2
Kebijakan Sertifikasi Benih Tanaman Dikirim oleh humas3 pada 13 Februari 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 4497 Dr. Bambang Sudjito Kebijakan sertifikasi benih tanaman yang ditunjang dengan peraturan perundang-undangan terdapat kecenderungan belum berpihak pada petani dan kebalikannya berpihak pada pelaku usaha. Dampaknya, merugikan petani sebagai konsumen dalam memperoleh dan memanfaatkan benih tanaman bermutu, bersertifikat, dan berlabel. Demikian disampaikan Bambang Sudjito pada Ujian Disertasi Terbukanya, Rabu (6/2), di auditorium lantai VI. Bentuk keberpihakan ini antara lain pada pertanggungjawaban pelaku usaha kea rah sanksi administratif daripada sanksi pidana. Sehingga dengan sanksi yang ringan ini berpotensi merugikan petani sebagai konsumen benih tanaman. Idealnya, menurut Bambang, perlu perumusan norma tindak pidana dalam RUU tentang Perubahan Sistem Budidaya Tanaman, yakni melakukan sertifikasi tanpa izin, tanpa melalui sertifikasi yang diharuskan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian tidak memenuhi dan/atau tidak sesuai Standar Nasional Indonesia, tidak memenuhi penetapan standar bahan baku dan/atau barang hasil industri, tidak memenuhi standar serta ketentuan peraturan perundang-undangan dan kecuali produksi dan atau peredaran benih tanaman yang dilakukan petani dan atau kelompok petani berdasrkan pengetahuan tradisional dan atau kearifan local dalam kerangka budidaya tanaman pangan berkelanjutan. Hal ini sangat disayangkan, karena secara yuridis ketentuan pidana terkait sertifikasi benih tanaman tersebar dalam peraturan perundang-undangan. Diantaranya yaitu UU tentang Sistem Budidaya Tanaman, PP tentang Standarisasi Nasional, UU tentang Perindustrian, dan UU tentang Perlindungan Konsumen. Dosen Fakultas Hukum ini lulus dengan predikat sangat memuaskan. Sebagai promoter Prof. Dr. Koesno Adi, SH.MS sedangkan ko promotor Dr. Sarwini, SH.MS dan Dr. Racmad Syafa'at, SH.MSi. [ai] Artikel terkait

Kebijakan Sertifikasi Benih Tanaman · Kebijakan Sertifikasi Benih Tanaman Dikirim oleh humas3 pada 13 Februari 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 4490 Dr. Bambang Sudjito Kebijakan

  • Upload
    lamtruc

  • View
    232

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Kebijakan Sertifikasi Benih Tanaman

Dikirim oleh humas3 pada 13 Februari 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 4497

Dr. Bambang Sudjito

Kebijakan sertifikasi benih tanaman yang ditunjang dengan peraturan perundang-undangan terdapat kecenderungan belum berpihak pada petani dan kebalikannya berpihak pada pelaku usaha.  Dampaknya, merugikan petani sebagai konsumen  dalam memperoleh dan memanfaatkan benih tanaman bermutu, bersertifikat, dan berlabel. Demikian disampaikan Bambang Sudjito pada Ujian Disertasi Terbukanya, Rabu (6/2), di auditorium lantai VI.  

Bentuk keberpihakan ini antara lain pada pertanggungjawaban pelaku usaha kea rah sanksi administratif daripada sanksi pidana. Sehingga dengan sanksi yang ringan ini berpotensi merugikan petani sebagai konsumen benih tanaman.

Idealnya, menurut Bambang, perlu perumusan norma tindak pidana dalam RUU tentang Perubahan Sistem Budidaya Tanaman, yakni melakukan sertifikasi tanpa izin, tanpa melalui sertifikasi yang diharuskan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian tidak memenuhi dan/atau tidak sesuai Standar Nasional Indonesia, tidak memenuhi penetapan standar bahan baku dan/atau barang hasil industri, tidak memenuhi standar serta ketentuan peraturan perundang-undangan dan kecuali produksi dan atau peredaran benih tanaman yang dilakukan petani dan atau kelompok petani berdasrkan pengetahuan tradisional dan atau kearifan local dalam kerangka budidaya tanaman pangan berkelanjutan.

Hal ini sangat disayangkan, karena secara yuridis ketentuan pidana terkait sertifikasi  benih tanaman tersebar dalam peraturan perundang-undangan. Diantaranya yaitu UU tentang Sistem Budidaya Tanaman, PP tentang Standarisasi Nasional, UU tentang Perindustrian, dan UU tentang Perlindungan Konsumen.

Dosen Fakultas Hukum ini lulus dengan predikat sangat memuaskan.  Sebagai promoter Prof. Dr. Koesno Adi, SH.MS sedangkan ko promotor Dr. Sarwini, SH.MS dan Dr. Racmad Syafa'at, SH.MSi. [ai]

Artikel terkait