27
KEBIJAKAN SEKTORAL KEBIJAKAN SEKTORAL MENGHASILKAN MENGHASILKAN INDUSTRIALISASI PINGGIRAN INDUSTRIALISASI PINGGIRAN

KEBIJAKAN SEKTORAL

  • Upload
    neron

  • View
    90

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEBIJAKAN SEKTORAL. MENGHASILKAN INDUSTRIALISASI PINGGIRAN. SEKTOR EKONOMI. Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: KEBIJAKAN SEKTORAL

KEBIJAKAN SEKTORALKEBIJAKAN SEKTORAL

MENGHASILKAN MENGHASILKAN INDUSTRIALISASI PINGGIRANINDUSTRIALISASI PINGGIRAN

Page 2: KEBIJAKAN SEKTORAL

SEKTOR EKONOMISEKTOR EKONOMI1. Sektor Pertanian2. Pertambangan & Penggalian3. Industri Pengolahan4. Listrik, Gas, & Air Bersih5. Bangunan6. Perdagangan, Hotel, & Restoran7. Pengangkutan & Komunikasi8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan9. Jasa-Jasa

Page 3: KEBIJAKAN SEKTORAL

STRUKTUR EKONOMISTRUKTUR EKONOMI1. Pertanian

2. Pertambangan & Penggalian

1. Industri Pengolahan

2. Listrik, Gas & air Bersih

3. Bangunan

1. Perdagangan, Hotel, & Restoran

2. Pengangkutan & Komunikasi

3. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

4. Jasa-jasa

Sektor PrimerIdentik Dengan Sektor Pertanian

Sektor SekunderIdentik Dengan Sektor Industri

Sektor TersierIdentik Dengan Sektor Jasa-jasa

Page 4: KEBIJAKAN SEKTORAL

TEORI TRANSFORMASI STRUKTURALTEORI TRANSFORMASI STRUKTURAL

Arthur Lewis Membagi perekonomian suatu negara menjadi dua, yaitu

perekonomian tradisonal dan perekonomian industri. Semakin tinggi tinggkat pertumbuhan ekonomi suatu negara, akan diikuti oleh semakin besarnya masyarakat yang bekerja di sektor industri

Hollis Chenery …sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita,

masyarakat suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri

Page 5: KEBIJAKAN SEKTORAL

Tabel: Struktur Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)Tabel: Struktur Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

Sisi Permintaan 2005 2006* 2007*

Konsumsi swasta 3,95 3,1 – 4,1 3,8 – 4,8

Konsumsi pemerintah 8,06 15,9 – 16,9 3,0 – 4,0

Total konsumsi 4,41 4,6 – 5,6 3,7 – 4,7

Total investasi 9,93 5,0 – 6,0 9,9 – 10,9

Ekspor barang dan jasa 8,6 9,1 - 10,1 9,7 – 10,7

Impor barang dan jasa 12,35 6,2 – 7,2 8,3 – 6,3

PDB 5,6 5,0 – 5,7 5,3 – 6,3

Sisi Penawaran 2005 2006* 2007*

Pertanian 2,49 4,3 – 5,3 6,1 – 7,1

Pertambangan dan Penggalian 1,59 8,5 – 9,5 7,2 – 8,2

Industri Pengolahan 4,62 2,2 – 3,2 3,3 – 4,3

Listrik, gas, dan air bersih 6,49 5,8 – 6,8 6,8 – 7,8

Bangunan 7,34 7,1 – 8,1 7,3 – 8,3

Perdagangan, hotel, dan restoran 8,59 4,4 – 5,4 5,7 – 6,7

Pengangkutan dan komunikasi 12,97 11,6 – 12,6 12,6 – 13,6

Keuangan, persewaan, dan jasa 7,12 3,9 – 4,9 4,3 – 5,3

Jasa-jasa 5,16 4,9 – 5,9 3,9 – 4,9

PDB 5,6 5,0 – 5,7 5,3 – 6,3

Page 6: KEBIJAKAN SEKTORAL

Tabel: Struktur PDB Indonesia, Tabel: Struktur PDB Indonesia, 20052005

Sektor Dalam persen

Pertanian 13,41

Pertambangan 10,44

Industri 28,05

Listri, gas, dan air 0,92

Bangunan 6,35

Perdagangan 15,74

Pengangkutan dan komunikasi 6,63

Keuangan 8,36

Jasa-jasa 10,10

Total 100,00

Sumber: BPS, 2005

Page 7: KEBIJAKAN SEKTORAL

10 Besar Perusahaan Terbaik di Indonesia yang masuk “Top 200 best Companies in Asia” Menurut Far Eastern Economic Review (25/12/2003-5/1/2004)

Sumber: http://www.feer.com/articles/2003/0312_25/free/p064.html, accessed 25 Dec 2003

Page 8: KEBIJAKAN SEKTORAL

Tabel: Pertumbuhan Ekonomi dan Tabel: Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan KerjaPenciptaan Lapangan Kerja

Periode

Pertumbuhan

Ekonomi (%)A

Tambahan Angkatan Kerja (juta)

B

Penciptaan Lapangan

Kerja Netto (juta)C

RasioD=C/A

Agt 2002 - Agt 2003 4,61 1, 97 1,16 252.634

Agt 2003 - Agt 2004 4,94 1,22 0,91 184.403Agt 2004 - Nov 2005 6,81 1,88 0,24 34.747Feb 2005 - Feb 2006 5,43 0,48 0,23 42.181

Sumber: Diolah dari Sakernas dan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (BI), 2006

Page 9: KEBIJAKAN SEKTORAL

Strategi IndutrialisasiStrategi Indutrialisasi• Broad-based industry strategi industrialisasi yang mengembangkan industri-industri

yang berspektrum luas. Pada kenyataannya strategi ini lebih menekankan pengembangan industri-industri berbasis impor (industri elektronik, tekstil, dll)

• Hi-tech industry strategi industrialisasi yang mengutamakan industri-industri

berteknologi canggih (industri pesawat terbang, kapal dll)

• Agroindustry Industri hasil pertanian berbasis dalam negeri dan merupakan

kelanjutan pembangunan pertanian

Page 10: KEBIJAKAN SEKTORAL

Strategi industrialisasi yang Strategi industrialisasi yang dipilih oleh Indonesiadipilih oleh Indonesia lebih cenderung pada strategi lebih cenderung pada strategi Broad-basedBroad-based industryindustry dan dan Hi-tech industryHi-tech industry, dengan alasan :, dengan alasan :

• Memiliki kenggulan seperti: tenaga kerja murah dan sumber daya alam yang melimpah

• Bisa mengambil pelajaran dari industri-industri asing

• Menghasilkan nilai tambah yang besar• Sulit untuk ditiru oleh negara lain

Page 11: KEBIJAKAN SEKTORAL

Alasan lain….Alasan lain….

• Faktor Politik

- Mengejar simbol-simbol pembangunan

- Keberpihakan terhadap kelompok kapitalis

• Faktor Ekonomi

- Mengejar transformasi struktural

- Rendahnya tingkat industrialisasi yang dijalankan

Page 12: KEBIJAKAN SEKTORAL

Padahal….Padahal….

• Kondisi negara serba terbatas

• Minimnya modal yang dimiliki

• Kualitas sumberdaya manusia yang rendah

• Minimnya penguasaan teknologi

Page 13: KEBIJAKAN SEKTORAL

Dengan kondisi yang serba terbatas, Dengan kondisi yang serba terbatas, untuk menjalankan strategi untuk menjalankan strategi Industrialisasi Industrialisasi Broad-based industryBroad-based industry dan dan Hi-tech industryHi-tech industry pemerintah pemerintah menjalankan kebijakan-kebijakan yang menjalankan kebijakan-kebijakan yang sangat sangat proteksionisproteksionis dibidang dibidang perdagangan dan industri (melalui bea perdagangan dan industri (melalui bea masuk). Strategi ini sering disebut masuk). Strategi ini sering disebut dengan dengan “rezim proteksionisme”“rezim proteksionisme”

Page 14: KEBIJAKAN SEKTORAL

Kebijakan Proteksionis Ditempuh Melalui Kebijakan Proteksionis Ditempuh Melalui 33 Fase: Fase:

• Fase strategi substitusi impor part one (awal 1970 an) instrumen yang digunakan: - tarif bea masuk - pajak penjualan barang impor

• Fase strategi substitusi impor part two instrumen yang digunakan bersifat non tariff barrier, yaitu

dengan cara pembatasan impor kuantitatif dan ditingkatkannya kandungan lokal

• Fase orientasi ekspor (1982) instrumen yang digunakan adalah subsidi dan kemudahan-

kemudahan lain untuk promosi ekspor

Page 15: KEBIJAKAN SEKTORAL

Dampak Industrialisasi Dampak Industrialisasi “rezim proteksionisme”“rezim proteksionisme”

• Kesenjangan Sektoral antara sektor industri dengan non industri (pertanian)

• Kurangnya keterkaitan antar sektoral (Forward Langkage & Backward Langkage)

• Akumulasi kapital pada sekelompok orang tertentu

• Terjadi dualisme - Dualisme Sosial - Dualisme Teknologi - Dualisme Finansial - Dualisme Regional

Page 16: KEBIJAKAN SEKTORAL

Perbandingan Asset 300 Konglomerat, Perbandingan Asset 300 Konglomerat, Asset Pemerintah dan GDP (Rp milyar)Asset Pemerintah dan GDP (Rp milyar)

TahunAsset 300

konglomerat (a)Asset

Pemerintah (b)GDP

(c)(a) : (b) (b) : (c)

1988 53.182,0 124.013,0 139.452,0 38,1 88,9

1989 90.968,7 144.455,0 167.184,7 54,4 88,3

1990 128.634,1 179.153,0 195.597,2 65,8 88,6

1991 161.999,5 201.068,0 225.995,7 71,7 89,0

1992 196.732,9 238.000,0 256.508,0 76,7 92,8

1993 227.327,3 261.018,0 300.000,0 75,8 89,0

Page 17: KEBIJAKAN SEKTORAL

Neraca Perdagangan Produk Manufaktur Neraca Perdagangan Produk Manufaktur Indonesia 1989-1993 (juta US $)Indonesia 1989-1993 (juta US $)

TahunTeknologi

TinggiTeknologi Menengah

Teknologi Rendah

Total Manufaktur

Total Neraca perdaganga

1989 - 1.477,7 - 5.594,1 4.262,0 - 2.809,8 5.799.3

1990 - 2.297,6 - 7.898,6 4.108,3 - 6.087,9 3.837.1

1991 - 2.539,2 - 9.728,1 5.413,0 - 6.854,3 3.273,6

1992 - 2.827,2 - 8.858,3 7.519,0 - 4.166,5 6.687.4

1993 - 2.775,1 - 10.013,6 10.092,5 - 2.696.5 8.495,2

Page 18: KEBIJAKAN SEKTORAL
Page 19: KEBIJAKAN SEKTORAL
Page 20: KEBIJAKAN SEKTORAL

Jenis udangJenis udang Dominan dikembangkan di Indonesia

Udang windu (Penaeus monodon)Udang putih (P. merguensis, P. vannamei)Udang galah (Macrobachium rosenbergii)Udang api-api (Metapenaeus spp)

Dominan dikembangkan di Jawa TimurUdang windu (Penaeus monodon)Udang putih (P. merguensis, L. vannamei, L stylirostris)

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

P. monodon

Macrobachium rosenbergi

P. merguensis

Metapenaeus spp

Page 21: KEBIJAKAN SEKTORAL
Page 22: KEBIJAKAN SEKTORAL

PANGAN TIDAK CUKUP BAGI MASYARAKAT TUNA LAHAN , TUNA PEKERJAAN DLL

PENYEBAB: FAKTOR EKONOMI, KENAIKAN HARGA BBM, KEHILANGAN PEKERJAAN DLL

DAMPAKNYA BUSUNG LAPAR, KEMATIAN BAYI, BALITA, IBU TIDAK SEHAT

                                              

                                                      

Page 23: KEBIJAKAN SEKTORAL

PERMASALAHAN PPKPERMASALAHAN PPK

• Kemiskinan dan ketidaktahanan pangan

• Kegureman, atau skala usaha PPK sangat terbatas

• Keterbatasan kesempatan kerja dan berusaha

• Degradasi kualitas SDA

• Daya saing, produktivitas , efisiensi usaha dan persaingan yang tidak adil.

Page 24: KEBIJAKAN SEKTORAL

PERAN PERTANIAN, PERIKANAN PERAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANANDAN KEHUTANAN

• PEMBENTUKAN PDB• PEROLEHAN DEVISA• PENYEDIAAN PANGAN• BAHAN BAKU INDUSTRI• PENGENTASAN KEMISKINAN• PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA• PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

Page 25: KEBIJAKAN SEKTORAL

KONTRIBUSI PERTANIAN, PERIKANAN DAN KONTRIBUSI PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (PPK) TERHADAP EKONOMI KEHUTANAN (PPK) TERHADAP EKONOMI

MAKROMAKRO

2000 2001 2002 2003 2004

Pertumbuhan PDB-PPK (%)

1,9 4,1 2,8 3,1 3,1

Pangsa PDB-PPK (%) 15,6 15,6 15,7 15,0 14,7

Kesempatan Kerja PPK (juta orang)

40,5 39,7 40,6 42,0 43,0

Pangsa Kesempatan kerja PPK (%)

45,1 43,8 44,3 46,3 46,6

Page 26: KEBIJAKAN SEKTORAL

TARGET REVITALISASI PERTANIAN, TARGET REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANANPERIKANAN DAN KEHUTANAN

Triple Track Strategy Kabinet Indonesia Bersatu: Pengurangan Kemiskinan dari 16,6% Thn 2004 menjadi

8,2% Thn 2009 dan Penurunan Pengangguran terbuka dari 9,7% Thn 2004 menjadi 5,1% Thn 2009.

Peningkatan Daya saing Ekonomi Nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6% pertahun, rasio investasi terhadap PDP dari 16,0% Thn 2004 menjadi 24,4% Thn 2009.

Rata-rata pertumbuhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mencapai 3,5% pertahun

Page 27: KEBIJAKAN SEKTORAL

KESIMPULANKESIMPULANPermaslahan Sektoral Permaslahan Sektoral

Fenomena;

Terjadi Kesenjangan Pertumbuhan Antara Sektor Pertanian Dengan Sektor Industri

Dilatar Belakangi Oleh:

1) Tujuan Polotik : Mengejar Simbul-Simbul Pertumbuhan Ekonomi

- Memerlukan keberpihakan terhadap kaum kapitalis,

keberpihakan tersebut melalui :

Proteksi

(Rezim Proteksionisme Industry)

Subsidi

Dampaknya :

Dualisme Sektoral antara industri manufaktur dgn pertanian

Kurangnya Keterkaitan Antar Sektoral (Forward Langkage &

Backward Langkage)