Upload
amaliaafitri
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Panjat tebing
Citation preview
Belaying
Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali memanjat disebut leader, sedangkan
orang kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjatan pertama disebut belayer. Leader
pemanjat pertama ini, memanjat dengan pengamanan dari orang kedua (belayer) dengan sistem
belaying yang terdiri dari tali dan runner (running belay). Runner atau running adalah pengaman
untuk mengurangi bahaya jatuh pada waktu melakukan pemanjatan. Yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengamanan antara lain :
Belayer harus melihat gerakan leader sedapat mungkin. Hal ini dilakukan untuk
memperlancar gerakan leader dalam menambah ketinggian dan dapat secepat mungkin
mengantisipasi keadaan apabila leader terjatuh dari pemanjatan
Belayer harus memasang pengaman untuk dirinya sendiri sebelum melakukan belaying. Hal
ini sangat penting apabila belayer mengantisipasi jatuhnya leader (mendapat beban
tambahan dan sentakan saat leader terjatuh). Sedangkan pengaman untuk belayer sendiri
minimal 2 buah.
Langkah – langkah pemanjatan
A. Penentuan jalur
Dalam pemilihan jalur harus berdasar pada data yang telah ada, baik melalui literatur, informasi,
serta pengamatan langsung atau orientasi jalur. Orientasi jalur yang berguna dalam pemanjatan
antara lain :
Mengetahui tinggi medan, jenis batuan, macam pitch yang akan dipanjat
Menentukan posisi awal pemanjatan
Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan
Mengatur penempatan ancor, pergantian leader untuk hanging belay dan hanging bivaak
B. Pembagian personil
Pembagian personil harus berdasarkan pada :
a. Jumlah personil
b. Kemampuan personil
c. Jalur yang ditentukan
d. Sistem pemanjatan
e. Ketersediaan peralatan
C. Persiapan peralatan
Macam – macam peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan jalur yang dipilih, dan
disusun rapi dan sistematis. Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat, antara lain :
Jenis batuan
Kemampuan batuan
Cacat batuan
Pengaman yang tersedia
Adapun peralatan yang sering dipakai setiap pemanjat meliputi :
a. Tali karmantel
b. Harnes atau tali tubuh
c. Sling
d. Webbing
e. Piton
f. Carabiner, menurut bentuknya terdiri dari Oval, Delta dan D
g. Pengaman sisip/choke stone
h. Hammer
i. Handrill
j. Chalk bag dan magnesium
k. Sepatu
l. Helm
m. Etrier/stir up
n. Pulley
o. Ascender
p. Descender
q. Stitch plate
r. Driver
D. Persiapan pemanjatan
Langkah - langkah awal untuk peletakan peralatan :
1. Piton dijadikan satu dalam sebuah carabiner non screw sesuai dengan jenis piton dan
diletakkan di samping harnest
2. Untuk peralatan lainnya dijadikan satu (friend, chock stopper,cholk hexentrik) dalam
sebuah carabiner non screw sesuai dengan jenisnya dan diletakkan disamping harnest
3. Sling diselempangkan di badan
4. Hammer, untuk peletakan hammer pada harnest, bagian pangkal hammer menggunakan
carabiner screw dan di ikatkan sling atau tali prussik dengan panjang kurang lebih 1 M
pada harnest, sedangkan pada bagian atas hammer diberi carabiner non screw untuk
menggantungkan hammer di samping harnest
5. Stirup, bagian atas stirup memakai carabiner non screw dan di letakkan pada samping
harnest
6. Cowstail sebanyak 2 buah dipasangkan pada harnest bagian depan dan pada kedua
ujung cowstail diberi carabiner non screw
Setelah semua siap, baik peralatan, leader, belayer maka pemanjatan dapat dimulai. Hal
yang penting dalam pemanjatan beregu yaitu komunikasi antar pemanjat baik leader maupun
belayer. Ada dua bentuk komunikasi, yaitu dengan bahasa lisan dan bahasa isyarat. Komunikasi
menggunakan bahasa lisan digunakan apabila antara leader dan belayer masih dalam jangkauan
teriakan. Komunikasi dengan bahasa isyarat digunakan apabila leader dan belayer sudah tidak
dalam jangkauan teriakan, komunikasi ini lebih menguntungkan dan lebih sering digunakan
karena hemat energi dan mudah pemakaiannya. Beberapa contoh komunikasi antara leader dan
belayer antara lain :
Pemanjat : ‘On belay’ (Saya akan memanjat, apakah belaying sudah siap ?)
Belayer : ‘Belay on’ (Saya sudah siap)
Pemanjat : ‘Climbing’ (Saya sudah memanjat)
Belayer : ‘Climb’ (Silahkan memanjat)
Pemanjat : ‘Slack’ (Kendorkan talinya, saya tidak bisa bergerak, tali terlalu kencang)
Pemanjat : ‘Up rope’ (Tali terlalu kendor, mohon tali kencangkan sedikit)
Pemanjat : ‘Off belay’ (Saya sudah dalam posisi baik, tidak perlu belaying)
Belayer : ‘Belay off’ (Belayer coba meyakinkan bahwa pemanjat betul – betul tidak
membutuhkan belaying lagi)
Pemanjat : ‘Tension’ (Tahan tali dengan erat)
Pemanjat : ‘Falling’ (Saya jatuh, tali mohon dikunci)
Pemanjat : ‘Rock’ (Ada benda keras yang jatuh, hati – hati)
Belayer : ‘Rock’ (Belayer meneriakkan kembali kata – kata pemanjat sebagai tanda
bahwa dia sudah mengetahui)
E. Panjat tebing
1. Pemanjatan
Pemanjat pertama menggunakan ujung tali utama yang di ikatkan pada harnest bagian
depan sebagai tali pengaman utama dan menggunakan simpul delapan tanpa menggunakan
carabiner, serta memasang tali transfer pada bagian belakang harnest dengan menggunakan
simpul delapan. pemanjat pertama memanjat dan memasang pengaman dan menggunakan
salah satu teknik pemakaian tali di atas teknik twin, double atau single-rope tehnique, lalu
pemanjatan siap dilaksanakan.
Dalam pemanjatan ini, leader melakukan pitch 1 dengan membawa 2 rol tali sekaligus.
Satu sebagai tali utama (yang akan diikatkan pada runner) dan tali tambat (fixet rope). Fixet
rope ini dapat digunakan sebagai transport antara leader dan personil yang ada di bawahnya.
2. Cleaning
Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan
boleh naik, personil kedua melakukan jumaring sekaligus menyapu runner yang telah
dipasang leader. Keuntungan jumaring pada fixet rope adalah :
a. Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak terjadi pendulum
b. Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan pengambilan
c. Gerakan lebih bebas
Agar cleaner tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama
dengan fixet rope harus dihubungkan. Tugas cleaner antara lain :
a. Membersihkan jalur dan menyapu runner
b. Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya
c. Sebagai leader untuk pitch berikutnya
d. Membawa tali untuk pemanjatan
3. Pemanjatan untuk pitch 2 dan selanjutnya
Pemanjatan berikutnya dilakukan apabila cleaner telah sampai di pitch 1. Pada pitch 2 ini,
cleaner menjadi leader sedangkan yang sebelumnya menjadi leader berganti menjadi belayer.
Sementara itu, personil yang ada di bawah naik dengan jumaring. Bila kondisi
memungkinkan, gerakan personil di bawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan
dengan pitch 2, yang perlu diwaspadai adalah runtuhan batuan, terutama pada gerakan
leader.
4. Turun tebing
Turun tebing dilakukan apabila semua pemanjat sudah sampai puncak dan
menyelesaikan target yang telat ditentukan. Beberapa cara menuruni tebing antara lain :
a. Body rappel
Disebut juga rappeling. Untuk rappeling perlu dibuat ancor sebagai penambat tali.
Setelah tali terpasang, rappeling siap dilakukan. Rappeling dapat dilakukan dengan tali
tunggal atau ganda (double). Biasanya personil yang paling akhir menggunakan double
rope dan tali hanya dikalungkan pada ancor supaya tali tersebut dapat ditarik ke bawah.
Hal – hal yang perlu diperhatkan dalam rappeling :
Ujung bawah tali harus disimpul
Tali antar pitch harus selalu dihubungkan
Waspada terhadap runtuhan batuan
b. Teknik dufler
Teknik ini merupakan cara paling klasik. Caranya cukup mudah, geserannya cukup
baik, dan hanya membutuhkan tali luncur. Tali luncur diselipkan di antara 2 kaki,
melingkari pinggang kiri, menyilangi dada melalui bahu kanan dan ditahan tangan kiri
yang berfungsi sebagai pengontrol. Teknik ini seringkali berguna saat darurat, misal pada
saat karabiner atau descender mendadak macet.
c. Hasty
Hasty hanya berguna untuk tebing yang pendek dan tidak terlalu curam. Geseran
pada teknik ini dibentuk melalui tali yang melingkari tangan dan bahu, kontrol gerakan
pada genggaman tangan, keseimbangan diperoleh dari posisi badan yang miring ke arah
bawah dengan kedua kaki mengangkang secukupnya. Namun, teknik ini kurang jika
dilihat dari segi keamaan.
d. Komando
Disebut komando karena sering dipakai oleh para komando dan di Indonesia teknik
ini paling sering digunakan. Caranya dengan melilitkan tali pada karabiner sebanyak dua
kali, melewati selangkangan atau samping paha dan digenggam tangan sebagai penahan
dari belakang. Teknik ini banyak mempunyai kelemahan sehingga tidak terlalu disukai
oleh mayoritas pemanjat.
e. Brake bar rappel
Dua karabiner, dengan kunci terletak berlawanan, dikaitkan pada harness atau seat
harness atau sling. Pada dua karabiner ini dipalangkan dua karabiner lagi dengan kunci
menghadap ke bawah. Tali yang menjulur ke bawah ditahan oleh salah satu tangan,
dapat juga dibuat variasi dengan menggandakan sistem geserannya. Sistem geseran ini
kemudian dikembangkan dengan pembuatan descender khusus.
F. Setelah pemanjatan
Setelah semua pemanjat turun, maka yang harus dilakukan adalah pembuatan topo dan
pengecekan semua peralatan yang dipakai. Topo adalah gambar atau sketsa jalur yang berhasil
dipanjat. Topo ini terdiri dari :
a. Nama jalur yang dipanjat
b. Lokasi tebing
c. Jenis batuan
d. Tinggi tebing
e. Sistem pemanjatan
f. Teknik pemanjatan yang diterapkan
g. Waktu pemanjatan
h. Tingkat kesulitan (grade)
i. Data peralatan yang digunakan
j. Sketsa jalur pada tebing
k. Operasional dan kondisi cuaca
l. Daftar pemanjat