41
METODOLOGI PENELITIAN ADMINISTRASI TUGAS PERBAIKAN TESIS BAB I, II DAN III “IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN GRATIS DAERAH DI PUSKESMAS SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN DOSEN DR. Dadang H. Purnama, M.Hum OLEH HERRY APRIANSYAH, S. STP PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS SOSIAL DAN IMU POLITIK

kebijkan publik

  • Upload
    herryxd

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah map

Citation preview

METODOLOGI PENELITIAN ADMINISTRASI

TUGAS PERBAIKAN TESIS BAB I, II DAN III IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN GRATIS DAERAH DI PUSKESMAS SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN DOSENDR. Dadang H. Purnama, M.HumOLEHHERRY APRIANSYAH, S. STP

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIKFAKULTAS SOSIAL DAN IMU POLITIKUNIVERSITAS SRIWIJAYA2015IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN GRATIS DAERAH DI PUSKESMAS SUMBANG KECAMATAN CURIO KABUPATEN ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seluruh kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara yaitu dalam berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat. Dengan kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu harus atau perlu adanya suatu pelayanan.

Pemerintah merupakan suatu kelembagaan atau organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan adalah proses berlangsungnya kegiatan atau perbuatan pemerintah dalam mengatur kekuasaan suatu Negara. Penguasa dalam hal ini pemerintah yang menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan penyelenggaraan kepentingan umum, yang di jalankan oleh penguasa administrasi Negara yang harus mempunyai wewenang. Pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jika masyarakat sudah mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang baik,maka masyarakat juga akan menjalankan kewajibannya dengan penuh kesadaran.

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah puskesmas.

Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap individu dan semua warga Negara berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Program jaminan sosial pada dasarnya adalah sebuah program untuk mewujudkan kesejahteraan melalui pendekatan sistem, dimana negara dan masyarakat secara bersama-sama ikut bertanggung jawab dalam penyelenggaraannya.

Konstitusi Negara yaitu Undang-Undang Dasar 1945 terutama pada Pasal 28 (ayat 3) dan Pasal 34 (ayat 2) mengamanatkan bahwa Jaminan Sosial adalah hak setiap warga negara dan Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu.

Munculnya permasalah permasalahan di bidang kesehatan ditandai dengan adanya transisi kesehatan misalnya transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemoligi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi perilaku misalnya dengan pemikiran yang beralih dari tradisional ke modern yang cenderung beresiko. Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.

Adanya transisi ini serta akibat terjadinya globalisasi ekonomi, maka jumlah jenis penyakit meningkat dan terjadi perubahan jenis penyakit yang diderita masyarakat sehingga biaya pelayanan kesehatan yang ditanggung masyarakat semakin besar, mahal dan banyak masyarakat yang masih kurang mampu untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah mengeluarkan Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial yang mengatur bagaiman pemerintah berkewajiban untuk member jaminan sosial kepada seluruh penduduk Indonesia baik berupa jaminan biaya pelayanan kesehatan,tunjangan hari tua dan sebagainya.

Pemerintah provinsi Sulawesi selatan berupaya dengan jalan memberikan keringanan kepada penduduk di Sulawesi Selatan dalam hal biaya mengatasi masalah kesehatannya dengan melakukan pembebasan biaya pelayanan kesehatan dasar sampai rawat inap kelas III di semua unit pelayanan kesehatan pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Melalui kebijakan ini maka di harapkan tidak ada lagi masyarakat di Sulawesi Selatan yang tidak dapat mengatasi masalah kesehatannya karena alasan ekonomi atau tidak memiliki biaya.

Masih banyak masyarakat miskin yang tidak dapat menyentuh pelayanan kesehatan gratis dan bahkan mereka juga tidak mampu membayar biaya untuk berobat ke Puskesmas. Pelayanan Kesehatan Bersubsidi yang dikenal dengan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Jaminan pelayanan kesehatan bersubsidi ini hanya menanggung pelayanan dasar dan obat generik selebihnya masyarakat harus membayar biaya lain yang tidak ditanggung oleh jaminan kesehatan bersubsidi ini sehingga membuat masyarakat utamanya masyarakat miskin dan kurang mampu sulit untuk membiayai biaya berobat baik untuk berobat di Puskesmas apalagi untuk rujukan ke Rumah Sakit. Kebijakan kesehatan bersubsidi di Kabupaten Enrekang bagian dari visi dan misi Gubernur Sulawesi Selatan yaitu meningkatkan kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar masyarakat. Alokasi anggaran pelayanan kesehatan bersubsidi ini diperoleh dari 40% APBD Provinsi dan 60% APBD Kabupaten.

Realitas pelaksanaan pelayanan Jamkesda tergambar jelas dengan adanya perbedaan profesionalitas para aparatur terhadap pelayanan antara pengguna jamkesda dengan pengguna jasa kesehatan lainnya misalnya kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamkesda yang membuat masyarakat sulit mendapatkan kartu jamkesda, proses pelayanan yang lama dibandingkan dengan pengguna jasa pelayanan kesehatan lainnya hingga hal ini cenderung menyulitkan masyarakat. Selain profesionalitas dari petugas yang kurang baik terdapat petugas informasi yang kurang ramah, kenyamanan ruang tunggu minim dan harga obat yang mahal membuat masyarakat kesulitan dan tidak mau berobat ke Puskesmas. Sehingga membuat masyarakat lebih cenderung atau senang untuk berobat ke Mantri atau Dukun2.

Menjamin akses penduduk Sulawesi Selatan terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 13 tahun 2008, maka sejak awal agenda 101 hari pemerintahan Provinsi Sulawesi Selatan berupaya untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan program pelayanan kesehatan Gratis. Program ini diselenggarakan oleh pemerintah Daerah provinsi Sulawesi Selatan.

Pemberian pelayanan kesehatan dasar yang diberikan pada masyarakat itu, diberlakukan pada 13 puskesmas dan rumah sakit pemerintah kabupaten Enrekang. Sementara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis khususnya masyarakat miskin persyaratan yang harus dibawa yaitu kartu Jamkesmas atau kartu Akses, dan apabila tidak memiliki kedua kartu itu,maka akan terdaftar dengan program Jamkesda dengan persyaratan foto copy KTP dan Kartu Keluarga.

Dalam hal meningkatkan pemberian pelayanan kepada masyarakat, pemerintah kabupaten Enrekang dari 13 puskesmas yang tersebar di 12 Kecamatan, beberapa diantaranya telah memberikan pelayanan rawat inap, sekaligus unit gawat darurat 24 jam. Salah satunya Puskesmas Sumbang.

Namun terkait dengan banyaknya keluhan tentang kasus yang tidak terlayani, Kepala Dinas Kesehatan mangatakan ada beberapa jenis pelayanan yang tidak ditanggung di antaranya operasi jantung, ct scan, cuci darah, bedah syaraf, bedah plastic, dan penyakit kelamin .

Kegiatan pelaksanaan program kesehatan gratis di Puskesmas Sumbang ada beberapa kondisi faktual yang dapat ditemui dilapangan yakni belum sepenuhnya masyarakat mengetahui adanya program dan prosedur kesehatan gratis yang bergulir di masyarakat dengan kata lain jika tidak disosialisasikan dengan luas maka tujuan dari program ini dapat sesegera mungkin di capai. Permasalahan lain yang muncul adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menciptakan pola hidup sehat disamping kurangnya sosialisasi atau penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh pegawai setempat.

I.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian

yang di rumuskan dalam bentuk :

1. Bagaimana implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang ?

2. Faktor faktor apakah yang mempengaruhi Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang ?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi program jaminan kesehatan gratis daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang

2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi implementasi program jaminan kesehatan gratis daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang

I.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan untuk di gunakan sebagai berikut :a. Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini di harapakan berguna sebagai suatu karya ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sabagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupun pihak lain yang tertarik dalam bidang penelitian yang sama.

b. Praktis

Secara praktis, diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan positif bagi pihak pemerintah daerah Enrekang dalam pengambilan keputusan yang berhubungan

dengan implementasi program jaminan kesehatan gratis daerah dan masukan bagi pihak puskesmas sumbang untuk meningkatkan peran dan kualitas kepada masyarakat dalam pelaksanaan program kesehatan gratis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Pengertian Implementasi

Implementasi sebagai suatu konsep tindak lanjut pelaksanaan kegiatan cukup menarik untuk dikaji oleh cabang cabang ilmu. Hal ini semakin mendorong perkembangan konsep implementasi itu sendiri, disamping itu juga menyadari bahwa dalam mempelajari implementasi sebagai suatu konsep akan dapat memberikan kemajuan dalam upaya-upaya pencapaian tujuan yang telah diputuskan.

Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan. Kebijakan biasanya berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah. Apabila program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus dilakukan oleh para mobiliastor atau para aparat yang berkepentingan. Suatu Kebijakan yang telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.

Menurut Syukur Abdullah (1988;398) bahwa pengertian dan unsur unsur pokok dalam proses implementasi sebagai berikut :

1. Proses implementasi kebijakan ialah rangkaian kegiatan tindak lanjut yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah langkah yang strategis maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan, guna mencapai sasaran yang ditetapkan semula.

2. Proses implementasi dalam kenyataanya yang sesunguhnya

dapat berhasil, kurang berhasil ataupun gagal sama sekali ditinjau dari hasil yang dicapai outcomes unsure yang pengaruhnya dapat bersifat mendukung atau menghambat sasarn program.

3. Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak yaitu :

a. Implementasi program atau kebijaksanaan tidak mungkin dilaksanakan dalam ruang hampa. Oleh karena itu faktor lingkungan (fisik, sosial budaya dan politik) akanmempengaruhi proses implementasi program program pembangunan pada umumnya.b. Target groups yaitu kelompok yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat program tersebut.

c. Adanya program kebijaksanaan yang dilaksanakan.

d. Unsur pelaksanaan atau implementer, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawaasan implementasi tersebut.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan Politik. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves dalam bukunya Solichin Abdul Wahab (2008;187), yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup a process of moving toward a policy objective by means of administrative and political steps (Cleavs, 1980). Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan public diwujudkan sebagai outcome hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah

Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan public disebut policy delivery system (system penyampaian/penerusan kebijakan publik) yang biasanya terdiri dari cara-cara sarana -sarana tertentu yang dirancang atau didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

Menurut Daniel Maxmanian dan paul Sabatier (1983;61) sebagaimana dikutip dalam buku Leo Agustino (2006;139), bahwa :Implementasi kebijkan adalah pelaksanaan keputusan kebijkasanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan lazimnya, keputusan tersebut mengindentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya

Sedangkan, Van Meter da n Van Horn (1975), mendefinisikan implementasi kebijakan, sebagai :

Tindakan tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan

Tindakan tindakan yang dimaksud mencakup usaha usaha untuk mengubah keputusan keputusan menjadi tindakan tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha usaha untuk mencapai perubahn perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan keputusan.

Menurut van meter dan van horn ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan tipologi kebijakan kebijakan publik yakni : pertama, kemungkinan implementasi yang efektif aka bergantung sebagian pada tipe kebijakan yang dipertimbangkan. Kedua, faktor faktor tertentu yang mendorong realisasi atau non realisasi tujuan tujuan program akan berbeda dari tipe kebijakan yang satu dangan tipe kebijakan yang lain. Suatu im implementasi akan sangat berhasil bila perubahan marginal diperlukan dan consensus tujuan adalah tinggi. Sebaliknya bila perubahan besar ditetapkan dan consensus tujuan rendah maka prospek implementasi yang efektif akan sangat diragukan. Disamping itu kebijakan kebijakan perubahan besar/konsensus tinggi diharapkan akan diimplementasikan lebih efektif daripada kebijakan kebijakan yang mempunyai perubahan kecil dan konsensus rendah. Dengan demikian consensus tujuan akan diharapkan pula mempunyai dampak yang besar pada proses implementasi kebijakan daripada unsure perubahan. Dengan saran saran atau hipotesis-hipotesis seperti ini akan mengalihkan perhatian kepada penyelidikan terhadap faktor faktor atau variabel variable yang tercakup dalam proses implementasi menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji.

Ada 6 variabel, menurut Van Metter dan Van Horn, yang mempengaruhi kinerja kebijkan publik , yaitu :

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijkan memang realistis dengan sosio-kultur yang mangada di level pelaksana kebijakan.ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk di laksanakan dilevel warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan berhasil.

2. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Tahap tahap tertentu dari keseluruhan proses implementasi menurut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang didisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara apolitik. Tetapi ketika kompetensi dan kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu nihil, maka sangat sulit untuk diharapkan.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga ialah sumberdaya financial dan sumberdaya waktu.karena mau tidak mau ketika sumberdaya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia,maka memang terjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yuang hendak dituju oleh tujuan kebijkan publik tersebut,demikian halnya dengan sumberdaya waktu, saat sumberdaya manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan dengan baik,tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijkaan.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi nonforrmal yang akan terlibat pengimplementasian kebijkan publik.hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijkan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Misalnya implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk merubah perilaku atau tingkalaku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hokum. Sedangkan bila kebijkan publik itu tidak terlalu merubah perilkau dasar manusia maka dapat dapat saja agen pelaksana yang diturunkan sekeras dan tidak setegas pada gambran yang pertama. Selain itu cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menetukan agen pelaksana.maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

Van Meter dan Van Horn mengetegahkan beberapa unsure yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan:

1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan.

2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan keputusan sub unit dan proses proses dalam badan badan pelaksana.

3) Sumber sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan diantara anggota anggota legis;atif dan eksekutif)

4) Vitalitas suatu organisasi.

5) Tingkat komunikasi-komunikasi terbuka, yang didefinisikan sebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertical secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu individu diluat organisasi.

6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan pembuat keputusan atau pelaksana keputusan.

4. Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja impelementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakn yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yanjg mengenal betul persolan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementor laksanakan adalah kebijkan dari atas (top down) yang sangat mungkin para pengambil keputusannya tidak mengetahui (bahkan tidka mampu menyentuh) kebutuhan,keinginan,atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

5. Komunikasi antar organisasi dan aktivis pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijkan publik.semakin baik koordiansi komunikasi diantara pihak pihak yang terlibat dalamk suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan ekonomi,social,dan politik

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijkan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan social ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja imlementasi kebijakan. Kerana itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijkan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external. Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengaruhi karakter badan badan pelaksana, kecenderungan-kecenderungan para pelaksana dan pencapaian itu sendiri .kondisi kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam mendukung struktur struktur, vitalitas dan keahlian yang ada dalam badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik yang dimilki.kondisi lingkungan juga akan berpengaruh pada kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat dan para warganegara swasta serta kelompok kelompok kepompok kepentingan dimobilsir u tuk mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak program tersebut. Lebih lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa kondisi kondisi lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana suatu kebijakan tanpa mengubah pilihan pilihan pribadi mereka tentang kebijakan itu. akhirnya,variable variable lingkungan ini dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian pemberian pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan para pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga mempunyai pengaruh terhadap implementasi program .

Bila variable lingkungan sosial, ekonomi dan politik mempengaruhi implementasi kebijakan maka hal ini juga berlaku untuk variable variable lainnya. Implementasi suatu program merupakan suatu yang kompleks, dikarenakan banyaknya faktor yang saling berpengaruh dalam sebuah sistem yang tak lepas dari faktor lingkungan yang cenderung selalu berubah.

Proses implementasi dalam kenyataannya dapat berhasil, ditinjau dari wujud hasil yang dicapai (outcome). Karena dalam proses tersebut terlibat berbagai unsur yang dapat bersifat mendukung maupun menghambat pancapaian sasaran program. Jadi untuk mengetahui keberhasilan program adalah dengan membandingkan antara hasil dengan pencapaian target program tersebut.

Donald P.Warwick dalam bukunya Syukur Abdullah, (1988;17) mengatakan bahwa dalam tahap implementasi program terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu faktor pendorong (Facilitating conditions), dan faktor penghambat (Impending conditions).1. Faktor Pendorong (Facilitating Conditions)

Yang termasuk kondisi kondisi atau faktor pendorong adalah :

a. Komitmen pimpinan politik

Dalam prakteknya komitmen dari pimpinan pemerintah sangat diperlukan karena pada hakikatnya tercakup dalam pimpinan politik yang berkuasa.

b. Kemampuan organisasi

Dalam tahap implementasi program pada hakikatnya dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas tugas yang seharusnya, seperti yang telah ditetapkan atau di bebankan pada salah satu unit organisasi. Kemampuan

organisasi (organization capacity) terdiri dari 2 unsur pokok

yaitu :

1) Kemampuan teknis

2) Kemampuan dalam menjalin hubungan dengan organisasi lain.

c. Komitmen para pelaksana (implementer)

Salah satu asumsi yang seringkali keliru adalah jika pimpinan telah siap untuk bergerak maka bawahan akan segera ikut untuk mengerjakan dan melaksanakan sebuah kebijkasanaan yang telah disetujui amat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh faktor faktor budaya, psikologis, dan birokratisme.

d. Dukungan dari kelompok pelaksana

Pelaksanaan program dan proyek sering lebih berhasil apabila mendapat dukungan dari kelompok kelompok kepentingan dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan program program tersebut.

2. Faktor Penghambat (Impending Conditions)

Yang termasuk kondisi kondisi atau faktor faktor penghambat terdiri dari :

a. Banyaknya pemain (aktor) yang terlibat.

Makin banyak pihak yang harus terlibat dalam mempengaruhi pelaksanaan program, karena komunikasi akan semakin rumit dalam pengambilan keputusan karena rumitnya komunikasi maka makin besar kemungkinan terjadinya hambatan dalam proses pelaksanaan.

b. Terdapatnya komitmen atau loyalitas ganda.

Dalam banyak kasus, pihak pihak yang terlibat dalam menentukan sutau program, telah menyetujui suatu program tetapi dalam pelaksanaanya masih mengalami penundaan karena adanya komitmen terhadap program lain.

c. Kerumitan yang melekat pada program itu sendiri.

Sering sebuah program mengalami kesulitan dalam pelaksanaanya karena sifat hakiki dari program itu sendiri. Hambatan yang ,melekat dapat berupa faktor teknis, faktor ekonomi, dan faktor perilaku pelaksana maupun masyarakat.

d. Jenjang pengambilan keputusan yang terlalu banyak.

Makin banyak jenjang dan tempat pengambilan keputusan yang persetujuannya diperlukan sebelum rencana program dilakukan berarti makin banyak dibutuhkan untuk persiapan pelaksanaan program .

II.2 Pengertian Program

Secara umum pengertian program adalah penjabaran dari suatu rencana. Dalam hal ini program merupakan bagian dari dari perencanaan. Sering pula diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan suatu kegiatan. Untuk lebih memahami mengenai pengertian program, berikut ini akan dikemukakan beberapa defenisi oleh para ahli :

Pariata Westra dkk (1989;236) yang mengatakan bahwa:

program adalah rumusan yang memuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara cara pelaksanaanya

Hal yang sama dikemukakan oleh Sutomo Kayatomo (1985;162 Yang mengatakan bahwa:

program adalah rangkaian aktifitas yang mempunyai saat permulaan Yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan

Menurut Manullang (1987;1) yang mengatakan bahwa

sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula dikatakan sebagai gabungan dari poltik, prosedur, dan anggaran, yang di maksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu yang akan dating

S.P. Siagian (1986:124) mengatakan bahwa :

penyusunan program kerja adalah penjabaran suatu rencana yang telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga program kerja itu memiliki cirri cirri operasional tertentu

Dengan penjabaran yang tepat terlihat dengan jelas paling sedikit 5 hal yaitu :

1. Berbagai sasaran konkrit yang hendak dicapai.

2. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta identifikasi sumbernya.

4. Jenis jenis kegiatan operasional yang akan dilaksanakan.

5. Tenaga kerja yang dibutuhkan, baik ditinjau dari sudut kualifikasinya maupun ditinjau dari segi jumlahnya.

Suatu program yang baik menurut Bintoro Tjokromidjojo (1987;181)

harus memiliki cirri cirri sebagai berikut :

1. Tujuan yang dirumuskan secara jelas.

2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Suatu kerangka kebijkasanaan yang konsisten atau proyek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan program seefktif mungkin.

4. Pengukuran ongkos ongkos yang diperkirakan dan keuntungan keuntungan yang diharapakan akan dihasilkan program tersebut.

5. Hubungan dengan kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program pembangunan lainnya. Suatu program tidak dapat berdiri sendiri.

6. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk penyediaan tenaga, pembiayaan, dan lain lain untuk melaksanakan program tersebut. Dengan demikian dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui partisipasi dari masyarakat.

Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa di dalam proses pelaksanaan suatu program sekurang kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak ada menurut Syukur Abdullah (1987) antara lain sebagai berikut :1) Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

2) Target group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan.

3) Unsur pelaksana (implementer) baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari

beberapa tahap, yaitu :

1) Merancang (design) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu.

2) Melaksanakan (aplication) program dengan mendayagunakan struktur struktur dan personalia, dana serta sumber sumber lainnya, prosedur dan metode yang tepat.

3) Membangun system penjadwalan, monitoring dan sarana sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa suatu program diimplementasikan, terlebih dahulu harus diketahui secara jelas mengenai uraian pekerjaan yang dilakukan secara sistematis, tata cara pelaksanaan, jumlah anggaran yang dibutuhkan dan kapan waktu pelaksanaannya agar program yang direncanakan dapat mencapai target yang sesuai dengan keinginan.

III.3 Konsep kesehatan gratis

II.3.1 Pengertian kesehatan

Istilah kesehatan dalam kehidupan sehari hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraanya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokter pun mangatakan bahwa pasiennya sehat manakala hasil pemeriksaan yang dilakukan seluruh tubuh pasiennya berfungsi secara normal. ). Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan Menurut Depkes RI

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hnaya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemmapuan atau ketidak mampuan manusia beradaptasi engan lingkungan baik secara biologis, psokologis maupun sosio budaya.

UU No.23 Tahun1992 tentang kesehatan gratis menyatakan bahwa :

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai salah satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur unsur fisik, mental dan social yang didalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

II.3.3 Proram Jaminan kesehatan Daerah

Program JAMKESDA adalah program untuk masyarakat miskin diluar kuota Jamkesmas yang biaya pelayanan kesehatannya dijamin oleh Pemda. Saat ini RS sudah bekerja sama dengan beberapa Pemda, untuk melayani masyarakatnya dalam pelayanan kesehatan. Pada hakekatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Tujuan dari program tersebut diatas adalah untuk meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Jaminan Kesehatan Bersubsidi atau Jamkesda Pelayanan kesehatan kesehatan bersubsidi atau Jamkesda dasar pada dinas kesehatan, adalah semua Puskesmas dan jaringannya yang tidak dipungut biaya, dan obat yang diberikan menggunakan obat generik.

Tujuan pelaksanaan pelayanan kesehatan bersubsidi adalah:

a. Membantu dan meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.

b. Meningkatkan cakupan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit milik Pemerintah dan pemerintah daerah

c. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

d. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

e. Terselenggaranya pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat dengan pola jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat.

II.3.4 Jenis pelayanan Kesehatan Gratis di Puskesmas dan Jaringannya

Pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk kota di puskesmas dan jaringannya dibebaskan dari biaya pelayanan meliputi :

1. Kegiatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yang dilaksanakan dalam gedung meliputi pelayanan : 1) Pendaftaran

2) Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan

3) Pelayanan pengobatan dasar, umum dan gigi

4) Tindakan medis sederhana

5) Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pemerikasaan ibu hamil dan ibu Nifas (memanfaatkan jampersal)

6) Imunisasi

7) Pelayanan KB

8) Pelayanan laboratorium sederhana dan penunjang lainnya

2. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada puskesmas perawatan, maliputi pelayanan :

1) Pelayanan perawatan pasien

2) Persalinan normal dan perawatan nifas (memanfaatkan jampersal)

3) Tindakan medis yang dibutuhkan

4) Pemberiaan obat-obatan formularium (generik)

5) Pemerikasaan laboratorium dan penunjang medis lainnya

6) Perawatan perbaikan gizi buruk.

3. Pelayanan gawat darurat (emergency) merupakan bagian kegiatan puskesmas termasuk penanganan Obstetri-Neonatal

4. Pelayanan kesehatan luar gedung yang dilaksanakan oleh puskesmas dan jaringannya, maliputi kegiatan :

1) Pelayanan rawat jalan melalui puskesmas keliling roda-4, pusling perairan maupun roda-2 2) Pelayanan kesehatan di posyandu,polindes/Poskesdes dan Poskestren

3) Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah bagi pasien pasca rawat inap (home care)

4) Penyuluhan kesehatan

5) Imunisasi

6) Pelayanan ibu hamil melalui berbagai kegiatan/program

7) Pelayanan Nifas

8) Surveilans penyakit dan Surveilans gizi

9) Kegiatan sweeping

10) Fogging (pengasapan), pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

11) Pelayanan kesehatan lainnya yang ,menjadi tugas dan fungsi puskesmas.

II.3.5 Dasar Hukum Kesehatan Gratis

Beberapa dasar hokum yang melatarbelakangi pelaksanaan program kesehatan gratis di Sulawesi Selatan, antara lain :

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

3. Peraturan Daerah Provinsi Sulsel Nomor 2 Tahun 2009 tentang kerja sama penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis.

4. Pergub SulSel Nomor 13 Tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan Kesehatan Gratis di Provinsi Sulsel.

5. Perda no 2 Tahun 2009 tentang pelaksanaan kesehatan gratis.

II.3.6 Sasaran Kesehatan Gratis

Sasaran program pelayanan kesehatan Gratis Menurut pegub Sulsel no 13 Taahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan program Pelayanan Kesehatan Gratis di Provinsi Sulsel pada Bab II tujuan dan sasaran bagian kedua sasaran pasal 4 adalah seluruh penduduk Sulawesi Selatan yang mempunyai identitas (KTP/Kartu Keluarga), tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Sasaran atau peserta yang akan mendapatkan layanan kesehatan gratis melalui pembagian kartu anggota dilakukan melalui pendataan sasaran, registrasi peserta, dna penetapan oleh Bupati atau Walikota. Pendataan sasaran dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat Desa/Kelurahan yang dilakukan oleh tim Desa/Kelurahan selanjutnya dilaporkan ke tingkat kecamatan, untuk dilakukan rekapitulasi (pasal 10 Pergub Nomor 13 Tahun 2008)

II.3.7 Tujuan kesehatan gratis

Program kesehatan gratis yang di laksanakan oleh pemerintah provinsi Sulsel yang bertujuan untuk meningkatkan akses guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan meningkatkan kulaitas dan pemerataan untuk mendapatkan pelayanan yang meringankan beban penduduk dalam pembiayaan (pasal 3 perda Nomor 2 Tahun 2009).Tujuan pelayanan kesehatan gratis juga diperkuat lagi dalam pasal 2 dan pasal 3 Pergub Nomor 13 Tahun 2008 sebagai bentuk peraturan pelaksanaan, yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelaksanaan kesehatn gratis adalah meningkatkan akses pemerataan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh penduduk Sulawesi selatan guna tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

II.3.8 Komponen Kesehatan Gratis Tiap Puskesmas

Komponen yang dibiayai kesehatan gratis pemerintah Sulawesi selatan adalah Jamninan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Untuk mengoptimalkan program tersebut, pemerintah menyipakan dana sebesa Rp 7,4 triliun. Anggaran sebesar itu di peruntukkan bagi 825,79 ribu warga miskin yang ada di Sulsel yang tersebar di 23 kabupaten/ kota di Sulsel. Dinas keseahatan Sulawesi selatan menargetkan sebanyak 4.298.100 masyrakat di Sulawesi selatan masuk dalam daftar kesehatan gratis.

Sumber dana berasal dari bantuan keunagan pemerintah provinsi Sulawesi selatan (APBD 1) dan kabupaten//kota melalui APBD II. Bantuan tersebut melalui program pelayanan kesehatan gratis , kemudian pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengalokasikan dana bantuan tersebut kepada pemerintah kabupaten/kota melalui rekening/kas daerah masing masing kabupaten//kota.

Dana untuk pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan jaringannya disalurkan langsung dari kas daerah pemerintah kabupaten/kota ke puskesmas melalui Dinas Keseahatan pada rekening masing masing PPK. Penyaluran dana tersebut dilakukan secara bertahap (periode triwulan).

II.3.9 Mekanisme Pendataan (Alur pendataan Masyarakat yang mendapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis)

A. Mekanisme Pendataan

1. Pendataan sasaran dilaksanakan mulai ditingkat desa/ kelurahan yang dilakukan oleh Tim Desa/ Kelurahan dengan menggunakan format yang telah disediakan.

Tim tersebut terdiri dari unsur unsur sebagai : Aparat desa/kelurahan (sekretaris), petugas Kesehatan, PKK, BKKBN dan Kader Kesehatan.

2. Tim Desa/Kelurahan akan berkunjung dari rumah ke rumah untuk mengidentifikasi masyarakat yang belum terjangkau olej jaminan pemeliharaan kesehatan.

3. Hasil pendataan dilaporkan ke tingkat kecamatan untuk dilakukan rekapitulasi.

Tim kecamatan terdiri dari aparat kecamatan (sekcam), ka.Pusk,BKKBN dan PPK.

4. Tim kecamatan melaporkan hasil rekapitulasi ke tim penegndali kabupaten/ kota untuk dilakukan proses entry/input data kepesertaan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

5. Data peserta yang telah mengalami proses entry, selanjutnya dilakukan penetapan oleh Bupati /Walikota dalam bentuk surat keputusan,untuk menjadi database kepesertaan di Kabupaten/Kota.

6. Entry data setiap peserta meliputi antara lain :

a) Nomor register

b) Nama peserta

c) Jenis kelamin

d) Tempat dan tanggal lahi/ umur

e) Alamat

7. Data yang telah dientry tersebut selanjutnya dikirim ke provinsi melalui Tim Pengendali Provinsi dalam bentuk Soft Copy dan Hard copy selanjutnya diserahkan ke masing masing PPK yang telah ditunjuk dan bekerjasama dalam rangka pelaksanaan program pelayanan Kesehatan gratis.

8. Berdasarkan data kepesertaan dari masing masing kabupaten/kota, provinsi melakukan rekapitulasi jumlah peserta sebagai data base kepesertaan program pelayanan kesehatan gratis tingkat provinsi.

B. Mekanisme Pengadaan/ Penerbitan Kartu.

a) Data peserta yang telah dilaporkan oleh kabupaten/kota digunakan sebagai informasi pengadaan/penerbitan kartu.

b) Pengadaan kartu dilaksanakan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan cara bertahap, selanjutnya pengisian dan distribusi kartu dilakukan oleh Kabupaten/Kota. c) Kabupaten/kota melaporkan hasil pendistribusian kartu peserta kepada pemerintah provinsi untuk mengetahui presentasi realisasi distribusi kartu. d) Selama masa tarnsisi sampai diterbitkannya kartu peserta, masyarakat dapat menggunakan KTP/Kartu keluarga sebagai identitas penduduk Sulawesi Selatan. e) Kartu peserta berlaku antar kabupaten/ kota dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu melakukan wawancara mendalam, yang kemudian hasil wawancara diolah dan akan diperoleh data. Dalam menganalisis data dilakukan berdasarkan teori Van Meter dan Van Horn yaitu teori implementasi atau dengan menggunakan metode deduktif yang mengangkat permasalahan Internal dan External.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang berhubung puskesmas ini merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Enrekang dan mendapatkan program kesehatan gratis.

C. Tipe dan Dasar Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan yaitu tipe penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah masalah yang diteliti, mengidentifikasi dan menjelaskan data yang ada secara sistematis. Tipe deskriptif didasarkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat peneliti melakukan penelitian kemudian menganalisanya dan membandingkan dengan kenyataan yang ada dengan teori, dan selanjutnya menarik kesimpulan.

2. Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang dilakukan adalah survey yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis studi kasus tentang Implementasi Program kesehatan gratis dengan memilih data atau menentukan ruang lingkup tertentu sebagai sampel yang dianggap refresentatif.

D. Unit Analisis

Sehubungan dengan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, maka yang menjadi unit analisis adalah program kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Sumbang Kec Curio Enrekang. unit analisis ini didasarkan pada pertimbangan bagaimana implementasi program kesehatan gratis di kabupaten Enrekang sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk memberikan kesehatan berkualitas bagi seluruh masyarakat khususnya di Puskesmas Sumbang Enrekang.

E. Informan

Informan yang dimaksud dalam kegaitan penelitian ini adalah aparatur dan tokoh masyarakat yang menagani langsung atau terkait dalam penelitian ini. Teknik purposive sampling digunakan dalam penentuan jumlah informan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari :a. Dari pihak pemerintah, kepala puskesmas sumbang yang secara langsung menangani program kesehtan gratis ini

b. Tokoh masyarakat diluar target group

c. Aparat pemerintah daerah yang terkait

d. Dan dari target group, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dari program kesehatan gratis ini.

F. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kata kata dan tindakan para informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen dokumen yang mendukung pernyataan informan. Untuk memperoleh data data yang relavan dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data yang bersumber atau berasal dari informan yang berkaitan dengan variabel pelaksanaan program kesehatan gratis

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh dari laporan-laporan, dokumen dokumen, buku teks, yang ada baik pada instansi Puskesmas maupun pada perpustakaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dibahas.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Yaitu penulis melakukan kegiatan pengamatan secara langsung pada objek penelitian dengan cara non partisipasi artinya peneliti tidak ikut serta dalam proses kerja dan mencatat hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Wawancara mendalam (indepth interview)

Yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan informan yang dianggap mengetahui banyak tentang dan masalah penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil wawancara dari informan. Dalam melakukan anlisis data peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan.

2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan 33 transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan.

3. Uji Confirmability, Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.

Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution drawing/ verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatancatatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.