2
BAMBANG RIYANTO | KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN HIDROKLORI Copyright Bambang Riyanto [email protected] http://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/12/25/kebutuhan-pengembangan-industri-glukosamin-hi droklorida/ KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang telah dimasukkan dalam empat kondisi penyakit otot dan tulang yang dapat membebani hidup seseorang dan diprediksi akan menjadi penyebab utama distabilitas masyarakat dunia pada tahun 2020 (WHO 2007). Tantangan ini makin besar, terlebih dengan makin meningkatnya populasi lanjut usia seiring dengan majunya perekonomian dunia. Diet suplemen glukosamin dan kondroitin sulfat telah dianjurkan sebagai pilihan yang aman dan efektif. Food and Drug Administration (2004) menggolongkan glukosamin sebagai suplemen yang dapat membantu menurunkan risiko penyakit persendian, bahkan glukosamin telah terbukti dapat menstimulasi produksi tulang rawan dan menghambat kerja enzim yang dapat menghancurkan tulang rawan, selain membantu menghambat perubahan metabolisme tulang pada penderita osteoarthritis. Kebutuhan ini menurut laporan Global Industry Analysts (2011) akan mencapai US$ 9 billon pada tahun 2017. Suplemen glukosamin untuk penderita penyakit arthritis, biasanya diformulasikan dalam bentuk garam hidroklorida atau glukosamin sulfat dan dikombinasikan dengan kondroitin sulfat. Hidrolisis kimia telah dikembangkan dan menjadi fokus kajian utama dalam memproduksi glukosamin dengan cepat dan memiliki tingkat konsentrasi yang diandalkan. Secara kimiawi, glukosamin (2-amino-2-deoxyglucose, chitosamin) merupakan gula amino hasil proses hidrolisis chitin, dan ekstraksi chitin dalam banyak industri menggunakan tahapan proses kimia yang meliputi demineralisasi, deproteinisasi, dan dekolorisasi. Rotta Research Laboratorium (1987) melaporkan bahwa glukosamin sulfat telah berhasil dipreparasi melalui perendaman chitin dalam larutan asam sulfat, namun reaksi ini masih menghasilkan rendemen yang sangat kecil. Chen & Chiou (1999) berhasil meningkatkan kuantitas glukosamin dengan menggunakan ‘one-step hydrolisis’ untuk melepaskan gugus glukosamin dari chitin. Kondisi proses yang dilakukan meliputi penggunaan vaccum treatment dan pemasakan pada suhu 140ºC selama page 1 / 2

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN …anitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/BAMBANG RIYANTO... · dalam banyak industri menggunakan tahapan proses kimia yang

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN …anitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/BAMBANG RIYANTO... · dalam banyak industri menggunakan tahapan proses kimia yang

BAMBANG RIYANTO | KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA Copyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/12/25/kebutuhan-pengembangan-industri-glukosamin-hidroklorida/

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRIGLUKOSAMIN HIDROKLORIDA

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi yang telah dimasukkan dalam empatkondisi penyakit otot dan tulang yang dapat membebani hidup seseorang dandiprediksi akan menjadi penyebab utama distabilitas masyarakat dunia pada tahun2020 (WHO 2007). Tantangan ini makin besar, terlebih dengan makinmeningkatnya populasi lanjut usia seiring dengan majunya perekonomian dunia.

Diet suplemen glukosamin dan kondroitin sulfat telah dianjurkan sebagai pilihanyang aman dan efektif. Food and Drug Administration (2004) menggolongkanglukosamin sebagai suplemen yang dapat membantu menurunkan risiko penyakitpersendian, bahkan glukosamin telah terbukti dapat menstimulasi produksi tulangrawan dan menghambat kerja enzim yang dapat menghancurkan tulang rawan,selain membantu menghambat perubahan metabolisme tulang pada penderita osteoarthritis. Kebutuhan ini menurut laporan Global Industry Analysts (2011) akanmencapai US$ 9 billon pada tahun 2017.

Suplemen glukosamin untuk penderita penyakit arthritis, biasanya diformulasikandalam bentuk garam hidroklorida atau glukosamin sulfat dan dikombinasikandengan kondroitin sulfat. Hidrolisis kimia telah dikembangkan dan menjadi fokuskajian utama dalam memproduksi glukosamin dengan cepat dan memiliki tingkatkonsentrasi yang diandalkan. Secara kimiawi, glukosamin (2-amino-2-deoxyglucose,chitosamin) merupakan gula amino hasil proses hidrolisis chitin, dan ekstraksi chitindalam banyak industri menggunakan tahapan proses kimia yang meliputidemineralisasi, deproteinisasi, dan dekolorisasi. Rotta Research Laboratorium(1987) melaporkan bahwa glukosamin sulfat telah berhasil dipreparasi melaluiperendaman chitin dalam larutan asam sulfat, namun reaksi ini masihmenghasilkan rendemen yang sangat kecil. Chen & Chiou (1999) berhasilmeningkatkan kuantitas glukosamin dengan menggunakan ‘one-step hydrolisis’untuk melepaskan gugus glukosamin dari chitin. Kondisi proses yang dilakukanmeliputi penggunaan vaccum treatment dan pemasakan pada suhu 140ºC selama

page 1 / 2

Page 2: KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN …anitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/BAMBANG RIYANTO... · dalam banyak industri menggunakan tahapan proses kimia yang

BAMBANG RIYANTO | KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA Copyright Bambang Riyanto [email protected]://bambangriyanto.staff.ipb.ac.id/2010/12/25/kebutuhan-pengembangan-industri-glukosamin-hidroklorida/

60 menit. Melalui proses yang sama, Mojarrad et al. (2007) dalam preparasinyamembuat glukosamin hidroklorida terlebih dahulu baru kemudian ditambahkanpotasium sulfat.

Beberapa penelitian lainnya memiliki tingkat permasalahan yang berbeda,diantaranya rendemen yang dihasilkan sangat rendah (tingkat kemurnian ≤ 50%),proses hidrolisis yang sulit, karena menggunakan mikroorganisme sebagai sumberbahan baku, serta biaya produksi dalam skala industri yang mencapaiUS$200-US$300/kg. Tuntutan kebutuhan akan metode yang dapat menghasilkankondisi optimal masih sangat diperlukan, diantaranya adalah sumber bahan bakuyang berlimpah, proses hidrolisis dilakukan dengan mudah, biaya produksi yanglayak serta memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Selain itu, produksi glukosamindi Indonesia masih belum ada dan diimpor dari negara lain dengan harga yangtinggi.

 

Terima Kasih Atas Kerjasamanya : Wini Trilaksani, Norita Afridiana

 

 

page 2 / 2