17
BAB I PENDAHULUAN 1. PAKAN Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa bahan organik maupun anorganik, yang sebagian maupun seluruhnya dapat dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari 2 jenis yaitu pakan kasar dan konsentrat. Pakan kasar adalah bahan pakan yang beserat tinggi, yang termasuk pakan kasar adalah jerami, limbah perkebunan. . Pakan kasar ini berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang, dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi nutrien tinggi dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Biasanya mengandung serat kasar di bawah 18%. Ransum merupakan campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun dengan persentase sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. 2. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN TERNAK

Kecernaan in Vivo

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mengenai kecernaan in vivo pada ruminansia

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1. PAKAN

Pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak, berupa bahan organik maupun anorganik, yang sebagian maupun seluruhnya dapat dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri dari 2 jenis yaitu pakan kasar dan konsentrat. Pakan kasar adalah bahan pakan yang beserat tinggi, yang termasuk pakan kasar adalah jerami, limbah perkebunan. . Pakan kasar ini berfungsi menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang, dan mendorong keluarnya kelenjar pencernaan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi nutrien tinggi dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Biasanya mengandung serat kasar di bawah 18%. Ransum merupakan campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun dengan persentase sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam.2. CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN TERNAKPakan yang diberikan ternak sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan ternak untuk hidup pokok dan produksi. Kebutuhan zat gizi ternak tergantung pada besar dan kecepatan pertumbuhannya. Ternak ruminansia yang produksinya tinggi, membutuhkan zat gizi yang lebih banyak pula. Kemampuan mengkonsumsi bahan kering merupakan faktor pembatas untuk terpenuhinya zat nutrisi yang diperlukan oleh tubuh ternak. Konsumsi bahan kering domba atau kambing 5% dari bobot badannya.

3. CARA MENYUSUN RANSUMAda beberapa cara untuk menyusun ransum:1. Trial an error Method2. Pearson square3. Metode komputer

4. Kecernaan In vivoKecernaan adalah indikasi awal ketersediaan berbagai nutrisi yang terkandung dalam bahan pakan tertentu bagi ternak yang mengkonsumsinya. Kecernaan yang tinggi mencerminkan besarnya sumbangan nutrisi tertentu pada ternak, sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang mampu mensuplai nutrisi untuk hidup pokok maupun untuk tujuan produksi ternak. Metode evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, In sacco, In vivo. Metode evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentatif, dan hidrolisis. Dengan metode In vivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitroKecernaan pada ruminansia dapat ditentukan dengan menggunakan ternak secara langsung. Kecernaan pakan ditetapkan berdasarkan jumlah bahan pakan yang dimakan dikurangi jumlah tinja (feses) yang dikeluarkan, demikian juga dengan nutrien yang tercerna. Penetapan kecernaan secara in vivo dilakukan menggunakan metode koleksi total atau total collection yang dibagi menjadi tiga periode yaitu periode adaptasi kandang dan pakan, periode pendahuluan, dan periode koleksi data masing-masing selama tujuh hari sampai 14 hari. Periode adaptasi dan periode pendahuluan ada kalanya dijadikan satu sehingga tidak ada batasan yang nyata. Koleksi data meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul 8.00 sampai pukul 8.00 pada hari berikutnya (Ristianto, 2012). Pada feses terdapat bahan-bahan yang berasal dari tubuh ternak, yang berupa enzim atau kikisan dinding saluran pencernaan, selain nitrogen didalam feses terdapat lemak dan mineral metabolik yang terdapat bahan metabolik di dalam feses tersebut sehingga menyebabkan kecernaan yang ditetapkan lebih rendah (Ristianto, 2012).Beberapa faktor yang mempengaruhi daya cerna:1. Faktor Ternaka. Spesies ternak. Ternak ruminansia mempunyaikemampuan yang lebih besar dalam mencerna pakan yang berserat kasar tinggi dibanding ternak non ruminansia.b. Umur ternak. Ternak yang terlalu tua atau terlalu muda alat pencernaannya kurang sempurna sehingga kemampuannya dalam mencerna rendah. c. Keragaman antar individu ternak. Ternak dengan spesies, umur dan jenis kelamin yang sama kemungkinan menunjukan daya cerna yang berbeda terhadap suatu bahan pakan yang sama.2. Faktor Pakana. Komposisi kimia. Serat kasar dan protein mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap daya cerna. Meningkatnya kadar protein kasar dalam pakan akan meningkatnya kadar protein kasar dalam pakan akan meningkatkan daya cerna serat kasar, dan daya cerna serat kasar sangat berpengaruh terhadap daya cerna zat makanan lain. Serat kasar yang tidak dapat dicerna akan menghalangi aksi enzim yang mencerna nutrien.b. Bentuk fisik pakan. Butir-butiran yang digiling memberikan permukaan yang luas terhadap enzim pencernaan sehingga dapat meningkatkan daya cerna.c. Level pemberian pakan. Meningkatnya konsumsi pakan akan menyebabkan pakan lebih cepat meninggalkan saluran pencernaan sehingga memperkecil kemungkinan bagi mikroba dan enzim untuk mencerna pakan, akibatnya akan menurunkan daya cerna. Koefisien cerna tertinggi akan tercapai pada tingkat konsumsi 80-90% kemampuan konsumsi.

Kecernaan Bahan Kering (KcBK) :

Kecernaan Bahan Organik (KcBO) :

BAB IIMATERI PRAKTIKUMAlat: kandang metabolisPenampung urin / fesesTempat pakan dan tempat minumTimbangan pakanTimbangan ternak.OvenGelas ukurTanur

Bahan:Kambing/ dombaRansum : rumput lapangan/ rumput gajah dan konsentrat (60:40)

Perlakuan:T0: ransum dasar (PK 12%, TDN 60%)T1: ransum dasar +1% minyak jagungT2: ransum dasar +2% minyak jagungT3: ransum dasar +3% minyak jagung

Pelaksanaan: per periode 1 mingguPeriode 1 : kelas A,B,C dan D (kelompok 1-4)Periode 2: kelas B, C, D dan A (kelompok 5-8)Periode 3: Kelas C, D, A dan B (kelompok 9-12)Periode 4: kelas D, A, B dan C ( Kelompok 13-16) Materi yang diamati : pemberian, sisa pakan, feses dan urinJadwal pembagian kerja: senin- selasa adaptasi Kamis-mingu kolekting data (feses dan urin)

PerlakuanKelompokYang diamatiHari

T0/T1/T2/T31,5, Pemberian Senin - minggu

2,6, SisaSelasa - Senin

3,7, FesesKamis - selasa

4,8, UrinKamis - selasa

Koleksi Sampel FesesKoleksi sampel feses sesuai dengan petunjuk Harris (1970) yaitu dengan menggunakan koleksi total feses dalam satu hari (24 jam). Cara mengoleksi feses tersebut adalah : Feses diambil setiap kali ternak membuang feses dan dikumpulkan pada bak penampung. Feses segar tersebut disemprot dengan HCl . Pada akhir koleksi selama 24 jam, feses ditimbang untuk mengetahui berat totalnya. Feses diaduk sampai merata, kemudian diambil sampel sebesar 300 gram untuk kemudian dikering udarakan kemudian dikomposit sampai periode koleksi selesai. Selanjutnya diambil sampel untuk dianalisis kandungan BK dan BO.

Koleksi Sampel UrinPengambilan sampel urin dilakukan yaitu dengan menggunakan total koleksi urin dalam satu hari (24 jam) dan terpisah dengan feses. Cara mengoleksi urin tersebut adalah sebagai berikut : Tempat penampungan urin sebelumnya disi dengan HCl sebanyak kurang lebih 100 ml. Pada setiap akhir koleksi harian urin sebelumnya disi dengan HCl sedikit demi sedikit sampai pH urin di bawah 3. Urin yang sudah diencerkan tersebut diaduk dan diukur total volume urin harian, kemudian disaring dengan Glass wool untuk diambil sampel kira-kira 10 ml. Sub sampel yang diperoleh diberi label kode sapi, periode, hari, tanggal, dan bulan koleksi kemudian disimpan dalam lemari pendingin untuk dianalisis kandungan N-nya.1. PERHITUNGAN KEBUTUHAN TERNAK

BB Ternak= kgKebutuhan BK pakan= kg BK

Imbangan hijauan : konsentrat = 60:40Kebutuhan hijauan= kg BK

Kebutuhan konsentrat = .. kg BK

BS Hijauan= kg

BS Konsentrat= . kg

2. PERHITUNGAN ANALISIS BAHAN KERING PAKAN

a. Pakan kasar (Hijauan) : ..Tabel 1. Analisis BK pakan kasar Berat botol timbang (g)Berat sampel (g)Berat setelah dioven (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:KA pakan kasar=

BK pakan kasar = 100% - KA rata-rata =

b. Konsentrat Tabel 2. Analisis BK KonsentratBerat botol timbang (g)Berat sampel (g)Berat setelah dioven (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:KA Konsentrat

BK Konsentrat =

3. PERHITUNGAN ANALISIS BAHAN KERING SISA PAKAN dan FESES

A. Sisa Pakan : ..Tabel 3. Analisis BK sisa pakan Berat botol timbang (g)Berat sampel (g)Berat setelah dioven (g)

1

2

Rata-rata

KA sisa pakan

BK sisa pakan =

B. feses : ..Tabel 4. Analisis BK feses Berat botol timbang (g)Berat sampel (g)Berat setelah dioven (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:KA feses

BK feses = 4. PERHITUNGAN ANALISIS BAHAN ORANIK PAKAN

A. Pakan kasar (Hijauan) : ..Tabel 5. Analisis BO pakan kasar Berat Crucible porcelain (g)Berat sampel (g)Berat setelah tanur (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:abu pakan kasar

Abu rata-rata =

abu pakan kasar % BK = x Abu rata-rata =

BO pakan kasar = 100% - BK=

b. Konsentrat Tabel 1. Analisis BO Konsentrat Berat Crucible porcelain (g)Berat sampel (g)Berat setelah tanur (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:abu konsentrat

Abu rata-rata =

abu konsentrat % BK =

BO konsentrat =

c. Sisa pakan : ..Tabel 1. Analisis BO sisa pakan Berat Crucible porcelain (g)Berat sampel (g)Berat setelah tanur (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:abu sisa pakan=

Abu rata-rata =

abu sisa pakan % BK =

BO sisa pakan=

d. Feses Tabel 1. Analisis BO Feses Berat Crucible porcelain (g)Berat sampel (g)Berat setelah tanur (g)

1

2

Rata-rata

Rumus:abu feses =

Abu feses=abu feses % BK =

BO feses=

5. PERHITUNGAN KECERNAAN BAHAN KERING

6. PERHITUNGAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK