), Undang-
Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu),
Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah
(Perda), dan lain-lain.6
Perda No. 15 Tahun 2011 merupakan salah satu kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah Kota Bekasi. Perda tersebut dibuat berdasarkan keadaan
penduduk yang semakin meningkat sehingga akan meningkatkan volume sampah
di Kota Bekasi
4 Hesel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi: Konsep, Strategi dan Kasus
(Yogyakarta: Lukman Offset dan YPASI, 2003), 2. 5 Hesel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi: Konsep, Strateg, Strategi
dan Kasus, 3. 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
19
B. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap dalam proses
kebijakan, sesungguhnya implementasi kebijakan bukan hanya sekedar mengenai
mekanisme penjabaran suatu keputusan melainkan merupakan keputusan dan
siapa yang memperoleh apa dari kebijakan tersebut. Oleh sebab itu, implementasi
kebijakan merupakan aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan. Seperti
apa yang dikatakan Chief J. O. Udoji bahwa: “Pelaksaan kebijakan adalah sesuatu
yang penting, bahkan lebih penting dari pada pembuatan kebijaksanaan, karena
apabila tidak ada implementasi kebijakan maka kebijakan hanya akan berupa
impian atau terencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip.”7 Karena itu, setiap
kebijakan dan program yang telah direncanakan oleh pemerintah perlu
diimplementasikan sehingga tidak menjadi hal yang sia-sia.
Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah sebuah cara agar kebijakan
dapat mencapai tujuan.8 Tahapan implementasi kebijakan berhubungan dengan
apa yang terjadi setelah perundang-undangan ditetapkan dengan memberikan
kewenangan pada suatu kebijakan dan membentuk output yang jelas, sehingga
kebijakan tersebut dapat memperoleh hasil melalui program pemerintah.9
1. Faktor yang Berpengaruh terhadap Implementasi Kebijakan
Dalam keberhasilan implementasi kebijakan pasti akan ditentukan oleh
banyak variabel atau faktor, dan masing-masing faktor tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Pada penelitian ini peneliti merujuk pada pemikiran
7 Dr. Solichin Abdul Wahab, Analisis kebijaksanaan, Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijaksanaaan Negara (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 7. 8 Riant Nugroho Dwijowijoto, Kebijakan Publik (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2003), 158. 9 Hesel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, 9.
20
George C. Edwards. Menurut George C. Edwards, ada empat faktor yang
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan10
a. Komunikasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan
pelaksana kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan.
Implementasi kebijakan tidak hanya disampaikan kepada pelaksana
kebijakan, tetapi juga disampaikan kepada sasaran dan pihak yang
terkait. Selain itu, informasi yang disampaikan kepada pelaksana
kebijakan harus jelas, mudah dipahami, dan konsisten agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
b. Sumber Daya. Sumber daya merupakan faktor penting dalam
melaksanakan suatu kebijakan, karena walaupun isi kebijakan sudah
dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila pelaksana
kebijakan kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan
tersebut, maka impelementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya
tersebut dapat bejwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi
pelaksana kebijakan tersebut dan sumber daya non manusia, yakni
seperti sumberdaya finansial, dan fasilitas. Sumber daya memang
merupakan suatu hal yang penting, karena tanpa adanya sumber daya
kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.
c. Disposisi atau perilaku pelaksana kebijakan. Watak dan karakteristik
yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan merupakan salah satu bagian
dalam menjalankan suatu kebijakan, apabila pelaksana kebijakan
10
Subarsono, AG, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), 90.
21
memiliki disposisi yang baik, maka pelaksana kebijakanpun akan
menjalankan kebijakannya dengan baik.
d. Struktur birokrasi yang merupakan salah satu badan yang menjadi
pelaksana kebijakan. Birokrasi yang dimaksud di sini tidak hanya dalam
struktur pemerintah, tetapi juga berada dalam institusi atau organisasi-
organisasi yang terkait dalam kebijakan tersebut. Struktur birokrasi
memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap sebuah implementasi
kebijakan. Dalam struktur birokrasi terdapat dua hal yaitu, Standar
Operrating Prosedurs (SOP) dan Fragmentasi, berikut penjelasannya:
1) SOP merupakan prosedur kerja ukuran dasar atau pedoman bagi
para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan sebuah kebijakan
agar sesuai dengan tujuan kebijakan.
2) Fragmentasi merupakan struktur birokrasi yang terlalu panjang dan
desentraslisasi kekuasaan. Dengan adanya hal tersebut akan
mengakibatkan lemahnya pengawasan dan menyebabkan struktur
birokrasi yang rumit, hal tersebut dapat terjadi karena adanya
tekanan-tekanan di luar unit birokrasi seperti kelompok
kepentingan, pejabat eksekutif, dan sebagainya.
(Tabel II.1. Teori George C. Edwars)
Komunikasi
Sumber Daya
Disposi
si
Struktur Birokrasi
Implementasi
22
` Berdasarkan pemaparan di atas, pada saat setelah dibuatnya sebuah
kebijakan maka kebijakan tersebut perlu untuk diimpementasikan. Sama halnya
dengan kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Bekasi terkait Perda
No. 15 Tahun 2011, peneliti menggunakan teori George C. Edward untuk
mengetahui apakah Perda tersebut telah berjalan dengan baik atau belum.
C. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan suatu konsep dalam pengembangan
masyarakat. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, partisipasi adalah perihal
turut berperan dalam suatu kegiatan/keikutsertaan.11
Definisi lain mengatakan
bahwa partisipasi adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam
memecahkan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan.12
Sedangkan menurut Moehar Danil, partisipasi bukanlah proses
yang alami melainkan bentuk partisipasi sosialisasi.13
Pada hakikatnya
keterlibatan masyarakat merupakan bagian dari proses perencanaan yang
dimaksud untuk mengakomodasikan kebutuhan dan aspirasi mereka. Adanya
partisipasi masyarakat bukan saja sebagai cara untuk menghindari terjadinya
protes di kemudian hari tetapi juga sebagai upaya para perencana untuk
memperoleh input dari masyarakat tentang segala sesuatu yang menyangkut nasib
mereka.14
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), 931. 12
Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 207. 13
Moehar Danil, Darmawati, Niel Diana, PRA Participatory Rural Apprasial Pendekatan
Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya Percepatan Pembangunan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 60. 14
Sudharto P. Hadi, Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2009), 188.
23
Adanya partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk dalam rangka
mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance). Masyarakat dalam
pemerintahan memang begitu besar peranannya, keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan pemerintah yang berkenan dengan kebijakan publik menandakan bahwa
demokrasi telah berjalan.15
B.1 Bentuk Partisipasi
Dalam pembangunan memang membutuhkan partisipasi masyarakat,
menurut Eriscon, bentuk partisipasi masyarakat terbagi menjadi 3 yaitu sebagai
berikut:16
a. Partisipasi di Dalam Tahap Perencanaan. Partisipasi pada tahap ini adalah
keterlibatan seseorang pada tahap rencana dan strategi dalam penyusunan
kepanitian dan anggaran pada suatu kegiatan. Pada tahap ini, masyarakat
dapat memberikan usulan, saran, dan kritik melalui pertemuan-pertemuan
yang diadakan.
b. Partisipasi di Dalam Tahap pelaksanaan. Partisipasi pada tahap ini
maksudnya adalah keterlibatan seseorang dalam sebuah kegiatan, dan
masyarakat dapat memberikan tenaga, uang, barang, atau ide-ide sebagai
salah satu wujud dari sebuah partisipasi.
c. Partisipasi di Dalam Tahap Pemanfaatan. Partisipasi pada tahap ini
maksudnya adalah keterlibatan seseorang pada tahap pemanfaatan suatu
kegiatan setelah kegiatan tersebut terlaksanakan. Partisipasi masyarakat
15
Hendra Karianga, Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Daerah:
Perspektif Hukum dan Demokrasi (Bandung: PT Alumni, 2011), 194. 16
Y. Slamet, Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi (Surakarta: Sebelas
Maret University Press, 2014), 89.
24
pada tahap ini berupa tenaga dan uang untuk mengoperasikan dan
memelihara kegiatan yang telah dibangun.
Partisipasi merupakan hal utama dalam suatu kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah. Sama halnya seperti kebijakan yang telah diterbitkan oleh
Pemerintahan Kota Bekasi yaitu; Perda No. 15 Tahun 2011. Dalam
mengimplementasikan Perda tersebut membutuhkan partisipasi masyarakat dalam
mengelola sampahnya guna meminimalisir permasalahan sampah, khususnya di
TPA Sumur Batu. Namun, partisipasi masyarakat kota Bekasi dalam pengelolaan
sampah belum optimal, belum optimalnya partisipasi tersebut dapat dibenahi
dengan ikut sertanya masyarakat dimulai dari 3 bentuk partisipasi yang telah
dijelaskan di atas, yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaataan. Dengan
cara tersebut pemerintah kota Bekasi mampu melakukan perbaikan agar dapat
melihat sejauh mana partisipasi masyarakatnya.
D. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah limbah. Dalam UU No. 8 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah disebutkan bahwa sampah merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia
atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik dapat bersifat terurai atau tidak terurai yang dianggap sudah tidak
berguna lagi.17
Perlunya pengelolaan terhadap sampah, sistem pengelolaan
sampah yang efektif terdiri dari tahap pemilahan, pengumpulan, pembuangan
sementara, pengangkutan, pengelolaan, dan pembuangan akhir. Keberhasilan
tahap tersebut sangat ditentukan oleh beberapa aspek yaitu, aspek teknis
17
Kuncoro Sejati, Pengelolaan Sampah Terpadu: dengan Sistem Node, Sub Point, Center
Point (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 13.
25
operasional, aspek kelembagaan pengelolaan, aspek pembiayaan, aspek peran
serta masyarakat, dan aspek hukum atau peraturan yang mendukung. Berikut
penjelasannya;
1. Aspek Operasional. Pada tahap aspek operasional pengelolaan sampah
dapat berupa konsep 3R (reuse, reduce, recyle)18
, pengomposan, dan
teknologi konversi sampah menjadi energi baik dengan menggunakan
sanitary landfill atau incinerator. Menurut Damanhuri, ada beberapa
cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara
penumpukan dan pengerukan tanah (open dumping), pengomposan
(composting), pembakaran (incinerator), pengerukan tanah (sanitary
landfill).
2. Aspek Kelembagaan. Lembaga atau institusi pengelolaan sampah
merupakan motor penggerak dalam kegiatan pengelolaan sampah mulai
dari sumber sampai ke TPA. Pada beberapa wilayah biasanya lembaga
yang terkait dalam pengelolaan sampah adalah Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi.
3. Aspek Pembiayaan. Pembiayaan merupakan sumber penggerak agar
roda pengelolaan sampah dapat berjalan dengan lancar. Aspek
pembiayaan ini berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaan
sampah yang dimulai dari sumber sampah, pengumpulan, transfer
18
Reuse adalah menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi
yang sama atau fungsi yang lainnya. Reduce adalah mengurangi segala sesuatu yang
mengakibatkan sampah. Recycle adalah mengolah kembali/daur ulang sampah menjadi barang
atau produk baru yang bermanfaat. Konsep 3R merupakan cara terbaik dalam mengelola dan
menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penggunaan konsep 3R dalam meangani
sampah dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.
26
pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir. Dana untuk
pengelolaan sampah berasal dari pemerintah daerah dan retribusi jasa
pelayanan persampahan yang berasal dari konsumen.
4. Aspek Peran Serta Masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan
tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah, selain itu apabila peran
masyarakat dalam pengelolaan sampah berjalan dengan baik, maka
volume sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang.
5. Aspek Peraturan. Peraturan yang mendukung dalam pengelolaan
sampah didasarkan agar pengelolaan sampah dapat berjalan dengan baik
sehingga tidak menimbukan masalah. Jenis peraturan biasanya berupa
peraturan daerah.
Pengelolaan sampah ini berkaitan dengan Perda No. 15 Tahun 2011 yang
telah dibuat pemerintah Kota Bekasi. Keberhasilan dalam pengelolaan sampah
yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah berkaitan pula dengan
keberhasilan Perda No. 15 Tahun 2011.
27
BAB III
PERSOALAN SAMPAH DI KOTA BEKASI
Pada bab ini penulis membahas Kota Bekasi yang memiliki jumlah penduduk
cukup padat. Padatnya jumlah penduduk merupakan salah satu faktor meningkatnya
volume sampah yang muncul setiap harinya di Kota Bekasi. Dalam permasalahan
sampah, Pemerintahan Kota Bekasi mengatasi masalah tersebut melalui Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi yang merupakan perangkat daerah terkait dalam
kebersihan di Kota Bekasi, karena itu pada bab ini penulis membahas peran dan
fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah. Penulis
juga membahas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu milik Kota Bekasi
yang dikelola juga oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPA Sumur Batu Kota
Bekasi.
A. Gambaran Umum Kota Bekasi
Kota Bekasi1 merupakan salah satu Kota bagian utara yang berada di Provinsi
Jawa Barat. Kota Bekasi memiliki luas 210.49 km2, terletak dibagian Utara Jawa
Barat yang terletak antara 106º 55° Bujur Timur dan 6º7° - 6°15° Lintang Selatan,
memiliki luas wilayah 21.049 ha, dan memiliki suhu yang cukup tinggi yaitu antara
1 Dayeuh Sundasembawa atau Jaya Giri, itulah sebutan kota Bekasi dahulu kala sebagai
ibukota kerajaan Tarumanegara pada 358-996M. Menurut Poerbatharaka kata “Bekasi” secara filologis
adalah Chandrabagha, yang berasal dari dua kata yaitu, chandra yang memiliki arti bulan, dan bagha
yang memiliki arti bagian. Jadi, secara etimologis kata Chandrabagha berarti bagian dari bulan.
Pelafalan kata Chandrabagha berubah dengan makna yang sama manjadi Sasihbagha, kemudian
menjadi Bhagasasih, selanjutnya menjadi Bekasi hingga kini.
28
23 – 33°C karena terletak di dataran rendah.2 Kota Bekasi memiliki 12 Kecamatan
yaitu; Berdasarkan pembagian administratifnya Kota Bekasi dibagi menjadi 12
kecamatan yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang,
Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi
Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati. Kecamatan Mustikajaya merupakan wilayah
yang terluas di Kota Bekasi (24,73), sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai
wilayah terkecil (13,49). Berikut luas wilayah Kota Bekasi berdasarkan kecamatan.
Gambar III.1. Persentasi Luas Wilayah Kota Bekasi
Berdasarkan Kecamatan
Terdapat batas-batas administratif yang mengelilingi Kota Bekasi yaitu:3
A. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
B. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor
2 Pemerintah Kota Bekasi, Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bekasi Tahun
2014, 1. 3 Erwin Effendi, Kota Bekasi dalam Angka: data primer kota bekasi 2011 (Bekasi: Badan
Perncanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), 2012), 7.
29
C. Sebelah barat : Berbatasan dengan Propinsi DKI Jakarta
D. Sebelah timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Apabila dilihat dari letak wilayah tersebut, Kota Bekasi yang berbatasan dengan
ibuKota DKI Jakarta memiliki beberapa keuntungan disisi komunikasi dan
perhubungan. Kota Bekasi yang merupakan pusat bisnis, perdagangan, jasa, usaha
menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang untuk mencari kerja maupun
bertempat tinggal di Kota Bekasi, hal tersebutlah yang merupakan salah satu
penyebab Kota Bekasi memiliki jumlah penduduk cukup tinggi.4
Setiap tahun jumlah penduduk di Kota Bekasi selalu mengalami peningkatan,
peningkatan tersebut dapat dilihat pada 2013 hingga 2015. Berikut data penduduk
Kota Bekasi pada 2013-2015 berdasarkan kecamatan.
Tabel III.1. ( Tabel Jumlah Penduduk Kota Bekasi
Tahun 20135, 2014
6, 2015
7)
Kecamatan
Sub Regency
Jumlah Penduduk (orang)
2013 2014 2015
1. Pondok Gede 275.071 282,817 290,493
2. Jatisampurna 123.024 129,036 135,191
3. Pondok Melati 143.714 147,674 151,577
4. Jati Asih 223.163 230,143 237,162
4 Pemerintah Kota Bekasi, Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bekasi Tahun
2014, 3. 5 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 10 Oktober 2014
6 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 30 Oktober 2015
7 Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, https://bekasikota.bps.go.id 25 Agustus 2016
30
5. Bantar Gebang 108.595 112,167 115,718
6. Muastikajaya 200.281 214,071 228,608
7. Bekasi Timur 257.265 258,391 259,270
8. Rawalumbu 234.499 241,859 249,242
9. Bekasi Selatan 218.361 221,519 224,491
10. Bekasi Barat 289.743 293,144 296,302
11. Medansatria 175.237 178,612 181.870
12. Bekasi Utara 343.866 353,578 323.316
Kota Bekasi 2.592.819 2.663.011 2.733.240
Berdasarkan data di atas, tercatat pada 2013 jumlah penduduk Kota Bekasi
2.592.819 jiwa, pada 2014 jumlah penduduk Kota Bekasi 2.663.011 jiwa, sampai
pada 2015 jumlah penduduk Kota Bekasi mencapai 2.733.240jiwa. Dengan demikian
terlihat bahwa jumlah penduduk di Kota Bekasi pada tahun 2013 – 2015 meningkat.
Pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi yang terus meningkat menimbulkan
berbagai permasalahan, karena dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, maka
pendapatan dan pola hidup konsumtif8 juga akan mengalami kenaikan. Meningkatnya
konsumsi menimbukan limbah/sampah yang dihasilkan per orang akan terus
bertambah, sementara laju penduduk di Kota Bekasi setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat menimbulkan sampah di Kota Bekasi meningkat.
Berikut data sampah yang berasal dari masyarakat Kota Bekasi pada tahun 2013-2015
yang terus mengalami peningkatan.
8 Pola hidup konsumtif adalah Gaya hidup dimana seseorang suka membelanjakan uangnya
untuk mengkonsumsi dari pada memilih untuk memproduksi atau membuat sendiri atau bagi orang
yang cukup.
31
Sampah memang bukan merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat Kota
Bekasi.Permasalahan sampah merupakan fenomena yang perlu mendapat perhatian
dari semua pihak. Padatnya jumlah penduduk di Kota Bekasi memang merupakan
salah satu faktor dari pemasalahan sampah di Kota Bekasi. Karena itu, diperlukan
peran lebih dari pemerintah kepada masyarakat Kota Bekasi untuk dapat mengelola
sampahnya sendiri.
B. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi
1. Volume Sampah di TPA Sumur Batu
Limbah padat atau kondisi persampahan Kota Bekasi dapat dilihat dari jumlah
timbunan sampah yang terdapat di TPA Sumur Batu. Pada tahun 2013-2015 jumlah
sampah yang masuk atau terangkut ke TPA Sumur Batu Semakin menurun, hal
tersebut dikarenakan telah overloadnya atau sudah menumpuknya TPA Sumur Batu
sehingga adanya batasan sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu. Berikut timbulan
sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu pada 2013-2015.9
Tabel III.2. (Jumlah Timbunan Sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu)
Bulan Volume Sampah
2013 2014 2015
Januari 53.585 69.370 109.863
Februari 54.733 64.988 104.901
Maret 61.376 70.707 110.217
April 62.034 69.552 110.530
9 Kepala TPA Sumur Batu Kota Bekasi, Atjep Rusfianto, 28 Januari 2017.
32
Mei 63.399 72.016 110.352
Juni 60.172 68.693 108.361
Juli 63.581 57.169 109.239
Agustus 68.054 65.765 109.276
September 60.354 64.491 109.479
Oktober 68.824 66.867 109.559
November 66.493 67.277 109.453
Desember 70.196 70.581 109.648
Kota Bekasi 752.801 807.366 1.311.882
Terdapat berbagai jenis sampah yang terdapat di TPA Sumur Batu, sampah
tersebut digolongkan dalam 14 jenis yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III.3. (Presentasi Jenis Sampah)
No. Komponen Persen (%)
1 Sampah makanan 72.45
2 Plastik 9.00
3 Kertas 8.00
4 Karton -
5 Kayu, bambu -
6 Baju tekstil 1.00
7 Logam 2.00
8 Gelas 1.00
9 Tulang dan kulit telur -
10 Karet 1.55
11 Ranting dan daun -
12 Baterai -
13 Botol plastik -
14 Lain-lain. 5.00
Sumber : Data sekunder
33
2. Zona Pembuangan di TPA Sumur Batu
Timbulan sampah yang berasal dari masyarakat Kota Bekasi dan bermacam
jenis sampah tersebut kemudian diangkut ke TPA Sumur Batu. TPA Sumur Batu
memiliki zona 1, 2, 3, 4, 5, 5a, 5b , 5c, 5d dalam pembuangan sampah. Berikut
penjelasan zona yang berada di TPA Sumur Batu
a) Zona 1, zona digunakan pada 2004; memiliki luas lahan 2 hektare dan ditutup pada
2009. Zona ini menggunakan sistem Open Dumping. Setelah zona ini tidak
digunakan lagi dan tidak ada sampah yang masuk, kemudian zona dikelola oleh
PT Gikoko dengang program Clean Development Machanism (CDM).
b) Zona 2, zona digunakan pada 2004; memiliki luas lahan 2 hektare dan ditutup pada
2009. Zona ini menggunakan sistem open dumping. Setelah zona ini tidak
digunakan lagi dan tidak ada sampah yang masuk, kemudian zona dikelola oleh
PT Gikoko dengang program Clean Development Machanism (CDM).
c) Zona 3, zona ini digunakan pada 2007; memiliki luas lahan 1,78 hektare dan
ditutup pada 2009. Zona ini menggunakan sistem open dumping.
d) Zona 4, zona ini digunakan pada 2011; memiliki luas lahan 2,4 hektare dan ditutup
pada 2013. Zona ini menggunakan sistem control landfill setelah sampah telah
mencapai ketinggian 20 meter lebih.
e) Zona 5, zona ini digunakan pada 2014; memiliki luas lahan 3 hektare, zona 5
masih digunakan sampai saat ini. Zona ini menggunakan system open dumping.
Berikut gambar zona-zona yang berada di TPA Sumur Batu Kota Bekasi,
34
Gambar III.2. (Zona TPA Sumur Batu)
Zona 1,2,3,4 yang berada di TPA Sumur Batu telah ditutup karena zona
tersebut sudah penuh, saat ini sampah yang berasal dari masyarakat Kota Bekasi
ditampung di zona 5 dengan luas 2,4 hektare. Zona 5 yang kini aktif menjadi zona
pembuangan telah mengalami „overload‟ atau penuh dengan timbunan setinggi 23
meter. Walaupun sudah overloadnya zona 5, sampah-sampah tetap ditumpukdi zona
5 karena tidak adanya zona lagi yang dapat menampung.10
3. Struktur Organisasi UPTD TPA Sumur Batu
UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi merupakan bagian dari Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi. Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi merupakan dinas yang
berkedudukan sebagai unsur pembantu Wali Kota dalam penyelenggaraan
10
Djamhari, “Tumpukan Sampah Setinggi 23 Meter di TPA Sumur Batu
Longsor,”http://news.okezone.com 21 September 2016.
35
Pemerintahan bidang lingkungan hidup.11
Pada awal sejarahnya, Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi merupakan gabungan dari Dinas Kebersihan Kota Bekasi dan
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah yang menjadi turunan dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah merupakan alasan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK) membuat Dinas Lingkungan Hidup. Dengan terbentuknya Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi ini maka Dinas Kebersihan Kota Bekasi dan Badan
Penglola Lingkungan hidup Kota Bekasi akan dilebur menjadi satu. Meski demikian,
dengan digabungkan ke dua dinas tersebut tidak menghilangkan peran keduanya,
karena tugas kedua dinas tersebut akan dilebur di dalam Dinas Lingkungan Hidup.
Dinas lingkungan hidup bertugas membantu Wali Kota dalam memimpin,
mengendalikan, dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan
fungsi penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan dinas yang
meliputi bidang tata lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah B3, pengendalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta penataan dan peningkatan
kapasitas lingkungan hidup untuk mencapai visi dan misi Dinas Lingkungan Hidup
Kota Bekasi.
11
Peraturan Wali Kota Bekasi No. 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
36
Dalam menjalankan program-programnya Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi memiliki struktur birokrasi guna menjalankan tugas-tugasnya dan mencapai
tujuan. Susunan Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdiri atas;
Tabel III.4. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi12
12
Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Seksi Limbah B3, Nazirwan, di Kantor Pemerintah Kota
Bekasi, 3 Mei 2017.
Kepala
Sekertariat
Sub
Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaian
Sub Bagian
Perencanaan
Bidang
Penataan dan Peningkatan
Kapasitas Lingkungan
Hidup
Bidang
Pengendalian
Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan
Hidup
Bidang
Pengelolaan
Sampah dan
Limbah B3
Bidang
Tata
Lingkungan
Jabatan
Fungsional
Seksi
Pengaduan dan
Penyelesaian Sengketa
Lingkungan
Seksi
PenegakkanHukum
Lingkungan
Seksi
PeningkatanKapasitas
LingkunganHidup
Seksi
Pemantauan
Lingkungan
Seksi
Pencemaran
Lingkungan
Seksi
Kerusakan
Lingkungan
UPTD
Seksi
Pengurangan
Seksi
Penanganan
Seksi
Limbah B3
Seksi
Inventarisai
RPPLH dan
KLHS
Seksi
Kajian Dampak
Lingkungan
Seksi
Pemeliharaan
Lingkungan Hidup
37
Melihat struktur organisasi di atas, bahwa UPTD TPA Sumur Batu merupakan
bagian dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Dalam menjalankan program-
programmya UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi juga memiliki struktur birokrasi
guna menjalankan tugas-tugasnya dan mencapai tujuan. Susunan Organisasi UPTD
TPA Sumur Batu Kota Bekasi terdiri atas:
Tabel III.5. (Struktur Organisasi UPTD TPA Sumur Batu)13
13
Kepala TPA Sumur Batu Kota Bekasi, Atjep Rusfianto, 28 Januaru 2017.
Kepala
Wakil Kepala
Pengawas Zona Kordinator Keamanan
Keamanan
Group I
Keamanan
Group II
BBM PARKIR
Petugas
Lapangan
Belakang
Petugas
Lapangan
Depan
Maintanance Petugas IPAS
dan Lapangan
Operator Alat
Berat Administrasi
Perkantoran TPA
PetugasJe
mbatanTi
mbang
Pencatat
Ritase
Manual
Bendahara
TPA
38
4. Pengelolaan Sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi
Dalam menangani sampah, TPA Sumur Batu menggunakan 2 sistem, yaitu;
open dumping, control lanfill. Sistem open dumping. Open Dumping adalah
sistem pembuangan sampah yang paling sederhana, sampah yang masuk kedalam
TPA langsung ditumpuk di zona yang telah ditentukan dan dibiarkan tanpa adanya
penanganan yang lebih. Berikut sistem open dumping yang digunakan di TPA
Sumur Batu Kota Bekasi,
Gambar III.3. (Sistem Open Dumping di TPA Sumur Batu)14
\
Sedangkan control landfill adalah pengelolaan sampah dengan cara
ditumpuk kemudian ditutup dengan tanah merah atau geomembran setiap 6 hari
sekali. Namun di TPA Sumur Batu sistem control landill dilakukan dengan
melihat ketinggian sampah, apabila sampah telah mencapai ketinggian 20-21,
14
Kepala TPA Sumur Batu Kota Bekasi, Atjep Rusfianto, 1 Maret 2017.
39
barulah samapah tersebut dilapisi oleh geomembran. Berikut sistem control
landfill yang digunakan di TPA Sumur Batu Kota Bekasi,
Gambar III.4. (Sistem Control Landfill di TPA Sumur Batu)
Melihat zona dan pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu merupakan
faktor permasalahan sampah yang terjadi di TPA Sumur Batu, dengan demikian
maka perlu diimplementasikannya Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi.
40
BAB IV
IMPLEMENTASI PERDA NO. 15 TAHUN 2011
TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI
DAN PARTISIPASI MASYARAKAT BEKASI
Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang terjadi di Kota Bekasi ialah
sampah. Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu merupakan
salah satu permasalahan yang berkaitan dengan salah satu kebijakan yang telah
diterbitkan oleh Pemerintahan Kota Bekasi yaitu; Peraturan Daerah (Perda) No.
15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi.
Pada bab ini penulis memaparkan bagaimana bagimana peran Dinas
Lingkungan Hidup dan masyarakat Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah sesuai
dengan Perda No. 15 Tahun 2011.
A. Implementasi Kebijakan Publik (Perda No. 15 Tahun 2011 tahun 2011
tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi) Oleh Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi
Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah sebuah cara agar kebijakan
dapat mencapai tujuannya,1 dan dalam mengimplementasikan kebijakan tentu ada
beberapa faktor yang berpengaruh. Perda No. 15 Tahun 2011 merupakan salah
satu kebijakan yang telah diterbitkan oleh Pemerintahan Kota Bekasi dalam
mengatasi permasalahan sampah.
Penulis menggunakan teori faktor-faktor yang berpengaruh dalam
implementasi kebijakan dalam pandangan George C. Edwards yang terbagi
1 Riant Nugroho Dwijowijoto, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi,
158.
41
menjadi tiga yaitu; komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
Berikut akan dijelaskan satu per satu faktor tersebut dalam implementasi Perda
No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi.
1. Komunikasi dalam Kebijakan
Semakin jelas dan rinci sebuah kebijakan, maka akan mempermudah untuk
diimplementasikan karena implementor akan mudah memahami tindakanya.2
Komunikasi yang efektif ditandai dengan pemahaman aparat pelaksana kebijakan
yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah. Mengacu
pada amanat Perda No. 15 Tahun 2011 pasal 5 huruf (a), bahwa pemerintah
daerah bertugas menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah. Berikut komunikasi Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi dalam pengelolaan sampah kepada kelompok sasaran yaitu masyarakat.
Dalam pengelolaan sampah Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
melakukan pengolahaan sampah dilakukan sejak dari sumbernya, sosialisasi
kepada masyarakat dilakukan dengan cara penyuluhan. Seperti yang diungkapkan
oleh Kepala Seksi Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, sebagai
berikut,
Sosialisasi dengan masyarakat pernah kita lakukan, penyuluhan atau sosialisasi
mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem 3R juga pernah kita
lakukan kepada masyarakat Kota Bekasi. Penyuluhan kepada masyarakat biasanya
kami lakkukan di kecamatan dan kelurahan, tapi memang kita tidak begitu sering
melakukan penyuluhan kepada masyarakat Kota Bekasi ini.3
Berdasarkan pernyataan di atas, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
memang telah melakukan sosialisasi dengan masyarakat Kota Bekasi mengenai
2 Subarsono. AG, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi, 97.
3 Wawancara Pribadi dengan Nazirwan , di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017.
42
pengelolaan sampah yang merupakan pengelolaan sampah sejak dari sumbernya.
Namun sosialisasi tersebut tidak semua dirasakan oleh semua masyarakat Kota
Bekasi, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang adanya
sosialisasi pengelolaan sampah, seperti yang diungkapkan salah satu warga Kota
Bekasi sebagai berikut,
Sosialisasi pengelolaan sampah, duh saya gak pernah tau ya kalau ada sosialisasi
pengelolaan sampah atau gak. Gak pernah denger juga sih mbak. Kerjaan saya sih
kerja aja di pasar mbak, ngurus suami anak. Ga pernah saya ikut-ikut gitu mba,
saya juga baru denger dari mbak kalo ada sosialisasi pengelolaan sampah dengan
masyarakat.4
Beradasarkan hasil wawancara di atas sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan
sampah perlu ditingkatkan kembali agar sosialisasi tersebut dapat diketahui oleh
seluruh masyarakat Kota Bekasi. Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat
tidak hanya penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah
menggunakan konsep 3R. Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga melakukan
sosalisasi kepada masyarakat dengan memberikan bank sampah. Berikut bank
sampah yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi,
Gambar. IV.1. (Bank Sampah di Kota Bekasi)
4 Wawancara Pribadi dengan Rusiah di Rumah Warga, tanggal 9 April 2017.
43
Selain sosialisasi bank sampah kepada masyarakat, Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi juga telah mensosialisasikan alur pengelolaan sampah yang
ramah lingkungan berupa pamflet yang ada di setiap kecamatan, berikut alur
pengelolaan sampah yang dapat meminimalisir permasalahan sampah di TPA
Sumur Batu,
Gambar. IV.2. (Alur Pengelolaan Sampah)
Dengan menggunakan proses pengelolaan sampah di atas, jelas akan
berdampak positif terhadap penumpukan sampah yang terjadi di TPA Sumur
Batu. untuk mencapai keberhasilan dalam pengurangan sampah, maka diperlukan
komunikasi yang baik antara pelaksana kebijakan dengan kelompok sasaran yaitu
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dengan masyarakat Kota Bekasi.
2. Sumber Daya yang dibutuhkan
Sumber daya adalah faktor penting untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan. Walaupun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan
konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
44
melaksanakannya, maka implementasi tidak akan berjalan dengan efektif.5 Dalam
pengelolaan sampah berdasarkan Perda No. 15 Tahun 2011 membutuhkan sumber
daya yang mendukung, baik secara sarana dan prasarana maupun sumber daya
manusia.
a. Staf
Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf (pegawai). Pada
saat kebijakan sudah diimplementasikan penyebab adanya ketidakberhasilan dari
implementasi tersebut disebabkan oleh pengetahuan dan penguasaan staf yang
tidak memadai, tidak kompeten dan jumlah staf yang tidak mencukupi.
Dalam kaitanya dengan pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi yang bertanggungjawab terhadap permasalahan sampah yang terjadi di
Kota Bekasi, khususnya di TPA Sumur Batu. Untuk menunjang kegiatan
pengelolaan sampah sesuai dengan Perda No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Bekasi membutuhkan staf pegawai yang cukup. Munurut salah
satu staf sub bagian umum dan kepegawaian, staf yang ada di Dinas Lingkungan
Hidup sudah cukup banyak dan kinerjanya pun bagus.6
Pada permasalahan sampah Dinas Lingkungan Hidup memiliki satu bidang
yang menangani yaitu; bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3. Selain itu,
Dinas lingkungan hidup memiliki UPDT TPA Sumur Batu dalam mengatasi
pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu, sedangkan dalam pengangkutan sampah
dilakukan oleh UPTD Lingkungan Hidup disetiap kecamatan.
5 Subarsono. AG, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi, 91.
6 Wawancara Pribadi dengan Rizaldi di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017.
45
b. Fasilitas
Fasilitas merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan
implementasi sebuah kebijakan. Adanya fasilitas yang memadai akan
mempermudah aparat pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Perda No. 15 Tahun 2011, Pasal 1 angka (23) bahwa
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan yang dimaksud tersebut dibagi dalam 3 kategori yaitu:
pembatasan timbulan sampah, pedauran ulang, dan pemanfaatan sampah kembali.
Dalam rangka pengurangan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
melakukan pengelolaan sampah sejak dari sumbernya. Dalam pengelolaan sampah
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi telah memfasilitasi alat komposting di
setiap kecamatan, 12 Kecamatan yang berada di Kota Bekasi telah memiliki alat
komposting yang merupakan salah satu alat pengelolaan sampah, seperti yang
diungkapkan Kepala Seksi Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi,
Dalam pengurangan sampah, kita telah berupaya mengelola sampah sejak dari
sumbernya, kita menyediakan fasilitas yaitu dalam pengelolaan sampah yaitu
seperti: alat komposting, dan pencacah untuk mengurangi jumlah volume sampah
yang masuk Ke TPA Sumur batu. Fasilitas tersebut telah kita sediakan di setiap
kecamatan dan kelurahan yang ada di Kota Bekasi.7
Pengelolaan sampah dengan sistem komposting memang perlu ditingkatkan
kembali, dalam mengatasi permasalahan menumpuknya sampah yang terjadi di
TPA Sumur Batu, komposting merupakan salah satu penyelesaian masalah
persampahan. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan
yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan
7 Wawancara Pribadi dengan Nazirwan di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017.
46
membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan
menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih
baik. Pengomposan merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah padat
organik (organik solid waste) yang dapat diterapkan di Indonesia, mengingat
bahan baku terutama sampah perkotaan (municipal waste) tersedia berlimpah, dan
teknologi tepat guna untuk proses pengomposanpun telah cukup dikuasai.
Sistem komposting sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan
lingkungan, terutama sampah. Kegiatan pengolahan sampah organik menjadi
kompos disetiap kecamatan Kota Bekasi merupakan satu bagian dari strategi
pengurangan sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Berikut alat komposting
dan pencacah yang disediakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi di
setiap Kecamatan,
Gambar IV.3. (Alat Komposting)
Selain alat komposting, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi juga
menyediakan alat pencacah di kecamatan dalam rangka kegiatan pengurangan
jumlah sampah yang masuk ke TPA. Berikut gambar alat pencacah yang berada di
salah satu kecamatan yang berada di Kota Bekasi,
47
Gambar IV.4. (Alat Pencacah)
Berdasarkan hasil wawancara dan penelusuran dibeberapa kecamatan,
bahwa Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi cukup memberikan fasilitas dalam
kegiatan pengurangan jumlah volume sampah. Adanya fasilitas tersebut
merupakan upaya Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi untuk menekan jumlah
sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu. Namun, berdasarkan hasil survey yang
saya dapatkan, setiap Kecamatan di Kota Bekasi yang telah mendapatkan
fasilitas dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi belum memanfaatkan fasilitas
tersebut semaksimal mungkin, alat komposting dan pencacah hanya dibiarkan
saja.
Selain itu, dalam penagangan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi memiliki tanggung jawab terhadap pengangkutan sampah. Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi, memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Lingkungan Hidup disetiap kecamatan yang bertugas dalam pengangkutan
sampah. Dalam pengangkutan sampah pemerintah wajib memfasilitasi alat angkut
sampah untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Fasilitas alat angkut
48
sampah yang diberikan dari pemerintah belum maksimal, seperti yang
diungkapkan oleh Kepala TPA Sumur Batu,
Kalau alat angkut sampah yang diberikan oleh pemerintah Kota Bekasi memang
belum maksimal ya. Misalnya ni, kenapa masih ada sampah-sampah yang tidak
terangkut? ya itu karna alat angkut sampah untuk mengangkut sampah yang ada di
Kota Bekasi kurang. Dengan kurangnya alat angkut maka akan ada sampah-
sampah masyarakat yang tidak terangkut. Itu salah satu mengapa dikatakan belum
maksimal. 8
Dalam pengangkutan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi telah
memberikan fasilitas alat angkut sampah dan alat berat di TPA Sumur Batu.
Berikut data armada kendaraan operasional pengangkut sampah yang disediakan
oleh Pemerintah Kota Bekasi;
Tabel. IV.1. (Armada Operasional Sampah)9
Kecamatan Drump
Truck
Ligt
Truck Arm Roll Jumlah
1. Pondok Gede 17 - - 17
2. Jatisampurna 9 - 3 12
3. Pondok Melati 10 - 3 13
4. Jati Asih 12 - 2 14
5. Bantar Gebang 4 - 1 5
6. Muastika Jaya 12 1 4 17
7. Bekasi Timur 16 1 7 24
8. Rawalumbu 12 1 5 18
9. Bekasi Selatan 16 2 5 23
10. Bekasi Barat 12 3 5 20
11. Medansatria 10 2 4 16
12. Bekasi Utara 17 - 4 21
8 Wawancara Pribadi dengan Atjep Rusfianto, di Kantor TPA Sumur Batu, 1 Maret 2017.
9 Kota Bekasi dalam Angka: Bekasi Municipality in Figures 2016, (Bekasi: Badan Pusat
Statistik Kota Bekasi), 248.
49
Kota Bekasi 147 10 43 200
Berikut alat angkut sampah yang disediakan oleh Dinas Lingkunga Hidup
Kota Bekasi,
Gambar IV.5. (Alat Angkut Sampah di Kota Bekasi)10
Kemudian, selain alat angkut sampah, ada pula alat berat yang disediakan
oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi untuk mengangkat sampah ke zona
aktif dengan menggunakan alat berat yaitu: excavator, dan bulldozer.11
c. Pemulug
Salah satu sumber daya manusia yang ikut andil dalam pengelolaan sampah
adalah pemulung. Sesungguhnya kehadiran pemulung telah ikut andil dalam
proses pengelolaan sampah mulai dari pemilahan, pengumpulan kembali, dan
pengangkutan sampah keluar TPA. Sampah yang diangkut oleh pemulung seperti,
sampah plastik, potongan besi, dan sampah-sampah yang sekiranya dapat didaur
10
Kepala Selsi Limbah B3, Nazirwan di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017. 11
Data dari Kepala TPA Sumur Batu Kota Bekasi, Atjep Rusfianto ,1 Maret 2017.
50
ulang dan dijual kembali. Berikut ungkapan salah satu pemulung di TPA Sumur
Batu,
Saya udah lumayan lama mulung di sini, tinggal aja deket banget sama TPA.
Kerjaan saya sehari-hari sama suami saya ya gini neng, ngumpulin barang-barang
yang bisa dijual lagi. Hasilnya lumayan buat makan sehari-hari, buat sekolahin
anak saya ya dari hasil ini. Biasanya saya kumpulin dulu barang bekas yang kira-
kira bisa dijulal lagi ke pengepul, nanti kalau sudah banyak baru dijualin deh neng.
Gitu.12
Keberadaa pemulung di Kota Bekasi memang merupakan salah satu sumber
daya yang mampu mengurangi sampah di TPA Sumur batu, seperti yang
diungkapkan oleh Kepala TPA Sumur Batu Kota Bekasi,
Dengan adanya pemulung yang ada di Sekitar TPA Sumur Batu memang
berpengaruh ya dalam pengurangan sampah, pemulung mampu menekan jumlah
sampah yang ada di Kota Bekasi, walaupun tidak secara dratis timbunan sampah
berkurang di TPA Sumur Batu. Pokoknya pemulung-pemulung yang ada di Kota
Bekasi ini memiliki peran dalam meminimaisir sampah di Kota Bekasi.13
Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa keberadaan pemulung yang
memiliki pekerjaan dalam mengambil sampah-sampah anorganik memiliki
peranan yang cukup penting dalam pengelolaan sampah di Kota Bekasi dan
mampu menekan jumlah volume sampah yang terus meningkat setiap tahunnya di
Kota Bekasi.
3. Dispoisi
Disposisi adalah karakteristik pelaksana kebijakan. Jika pelaksana kebijakan
bersikap baik terhadap suatu kebijakan, tentu mereka akan melaksanakan kebijakan yang
diinginkan para pembuat keputusan. Namun sebaliknya, bila pelaksana kebijakan tidak
bersikap baik dan berbeda perspektif dengan pembuat kebijakan, maka implementasi
12
Wawancara Pribadi dengan Rusiah di Rumah Warga, tanggal 9 April 2017. 13
Wawancara Pribadi dengan Atjep Rusfianto, di Kantor TPA Sumur Batu Kota Bekasi, 1
Maret 2017.
51
kebijakan akan menjadi sulit.14
Sebelum kebijakan pengelolaan sampah di Kota Bekasi
diimplementasikan, pentingnya respon yang baik dari para pelaksana kebijakan yaitu
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, karena dengan adanya respon tersebut akan
mempengaruhi kemauan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam melaksanakan
kebijakan penyelenggaraan pengelolaan sampah di Kota Bekasi.
Selama ini respon pelaksana kebijakan sudah cukup baik, apabila telah
mendapatkan tugas maka akan diselesaikan dan tidak ditunda-tunda, seperti yang
dikatakan oleh staf Kepala Seksi Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi,
Kalau dalam menjalankan tugas, para pegawai disini memang aktif. Pegawai di
setiap bidang di Dinas Lingkungan Hidup bertanggung jawab dalam tugas-
tugasnya. Seperti Bidang Penglolaan Sampah dan Limbah B3 yang memiliki 3
seksi yaitu pengurangan, penanganan, dan limbah b3. Masing-masing memiliki
tugas dan mejalankan tugasnya dengan baik.15
Dengan adanya respon terhadap implementasi kebijakan akan membantu
mengetahui intensitas pelaksana kebijakan dalam mengimplementasikan
kebijakan yaitu Perda No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Kota
Bekasi.
4. Badan Pelaksana
Dalam mempermudah jalanya sebuah implementasi kebijakan, salah satu
yang paling penting adalah memadukan badan pelaksanan yang terkait. Dalam
struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi terdapat beberapa
bidang yang salah satunya adalah Bidang Penglolaan Sampah dan Limbah B3
yang menangani persoalan sampah di Kota Bekasi juga permasalahan
14
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori & Poroses (Yogyakarta: Media Presindo, 2007),
194. 15
Wawancara Pribadi dengan Nazirwan di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017.
52
menumpuknya sampah di TPA Sumur Batu. Bidang pengelolaan sampah dan
Limbah B3 membawahi 3 seksi yaitu: seksi pengurangan sampah, seksi
penanganan sampah dan seksi limbah b3.
Pertama, seksi pengurangan sampah. Seksi pengurangan sampah
mempunyai tugas membantu Bidang merencanakan, memimpin, membagi tugas,
melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan pengurangan
sampah. Untuk menyelenggarakan tugasnya seksi pengurangan sampah
mempunyai fungsi:
a. penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;
b. penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan, petunjuk
teknis serta rencana strategis sesuai lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan, penetapan, perumusan,
pembinaan dalam pelaksanaan pengurangan sampah yang meliputi
pembatasan timbunan sampah, penggunaan bahan baku produksi dan
kemasan yang mampu diurai oleh proses alam, pendaur ulangan
sampah, serta pemanfaatan kembali sampah.
d. penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;
e. pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
Kedua, seksi penanganan sampah. Seksi penanganan sampah mempunyai
tugas membantu Bidang merencanakan, memimpin, membagi tugas,
melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan penanganan
sampah. Untuk menyelenggarakan tugasmya seksi penanganan sampah
mempunyai fungsi:
53
a. penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;
b. penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan, petunjuk
teknis serta rencana strategis sesuai lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan penyiapan bahan perumusan, koordinasi, penyediaan,
pemungutan, penetapan, pengawasan, pengembangan, pembinaan
dalam pelaksanaan penanganan sampah yang meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah;
d. penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;
e. pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
Ketiga, seksi limbah B3. Seksi limbah B3 mempunyai tugas membantu
Bidang merencanakan, memimpin, membagi tugas, melaksanakan, dan
mengevaluasi kebijakan teknis dan kegiatan limbah B3. Untuk menyelenggarakan
tugasnya, seksi limbah B3 mempunyai fungsi;
a. penyusunan program dan rencana kegiatan Seksi;
b. penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan, petunjuk
teknis serta rencana strategis sesuai lingkup tugasnya;
c. pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan, pemantauan, pengawasan,
kebijakan dalam pelaksanaan limbah B3 yang meliputi pengajuan,
perpanjangan, perubahan dan pencabutan izin, pengolahan,
pemanfaatan, pengangkutan dan penimbunan limbah B3;
d. penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan;
e. pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
54
Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi memiliki Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Lingkungan Hidup di 12 kecamatan yang ada di Kota
Bekasi dan bertugas dalam melaksanakan teknis kegiatan lingkungan hidup dalam
bidang persampahan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi sebagai pelaksana
kebijakan juga melakukan koordinasi atau kerjasama dengan intsasi lain dalam
menunjang implementasi kebijakan pengelolaan sampah. Adapun instasi yang
terkait yaitu: Dinas Kesehatan Kota Bekasi terkait dengan sarana kesehatan untuk
warga yang tinggal di sekitar TPA Sumur Batu, aparat pemerintah Kota Bekasi
dari tingkat, kecamatan, kelurahan, RW, dan RT setempat yang terkena dampak
dari kegiatan di TPA Sumur Batu.
Dalam bidang kesehatan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dan pihak
dari TPA Sumur Batu pernah mengadakan pengobatan untuk masyarakat sekitar
TPA Sumur Batu, seperti yang diungkapkan oleh kepala TPA Sumur Batu,
Dari pihak pemerintah memang pernah melakukan pengobatan gratis kepada warga
sekitar TPA Sumur Batu, kegiatan pengobatan tersbut dilakukan karena kesehatan
masyarakat sekitar TPA memang membutuhkan perhatian yang lebih apabila
melihat kondisi tempat tinggal mereka yang lingkungannya berdekatan dengan
pembuangan sampah.16
Tujuan dari kegiatan tersebut yaitu agar masyarakat yang bertempat tinggal
di sekitar TPA Sumur Batu mendapatkan perhatian yang lebih terkait dengan
kesehatan mereka, melihat kondisi lingkungan dimana tempat tiggal mereka
berdekatan dengan TPA Sumur Batu yang cenderung dapat menimbulkan
penyakit.
16
Wawancara Pribadi dengan Atjep Rusfianto, di Kantor TPA Sumur Batu, 1 Maret
2017.
55
Permasalahan yang terjadi di TPA Sumur Batu Kota Bekasi tentu
merupakan tanggung jawab UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Berikut SOP
yang dimiliki oleh UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi;
Gambar IV.6. Sop UPTD TPA Sumur Batu Kota Bekasi
Dalam penanganan sampah di TPA Sumur Batu, pengawasan telah
dilakukan semaksimal mungkin. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
pengawasan dilakukan dari awal truk mpah datang ke TPA hinga keluar TPA.
Proses penanganan sampah di TPA Sumur Batu diawali dengan datangnya truk
sampah ke TPA, yang membawa sampah dari berbagai penjuru kota Bekasi.
Ketika truk datang, petugas akan mencatat waktu kedatangannya ke TPA untuk
setiap ritasi. Karena tidak ada jembatan timbang, Dinas Kebersihan melakukan
perhitungan volume sampah masuk TPA dengan mengalikan volume truk dan
banyaknya truk yang masuk, berdasarkan data pola ritasi truk yang dicatat
petugas.
Sampah masuk kemudian dibawa oleh truk ke area kerja aktif. Kemudian,
sampah di dalam truk dibongkar pada titik buang yang telah ditentukan di area
kerja aktif tersebut. Pembongkaran sampah dari truk dibantu oleh alat berat yaitu
56
backhoe untuk mengerug sampah dari bak truk dan bulldozer untuk memadatkan
dan meratakan sampah yang telah dituang ke lahan urug.
B. Partisipasi dalam Implementasi Kebijakan
1. Partisipasi Masyarakat dalam Kebijakan
Masyarakat merupakan kelompok sasaran dalam implementasi kebijakan, di
mana masyarakat Kota Bekasi dalam hal ini adalah orang-orang yang tergolong
sebagai penerima sekaligus pelaksana atas suatu kebijakan. Partisipasi masyarakat
cukup penting perananya dalam pengelolaan sampah, khususnya masyarakat Kota
Bekasi, karena masyarakat lokal sebagai lingkungan sosial yang sangat dekat
dengan kondisi lingkungan fisik mereka pasti tahu bagaimana keadaan
lingkungannya.17
Salah satu amanat pada Perda No. 15 Tahun 2011 tentang pasal 8 ayat (1)
huruf (b) angka (5) menunjukan bahwa masyarakat mampu memiliki rasa
tanggung jawab dalam pengelolaan sampah rumah tangga sesuai dengan konsep
3R (reduce, reuse, recycle)18
. Pengelolaan sampah 3R merupakan paradigm baru
dalam pengelolaan sampah, karena pengelolaan tersebut menekankan
pengurangan sampah yang lebih ramah lingkungan. Untuk menerapkan sistem
tersebut diperlukannya kesadaran masyarakat mengenai sampah yang dapat
merusak lingkungan akibat sampah.
17
Percy, Susan, and Buckingham, Constructing Local Environmental Agenda, (London:
Routledge, 1999), 19. 18
Reduce adalah satu cara pengolahan sampah dengan cara mengurangi barang-barang
kebutuhan sehari-hari yang menghasilkan sampah, seperti; plalstik yang digunakan saat berbelanja
di pasar dapat diganti dengan tas belanja atau tas keranjang belanja. Reuse adalah salah satu cara
pengolahan sampah dengan cara memakai kembali barang-barang yang bisa digunakan, seperti;
plastik bekas belanjaan di pasar dapat digunakan kembali untuk kebutuhan lainnya. Recyle adalah
salah satu cara pengolahan sampah dengan cara mendaur ulang barang-barang yang dianggap
sampah dan dapat menjadi barang-barang bernilai ekonomis, seperti; botol-botol plastik bekas
minuman dapat dijadikan hiasan dalam bentuk vas bunga.
57
Salah satu upaya dalam menyelesaikan permasalahan menumpuknya
sampah di TPA Sumur Batu adalah melakukan pengolahan sampah dengan
konsep 3R. 3R merupakan konsep mengelolan sampah sejak dari sumbernya
melalui berbabagai langkan yang mampu mengurangi jumlah sampah yang
dibuang ke TPA Sumur Batu.
Dengan adanya pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat, selain mampu
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPS, tetapi juga mampu mengubah
pandangan masyarakat terhadap sampah yang tidak memiliki nilai guna menjadi
sesuatu yang memiliki nilai guna. Pengelolaan dengan menggunakan sistem 3R
memiliki beberapa keuntungan. Pertama, konservasi sumber daya, air, hutan,
energi, dan tanah. Kedua, lingkungan lebih sehat karena berkurangnya sampah
yang masuk ke TPA. Ketiga, pengurangan resiko global warming. Keempat,
konservasi habitat.19
Dalam pengelolaan sampah menggunakan konsep 3R memang
membutuhkan partisipasi masyarakat Kota Bekasi yang tinggi, dengan adanya
partisipasi masyarakat Kota Bekasi terhadap pengelolaan sampah merupakan
salah satu bentuk mewujudkan tata pemerintahan Kota Bekasi yang baik (good
governance). Seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Kepala Seksi Limbah B3,
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi,
Partisipasi masyarakat memang sangat penting ya dalam masalah sampah, karna
sampah berasal dari mereka juga, dari sumbernya. Maka dalam penanganan
sampah memang harus dilakukan dari sumbernya telebih dahulu, yaitu
masyarakat sendiri. Apabila kurang nya ikut serta masyarakat Kota Bekasi dalam
19
Matthew Franchetti. J , Solid Waste Analysis and Minimization: A system
Approach,(USE: McGraw Hill, 2009), 76.
58
pengelolaan sampah, ya pasti sampah-sampah tersebut akan langsung masuk ke
TPA Sumur Batu.20
Berdasarkan penjelasan tersebut, pengelolaan dengan menggunakan sistem
3R memberikan gambaran pentingnya kesadaran masyarakat sebagai salah satu
peran penimbul sampah dan juga peran yang memiliki dampak langsung dari
permasalahan sampah, untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan masalah
persampahan yang kini terjadi di TPA Sumur Batu Kota Bekasi. Namun peran
serta masyarakat Kota Bekasi begitu lemah terhadap pengelolaan sampah, seperti
apa yang diungkapkan Kepala Seksi Limbah B3, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Bekasi,
Peran masyarakat Kota Bekasi memang merupakan bagian yang cukup penting
ya dalam meminimalisir jumlah sampah yang semakin meningkat di Kota Bekasi.
Penanganan masalah persampahan memang harus ditangani sejak dari
sumbernya, namun pada nyatanya kesadaran masyarakat terhadap sampah
memang begitu kurang. Masih banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap
lingkungannya.21
Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukan bahwa pada umumnya
masyarakat Kota bekasi kurang perduli terhadap sampah. Pemahaman masyarakat
mengenai pengelolaan sampah berpengaruh terhadap proses implementasi suatu
kebijakan. Pengelolaan Sampah dengan menggunakan konsep 3R memang cukup
penting dalam pengelolaan sampah pada sumbernya, karena dengan menggunakan
konsep tersebut dapat menekan sampah yang ada di Kota Bekasi.
Lemahnya kesadaran masyarakat Kota Bekasi dalam pengelolaan
sampahnya sendiri dapat dilihat pada wawancara dengan beberapa masyarakat
Kota Bekasi mengenai pengelolaan sampah,
20
Wawancara Pribadi dengan Nazirwan di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017. 21
Wawancara Pribadi dengan Nazirwan di Kantor Pemerintah Kota Bekasi, 3 Mei 2017.
59
Saya mah gak pernah ngelola sampah, apalagi ngelola sendiri. Gimana ya, habis
saya kan juga kerja, berangkat pagi pulang sore, capek juga pasti kalau harus ngelola
sampah sendiri, ya mending langsung buang aja ke tempat sampah, nanti juga ada petugas
yang biasanya ngangkut-ngangkut sampah disini. Biasanya sampah diangkut para petuas
sih setiap tiga kali sehari, jadi saya gak harus repot-repot ngelola sampah sendiri kan.22
Selain itu, masyarakat pada umumnya berpendapat sama mengenai
pengelolaan sampah, seperti apa yang diungkapkan salah satu warga sekitar TPA
Sumur Batu,
Kalau ngelola sampah sediri saya gak pernah ya mbak, habis TPA itu kan
jaraknya dari rumah saya cukup dekat ya ga terlalu jauh banget, jadi saya ga
kepikiran gitu buat ngelola sampah sendiri. Biasanya juga kalo sampah-sampah
yang ada di rumah itu udah numpuk, ya langsung di buang aja ke TPA
sampahnya, jadi gak harus ngelola sampah sendiri.”23
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas menunjukan bahwa dalam
realitanya cukup sulit untuk menimbulkan kesadaran masyarakat Kota Bekasi
terhadap sampah. Sebagian besar dari mereka pada umumnya hanya menilai
sampah sebagai barang sisa yang tidak perlu untuk diperhatikan.
Dalam mengimplementasi kebijakan tidaklah mudah, karena setiap
kebijakan akan sulit diimplementasikan apabila sasaranya mencakup semua
masyarakat,24
terutama jika melihat wilayah Kota Bekasi yang cukup luas dan
terbagi dalam 12 kecamatan. Salah satu penyebab jumlah sampah meningkat yang
terjadi di Kota Bekasi karena mereka sulit untuk diajak bekerja sama dalam
menangani permasalahan sampah. Sebaliknya, sebuah program akan mudah
diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar. Hal
tersebut disebabkan karena perilaku masyarakat Kota Bekasi terhadap sampah
22
Wawancara Pribadi dengang Ibu Karsin di Rumah Warga, 9 April 2017. 23
Wawancara Pribadi dengan Ibu rusiah di Rumah Warga, April 2017. 24
Subarsono. AG, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), 96.
60
cenderung berbeda, dan tentunya harus menjadi masukan yang penting bagi Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi sebagai salah satu opsi yang harus ditangani
2. Kerja Sama dengan Pihak Ke-tiga dalam Implemetasi Kebijakan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sejauh
mana peluang untuk para aktor yang ikut berpartisipasi di luar badan pelaksana.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi tentunya memberikan akses bagi
masyarakat dan pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam implementasi
kebijakan. Dalam pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
bekerja sama dengan pihak ke tiga yaitu: PT. Gikoko dan PT Nusa Wijaya Abadi
(NWA), seperti apa yang diungkapkan oleh Kepala TPA Sumur Batu,
Dalam pengelolaan sampah, Dinas Lingkungan Hidup memang telah bekerja sama
dengan 2 pihak swasta yaitu PT Gikoko dan PT Nusa Wijaya Abadi (NWA) dalam
penanganan sampah yang ada di TPA Sumur Batu. Bekerjasama dengan PT
Gikoko kita sudah cukup lama, sejak tahun 2008 sampai sekarang ini, tapi kalau
dengan PT Nusa Wijaya Abadi (NWA) baru tahun ini kita bekerja sama dengan
pihak tersebut.25
Seperti juga halnya yang di ungkapkan oleh Kepala seksi Limbah B3,
Dalam Pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu kita memang tidak bekerja sendiri,
kita bekerja sama dengan pihak ketiga atau pihak swasta yaitu dengan PT Gikoko
dan PT Nusa Wijaya Abadi (NWA). Peran Kedua pihak swasta cukup membantu
dalam mengatasi permasalahan sampah di TPA Sumur Batu ini, karena mungkin
kalau tidak ada pihak ketiga kondisi di TPA semakin memburuk.
Penanganan sampah yang dilakukan oleh kedua pihak tersebut memang
berbeda. Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama dengan PT Gikoko untuk sistem
pengelolaan gas dari sampah, sedangkan PT Nusa Wijaya Abadi (NWA)
menangani sampah yaitu menjadikan sampah sebagai pembangkit listrik.
25
Wawancara Pribadi dengan Atjep Rusfianto, di Kantor TPA Sumur Batu, 1 Maret
2017.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil, dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi Perda
No.15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan sampah di Kota Bekasi belum
sepenuhnya berjalan dengan efektif. Belum efektifnya Perda No. 15 Tahun 2011
dikarenakan:
1) Pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi belum sepenuhnya
berjalan dengan baik, karena di pembuangan aktif yaitu zona 5 masih
menggunakan sistem open dumping dan control landill.
2) Kurang adanya sosialisasi Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dalam
pengelolaan sampah kepada masyarakat.
3) Pengelolaan sampah dari sumbernya dengan menggunakan konsep 3R
(Reduce, reuse, recyle) yang merupakan salah satu konsep untuk
meminimalisir samaph yang masuk ke TPA Sumur Batu belum berjalan.
4) Kurang adanya partisipasi masyarakat Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah
atau pemeliharaan kebersihan. Hal tersebut karena sikap dan perilaku
masyarakat yang cenderung acuh.
5) Kurangnya zona pembuangan merupakan salah satu permasalahn
menumpuknya sampah terjadi di TPA Sumur Batu Kota Bekasi.
62
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Kebijakan dan Partisipasi
Masyarakat (Implementasi Perda No. 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah
di Kota Bekasi terhadap TPA Sumur Batu),” maka penulis dapat memberukan
saran sebagai berikut:
1) Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi mampu mengubah sistem pengelolaan
sampah di TPA menjadi sistem yang ramah lingkungan yaitu dari sistem
opendumping menjadi control landfill dan sanitary landfill.
2) Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi harus lebih banyak mengadakan
sosialisasi dalam pengelolaan sampah kepada masysrakat.
3) Pengelolaan sampah dari sumbernya dengan menggunakan konsep 3R
(Reduce, reuse, recyle) yang merupakan salah satu konsep pengelolaan sampah
perlu diterapkan untuk memninimalisir permasalahan sampah di TPA Sumur
Batu.
4) Masyarakat harus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah agar terciptanya
Kota Bekasi yang lebih bersih dari permasalahan sampah.
5) Pembuatan zona pembuangan baru untuk untuk mengurangi permasalaan
menumpuknya sampah di TPA Sumur Batu Kota Bekasi.
viii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
AG,Subarsono. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Buckingham, Percy, Susan. Constructing Local Environmental Agenda, London:
Routledge, 1999.
Dwijowijoto, Riant Nugroho. Kebijakan Publik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2003.
Effendi, Erwin. Kota Bekasi dalam Angka: data primer kota bekasi 2011. Bekasi:
Badan Perncanaan Pembangunan daerah (bappeda), 2012.
Gulo, W. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo, 2014.
Hadi, Sudharto P.Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2009), 188.
J , Matthew Franchetti. Solid Waste Analysis and Minimization: A system
Approach. USE: McGraw Hill, 2009.
Karianga,Hendra. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Daerah:
Perspektif Hukum dan Demokrasi. Bandung: PT Alumni, 2011.
Niel Diana, Moehar Danil, Darmawati. PRA Participatory Rural Apprasial
Pendekatan Efektif Mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam
Upaya Percepatan Pembangunan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Parsons, Wayne. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta: Kencana 2006.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi. Jakarta: Djambatan, 2011.
Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakatya: Tiara Wacana
Yogya, 2001.
Sejati,Kuncoro. Pengelolaan Sampah Terpadu: dengan Sistem Node, Sub Point,
Center Point. Yogyakarta: Kanisius, 2009.
Slamet, Y. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press, 2014.
Soetrisno,Loekman. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius, 1995
ix
Suharsaputra, Dr. Uhar. M.Pd. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
Tangkilisan,Hesel Nogi S. Kebijakan Publik yang Membumi: Konsep, Strategis,
dan Kasus. Yogyakarta: Lukman Offset dan YPASI, 2003.
Winarno,Budi. Kebijakan Publik: Teori & Poroses. Yogyakarta: Media Presindo,
2007.
Wahab, Sholichin Abdul, Analisis kebijaksanaan, Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaaan Negara (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 7.
DOKUMEN
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
Pemerintah Kota Bekasi, Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota
Bekasi Tahun 2014.
Pemerintah Kota Bekasi, Informasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota
Bekasi Tahun 2014.
Peraturan Wali Kota Bekasi No. 76 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Pada Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi.
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
INTERNET
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. https://bekasikota.bps.go.id. 10 Oktober 2014
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. https://bekasikota.bps.go.id. 10 Oktober 2015
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. https://bekasikota.bps.go.id. 10 Oktober 2016
Sihotang, Jonder. “Pembebasan Lahan TPA Sumur Batu Sulit”.
www.netralitas.com. 3 November 2016.
Djamhari. “Tumpukan Sampah Setinggi 23 Meter di TPA Sumur Batu Longsor”.
http://news.okezone.com. 21 September 2016.
WAWANCARA
x
1) Nazirwan (Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 di Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bekasi).
2) Atjep Rusfianto (Kepala Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu Kota
Bekasi).
3) Masyarakat Kota Bekasi (Sasaran dalam implementasi kebijakan)
4) Pemulung di Sekitar TPA Sumur Batu (Sumber daya dalam implementasi
kebijakan)
KARYA ILMIAH
Chatlya, Angela. “Pengelolaan Sampah Oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bandar Lampung (Studi Pada Pantai Sukaraja Kecamatan Bumi
Waras)”. Program Sarjana. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Lampung. 2016.
Fitriana, Ayuspiaka Nur. “Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap
Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kecamatan Cibiru Kota
Bandung”. Program Sarjana. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2013).
Heleanto, Yogi. “Implementasi Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 5
Tahun 2011 tentang Retribus Jasa Umum Pelayanan Persampahan”,
Program Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Lampung. 2016.
Hidayat , Putra Tri. “Kebijakan tentang Pengelolaan sampah (Study Implementasi
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah berdasarkan Perda No. 3 Tahun
2010)”. Program Sarjana. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sebelas Maret. 2012.
Pikoli, Oktafina. “Efektivitas PeraturaN Daerah No. 11 Tahun 2011 tentang
retribusi Pelayanan Persanpahan/Kebersihan di Kota Makasar”. Program
Sarjana. Fakultas Hukum. Universitas Hasandudin. 2014
xi
Lampiran-Lampiran
A. Pertanyaan Wawancara
Wawancara dengan Kepala Seksi Limbah B3, Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bekasi, Nazirwan, ST
1. Bagaimana pengelolaan sampah di Kota Bekasi?
2. Apakah pernah ada sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada
masyarakat Kota Bekasi?
3. Sistem pengelolaan sampah seperti apa yang digunakan di TPA Sumur
Batu Kota Bekasi?
4. Dalam mengatasi penumpukan sampah di TPA Sumur Batu, siapakah
pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah?
5. Apa Upaya Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi mengatasi
penumpukan sampah di TPA Sumur Batu?
6. Adakah kebijakan khusus dalam mengatasi permasalahan di TPA Sumur
Batu Kota Bekasi?
Wawancara dengan Kepala UPTD TPA Sumur Batu, Atjep Rusfianto,
S.Ip.
1. Bagaimana pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu?
2. Adakah keluhan dari masyarakat sekitar TPA dengan menumpuknya
sampah yang ada di TPA Sumur Batu?
3. Bagaimana mengatasi keluh kesah masyarakat sekitar TPA Sumur
Batu?
4. Bagaimana mengatasi permasalahan di TPA Sumur Batu?
Wawancara dengan Masyarakat Kota Bekasi
1. Apa pandangan ibu/bapak mengenai sampah?
2. Apakah bapak/ibu mengelola sampah sendiri?
3. Pernakah ada sosialisasi pengelolaan sampah di sekitar tempat tinggal
bapak/ibu?
xii
Wawancara dengan Masyarakat Kota Bekasi dan Pemulung di Sekitar
TPA
1. Apa pandangan ibu/bapak mengenai sampah?
2. Pernahkan ada sosialisasi mengenai pengelolaan sampah?
3. Apakah bapak/ibu melakukan pengelolaan sampah sendiri?
4. Pernahkan ada pengobatan gratis di tempat tinggal bapak/ibu?
xiii
B. Peraturan Daerah
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BEKASI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BEKASI
Menimbang : a. bahwa dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pola konsumsi masyarakat
telah mengakibatkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah
yang semakin beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan
teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat;
c. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum,
kejelasan tanggungjawab dan kewenangan Pemerintah Daerah, serta
peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat
berjalan secara proporsional, efektif dan efisien;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, b dan c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah di Kota Bekasi.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3663);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
xiv
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5233);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis
dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Wajib Dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 3 Seri
E);
12. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 tentang Dinas
Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 6 Seri D)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bekasi
Nomor 06 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota
Bekasi Nomor 06 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Kota Bekasi
(Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 6 Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI dan WALIKOTA BEKASI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
DIKOTA BEKASI.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Bekasi.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Bekasi.
xv
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi.
5. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah yang berwenang di
Bidang tertentu dan mendapat pendelegasian pelimpahan wewenang dari Walikota.
6. Dinas Kebersihan adalah Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
7. Kepala Dinas Kebersihan adalah Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
8. Instansi yang Berwenang adalah Dinas Kebersihan Kota Bekasi.
9. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah.
10. Badan Hukum adalah suatu badan/lembaga yang pendiriannya telah mendapat pengesahan
dari Instansi yang berwenang dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti Koperasi,
Yayasan, Perseroan Terbatas, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah.
11. Perkumpulan adalah sekumpulan orang yang bergabung dengan mempunyai kepentingan
bersama tanpa membentuk suatu badan hukum yang berdiri sendiri.
12. Kebersihan adalah lingkungan kota yang bersih dari pencemaran udara, pencemaran air dan
sampah.
13. Keindahan adalah keadaan lingkungan perkotaan yang nyaman, esthetik dan proporsional.
14. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
15. Sumber pencemaran adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan
pencemaran yang mnyebabkan udara, tanah dan air tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
16. Pedagang kaki lima adalah orang yang melakukan usaha dagang dan/atau jasa di tempat
umum, baik menggunakan usaha kegiatan dagang.
17. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
18. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus.
19. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang disingkat B3 adalah suatu sisa usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat suatu
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
20. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
21. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum.
22. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan
timbulan sampah.
23. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
24. Tempat sampah adalah tempat menampung sampah yang disediakan dan digunakan oleh
penghasil sampah.
xvi
25. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan dan/atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
26. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
27. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses
dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.
28. Pengumpulan sampah adalah kegiatan mengumpulkan sampah dari setiap per sil dan
memindahkan ke TPS.
29. Fasilitas umum adalah bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan
lingkungan yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah dan terdiri dari antara lain :
jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan listrik, jaringan gas, jaringan telepon, terminal
angkutan umum/bus shelter, kebersihan pembuangan sampah dan pemadam kebakaran.
30. Fasilitas sosial adalah fasilitas yang dibutuhkan masyarakat dalam lingkungan permukiman
yang meliputi antara lain pendidikan, kesehatan, belanja dan niaga, pemerintahan dan
pelayanan umum, peribadatan, rekreasi dan kebudayaan, olah raga dan lapangan terbuka
serta pemakaman umum.
31. Jasa Pelayanan Kebersihan adalah pungutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan kepada
seluruh pemilik/pemakai per sil atas penyelenggaraan kebersihan berupa pengangkutan
sampah dari tempat penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir.
32. Angkutan umum adalah angkutan yang diperuntukan melayani masyarakat yang memiliki
izin sesuai perundang-undangan yang berlaku antara lain Bus Kota, Bus Antar Kota, Taksi,
Angkutan Kota, Angkutan Antar Kota atau Angkutan lainnya.
33. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir sampah.
34. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan
sampah yang tidak benar.
BAB II RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Sampah yang dikelola berdasarkan Peraturan Daerah ini terdiri atas :
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum
dan/atau fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
xvii
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
BAB III ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggungjawab, asas berkelanjutan, asas
manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan
asas nilai ekonomi.
Pasal 4
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan, menjadikan sampah sebagai sumber daya, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, serta mengubah perilaku setiap orang.
BAB IV
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH
Pasal 5
Pemerintah Daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan terdiri atas :
a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
sampah;
b. melakukan penelitian untuk pengembangan teknologi, pengurangan dan penanganan sampah;
c. memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan dan
pemanfaatan sampah;
d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana
pengelolaan sampah;
e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;
f. memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat
setempat untuk mengelola sampah;
g. melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan dunia usaha agar terdapat
keterpaduan dalam pengelolaan sampah.
Pasal 6
(1) Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan :
a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional
dan provinsi;
b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala Kota sesuai dengan norma, standar,
prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;
c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan
oleh pihak lain;
d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, TPST, dan/atau TPA sampah;
e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua
puluh) tahun terhadap TPA sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah
ditutup; dan
f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai
dengan kewenangannya.
xviii
(2) Penetapan lokasi TPST dan TPA sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.
BAB V KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu Umum
Pasal 7
(1) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pemerintah Daerah
menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah daerah, yang terdiri atas :
a. kebijakan dan strategi pengurangan sampah;
b. kebijakan dan strategi penanganan sampah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah spesifik.
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka panjang;
b. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka menengah;
c. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah jangka pendek.
Bagian Kedua Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah
Pasal 8
(1) Kebijakan dan strategi pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
memuat :
a. arah kebijakan pengelolaan sampah antara lain meliputi:
1. pengurangan sampah pada sumber;
2. penanganan sampah di sumber, Tempat Penampungan Sementara, Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);
3. pengelolaan sampah spesifik pada sumber;
4. pencegahan penggunaan produk dan/atau kemasan yang menimbulkan sampah;
5. penghematan dan/atau pemanfaatan kembali sumber daya;
6. peningkatan peran dunia usaha dan masyarakat dalam pengelolaan sampah;
7. pembinaan terhadap produsen untuk membatasi timbulan sampah dan
menggunakan produk dan/atau kemasan yang mudah didaur ulang dan diurai oleh
alam;
8. pembinaan terhadap masyarakat untuk menggunakan atau berpola konsumsi bahan
yang ramah lingkungan;
9. fasilitasi pengembangan penerapan dan mekanisme Extended Producer
Responsibility (EPR);
10. perlindungan lingkungan dari perubahan iklim, beban pencemar dan pengurangan
gas rumah kaca dari pengelolaan sampah, seperti melalui penangkapan dan
pemanfaatan gas metan.
b. strategi pengelolaan sampah meliputi;
1. peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah
melalui kampanye dan edukasi pengelolaan sampah.
2. peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha dalam
pengelolaan sampah, antara lain :
a) pendidikan dan pelatihan;
b) pembuatan pilot project;
c) studi banding dan diseminasi;
d) ketersediaan dan kecukupan anggaran, serta sarana prasarana.
3. peningkatan pemanfaatan kembali produk dan/atau kemasan melalui antara lain :
xix
a) peningkatan produksi dan pemasaran produk daur ulang terutama kompos;
b) pengembangan pengadaan barang dan/atau kemasan yang dapat didaur ulang
dan mudah terurai secara alami;
c) peningkatan peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam penggunaan
produk yang dapatdidaur ulang dan mudah terurai oleh proses alam;
d) peningkatan pemasaran produk dan/atau kemasan yang dapat didaur ulang
dan mudah terurai oleh proses alam.
4. mensinergikan program pengelolaan sampah dengan program-program Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
5. peningkatan peran dan tanggung jawab dunia usaha dan masyarakat dalam
pengelolaan sampah yang meliputi antara lain :
a) pencegahan penggunaan produk dan/atau kemasan yang tidak mudah didaur
ulang dan/atau terurai oleh alam;
b) pengembangan produk dan/atau kemasan yang mudah di daur ulang dan mudah
terurai secara alami;
c) penerapkan dan mengembangkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah pada
sumbernya baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pelaku usaha.
6. peningkatan peran dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan
sampah, antara lain :
a) Memfasilitasi pemasaran produk daur ulang dan mudah terurai oleh proses
alam;
b) Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c) Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d) Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang.
7. Minimalisasi sampah dengan cara mengurangi/menggantikan penggunaan suatu
bahan produksi, mengurangi/tidak menggunakan kemasan, merancang produk,
wadah, dan/atau kemasan yang mudah di daur ulang atau mudah terurai secara
alami.
8. Fasilitasi pengembangan sistem insentif dan disinsentif kegiatan pengurangan
sampah.
c. target pengelolaan sampah :
1. penurunan jumlah timbulan sampah secara bertahap dalam waktu tertentu;
2. prioritas jenis sampah yang akan menjadi target pengurangan sampah.
(2) Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
dengan menggunakan data dan informasi yang lengkap dan akurat.
(3) Penyusunan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kebersihan (persampahan) dan ditetapkan
dengan Keputusan Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Walikota.
(5) Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana Pengelolaan Sampah.
BAB VI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH
Bagian Kesatu
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Paragraf 1 Pengurangan Sampah
Pasal 9
Pengurangan sampah meliputi kegiata:
xx
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah.
Pasal 10
Dalam rangka kegiatan pembatasan timbulan sampah, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan,
monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain meliputi :
a. pembinaan, monitoring dan pengawasan dalam rangka :
1. menggunakan bahan produksi yang sesedikit mungkin menimbulkan sampah;
2. menghasilkan produk dan/atau kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan
mudah didaur ulang;
3. melaksanakan program pembatasan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha
dan/atau kegiatannya sesuai dengan kebijakan dan strategi pengurangan sampah.
b. pembinaan, monitoring dan pengawasan terhadap produsen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain meliputi pelaku usaha yang :
a. menghasilkan produk dan/atau kemasan produk;
b. mengimpor produk dan/atau kemasan produk;
c. Mendistribusikan produk dan/atau kemasan produk.
Pasal 11
Dalam rangka kegiatan pendauran ulang sampah, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan,
monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain meliputi :
a. mendaur ulang sampah secara aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan;
b. menghasilkan produk dengan menggunakan bahan daur ulang.
Pasal 12
Dalam rangka kegiatan daur ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pemerintah Daerah
wajib :
a. memfasilitasi pembangunan fasilitas daur ulang sampah;
b. memfasilitasi pengembangan desain dan percontohan fasilitas daur ulang serta teknologi daur
ulang sampah;
c. memfasilitasi pemasaran produk daur ulang;
d. menerapkan dan memfasilitasi penerapan teknologi daur ulang sampah;
e. mengembangkan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi daur ulang sampah.
Pasal 13
Dalam rangka kegiatan pemanfaatan kembali sampah, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan,
monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain meliputi :
a. memanfaatkan kembali sampah yang dihasilkannya secara aman bagi kesehatan manusia dan
lingkungan; dan
b. menggunakan bahan produksi yang menghasilkan produk dan/atau kemasan produk yang
dapat dimanfaatkan kembali.
xxi
Pasal 14
Dalam rangka kegiatan pengurangan sampah, Pemerintah Daerah melakukan pembinaan,
monitoring dan pengawasan terhadap produsen yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menghasilkan produk dan/atau kemasan produk, antara lain dalam bentuk pencantuman label pada
produk dan/atau kemasan produk yang menunjukkan, bahwa produk dan/atau kemasan produk
yang dihasilkannya dapat terurai oleh proses alam; dan/atau dapat didaur ulang.
Pasal 15
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepada setiap orang yang melakukan
pengurangan sampah.
(2) Insentif dalam pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi retribusi
dan insentif lainnya yang kondusif untuk orang melakukan pengurangan.
Pasal 16
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan :
a. insentif kepada produsen yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada produsen yang tidak melakukan pengurangan sampah.
(2) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. retribusi; dan/atau
b. insentif dan/atau disinsentif lainnya yang kondusif bagi produsen untuk mengurangi
timbulan sampah.
(3) Penyusunan perencanaan pengurangan sampah dan penyelenggaraan pengurangan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 sampai dengan Pasal 16 dikoordinasikan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang
kebersihan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan SKPD terkait lainnya yang ditetapkan
dengan Peraturan Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan insentif dan disinsentif dalam bentuk retribusi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 diatur dalam Peraturan Daerah mengenai
retribusi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan insentif dan disinsentif dalam bentuk non
retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 diatur dalam Peraturan Walikota.
Paragraf 2 Penanganan Sampah
Pasal 17
(1) Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan :
a. pemilahan;
b. pengumpulan;
c. pengangkutan;
d. pengolahan;
e. pemrosesan akhir.
(2) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah,
dan dapat membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pasal 18
Kegiatan pemilahan sampah, meliputi :
a. Setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan sampah secara aman bagi kesehatan dan
lingkungan;
xxii
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan melakukan pemilahan sampah secara
aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan
sampah secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
d. Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, memenuhi kriteria:
1. Dikelompokkan menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah yang terdiri atas :
a) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya
dan beracun;
b) sampah yang mudah membusuk;
c) sampah yang tidak mudah membusuk.
2. Diberi simbol dan label yang menunjukkan jenis sampah sebagaimana dimaksud pada
angka 1.
3. Bahan, bentuk, dan warna wadah.
Pasal 19
Kegiatan pengumpulan sampah, meliputi :
a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengumpulan sampah secara aman bagi kesehatan dan
lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan TPS yang aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. TPS sebagaimana dimaksud pada huruf b, wajib memenuhi kriteria :
1. terpilah dikelompokkan menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah;
2. luas lokasi dan kapasitas mencukupi;
3. mudah diakses;
4. tertutup;
5. memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.
d. Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan TPS secara aman bagi
kesehatan dan lingkungan;
e. Penyediaan TPS sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan sesuai dengan Peraturan
Walikota yang mengatur mengenai penyediaan TPS;
f. Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan, monitoring dan pengawasan atas penyediaan
fasilitas pemilahan sampah oleh pengelola kawasan sebagaimana dimaksud pada huruf d.
Pasal 20
Dalam rangka kegiatan pengangkutan sampah :
a. Pemerintah Daerah wajib :
1. melakukan pengangkutan sampah;
2. menyediakan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan.
b. Kriteria pengangkutan harus memenuhi paling sedikit terdiri atas :
1. tertutup;
2. tidak mencecerkan air lindi;
3. bersih;
4. Waktu dan rute.
c. Kriteria alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2, wajib memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Walikota.
xxiii
Pasal 21
Dalam rangka kegiatan pengolahan sampah :
a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengolahan sampah skala kawasan dan/atau skala kota
secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a, antara lain :
1. pemadatan;
2. pengomposan;
3. daur ulang;
4. teknologi pengolahan sampah lainnya.
c. Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat dilakukan di sumber, TPS,
TPST, dan/atau TPA;
d. Teknologi pengolahan sampah lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b angka
4, dilakukan sesuai dengan persyaratan yang diatur oleh Pemerintah;
e. TPST sebagaimana dimaksud pada huruf c, wajib memenuhi kriteria :
1. memiliki dokumen lingkungan;
2. memiliki ijin;
3. memiliki tempat pemilahan;
4. luas lokasi dan kapasitas mencukupi;
5. memiliki fasilitas penampungan dan/atau pengolahan air lindi;
6. mudah diakses;
7. tidak mengganggu daerah sekitarnya.
Pasal 22
(1) Setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan sampah secara aman bagi kesehatan dan
lingkungan.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di sumber sampah yang
memenuhi standard dan kriteria lokasi pengolahan yang bagi kesehatan dan lingkungan.
Pasal 23
Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 wajib memenuhi :
a. baku mutu limbah cair;
b. baku mutu emisi.
Pasal 24
Sampah yang sudah tidak layak diolah wajib:
a. diproses di TPA;
b. dijadikan bahan bakar; dan/atau
c. dimusnahkan.
Pasal 25
Dalam rangka kegiatan pemrosesan sampah, Pemerintah Daerah wajib :
a. menyediakan TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan; dan
b. melakukan pemrosesan akhir sampah secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
Pasal 26
TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a harus dilengkapi fasilitas yang meliputi :
a. fasilitas dasar;
xxiv
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi;
d. fasilitas penunjang.
Pasal 27
(1) Pemprosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b dilakukan di
TPA.
(2) Pemprosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan prosedur teknis pemrosesan akhir sampah.
(3) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dioperasikan sesuai dengan prosedur teknis
pengoperasian TPA.
Pasal 28
Penetapan lokasi TPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a merupakan bagian dari
rencana tata ruang wilayah Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Pasal 29
(1) Pengoperasian tempat pemrosesan akhir sampah wajib dilengkapi dengan dokumen
pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Dokumen pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf (b) dilakukan
dengan cara :
a. lahan urug terkendali (control landfill);
b. lahan urug saniter (sanitary landfill).
(2) Sampah yang sudah diproses melalui cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan/atau huruf b dapat dimanfaatkan.
(3) Pemrosesan akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi:
a. baku mutu air limbah;
b. baku mutu emisi;
c. baku mutu gangguan.
Pasal 31
Penyusunan perencanaan penanganan sampah dan penyelenggaraan penanganan sampah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 30 dikoordinasikan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang kebersihan
(persampahan) dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Bagian Kedua Pengelolaan Sampah Spesifik
Pasal 32
Pengelolaan sampah spesifik terdiri atas :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
xxv
Pasal 33
Dalam rangka pengelolaan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan atau
limbah bahan berbahaya dan beracun :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pembatasan dan pemilahan sampah yang mengandung
B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana pengumpulan dan pemilahan
sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan
lingkungan;
c. pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan prasarana dan sarana
pemilahan sampah yang mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan
dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 34
(1) Pemerintah Daerah wajib membina, memonitor dan mengawasi produsen untuk melakukan
pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah yang
mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan lingkungan sesuai
dengan Peraturan Perundangan yang berlaku.
(2) Dalam rangka pelaksanaan pengumpulan sebagaimana disebutkan pada ayat (1), produsen
harus menyediakan tempat pengumpulan khusus (dropping point) untuk sampah yang
mengandung B3 dan/atau limbah B3 secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
(3) Dalam rangka pelaksanaan ketentuan sebagaimana disebut pada ayat (1) dan ayat (2),
produsen dapat melakukan secara sendiri-sendiri, kerjasama antar produsen dan/atau
kerjasama dengan pihak ketiga dan/atau bermitra dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
Pasal 35
Pengelolaan sampah yang timbul akibat bencana, diatur sebagai berikut :
a. Pemerintah Daerah wajib melakukan pengangkutan, pengumpulan, pemilahan, pengolahan,
pemanfaatan dan pemrosesan akhir;
b. dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana disebutkan pada huruf a, Pemerintah
Daerah wajib memprioritaskan kegiatan pemilahan makhluk hidup serta jenis sampah yang
mengandung B3 dan/atau limbah B3;
c. pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b mengacu pada
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah wajib menyusun sistem tanggap darurat dalam penanganan sampah
yang timbul akibat bencana.
(2) Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana tanggap darurat sampah.
(3) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan sistem tanggap darurat penanganan
sampah yang timbul akibat bencana.
(4) Dalam penyusunan sistem tanggap darurat mencakup :
a. kelembagaan unit sistem tanggap darurat serta mekanismenya;
b. pengkajian cepat status sampah yang timbul akibat bencana (rapid assessment);
xxvi
c. penyusunan rencana;
d. penyelenggaraan tanggap darurat (Pengangkutan, Pemilahan dan pengolahan,
pemanfaatan dan pemrosesan akhir);
e. evaluasi;
f. laporan.
(5) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 37
Pengelolaan puing bongkaran bangunan, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemanfaatan puing bongkaran bangunan secara aman bagi kesehatan dan lingkungan.
b. setiap orang/badan dalam melakukan penanganan puing bongkaran bangunan dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan/atau Pemerintah Daerah.
c. Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana penanganan puing
bongkaran bangunan.
d. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c diatur
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 38
(1) Pemerintah Daerah wajib melaksanakan penanganan puing bongkaran bangunan publik.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah
dapat melaksanakan secara sendiri atau bekerjasama dengan pihak lain.
Pasal 39
(1) Pelaku usaha wajib melaksanakan penanganan puing bongkaran bangunan yang menjadi
tanggung jawabnya.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku usaha dapat
melaksanakan secara sendiri atau bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan/atau pihak
lain.
Pasal 40
Pengelolaan sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang secara
teknologi belum dapat diolah, secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan prasarana dan sarana pengangkutan dan
penampungan secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur dengan
Peraturan Walikota.
Pasal 41
Pengelolaan sampah yang timbul secara tidak periodik, diatur sebagai berikut :
a. setiap orang/badan wajib melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah yang timbul
secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
b. setiap orang/badan dapat melakukan pengolahan dan pemanfaatan sampah yang timbul
secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
c. Pemerintah Daerah dapat menyediakan prasarana dan sarana, serta melakukan penanganan
sampah yang timbul secara tidak periodik secara aman bagi kesehatan dan lingkungan;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diatur dengan
Peraturan Walikota.
xxvii
Pasal 42
(1) Setiap orang/badan dapat mengembangkan dan menerapkan secara swadaya teknologi
spesifik lokal untuk pengelolaan sampah spesifik.
(2) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi setiap orang yang mengembangkan dan menerapkan
teknologi spesifik lokal untuk pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Pemerintah Daerah dapat mengembangkan secara swadaya teknologi pengelolaan sampah
spesifik yang ramah lingkungan.
(4) Penyusunan perencanaan pengelolaan sampah spesifik dan penyelenggaraan pengelolaan
sampah spesifik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 41
dikoordinasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan
urusan Pemerintahan dibidang kebersihan (persampahan) dan ditetapkan dengan Peraturan
Walikota.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 43
(1) Setiap orang berhak :
a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan
lingkungan dari Pemerintah Daerah dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab
untuk itu;
b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan dan pengawasan
dibidang pengelolaan sampah;
c. memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan
pengelolaan sampah;
d. mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan TPA
sampah;
e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 44
(1) Setiap orang/badan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan
lingkungan.
(2) Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga wajib dilakukan dalam
skala RT/RW dan/atau Kelurahan/Kecamatan dengan petunjuk teknis dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang
kebersihan (persampahan).
(3) Setiap angkutan umum, kendaraan pribadi, fasilitas umum, fasilitas sosial, perkantoran,
perusahaan, pusat perbelanjaan wajib menyediakan Tempat Pembuangan Sampah Sementara
(TPSS).
BAB VIII PERIZINAN
xxviii
Pasal 45
(1) Setiap orang perseorangan, kelompok, atau badan hukum yang melakukan kegiatan usaha
pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Walikota.
(2) Tata cara pemberian Izin Kegiatan Usaha Pengelolaan Sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB IX
PERAN MASYARAKAT
Pasal 46
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Peran masyarakat dapat juga berupa:
a. pemberian usul, pertimbangan dan saran kepada Pemerintah Daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah;
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan; dan
d. masyarakat wajib berperan serta dalam kegiatan kebersihan lingkungan.
(3) Tata cara pemberian usul, pertimbangan dan saran serta pendapat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB X KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 47
(1) Dalam hal pengelolaan sampah Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dengan
Pemerintah/Pemerintah Daerah dan pihak swasta.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.
BAB XI LARANGAN
Pasal 48
Setiap orang dilarang :
a. mencampur sampah dengan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
b. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
c. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan;
d. melakukan penanganan sampah dengan sistem pembuangan terbuka di tempat pemrosesan
akhir;
e. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.
BAB XII
PENGAWASAN
xxix
Pasal 49
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait
sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur dan kriteria
pengawasan.
(3) Pengawasan dan Pengendalian Pengelolaan Sampah meliputi Pengumpulan, Pengangkutan,
Tempat Pengolahan Sampah Sementara, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu, Tempat
Pemrosesan Akhir, dilakukan secara periodik oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terkait.
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 50
(1) Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada kegiatan usaha pengelola sampah
yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. paksaan pemerintahan;
b. penerapan uang paksa;
c. pencabutan atau pembatalan izin;
d. denda administrasi.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 51
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 37 huruf a, Pasal 39, Pasal 44, Pasal 45 ayat (1)
dan Pasal 48 dikenakan sanksi pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda
setingi-tingginya Rp 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur pengelolaan sampah dikenakan sanksi
pidana sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan yang mengatur B3 dikenakan sanksi pidana sesuai Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 52
(1) Selain penyidik Pejabat Polri, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di
Lingkungan Pemerintah Kota Bekasi diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
xxx
(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang mengenai adanya tindak pidana atas
pelanggaran Peraturan Daerah;
b. melakukan tindakan pertama dan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seseorang dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 53
Selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah berlakunya Peraturan Daerah ini berlaku, setiap orang
yang menghasilkan sampah harus berpedoman pada Peraturan Daerah ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bekasi.
Pasal 55
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi.
Ditetapkan di Bekasi
pada tanggal 16 Desember 2011
xxxi
Plt. WALIKOTA BEKASI
WAKIL WALIKOTA,
RAHMAT EFFENDI
Diundangkan di Kota Bekasi
pada tanggal 16 Desember 2011
Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI
RAYENDRASUKARMADJI