85
KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DESA (Studi Di BUMDes Swadesa Artha Mandiri Desa Wonomarto Kabupaten Lampung Utara) (Skripsi) Oleh INDAH CINTIA BAGIAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA MENINGKATKAN

PEREKONOMIAN DESA

(Studi Di BUMDes Swadesa Artha Mandiri Desa Wonomarto Kabupaten Lampung

Utara)

(Skripsi)

Oleh

INDAH CINTIA

BAGIAN HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 2: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

ABSTRAK

KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA MENINGKATKAN

PEREKONOMIAN DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN

2014 TENTANG DESA

(Studi Di BUMDes Swadesa Artha Mandiri Desa Wonomarto Kabupaten Lampung

Utara)

Oleh

INDAH CINTIA

Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah satu alternatif

untuk meningkatkan ekonomi di pedesaan. BUMDes merupakan lembaga usaha desa yang

dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa

dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Tetapi sayangnya kedudukan

BUMDes belum sepenuhnya diatur secara lengkap dalam peraturan perundang-undangan

yang ada. Permasalahan lain yang lebih kompleks adalah dalam hal Implikasi BUMDes

dalam upaya meningkatkan perekonomian desa. Penelitian ini menggunakan tipe dan jenis

penelitian normatif empiris . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kedudukan BUMDes Swadesa Artha Mandiri di desa wonmarto dan juga untuk mengetahui

Implikasi yang diberikan terhadap Pendapatan Asli Desa. Hasil penelitian meunjukkan bahwa

walaupun masih baru, BUMDes Swadesa Artha Mandiri merupakan salah satu BUMDes

yang pengelolaannya sudah baik di Kabupaten Lampung Utara sehingga menjadi rujukan

desa lain untuk berkunjung. Proses pengelolaan BUMDes berjalan dengan baik dan sesuai

dengan dengan tujuan didirikannya BUMDes.

Kata Kunci: BUMDes, Kedudukan , Implikasi

Page 3: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

ABSTRACT

THE POSITION OF BUMDES IN AN EFFORT TO IMPROVE THE VILLAGE

ECONOMY BASED ON LAW NUMBER 6 YEAR 2014 ABOUT VILLAGE

(Study In The BUMDes Swadesa Artha Mandiri Wonomarto Village North Lampung

Regency)

BY

INDAH CINTIA

Badan Usaha Milik Desa thereafter called BUMDes is an alternative to improve the rural

economy. BUMDes is lembaga usaha desa (Village Business Institutions) that managed by

the community and government of the village for the effort to strengthen the village‟s

economy and it formed based on the needs and potential of the village. Unfortunately,

however. The position of BUMDes had not been governed completely in existing legislation.

Another more complex problem is in terms of the implications of village planning in an effort

to improve the village economy. This study uses types and types of empirical normative

research. This study aims to find out how the position of the BUMDes Swadesa Artha

Mandiri in the wonomarto village an also knows the implications given to the income on the

village original income. The results of the study indicate that event thougt it is still new,

BUMDes Swadesa Artha Mandiri is one of the BUMDes whose management is already good

in North Lampung Regency, so that it becomes another village reference for visits. The

management Process of BUMDes is going well in accordance with the objectives of the

establishment of BUMDes.

Keyword : BUMDes, Position, Implication

Page 4: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA MENINGKATKAN

PEREKONOMIAN DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN

2014 TENTANG DESA

(Studi Di BUMDes Swadesa Artha Mandiri Desa Wonomarto Kabupaten Lampung

Utara)

Oleh

INDAH CINTIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum Tata Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah
Page 6: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah
Page 7: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah
Page 8: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 19 Juni Tahun

1998, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sutiono dan Ibu

Soleha. Penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung pada

tahun 2015 melalui jalur SBMPTN dan mendapatkan beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) sebanyak dua kali selama kuliah.

Riwayat Pendidikan penulis secara berurutan yaitu di SDN 6 Mulang Maya Kabupaten

Lampung Utara (2006 s.d. 2011), SMPN 8 Kotabumi Kabupaten lampung Utara (2011 s.d.

2013), SMAN 4 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dengan mengambil jurusan IPA (2013

s.d. 2015) dan Fakultas Hukum Universitas Lampung (2015 s.d. 2019). Pada tahun 2017,

penulis memilih untuk mengambil minat hukum ketatanegaraan di Bagian Hukum Tata

Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semasa kuliah penulis sempat aktif di beberapa Lembaga Kemahasiswaan intra dan

organisasi di luar kampus, antara lain Anggota Bidang Alumni Dan Kerjasama UKM-F Pusat

Studi Bantuan Hukum (PSBH) FH Unila, Ketua Himpunan Mahasiswa Hukum Tata Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung, Anggota Himpunan Mahasiswa Lampung Utara.

Penulis dapat dihubungi melalui alamat surat elektronik di [email protected].

Page 9: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

Motto

“Memang benar yang namanya Mutiara akan berkilau setelah ia digosok, walaupun ia

jatuh kekubangan air sekalipun, yang namanya mutiara tetap mutiara”

“Seseorang itu adalah dia, yang baik agamanya dan juga ilmunya”

Armen Yasir,S.H., M.Hum.-

”Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin datang kepadamu untuk

mengadakan bai„at (janji setia), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa

pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-

anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki

mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji

setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah

Maha Pengampun, Maha Penyayang”

(Qs. Al Mumtahanah : 12)

Page 10: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tua,

Mamah Soleha binti Suganda, Bapak Sutiono bin Hasan AS

Adikku Tersayang Iyan Suwendi dan Intan Sukma Adelia

Sahabat Seperjuangan di kampus

Masyarakat Desa Yang Ada Di Lampung Utara

Almamater tercinta,

Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Page 11: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

SANWACANA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirabbil „Alamin, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT

pencipta alam semesta dan sekaligus pengatur segala sesuatu yang ada di dalamnya yang

telah memberikan rahmat, taufiq, dan Inayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini pada waktu yang diharapkan.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang

telah membimbing manusia dari jalan yang bathil menuju jalan yang haq dan yang terang

benderang ini.

Penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya do‟a, dukungan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis ingin menyampaikan permohonan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua saya Mamah Soleha dan Bapak Sutiono, Adek Iyan dan Adek Intan,

semuanya merupakan Keluarga penulis yang jasanya tak bisa dituliskan dan

terbalaskan;

2. Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

beserta para Wakil Dekan: Prof. Dr. I Gede Arya Bagus Wiranata, S.H., M.H. selaku

Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hamzah, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan

Bidang Umum dan Keuangan, dan Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni;

3. Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara, Terima

kasih bimbingannya;

Page 12: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

4. Ibu Dr. Chandra Perbawati,S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah membimbing

penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan

masukkan serta bantuan baik materil maupun non materil yang telah diberikan selama

ini;

5. Ibu Martha Riananda, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah berbagi ilmunya,

sehingga skripsi dapat terselesaikan sesuai dengan kaidah penulisan yang seharusnya,

Terima kasih atas masukan dan arahan yang telah diberikan;

6. Ibu Dr. Yusnani Hasyimzoem, S.H., M.Hum. selaku dosen Penguji, terima kasih atas

kritik, saran, dan masukkan yang diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik;

7. Bapak Ade Arif Firmansyah, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang selalu memberi

arahan mengenai sistematika penulisan yang baik dan nasihatnya sebagai seorang

dosen yang tak pernah akan penulis lupakan;

8. Dosen-dosen di Bagian Hukum Tata Negara: Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H. selaku

Ketua Bagian, Ibu Martha Riananda, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian, Ibu Siti

Khoiriah, S.H.I, M.H., Bapak Rudy, S.H., LL.M., LL.D. ,Bapak M. Iwan Satriawan,

S.H., M.H., Bapak Ahmad Saleh, S.H., M.H., Ibu Yulia Neta, S.H., M.H. Bapak

Yusdiyanto, S.H., M.H., Bapak Muhtadi, S.H., M.H., Bapak Zulkarnain Ridlwan,

S.H., M.H, Bapak Yhannu Setyawan,S.H., M.H. dan Ibu Malicia Evendia, S.H.,

M.H. dan yang terakhir Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum. (terimakasih sudah pernah

menjadi pembimbing skripsiku pak, pesanmu, nasehatmu, kata-katamu akan selalu

kuingat sampai kapanpun) Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan semasa

penulis mengambil mata kuliah pada Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

9. Masyarakat yang ada di desa Wonomarto;

Page 13: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

10. Teman-teman seangkatan penulis di Fakultas Hukum Universitas Lampung: Lismarini

Dewi, Meldha Latiefah azka, Endah Dwi Luciana, Ardestian Sulistiani, Fitri

Liliandini, Mak Widya, Zahria Humairoh, dan Fitri Almunawaroh;

11. Teman-teman seangkatan dengan penulis di Fakultas Hukum Universitas Lampung:

Khalimatus Sa‟diah, Himmah A‟la Rufaida, Livia Sefany, Madinar, Vera Monica,

Sintya eka, Yossie maysita, Diah Puji Lestari;

12. Teman-teman HIMA HTN: Lismarini Dewi, Chaidir Ali, Kusmanto, M. Hadiyan

Rasyadi, M. Mujib, Erwin Gumara, Kharisma Arif, Decky Adendy, Feri Kurniawan,

M. Habibi, Eva Nopitasari, Adriansyah;

13. Kakak-Kakak HIMA HTN: Kak Utia Meylina Umar , Kak Rudy Wijaya, Kak Anis

Musana, kak Prisma, kak sandi, kak teta, kak iqbal, kak yudi, kak aryanto, bang

hendi, kak tia nurhawa, dan kak jajang;

14. Adik-adik HIMA HTN: Yeti yuniarsih, Rika Septiana, Maria, Tahta Rona Ya‟Cub,

Ganiviantara, Madon, Fizal, Ricky, Ismi, Nuril, Amin, Eza dan Musthafa Azhom,

Chandra Dio Divanie;

15. Keluarga besar KKN Unila Periode I Tahun 2018 di Pekon Siliwangi Kecamatan

Sukoharjo Kabupaten Pringsiwe: Kakek dan Nenek selaku pemilik rumah tinggal, Pak

Kades dan Pak Carik Pekon Siliwangi dan temen-temen KKN : Galleh Saputri, Chika

Tania, Nirmawati Situmorang, Maulana Adrian, Frengki, Aldi Riski Wibowo dan

Luthfi . Semoga silaturrahmi kita terjalin sampai akhir hayat masing-masing;

16. Sahabat Perjuangan SMP Hodijah Maha Putri, Sandi Ervanie, Adi, Reni, Aang, Yuk

tia, Nisa, Helda, Wahyu, Bung egi, dan Rosita semoga kita sukses dan persahabatan

terus berlanjut selamanya;

17. Sahabat Perjuangan SMA Yuliza Citra, Rika dianti, Eka, Mak dwi, Maryati, Devi,

Karni, Semoga selalu terjalin silaturahmi selamanya diantara kita;

Page 14: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

18. Civitas Akademika Fakultas Hukum Unila khususnya: Pak Marjiyono, S.Pd., Bang

Opal, Bang Aziz, Bang Mad, Babe Sunarto, yang telah banyak membantu penulis

selama kuliah;

19. Dewan guru SDN 6 Mulang Maya, SMPN 8 Kotabumi dan SMAN 4 Kotabumi, yang

telah menempa penulis selama di sekolah, tanpa proses yang diberikan, penulis belum

tentu bisa melanjutkan jenjang pendidikan tinggi;

20. Seluruh pihak yang telah membantu penulis baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun

membantu semasa kuliah yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik substansi

maupun teknik penyajian, karenanya, penulis membuka kritik dan saran serta

penyempurnaan terhadap skripsi ini agar menjadi karya ilmiah yang lebih baik.

Bandar Lampung, Juni 2019

Penulis

Indah Cintia

Page 15: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

a. Tujuan Penelitian....................................................................................... 8

b. Manfaat Penelitian..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kedudukan ................................................................................ 10

B. Pemerintahan Desa...................................................................................... 10

C. Kelembagaan Desa...................................................................................... 29

D. Kewenangan Desa ....................................................................................... 30

E. Peraturan Desa ............................................................................................ 34

Page 16: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

F. Otonomi Desa ............................................................................................. 36

G. Badan Usaha Milik Desa ............................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Jenis Penelitian ............................................................................ 55

B. Pendekatan Masalah ................................................................................... 55

C. Sumber Data ............................................................................................... 56

D. Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data dan Bahan ..........

Hukum ......................................................................................................... 57

E. Analisis Data .............................................................................................. 59

BAB IV PEMBAHASAN

A. Sejarah BUMDes dan Kehadiran Undang Undang No. 6 Tahun 2014 .........

tentang Desa ............................................................................................... 60

B. Penyelengaraan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berdasarkan

Peraturan Perundang-Undangan ................................................................. 65

C. Kedudukan Badan Usaha Milik Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian `

di Desa ........................................................................................................ 81

D. Implikasi Terhadap Pendapatan Asli Desa ................................................. 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................. 91

B. Saran ........................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Profil Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Swadesa Artha

Mandiri .................................................................................................. 64

Tabel 2. PADes Desa Wonomarto ........................................................................ 65

Tabel 3. Matriks Pengaturan BUMDes ................................................................. 69

Tabel 4. Skema Pembagian Kewenangan Kementerian Dalam Negeri dan

Kementerian Desa terhadap Desa dalam Perpres Nomor 12 Tahun

2015 tentang Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi ........................ 73

Tabel 5. Perbedaan Perusahaan dan Badan Usaha ................................................ 74

Tabel 6. Jenis Usaha Yang sedang Berjalan Pada Tahun 2017.............................. 84

Tabel 7. Kegiatan Usaha Pada Tahun 2018 ........................................................... 85

Tabel 8. Penyertaan Modal dari Pemerintahan Desa ............................................. 85

Tabel 9. Omset Usaha BUMDes Swadesa Artha Mandiri ..................................... 86

Page 18: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mitra Kerja BUMDes Swadesa Artha Mandiri .................................. 78

Page 19: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bergesernya arah pembangunan yang semula dimulai dari daerah otonom tingkat

kabupaten/kota yang dirasa tidak memberikan kemajuan signifikan terhadap

pembangunan nasional, hal ini menjadi pertimbangan perlunya pengaturan ulang

terkait visi dan misi pembangunan nasional. Menjawab permasalahan tersebut,

diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang

dimulainya babak baru pembangunan nasional dari satuan pemerintahan paling

dekat dengan masyarakat yaitu Desa.1

Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,

bersatu, dan berkedaulatan rakyat. Titik berat pembangunan diletakkan pada

bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan seiring dengan

kualitas sumber daya manusia dan didorong secara saling memperkuat, saling

terkait dan terpadu dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang

1 Pembangunan nasional dari desa tercantum dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa yang bertujuan memperkuat kemandirian desa dalam mewujudkan keadilan yang merata.

Lihat Sugiayanto, Urgensi dan Kemandirian Desa dalam Presfektif Undang-Undang No 6 Tahun

2014, Yogyakarta: Deepublish, 2017, hlm. 12.

Page 20: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

2

dilaksanakan selaras, serasi dan seimbang guna keberhasilan pembangunan di

bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan

nasional. Bertitik tolak pada pembangunan tersebut, maka pemerintah dan rakyat

Indonesia mempunyai kewajiban untuk menggali, mengolah dan membina potensi

yang ada tersebut guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai

dengan Undang Undang Dasar 1945.

BUMDes dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter desa (unit

pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit

maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang

memadai, pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan distribusi aset kepada

rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi

di pedesaan.

Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan taktis guna

mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan desain lembaga

tersebut ke dalam suatu perencanaan, disamping itu perlu memperhatikan potensi

lokalistik serta dukungan kebijakan (good will) dari pemerintahan di atasnya

untuk mengatasi rendahnya surplus kegiatan ekonomi desa disebabkan

kemungkinan tidak berkembangnya sektor ekonomi di wilayah pedesaan. Hal ini

akan mengakibatkan terjadinya integrasi sistem dan struktur pertanian dalam arti

luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam tata kelola lembaga.2

2 Gabriela Hanny Kususma dan Nurul Purnamasari, BUMDes: Kewirausaan Sosial yang

Berkelanjutan. (Jogjakarta:Penabulu Fundation,2016) hlm.2

Page 21: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

3

Permasalahan yang timbul dalam pembangunan desa melalui pendirian BUMDes

muncul ketika pembentukan BUMDes hanya berorientasi pada segi kuantitas.

Padahal dana yang dialokasikan untuk desa sekitar Rp. 20 Triliun yang dibagi

pada 74 ribu desa, sehingga tiap desa akan menerima Rp 240 Juta,3 belum

termasuk Alokasi Dana Desa (ADD) dari Kabupaten, sementara jumlah BUMDes

Tahun 2017 mencapai 18.446 unit.4 Tidak hanya orientasi kuantitas yang menjadi

persoalan, tolok ukur sumber daya baik manusia maupun jenis usaha juga menjadi

permasalahan. Hal ini penting untuk diteliti, melihat kegagalan Koperasi Unit

Desa pada masa sebelum BUMDes banyak dibentuk.5 Pembentukan BUMDes

harus mempertimbangkan aspek pembangunan daerah yang terangkum dalam

RPJMD dan sinergitas tiap kecamatan, sehingga tiap kecamatan bisa saling

mendukung. Pembangunan BUMDes yang tidak memperhatikan aspek kualitas,

berpotensi menyebabkan kerugian dalam pengelolaan keuangan desa, dan tentu

saja pendirian BUMDes tidak memiliki implikasi apapun dalam pembangunan

Desa.

Pada saat ini pengaturan mengenai BUMDes diatur dalam Undang-undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 87 yang menyatakan desa dapat mendirikan

BUMDes yang dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotong-royongan.

Kekeluargaan dan kegotongroyongan yang dimaksud disini adalah cara

3 Detik News, “Tingkatkan Perekonomian Desa, 74 Ribu Desa Bakal Terima Dana Rp 1,4 Miliar”,

www.news.detik.com diakses pada 26 Januari 2019. 4 Harian Kompas, “Jumlah BUMDes Mencapai 18.446 Unit”, www.ekonomi.kompas.com diakses

pada 26 Januari 2019. 5 Kegagalan Koperasi Unit Desa banyak disebabkan oleh lemahnya pengelolaan KUD tersebut.

KUD dalam pembentukan awal digagas untuk membangkitkan atau menjadi penyokong usaha

pertanian dan program-program pemerintah dalam rangka pemberdayaan desa, namun karena

kesalahan dalam pembinaannya, akhirnya koperasi malah menjadi momok bagi masyarakat. Lihat

Soedarsono Hadisapoetro, Badan Usaha Unit Desa dan Pembinaannya, dalam Pemikiran dan

Permasalahan Ekonomi Indonesia Setengah Abad Terakhir: Buku 3 (1966-1982) Paruh Pertama

Ekonomi Orde Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2005, hlm. 95.

Page 22: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

4

masyarakat beserta aparatur desa dalam menyelenggarakan. BUMDes dapat

menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum. Pengaturan

lebih lanjut mengenai BUMDes diatur dalam Peraturan Menteri Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran

Badan Usaha Milik Desa.6

Dasar penyelenggaraan BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi,

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat didesa. Berkenaan dengan

perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi)

masyarakat desa tersebut, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif,

partisipatif dan transparansi. Selain itu pengelolaan BUMDes harus dilakukan

secara profesional dan mandiri oleh masyarakat desa .7

BUMDes pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap

lembaga-lembaga ekonomi desa dan merupakan instrumen pendayagunaan

ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi, yang bertujuan untuk

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan

usaha ekonomi mereka, serta memberikan sumbangan bagi pendapatan asli desa

yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat secara optimal. Tujuan pendirian BUMDes antara lain

dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa. Berangkat dari cara pandang

ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu

6 Zulkarnain Ridwan, “Payung Hukum Pembentukan BUMDes,” Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum

Vol 7, No.3(September-Desember, 2013), hlm. 35 7 Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (Pkdsp), 2007,

Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya, Hlm. 3

Page 23: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

5

akan mendorong setiap pemerintah desa memberikan dukungan dalam merespon

pendirian BUMDes. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata

perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang

terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam

di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal,

potensi, dan sumber daya yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih

lanjut tentang BUMDes diatur melalui peraturan daerah (Perda).

Di beberapa kabupaten telah banyak desa yang mempunyai BUMDes, ada yang

secara mandiri mengembangkan potensi ekonomi desa yang ada, ada juga yang

didorong oleh pemerintah kabupaten setempat dengan diberikan stimulan

permodalan awal dari APBD kabupaten melalui dana hibah dengan status dana

milik masyarakat desa dan menjadi saham dalam BUMDes.

Saat ini belum banyak BUMDes yang berkembang dengan baik. Penyebab

utamanya antara lain adalah tidak dikelolanya BUMDes secara profesional.

Undang-undang desa sudah membuka pintu untuk menggerakkan perekonomian

di desa. Akan tetapi harus kita sadari bahwa desa memerlukan peningkatan

keahlian dan ketrampilan dalam mengurus Badan Usaha Milik Desa oleh

masyarakat desa.

Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi baru saja

mengumumkan, memasuki Juli 2018 lalu, jumlah Badan Usaha Milik Desa di

seluruh Indonesia mencapai 35 Ribu dari 74.910 desa diseluruh bumi nusantara.

Jumlah itu lima kali lipat dari target Kementrian Desa yang hanya mematok 5000

Page 24: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

6

BUMDes. Masalahnya, Hingga sampai saat ini, berbagai data menyebutkan

bahwa sebagian besar BUMDes masih sebatas berdiri dan belum memiliki

aktivitas usaha yang menghasilkan. Sebagian lagi malah layu sebelum

berkembang karena masih „sedikitnya‟ pemahaman BUMDes pada sebagian besar

perangkat pemerintahan di Desa sejak disahkannya UU Desa No. 6 Tahun 2014.8

BUMDes ramai dibicarakan dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, yaitu sejak

diundangkannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa). UU

Desa berlandaskan pada ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam UUD 1945

yang terkait dengan pemerintahan daerah, namun yang paling khusus terkait

dengan keberadaan desa (meskipun tidak secara eksplisit tersebut dalam isi pasal)

adalah pada Pasal 18 B ayat (2) UUD 1954 yaitu: Negara mengakui dan

menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam

undang-undang.

Berkaitan dengan pemerintahan daerah, maka pemahaman tentang desa tidak bisa

terlepas dari peraturan yang terkait dengan pemerintahan daerah, yaitu yang

diundangkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Dalam undang-undang

ini, desa disebut secara definitif dan keberadaan Bumdes sudah diakui, yaitu

disebut dalam Pasal 213: (1) Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa

sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa; (2) Badan usaha milik desa

sebagaimana dimaksud ayat (1) berpedoman pada peraturan perundang-

8 http://www.berdesa.com/informasi-lengkap-tentang-bumdes-yang-harus-anda-ketahui/. Diakses

pada tanggal 28 Februari 2019 jam 17.55 wib.

Page 25: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

7

undangan; (3) Badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat

melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

BUMDes yang didirikan dengan tujuan sebagai penopang dan penguat ekonomi

desa adalah BUMDes Swadesa Artha Mandiri Desa Wonomerto Kecamatan

Kotabumi Utara yang mewakili Kabupaten Lampung Utara dalam Lomba

BUMDes tingkat Provinsi Lampung Tahun 2018 dan BUMDes Abung Tengah.

Permasalahannya adalah ada pada perbedaan dari kedua BUMDes tersebut yaitu

ketidak suksesannya BUMDes Abung Tengah dalam menjalankan BUMDes, jika

melihat kedudukannya BUMDes Abung Tengah ada di tingkat Kecamatan dan

BUMDes Swadesa Artha Mandiri ada di tingkat desa, jika melihat kedudukannya

seharusnya BUMDes Abung tengah lebih maju akan tetapi malah sebaliknya.

Tetapi dalam hal ini fokus penelitian penulis di BUMDes Swadesa Artha Mandiri

yang ada di tingkat desa yaitu desa wonomarto kabupaten Lampung Utara.

kehadiran BUMdes ini diharapkan desa menjadi lebih mandiri dan masyarakatnya

pun menjadi lebih sejahtera. Tetapi mengingat BUMDes masih termasuk hal baru

dalam keberadaannya, maka tak pelak dalam praktik, beberapa kendala Muncul

justru terkait dalam pengelolaan BUMDes Swadesa Artha Mandiri..

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka saya tertarik untuk mengambil

penelitian dengan judul “Kedudukan Badan Usaha Milik Desa Dalam Upaya

Meningkatkan Perekonomian Desa Berdasarkan Undang-Undang No. 06

Tahun 2014 Tentang Desa ( Studi Di BUMdes Swadesa Artha Mandiri)”

Page 26: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

8

B. Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana Kedudukan Badan Usaha Milik Desa dalam Upaya Meningkatkan

Perekonomian desa di Desa Wonomarto?

2. Bagaimana Implikasi Badan Usaha Milik Desa Terhadap Pendapatan Asli

Desa (PADes) di Desa Wonomarto?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk melihat Bagaimana Kedudukan BUMDes Dalam Meningkatkan

Perekonomian Desa di Desa Wonomarto.

2. Untuk Mengetahui Implikasi BUMDes Terhadap Pendapatan Asli Desa

(PADes) di Desa Wonomarto.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Secara akademis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta memberikan kontribusi yang

berarti dan bermanfaat bagi pembangunan ilmu hukum khususnya hukum Tata

Negara dalam bidang pemerintahan desa melalui program BUMDes.

Page 27: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

9

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta kontribusi

bagi pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa khususnya

masyarakat untuk penyelenggaraan BUMDes .

Page 28: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kedudukan

Makna Kedudukan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

kedudukan yang berasal dari kata duduk. Pengertian Kedudukan Dalam hal ini

adalah berarti status, keadaan tingkatan suatu lebaga badan usaha, dan

sebagainya.9

B. Pemerintahan Desa

a. Pengertian Desa

Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa yaitu

kesatuan masyarakat Hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan , kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014 Tentang Desa

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan hak

9 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diakses pada tanggal 3 SApril 2019 pukul 09.37 WIB.

Page 29: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

11

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.10

Sebutan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum baru dikenal pada masa

kolonial Belanda. Desa pada umumnya mempunyai pemerintahan sendiri yang

dikelola secara otonom tanpa ikatan hirarkhis-struktural dengan struktur yang

lebih tinggi.11

Dalam beberapa konteks bahasa, daerah-daerah di Indonesia banyak yang

menyebutkan “desa” dalam ragam bahasa yang lainnya, namun tetap sama artinya

desa, misal di masyarakat lampung dikenal dengan sebutan tiyuh atau pekon.

Namun jika dilihat secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta,

yaitu “deca”, seperti dusun, desi, negara, negeri, negari, nagaro, negory

(nagarom), yang berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran, tanah leluhur,

yang merujuk pada satu kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma serta

memiliki batas yang jelas.12

Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 menyatakan bahwa Desa

adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

10

Emi Haryati, “Pelan Kepala Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa” ejournal Ilmu

Pemerintah, 3 (4) 2015: 1914-1927, hlm. 3-4. 11

Rudi. Hukum Pemerintahan Daerah,(Bandar Lampung:PKKPUU,2013), hlm. 82 12

Didik Sukrino, Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa, (Malang:Setara Press, 2012), hlm.59

Page 30: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

12

A.W Wijaya mengartikan desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah

penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung

di bawah camat dan berhak menjalankan rumah tangganya sendiri dalam ikatan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.13

Menurut H.A.W Widjaja Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.14

Ciri-ciri desa secara umum antara lain:15

a. Desa umumnya terletak di atau sangat dekat dengan pusta wilayah usaha

tani (sudut panadang ekonomi);

b. Dalam wilayahnya itu perekonomian merupakan kegiatan ekonomi

dominan;

c. Faktor-faktor penguasaan tanah menentukan corak kehidupam

masyarakatnya;

d. Tidak seperti dikota ataupun kota besar yang penduduknya merupakan

pendatang populasi penduduk desa lebih bersifat “terganti oleh

sendirinya;

e. Kontrol sosial lebih bersifat informal dan interaksi antar warga desa

lebih bersifat personal dalam bentuk tatap muka; dan

13

Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2009),

hlm.92 14

H.A.W Widjaja, Otonomi Desa, (Jakarta: Penerbit PT RajaGarafindo Pesada, 2003), hlm.3 15

Wasistiono, Sadu, dan tahir, M. Irawan, Prospek Pengembangan Desa, (Bandung: Fokusmedia,

2006), hlm.16.

Page 31: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

13

f. Mempunyai tingkat homogenitas yang realtif tinggi dan ikatan sosial

yang relatif lebih ketat dari pada kota.

Pengaturan Desa pada Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

berdasarkan asas-asas rekognisi, subsidiaritas, keberagaman, kebersamaan,

kegotongroyongan, kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kemandirian,

partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan dan keberlanjutan. Hal itu tercantum dalam

pasal (3) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. Asas-asas pengaturan

desa pasal (3) dan pengertiannya yaitu :

a) Rekognisi adalah pengakuan terhadap hak asal usul

b) Subsidaritas adalah penetapan kewenangan berskala local dan pengambilan

keputusan secara local untuk kepentingan masyarakat desa.

c) Keberagaman adalah pengakuan dan penghormatan terhadap system nilai

yang berlaku dimasyarakat desa, tetapi dengan tetap mengindahkan system

nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d) Kebersamaan adalah semangat untuk berperan aktif dan bekerjasama dalam

prinsip saling menghargai anatara kelembagaan ditingkat desa dan unsur

masyarakat desa dalam membangun desa.

e) Kegotong-royongan adalah kebiasaan tolong menolong untuk membangun

desa.

f) Kekeluargaan adalah kebiaaan masyarakat desa sebagai bagian dari

satu kesatuan keluarga besar masyarakat desa

g) Musyawarah adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut

kepentingan masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang

berkepentingan.

Page 32: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

14

h) Demokrasi adalah system pengorganisasian masyarakat dea dalam suatu

system pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan

persetujuan masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata dan dijamin.

i) Kemandirian adalah suatu proses yang dlakukan oleh pemerintahan desa dan

masyarakat desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi

kebutuhannya dengan kemampuan sendiri.

j) Partisipasi adalah turut berperan aktif dalam suatu kegiatan.

k) Kesetaraan adalah kesamaan dalan kedudukan dan peran.

l) Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang

sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

m) Keberlanjutan adalah suatu proses yang dilakukan secara

terkordinasi,terintegrasi,danberkesinambungan,dalammerencanakan dan

melaksanakan program pembangunan desa.16

Desa merupakan bisa jadi awal permulaan dalam pembagunan daerah yang

mempunyai potensi tersendiri yang dapat di gali serta dikembangkan sehingga

desa tidak dianggap sebagai tempat yang terbelakang, terpencil, tertinggal, dan

kumuh. Tidak sedikit desa yang mempunyai sumber daya alam yang berkualitas

yang dapat dijadikan sumber pendapatan desa.

16

Afriniko, Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014

Tentang desa. Jurnal. JOM Fakultas Hukum. Pekanbaru. 2015. hlm. 9-10.

Page 33: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

15

b. Pemerintahan Desa

Pemerintah desa menurut sumber saparin (2009) dalam bukunya “ tata

Pemerintahan Dan Administrasi Desa” menyatakan Bahwa : Pemerintahan desa

adalah merupakan simbol formal daripada kesatuan masyarakat desa.

Pemerintahan desa diselenggrakan dibawah pimpinan kepala desa beserta para

pembantunnya (perangkat desa), mewakili masyarakat desa guna hubungan keluar

maupun kedalam masyarakat ang bersangkutan”.17

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. 18

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas:

a. kepastian hukum;

b. tertib penyelenggaraan pemerintahan;

c. tertib kepentingan umum;

d. keterbukaan;

e. proporsionalitas;

f. profesionalitas;

g. akuntabilitas;

h. efektivitas dan efisiensi;

i. kearifan lokal;

j. keberagaman; dan

k. partisipatif.

17

Suhana, Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintah,

Artikel E-Journal, Tanjung Pinang, 2014,hlm.7. 18

Ketentuan Umum PP Nomor 43 tahun 2014 tentang Desa

Page 34: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

16

Pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala

desa dan perangkat desa sebagai unsure penyelenggara pemerintahan desa. Kepala

Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan

masyarakat Desa. Sedangkan BPD adalah lembaga yang merupkan perwujudan

demokrasi dalam penyelenggraan pemerintahan desa sebagai unsur peneyelenggra

pemerintahan desa. Mengenai susunan organisasi dan tata kerja pemrintahan desa

ditetapkan dengan peraturan desa. Peraturan Desa adalah peraturan

perundangundangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan

disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.19

Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Dengan demikian, perangkat desa bertanggung jawab kepada

kepala desa. perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.

Perangkat desa lainnya terdiri dari:

a. sekretaris desa;

b. pelaksana teknis lapangan;

c. unsur kewilayahan.

Keberadaan desa sebagai satu kesatuan masyarakat hukum memberi pemahaman

yang mendalam bahwa institusi desa bukan hanya sebagai entitas administratif

belaka tetapi juga entitas hukum yang harus dihargai, diistimewakan, dilestarikan,

dan dilindungi dalam struktur pemerintahan di Indonesia. Hal ini yang kemudian

19

Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 6 tahun 2014

Page 35: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

17

tertuang dalam UUD 1945 Pasal 18 B ayat (2) yang menyatakan: “Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta

hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dengan

undang-undang”. Berdasarkan bunyi Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945 tersebut maka

desa diartikan bukan saja sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, tetapi juga

sebagai hierarki pemerintahan yang terendah dalam NKRI. Istilah pemerintahan

dan pemerintah sendiri dalam masyarakat secara umum diartikan sama, di mana

kedua kata tersebut diucapkan bergantian (pemerintah atau pemerintahan).

Sebutan kedua kata atau istilah tersebut menunjuk pada penguasa atau pejabat.

Mulai dari Presiden hingga Kepala Desa, artinya semua orang yang memegang

jabatan disebutlah pemerintah atau pemerintahan, tetapi orang yang bekerja di

dalam lingkungan pemerintah atau pemerintahan disebut orang pemerintahan.

Desa, atau udik, menurut definisi "universal", adalah sebuah aglomerasi

permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa adalah

pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala

Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil

yang disebut kampung (Banten, Jawa Barat) atau dusun (Yogyakarta) atau banjar

(Bali) atau jorong (Sumatera Barat). Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain

misalnya Kepala Kampung atau Petinggi di Kalimantan Timur, Klèbun di

Madura, Pambakal di Kalimantan Selatan, dan Kuwu di Cirebon, Hukum Tua di

Sulawesi Utara.20

20 https://id.wikipedia.org/wiki/Desa diunduh 2 Maret 2019 Pukul 10:56 WIB

Page 36: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

18

Desa berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah kelahiran”. Desa

identik dengan kehidupan agraris dan kesederhanaannya. Ada beberapa

istilah desa, misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari (Padang),

wanus (Sulawesi Utara), dan huta (Batak).21

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Desa adalah kesatuan wilayah yang

dihuni oleh sejulah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri

(dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di

luar kota yang merupakan satu kesatuan.

Beberapa ahli juga memberikan pendapat terkait dengan pengertian desa, R.

Bintarto berpendapat bahwa Desa adalah suatu perwujudan geografis yang

ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis sosial ekonomis, politis, dan kultural

yang terdapat di situ dalam hubungan dan pengaruh timbal-balik dengan daerah-

daerah lain.22

Menurut P. J. Bournen, Desa adalah salah satu bentuk kuno dari kehidupan

bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal,

kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, perikanan, dan

sebaginya usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam.

Dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat,

ketaatan, dan kaidah-kaidah sosial.23

I Nyoman Beratha, Desa atau dengan nama aslinya yang setingkat yang

merupakan kesatuan masyarakat hukum berdasarkan susunan asli adalah suatu

21

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-ciri-jenis-desa.html diunduh 11 Januari

2016 Pukul 11:02 WIB 22

Hanif Nurcholis, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Erlangga,

Jakarta, hal. 4. 23

Loc. Cit.

Page 37: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

19

“badan hukum” dan adalah pula “Badan Pemerintahan”, yang merupakan bagian

wilayah kecamatan atau wilayah yang melingkunginya.24

H. Unang Soenardjo, Desa adalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat

dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya;

memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun

karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan;

memiliki susunan pengurus yang dipilih bersama; memiliki kekayaan dalam

jumlah tertentu dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.25

Berdasarkan pada pengertian di atas maka dapat ditarik pemahaman bahwa Desa

adalah suatu wilayah yang didiami oleh sejumlah penduduk yang saling mengenal

atas dasar hubungan kekerabatan dan/atau kepentingan politik, sosial, ekonomi,

dan keamanan yang dalam pertumbuhannya menjadi kesatuan masyarakat hukum

berdasarkan adat sehingga tercipta ikatan lahir batin antara masing-masing

warganya, umumnya warganya hidup dari pertanian, mempunyai hak mengatur

rumah tangga sendiri, dan secara administratif berada di bawah pemerintahan

Kabupaten/Kota.

a. Sejarah Pembentukan Desa

Dilihat dari sejarahnya, desa sudah dikenal sejak zaman kerajaankerajaan

Nusantara sebelum kedatangan Belanda. Pada zaman tersebut Desa adalah

wilayah-wilayah yang mandiri di bawah taklukan kerajaan pusat. Dalam praktik

penyelenggaraan pemerintahan, kerajaan pusat hanya menuntut loyalitas desa.

Sedangkan bagaimana desa menyelenggarakan pemerintahannya, kerajaan pusat

24

Loc. Cit. 25

Loc. Cit.

Page 38: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

20

tidak mengatur melainkan menyerahkannya kepada desa yang bersangkutan untuk

mengatur dan mengurusnya sesuai dengan adat istiadat dan tata caranya sendiri.26

Tulisan pada prasasti Himad-Walandit menunjukkan bahwa desa pada zaman

kerajaan Kediri-Jenggala memiliki status swatantera (otonomi). Dengan demikian,

sejak dahulu desa mempunyai hak mengatur rumah tangganya

sendiri/swatantera/otonomi. Berdasarkan prasasti dan piagam yang diketemukan

kemudian pada 1880 di Penanjangan Tengger, Jawa Timur, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:27

a) Bahwa desa sebagai lembaga pemerintahan terendah telah ada sejak dahulu

kala dan bukan import dari luar Indonesia, bahkan murni bersifat Indonesia;

b) Bahwa nampaknya desa adalah tingkat yang berada langsung di bawah

kerajaan. Dengan kata lain, pada waktu itu terdapat sistem pemerintahan di

daerah, dua tingkat;

c) Bahwa masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal sistem-sistem

pemerintahan di daerah, dan yang sekarang menjadi hakekat dari asasasas

penyelenggaraan pemerintahan; misalnya, swatantera (yaitu yang disebut

sekarang sebagai otonomi atau hak untuk mengurus dan mengatur urusan

rumah tangganya sendiri). Demikian pula ada jabatanjabatan atau pembagian

tugas, misalnya samget (ahli adat), raja dikira, pamget, jayapatra (hakim),

patih, dyaksa (jaksa), dan sebagainya;

d) Bahwa terdapat jenis-jenis desa antara lain Desa Keramat, Desa Perdikan, dan

sebagainya dengan hak-hak khusus.

26

Ibid., hal. 4-5. 27

Ibid., hal. 5.

Page 39: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

21

b. Sejarah Pemerintahan Desa

Sejarah pemerintahan desa di Indonesia sudah ada sejak pemerintahan Kolonial

Belanda dibuktikan dengan adanya Perundang-undangan yang mengatur tentang

Desa pada zaman tersebut. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang

Desa sudah mengalami beberapa kali perubahan sesuai dengan perkembangan

zaman dan kebutuhan.

Sejak tahun 1906 hingga 1 Desember 1979 Pemerintahan Desa di Indonesia diatur

oleh Perundang-undangan yang dibuat oleh penjajah Kolonial Belanda. Pada

tahun 1965 sudah ada UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja tetapi dengan

dikeluarkannya UU No. 6 Tahun 1969 yang menyatakan tidak berlakunya

berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

maka UU No. 19 Tahun 1965 dalam prakteknya tidak berlaku walaupun secara

yuridis Undang-undang tersebut masih berlaku hingga terbentuknya Undang-

undang yang baru yang mengatur tentang Pemerintahan Desa, baru setelah 34

tahun merdeka Negara Indonesia memiliki Undang-undang Pemerintahan Desa

yang dibuat sendiri.28

c. Tujuan Desa

Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

28

Daeng Sudirwo, 1981, Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah dan Pemerintahan Desa,

Angkasa, Bandung, hal. 41.

Page 40: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

22

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang

merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia.

Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan

berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu

dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis

sehingga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan

sejahtera. Dengan demikian, tujuan ditetapkannya pengaturan Desa dalam

Undang-Undang ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B ayat (2) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:

a) memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

b) memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh

rakyat Indonesia;

c) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

d) mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan aset Desa guna kesejahteraan bersama;

e) membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka,

serta bertanggung jawab;

Page 41: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

23

f) meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan

masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari

ketahanan nasional;

h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek

pembangunan

c. Keuangan Desa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan

uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan

pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan

pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan

desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penata uasahaan, pelapran dan pertanggung jawab dengan

periodesasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai 31

Desember.29

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa

didanai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah dan

bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang

diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan

29

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2015. Petunjuk Bimbingan &

Konsultasi Pengelolaan keuangan Desa. Jakarta. Hlm. 33

Page 42: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

24

belanja daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh

pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Sumber

pendapatan desa terdiri atas :

a) Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil

swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli

desa yang sah;

b) Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c) Bagian hasil dari pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d) Alokasi Dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

e) Bantuan Keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f) Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan

g) Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Dalam hal sumber pendapatan Desa, dari tujuh sumber pendapat Desa

sebagaimana telah diatur pada pasal 72 ayat (1) UU Desa, ada dua tipe jika dilihat

dari sisi kepastian memperolehnya. Tipe Peratama adalah sumber pendapatan

yang sifatnya pasti diterima oleh Desa karena merupakan hak desa, mencakup

Pendapatan Asli Desa, Dana Desa, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi

daerah Kabupaten/Kota dan Alokasi Dana Desa. Jika Haknya tidak diberikan,

maka desa bisa menuntut kepada pemerintah Kabupaten/Kota maupun pemerintah

pusat. Tipe Kedua adalah sumber Pendapatan yang sifatnya tidak pasti, yang

terdiri dari bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, hibah

Page 43: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

25

dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan lain-lain pendapatan

desa yang sah. Untuk tipe kedua ini, Desa tidak bisa menuntut jika suatu saat

pihak yang memberikan menghentikan bantuannya kepada desa.

Alokasi dana Desa (ADD) sebagai bantuan stimulan atau perangsang untuk

mendorong dalam membiayai program penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat ( Permendesa No. 5 Tahun 2015). Selain itu terdapat peraturan

Menteri dalam negeri Republik Indonesia No, 113 tahun 2014 tentang

pengelolaan keuangan desa.30

UU Desa menentukan bahwa Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan Keuangan Desa. Dalam Melaksanakan Kekuasaan, Kepala Desa

menguasakan sebagian kekuasaannya kepada perangkat desa yang ditunjuk begitu

juga Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan

Desa, Kepala Desa (Kades) merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik

desa yang dipisahkan.31

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDes ) terdiri atas bagian

pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (RAPBDes) dibahas dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa. Kepala desa bersama Badan Permusyawaratan Desa

30

Masyiah Kholmi,” Akuntabilitas Pengelolaan Dana Alokasi desa : Study Kaus Di desa Kedung

Betik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”, ejornal Ekonomi Bisnis, Universitas

Muhammadiyah Malang. Vol. 07. No.02 Bulan Juni 2016, Hlm. 143-152 31

Armen Yasir, Hukum Pemerintahan Desa. (Bandar Lampung:Universitas Lampung,2017),

hlm.141-142.

Page 44: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

26

menetapkan APBDes setiap tahun dengan Peraturan Desa. Pedoman penyusunan

APBDes, perubahan APBDes, perhitungan APBDesa, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDes ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Penyelenggaraan pemerintah desa yang output nya berupa pelayanan publik,

pembangunan, dan perlindungan masyarakat harus disusun perencanaannya setiap

tahun dan dituangkan dalam APBDes. Dalam APBDes inilah terlihat apa yang

akan dikerjakan pemerintah desa dalam tahun berjalan.

Pemerintah desa wajib membuat APBDes. Melalui APBDes kebijakan desa yang

dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan sudah ditentukan anggarannya.

Dengan demikian, kegiatan pemerintah desa berupa pemberian pelayanan,

pembangunan, dan perlindungan kepada warga dalam tahun berjalan sudah

dirancang anggarannya sehingga sudah dipastikan dapat dilaksanakan.

Tanpa APBDes, pemerintah desa tidak dapat melaksanakan program dan kegiatan

pelayanan publik. Berikut Struktur APBDes:

1) Pendapatan Desa

Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang

merupakan hak desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali

oleh desa. Pendapatan desa terdiri atas:

a. Pendapatan asli desa (PADes);

b. Bagi hasil pajak kabupaten/ kota;

c. Bagian dari retribusi kabupaten/ kota;

d. Alokasi dana desa (ADD);

e. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah

Page 45: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

27

kabupaten/ kota, dan desa lainnya;

f. Hibah;

g. Sumbangan pihak ketiga

2) Belanja desa

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dan rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa terdiri atas: Belanja langsung

yang terdiri atas:

a. Belanja pegawai;

b. Belanja barang dan jasa;

c. Belanja modal.

Belanja tidak langsung yang terdiri atas:

a. Belanja pegawai/ penghasilan tetap;

b. Belanja subsidi;

c. Belanja hibah (pembatasan hibah);

d. Belanja bantuan sosial;

e. Belanja bantuan keuangan;

f. Belanja tak terduga.

3) Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan desa

terdiri dari:

Page 46: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

28

Penerimaan pembiayaan, yang mencakup:

a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya;

b. Pencairan dana cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan;

d. Penerimaan pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan yang mencakup:

a. Pembentukan dana cadangan;

b. Penyertaan modal desa;

c. Pembayaran utang.

d. Pendapatan Asli Desa

Menurut ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Pasal 71 Ayat (1) Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang

dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pasal 72 Ayat (1),

disebutkan sumber pendapatan desa berasal dari:

a) pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan

partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa;

b) alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

c) bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota;

d) alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang

diterima Kabupaten/Kota;

e) bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f) hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan

Page 47: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

29

g) lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Menurut penjelasan dari undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Pasal 72 Ayat (1)

haruf a Yang dimaksud dengan “Pendapatan Asli Desa” adalah pendapatan yang

berasal dari kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala

lokal Desa. Yang dimaksud dengan “hasil usaha” termasuk juga hasil BUMDes

dan tanah bengkok.32

C. Kelembagaan Desa

Lembaga atau Institution merupakan wadah mengembangkan tugas dan fungsi

tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, keberadaan

“Lembaga Desa” merupakan wadah untuk mengembangkan tugas dan fungsi

pemerintahan desa ( dimana tugas dan fungsi pemerintahan desa merupakan

uraian lebih lanjut dari wewenang desa) untuk ,encapai tujuan penyelenggaraan

pemerintahan desa. Tujuan Pemerintah desa adalah meningkatkan kesejahteraan

masayarakat, sehingga tugas pemerintah ( termasuk Pemerintah desa ) adalah

pemberian pelayanan (services), pemberdayaan (empowermwent), serta

pembangunan (development) yang seluruhnya di abadikan bagi kepentingan

masyarakat.33

Jenis-Jenis Lembaga Desa menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, yang ditindak lanjuti dengan PP No 72 Tahun 2005 tentang

Desa, terdapat 3 (tiga) lembaga desa yaitu: (a) Pemerintah Desa ( Kepala Desa

32

Okta Rosalinda LPD, Pengelolaan Dana Alokasi Desa (ADD) Dalam Menunjang Pembangunan

Pedesaan, 2014 , hlm.6 33

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat

Desa. Modul Pegangan Peserta Pelatihan Bagi Pelatih Menejemen Pemerintah Desa. Hlm.109

Page 48: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

30

dan Perangkat Desa; (b) Badan Permusyawaratan Desa; dan (c) Lembaga

Kemasyarakatan.

Di desa dibentuk juga bebarapa lembaga kemasyarakatan. Lembaga

permasyarakatan ditetapkan oleh peraturan desa. pembentukaannya berpedoman

pada peraturan perundang undangan. Tugas lembaga tersebut adalah membantu

pemerintah desa dan memberdayakan masyarakat desa. misalnya, Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Pertahanan Sipil (Hansip), Pemberdayaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Karang Taruna. Lembaga Ketahanan

Masyarakat Desa (LKMD) merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam

pembangunan desa yang memadukan kegiatan pemerintahan desa yang dilakukan

secara gotong royong.

Pengurus LKMD umumnya tokoh masyarakat setempat. Pembentukan LKMD

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa berdasarkan musyawarah anggota

masyarakat. Fungsi LKMD adalah membantu adalah membantu pemerintah desa

dalam merencanakan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan desa. selain

itu, LKMD memberikan masukan kepada BPD dalam proses perencanaan

pembangunan desa.

D. Kewenangan Desa

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah harus memiliki legitimasi

wewenang yang diberikan oleh undang-undang. Menurut H.D. Stout, bahwa

wewenang adalah pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan,

yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan

Page 49: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

31

perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di

dalam hubungan hukum publik.34

Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan

Hukum Administrasi Negara. Begitu pentingnya kedudukan kewenangan ini,

sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek menyebutkan sebagai konsep inti

dalam Hukum Tata Negara dan Hukum Adminstrasi Negara yang di dalamnya

terkandung hak dan kewajiban. Kewenangan disebut juga “kekuasaan formal”,

yaitu kekuasaan yang diberikan atau berasal dari Undang-undang atau legislative

dari kekuasaan eksekutif atau adminstrasi yang bersifat utuh atau bulat.

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan

kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau

tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban

(rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung

pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola sendiri

(zelfbesturen). Kewajiban secara horisontal berarti kekuasaan untuk

menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Sedangkan kewajiban

vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib

ikatan pemerintahan Negara secara keseluruhan.

Apabila ada suatu ketentuan hukum atau aturan hukum yang merupakan

perwujudan dari keputusan penguasa yang ternyata secara hukum, atau secara

yuridis tidak dapat dicari dasar hukumnya kepada suatu ketentuan hukum atau

34

Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, PT. RajaGravindo Persada,

Jakarta, hal. 98.

Page 50: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

32

aturan hukum yang lebih tinggi, atau kewenangan yang lebih tinggi, maka akan

terdapat dua kemungkinan, yaitu:35

a) bahwa ketentuan hukum atau aturan hukum tersebut bukan merupakan

ketentuan hukum atau aturan hukum yang sah, oleh karena itu tidaklah

mempunyai kekuatan berlaku, juga kekuatan mengikat;

b) bahwa ketentuan hukum atau aturan hukum tersebut merupakan ketentuan

hukum atau aturan hukum yang tertinggi dalam tata-hukum Negara yang

bersangkutan.

Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa juga diatur mandat dan kewenangan

desa antara lain kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal

berskala Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Serta kewenangan lain yang

ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Lebih lanjut, dalam aturan sebelumnya kewenangan pemerintahan yang menjadi

kewenangan desa mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan

hak asal–usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan

dari pemerintah, pemerintah provinsi dan atau pemerintah Kabupaten/Kota,

urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan diserahkan

kepala desa. Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, kewenangan desa

meliputi:

35

Ibid., hal. 106-107

Page 51: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

33

a. kewenangan berdasarkan hak asal-usul;

b. kewenangan lokal berkala desa;

c. kewenangan yang ditugaskan pemerintahan daerah provinsi, pemerintah

kota/kabupaten; dan

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah Kabupaten/Kota sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Berkenaan dengan kewenangan-kewenangan tersebut, Pemerintah Desa juga

berwenang untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang

dikelola dengan semangat kekeluargaan dan gotong-royong. BUM Desa itu bisa

bergerak di bidang ekonomi, pedagangan, pelayanan jasa maupun pelayanan

umum lainnya sesuai ketentuan umum peraturan perundangundangan.

Dalam penjelasan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disebutkan bahwa

BUM Desa ini secara spesifik tidak bisa disamakan dengan badan hukum seperti

perseroan terbatas, CV atau koperasi karena tujuan dibentuknya adalah untuk

mendayagunakan segala potensi ekonomi, sumber daya alam dan sumber daya

manusia untuk kesejahteraan masyarakat desa.

Dengan kata lain, orientasi BUM Desa tidak hanya berorientasi pada keuntungan

keuangan. Melainkan juga mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa. Sumber pendanaan BUM Desa juga dibantu oleh pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, pemerintah daerah Kabupaten/Kota, dan pemerintah desa.

Pemerintah mendorong BUM Desa dengan memberikan hibah dan atau akses

permodalan, melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar, dan

memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di desa.

Page 52: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

34

Jadi kewenangan desa adalah kewenangan yang dimiliki desa, meliputi

kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan adat istiadat

desa.36

Yang dimaksud dengan kewenangan berdasarkan hak asal-usul adalah hak yang

merupakan warisan yang masih hidup dan prakarsa masyarakat desa, sesuai

dengan perkembangan kehidupan masyarakat.37

Artinya bahwa kewenangan

tersebut merupakan kewenangan yang dimiliki desa, bukan karena pemberian dari

pemerintah pusat, melainkan kewenangan yang bersifat otonom hasil dari rahim

riwayat desa tersebut.

E. Peraturan Desa

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Angka 7 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa disebutkan bahwa, Peraturan Desa adalah peraturan perundang-

undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati

bersama Badan Permusyawaratan Desa. 38

yang merupakan kerangka hukum dan

kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pembangunan desa,

peraturan desa merupakan penjabaran atas berbagai kewenangan yang dimiliki

desa dalam mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

36

Tim Visi Yustisia, 2015, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan

Terkait, Visimedia, Jakarta, hal. 10. 37

Ibid. 38

Pasal 1 Angka 7 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Page 53: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

35

Peraturan desa yang dibuat oleh pemerintah desa untuk mengelola kegiatan

kegiatan yang penting dan strategis desa, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain,

penetapan anggaran, penerimaan dan pengeluaran, keuangan desa, dan penyewaan

tanah kas desa, dan lain-lainnya.

Tata cara penyusunan Peraturan Desa diatur dalam PP Nomor 43 Tahun 2014

tentang desa Pasal 83:

1. Rancangan peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa.

2. Badan Permusyawaratan Desa dapat mengusulkan rancangan peraturan Desa

kepada pemerintah desa.

3. Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

wajib dikonsultasikan kepada masyarakat Desa untuk mendapatkan masukan

4. Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

oleh kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan

Permusyawaratan Desa.

Pasal 84:

1. Rancangan peraturan Desa yang telah disepakati bersama disampaikan oleh

pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada kepala Desa untuk ditetapkan

menjadi peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal

kesepakatan.

2. Rancangan peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling

lambat 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan peraturan

Desa dari pimpinan Badan Permusyawaratan Desa.

Page 54: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

36

3. Peraturan Desa dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat sejak diundangkan dalam lembaran Desa dan berita Desa oleh

sekretaris Desa.

4. Peraturan Desa yang telah diundangkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan kepada bupati/walikota sebagai bahan pembinaan dan

pengawasan paling lambat 7 (tujuh) Hari setelah diundangkan.

5. Peraturan Desa wajib disebarluaskan oleh Pemerintah Desa.

Peraturan Desa (Perdes) berbasis masyarakat berarti setiap Perdes harus relevan

dengan konteks kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dengan kata lain, Perdes

yang dibuat bukan sekadar merumuskan keinginan elite desa atau hanya untuk

menjalankan instruksi dari pemerintah supra desa. Secara substansi, prinsip

dasarnya bahwa Perdes lebih bersifat membatasi yang berkuasa dan sekaligus

melindungi rakyat yang lemah.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan Peraturan desa harus sesuai

dengan kebutuhan masyarakat dan dilarang bertentangan dengan kepentingan

umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan desa

memberikan ketegasan tentang membatasi yang berkuasa dan akuntabilitas

pemerintah desa dan BPD dalam mengelola pemerintahan Desa.

F. Otonomi Desa

Menurut Widjaja (2003) Otonomi Desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan

utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah, sebaliknya pemerintah

berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki desa tersebut.39

39

Wayan Carwiaka, Pelaksanaan Otonomi Desa , 2013, hlm.4

Page 55: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

37

Juliantara (2003) menerangkan bahwa otonomi desa bukanlah sebuah kedaulatan

melainkan pengakuan adanya hak untuk mengatur urusan rumah tangganya

sendiri dengan dasar prakarsa dari masyarakat. Otonomi dengan sendirinya dapat

menutup pintu intervensi institusi diatasnya.40

Gagasan utama desentralisasi pembangunan adalah menempatkan desa sebagai

entitas yang otonom dalam pengelolaan pembangunan. Dengan demikian,

perencanaan desa dari bawah keatas (bottom up) juga harus diwujudkan menjadi

village self planning, sesuai dengan batas-batas kewenagan yang dimiliki oleh

desa. Desentralisasi pembangunan identik dengan membuat perencanaan

pembangunan cukup sampai desa saja. Desa oleh kerananya mempunyai

kemandirian dalam perencanaan pembangunan tanpa intruksi dan intervensi

pemerintah supradesa. Disinilah kemudian peran Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) atau yang disebut dengan nama lain, sebagai lembaga yang merupakan

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemrintahan desa sebagai unsure

penyelenggara pemerintahan desa. BPD inilah yang harus menjadi roda penggerak

otonomi desa.41

Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan

pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati

otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat

melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata,

40

Ibid 41

Naskah Akademik RUU Desa, Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan Direktorat Jendral

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri 2007. 11

Page 56: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

38

memiliki kekayaan,harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka

pengadilan.42

Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh

daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi yang

dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan

berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya,

yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem

Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran

yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi

asli, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Otonomi desa mengandung prinsip keleluasaan (discretionary), kekebalan

(imunitas) dan kapasitas (capacity). Keterpaduan antara keleluasaan dan kapasitas

melahirkan kemandirian desa, yakni kemandirian mengelola sumberdaya lokal

sendiri yang sesuai dengan preferensi masyarakat lokal. Kemandirian merupakan

kekuatan atau sebagai sebuah prakondisi yang memungkinkan proses peningkatan

kualitas penyelenggaran pemerintahan desa, pembangunan desa, pengembangan

prakarsa dan potensi lokal, pelayanan publik dan kualitas hidup masyarakat desa

secara berkelanjutan. Untuk membangun otonomi desa, desentralisasi harus

didorong sampai ke level desa dimana distribusi kewenangan tidak hanya berhenti

pada pemerintah daerah saja tetapi perlu juga ditribusi kewenangan hingga pada

42

H.A.W Widjaja,…Op.Cit., hlm 165

Page 57: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

39

tingkat desa. kewenangan ideal yang harus dimiliki oleh desa untuk mendorong

terwujudnya otonomi desa, yaitu sebagai berikut:43

1. Hak dan kewenangan untuk terlibat dalam proses perumusan kebijakan

pemerintah daerah yang menyangkut tentang desa. Produk kebijakan

pemerintah desa idealnya lahir dari sebuah proses yang melibatkan desa,

kebijakan tentang penyusunan alokasi anggaran untuk desa dalam APBD dan

serta kebijakan tentang program pembangunan kabupaten yang menyangkut

tentang desa harus selalu melibatkan partisipasi desa. Pelibatan desa disini

tidak hanya sekedar pemerintah desa saja namun juga harus melibatkan

komponen masyarakat lainnya. Dengan dilibatkannya masyarakat maka

desentralisasi desa tidak hanya sebuah proses transfer kewenangan antar unit

pemerintahan (intergovernmental relation) tetapi juga merupakan sebuah

proses yang membuka ruang bagi masyarakat untuk terlibat di dalamnya.

Sehingga desentralisasi desa tidak hanya merupakan sebuah konsep yang

diinisiasi oleh pihak negara (state), namun menempatkan masyarakat (society)

sebagai bagian utama dari bergulirnya desentralisasi desa.

2. Kewenangan untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan urusan

urusan internal desa. Melalui prinsip subsidiarity, bagi desa-desa yang mampu

mengurus urusan-urusan internalnya diberikan kewenangan untuk mengurusi

urusan-urusan internal desa. Adapun urusan-urusan internal desa antara lain

adalah: penentuan model rekruitmen kepemimpinan desa, penentuan

pelembagaan demokrasi desa, penentuan mekanisme pertanggung jawaban

pemerintah desa kepada masyarakat, pengelolaan wilayah desa, pengelolaan

43

Abdur Rozaki dkk, Prakarsa Desa dan Otonomi Desa, (Yogyakarta: IRE PRESS, 2005) hlm. 73

Page 58: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

40

pembangunan desa serta pengelolaan anggaran desa. Kewenangan

menjalankan urusan internal desa harus dibarengi dengan pemberian

keleluasaan kepada desa untuk menterjemahkan pedoman dari kabupaten

berdasarkan konteks lokalitas dan kesepakatan masyarakat.

3. Kewenangan untuk mengelola pelayanan publik dasar.

4. Kewenangan untuk mengelola dana perimbangan yang berasal dari DAU.

Kewenangan ini harus didahului dengan adanya komitmen dari kabupaten

untuk memberikan persentase yang proporsional kepada desa atau DAU yang

diterima kabupaten. Sebesar apapun transfer fungsi dan kekuasaan kepada

desa namun kalau tidak ditopang dengan transfer “alat” untuk menjalankan

fungsi dan kekuasaan yang dimilikinya tidakakan mendorong proses otonomi

desa. Oleh karena itu desa perlu untuk mendapatkan prosentase yang

proporsional terhadap DAU yang diterima oleh kabupaten untuk mendorong

munculnya kemandirian pengelolaan kehidupan rumah tangganya.

5. Kewenangan mengelola sumber daya ekonomi yang berada di tingkat desa.

Desa baik secara sendiri ataupun dengan bekerjasama dengan pihak luar

punya keleluasaan mengelola dan mengoptimalkan sumber daya alam yang

tersedia di desa. Berkaitan dengan sumber pendapatan daerah yang berada di

tingkat desa dan sudah dikelola oleh kabupaten, maka desa idealnya

dialokasikan persentase yang proporsional dari perolehan keuntungan

pengelolaan sumber pendapatan daerah yang berdara di tingkat desa dimana

penentuannya dibicarakan secara bersama dan terbuka antara pemerintah

kabupaten dan pemerintah desa. Jika desa dianggap telah memungkinkan

Page 59: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

41

untuk mengelola secara mandiri, kabupaten hendaknya memfasilitasi proses

transfer pengelolaan sumber daya dari kabupaten kepada desa.

6. Kewenangan untuk menolak program-program tugas pembantuan dari

pemerintah di atasnya yang disertai dengan pembiayaan, sarana, prasrana dan

tidak sesuai dengan daya dukung desa dan kehendak masyarakat setempat.

Kewenangan ini harus disertai dengan munculnya komitmen dari kabupaten

untuk tidak melakukan penilaian negatif atas penolakan pelaksanaan program

pembantuan yang dilakukan desa.

Pengakuan otonomi di desa, Taliziduhu Ndraha menjelaskan sebagai berikut :

a. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi

oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada

“kemurahan hati” pemerintah dapat semakin berkurang.

b. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti

sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan.

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan

hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk

tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan

pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang

pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa.

Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada kewenangan

tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi

Page 60: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

42

desa harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan

kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas,

persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan

dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.44

Otonomi desa atau disebut dengan nama lain berdasarkan amanat Pasal 18B ayat

(2) Undang-Undang Dasar 1945 setidaknya harus melingkupi pada tiga aras hak

asal-usul, yaitu: pengakuan terhadap susunan asli; pengakuan terhadap sisten

norma/pranata sosial yang dimiliki dan berlaku; serta, pengakuan terhadap basis

basis material yakni ulayat serta asset-aset kekayaan desa (property right). Dengan

demikian, sebenarnya otonomi desa ini bisa diimplementasikan dengan baik

dalam kerangka desa adat, bukan desa administratif. 45

Gagasan otonomi desa sebenarnya mempunyai relevansi (tujuan dan manfaat)

sebagai berikut:46

a. Memperkuat kemandirian desa sebagai basis kemandirian NKRI;

b. Memperkuat posisi desa sebagai subyek pembangunan;

c. Mendejkatkan perencanaan pembangunan kemasyarakat;

d. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan;

e. Menciptakan efisiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan

kebutuhan lokal;

44

H.A.W Widjaja,…Op.Cit., hlm 166 45

Naskah Akademik RUU Desa, Op.Cit 46

Ibid.

Page 61: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

43

f. Menggairakkan ekonomi lokal dan penghidupan masyarakat desa;

g. Memperbaiki kepercayaan, tanggung jawab dan tantangan bagi desa untuk

membangkitkan prakarsa dan potensi desa;

h. Menempa kapasitas desa dalam mengelola pemerintahan dan pembangunan;

i. Membuka arena pembelajaran yang sangat berharga bagi pemrintah desa,

lembaga-lembaga desa dan masyarakat;

j. Merangsang tumbuhnya partisipasi masyarakat.

Kewenangan-kewenangan yang dimiliki desa mendorong agar desa bisa lebih

mandiri, kreatif dan inovatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya yaitu dengan membangkitkan prakarsa dan potensi-potensi sumber

daya yang ada. Dalam menjalankan roda pemerintahannya, desa berkewajiban

untuk dapat meningkatkan pembangunan, pelayanan publik serta melaksanakan

pengelolaan keuangan desa secara baik, transparansi, dan akuntabel.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18 disebutkan bahwa,

“Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan

Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan adat istiadat Desa. Selanjutnya pada Pasal 19 menjelaskan

”Kewenangan Desa meliputi: kewenangan berdasarkan hak asal usul; kewenangan

lokal berskala Desa; kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota”. Pelaksanaan

kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa

sebagaimana diatur dan diurus oleh Desa. Pelaksanaan kewenangan yang

ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah

Page 62: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

44

Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus oleh Desa.

Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Penugasan disertai biaya.

Dari penjelasan diatas otonomi desa adalah desa yang mempunyai wewenang

tersendiri untuk mengatur, membangun dan mengembangkan segala kegiatan-

kegiatan yang ada didesa, sehingga tidak ada campur tangan dari pemerintahan

pusat. Tugas dari Pemerintah puat adalah memberikan modal dan membantu

mengarahkan sesuai kebutuhan yang ada didesa tersebut.

Jadi Pemerintah Desa tidak harus manggantungkan harapanya ke Pemerintah

Pusat untuk segala keperluan maupun bantuan yang ada. Akan tetapi desa harus

mandiri, kreatif, untuk mengelola sumber daya yang ada didesa.

G. Badan Usaha Milik Desa

a. Definisi Badan Usaha Milik Desa

Menurut Pasal 1 Angka (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Badan Usaha

Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDes, adalah badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset,

jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar besarnya kesejahteraan

masyarakat Desa.

BUMDes menurut Undang-undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa didirikan

antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa. Berangkat dari cara

Page 63: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

45

pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka

kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan “goodwill”

dalam merespon pendirian BUMDes. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang

beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan

lembagaekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja

BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan

kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha

kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai

kehidupan bermasyarakat.47

Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus

memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan

agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya

tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan

terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga

ekonomi komersial pada umumnya yaitu:48

1. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

2. Modal usaha bersumber dari Anggaran Dana Desa (ADD) dan dari

masyarakat melalui penyertaan modal (saham atau andil);

47

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (PKDSP). Buku

Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha MIlik Desa (BUMDes), (Fakultas Ekonomi:

Universitas Brawijaya, 2007), hlm. 4. 48

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan

(PKDSP)…,Op.Cit.

Page 64: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

46

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya

lokal (local wisdom);

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi

pasar;

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village

policy);

6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,

anggota).

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif

masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha

BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup

kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar,

seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini

sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk

mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan

dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa

(Perdes).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan BUMDes adalah suatu badan yang didirikan atau dibentuk secara bersama

Page 65: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

47

oleh masyarakat dan pemerintah desa dan pengelolaannya dilakukan oleh

pemerintah desa dan masayrakat dalam rangka memperolah keuntungan bersama

sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Desa.

b. Tujuan dan fungsi Badan Usaha Milik Desa

Empat tujuan utama pendirian BUMDes adalah:

1. Meningkatkan perekonomian desa;

2. Meningkatkan pendapatan asli desa;

3. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa adalah merupakan

perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara

kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable..

Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha

tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional dan mandiri Untuk

mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan

(produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan

jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan

tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa

yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga

dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan

menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat

mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak

menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan

oleh BUMDes. Dinyatakan di dalam undang-undang bahwa BUMDes dapat

Page 66: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

48

didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Apa yang dimaksud dengan

”kebutuhan dan potensi desa” adalah: 49

a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;

b. Tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama

kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar;

c. Tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai

aset penggerak perekonomian masyarakat;

d. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat

yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha didesa. Apa yang

dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan

ekonomi desa antra lain:

a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha

sejenis lainnya;

b. Penyaluran Sembilan bahan pokok ekonomi desa;

c. Perdagangan hasi pertanian meliputi tanman pangan, perkebunan, peternakan

perikanan dan agrobisnis;

d. Industri dan kerajinan rakyat.

Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDes atau

sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar

Pelayanan Minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan

(proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam

49

Helmei Willy Amanda, Strategi Pembangunan Desa dalam Meningkatkan Pendapatan Asli

Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Universitas Negeri Surabaya. Hlm.3

Page 67: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

49

maupun luar desa). Demikian pula, pemerintah desa ikut berperan dalam

pembentukan BUMDes sebgai badan hukum yang berpijak pada tat aturan

perundangan yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di

masyarakat desa.

Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah

(Perda) setelah memperhatikan peraturan di atasnya. Melalui mekanisme self help

dan member-base, maka BUMDes juga merupakan perwujudan partisipasi

masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha

yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa. Artinya, tata aturan ini

terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan kapasitas

kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh

anggota. Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan

pendirian BUMDes adalah sebagai suatu badan usaha yang dapat memberdayakan

berbagai potensi usaha masyarakat di desa, mendukung pelaksanaan

pembangunan di desa dan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan

ekonomi pedesaan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa upaya pengembangan

dan pengelolaan BUMDes harus dilaksanakan dengan langkah-langkah yang

terencana serta terpadu antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis

menyimpulkan bahwa tujuan pendirian BUMDes adalah sebagai suatu badan

usaha yang dapat memberdayakan berbagai potensi usaha masyarakat desa,

Page 68: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

50

mendukung pelaksanaan pembangunan di desa dan menjadi lokomotif ekonomi

desa serta pemerataan ekonomi pedesaan.50

c. Dasar Hukum Badan Usaha Milik Desa

Pengaturan mengenai pendirian BUMDes diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 87 sampai Pasal

90;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 132 sampai

Pasal 142;

3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib Dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Pasal 88 dan Pasal 89.

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan

pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

d. Prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

1. Prinsip Umum Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa :

a) Pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip

kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable,

dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara

profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun

BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-

50

H.M. Si, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah Persfektif Teoritik.

(Malanh:Averroes Press,2007),Hlm 9

Page 69: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

51

lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari

produk (barang dan jasa) yang dihasilkan.

b) BUMDes sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat dan

menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari

masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan

BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah

Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada

pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan. Pengaturan lebih lanjut

mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah (Perda).

c) BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan direalisir

diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha

produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek

ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan

berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya

adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan

menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan

ekonomi masyarakat desa secara mandiri.

d) Pengelolaan BUMDes, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang

tidak saja berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga masyarakat

dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu, pendirian

BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan

keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung, pembayaran pajak di

desa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini

menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten.

Page 70: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

52

e) Diprediksi bahwa karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat

pelayanan utama BUMDes adalah:

a. masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan,

sandang dan papan, sebagian besar memiliki matapencaharian disektor

pertanian dan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha

informal;

b. masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit

menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha

selanjutnya;

c. masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal

lebih kuat;

d. masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk oleh

sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik modal untuk

dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati

sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa. Atas dasar prediksi tersebut,

maka karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang

mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya.

Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan minimal),

agar berkembang usaha masyarakat di desa.

b. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usaha-

usaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan

peningkatan PADes.

Page 71: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

53

c. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam

melakukan penguatan ekonomi di desa.

e. Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan

agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa,

anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam)

prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:

1) Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu

melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup

usahanya.

2) Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia

secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat

mendorong kemajuan usaha BUMDes.

3) Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus

diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

4) Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat

umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah

dan terbuka.

5) Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara

teknis maupun administratif.

6) Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh

masyarakat dalam wadah BUMDes.

Page 72: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

54

Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses penguatan

ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya. Hal ini

disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin besar.

Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian

BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADesa yang

selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Hal utama yang

penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama

(cooperatif), membangun kebersamaan/menjalin kerekatan disemua lapisan

masyarakat desa. Sehingga itu menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya

pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuka akses pasar. Dalam

pembangunan desa dilakukan uaha yang intensif dengan tujuan dan kecendrungan

memberikan fokus perhatian kepada kelompok maupun daerah tertentu, melalui

penyampaian pelayanan, bantuan dan informasi kepada masyarakat desa.51

arena

masyarakat Desa mempunyai banyak aspek, usaha pembangunan desa bersifat

menyeluruh semestinya juga meliputi keseluruhan aspek tersebut.52

51

Soetomo, Pembangunan Masyarakat, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2006) Hlm.159 52

Ibid

Page 73: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian normatif-empiris. Penelitian

hukum normatif yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari aspek

teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi,

penjelasan umum dari pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat sesuatu

undang-undang tetapi tidak mengikat aspek terapan dan implementasinya.53

Penelitian empiris adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai

perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat.54

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan untuk menjawab permasalahan untuk

mengkaji Fungsi Badan Usaha Milik Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa Berdasarkan UU No 6 Tahun 2014 tentang desa serta masalah-masalah yang

dihadapi di dalamnya.

53

Abdulkadir Muhamad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

hlm. 101 54

Ibid, hlm. 155

Page 74: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

56

C. Sumber Data

Data adalah semua informasi yang terkait dengan tujuan penelitian. Data yang

digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan fokus penelitian.55

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat,56

yang

didapatkan melalui observasi dan pengamatan terhadap peristiwa in concreto serta

wawancara dengan masyarakat.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka57

yang

meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier

sebagai berikut:

1. Bahan Hukum Primer:

1) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa;

4) Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan

pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

5) Peraturan Desa Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Badan Usaha

Milik Desa ( BUMDes ) Desa Wonomarto Tahun 2016.

2. Bahan Hukum Sekunder, antara lain:

a. Doktrin atau pendapat ahli;

b. Buku-buku dalam lingkup ilmu hukum;

55

Muhammad Idrus, METODE PENELITIAN ILMU SOSIAL. (Yogyakarta:Erlangga,2009). Hlm.

61 56

Soerjono Soekanto. Ibid. Hlm. 12. 57

Loc.cit.

Page 75: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

57

c. Jurnal ilmiah dan hasil penelitian baik dalam lingkup ilmu hukum maupun di

luar lingkup ilmu hukum (sejarah, budaya, dan sebagainya); dan

d. Halaman internet dengan author yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Bahan hukum tersier,

Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan bahan hukum primer

dan bahan hukum sekunder, misalnya data statistik, kamus hukum, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, dan kamus bahasa daerah.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data dan Bahan

Hukum

a. Teknik Pengumpulan Data dan Bahan Hukum

Pengumpulan data dilakukan dengan studi kasus terkait Pentingnya Badan Usaha

Milik Desa Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan masalah masalah

yang dihadapi. Kemudian pengumpulan dan bahan hukum dilakukan dengan studi

pustaka yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan

tersier yang relevan dengan permasalahan. Studi pustaka dilakukan melalui tahap-

tahap identifikasi pustaka dan identifikasi bahan hukum yang diperlukan.

b. Metode Pengolahan Data dan Bahan Hukum

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi Data

Indentifikasi Data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

2) Editing

Page 76: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

58

Editing adalah yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para

responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data

tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan.

3) Klasifikasi Data

Klasifikasi Data yaitu menyusun data yang diperoleh secara sistematis sehingga

data tersebut siap untuk dianalisis.

4) Sistematisasi Data

Sistematisasi Data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data

tersebut dapat dianalisis menurut susunan yang benar dan tepat.

5) Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan yaitu langkah selanjutnya setelah data telah

tersusun secara sistematis, kemudian dilanjutkan dengan penarikan suatu

kesimpulan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

c. Metode Perolehan Data Lapangan

Data lapangan dalam penelitian ini didapat dengan melakukan observasi lapangan

serta wawancara dengan responden di Desa Wonomarto. Adapun dalam penelitian

ini, responden berjumlah 10 orang , yang masing-masing mewakili segmen

berbeda dalam struktur Pemerintahan Desa dan Struktur Badan Usaha Milik Desa

di Desa Wonomarto. Kesepuluh responden tersebut yakni:

1. Kepala Desa : Waskito Yusika

2. Ketua BUMDes : Ucuk Samsudin

Anggota BUMDes : Maharani ( Sekretaris BUMDes )

Page 77: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

59

E. Analisis Data

Menurut Bogdan, Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis dilakukan dengan mengorganisasikan data,

menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun, memilih mana

yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami diri sendiri dan orang lain.58

Data yang sudah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis

dengan metode kualitatif, yaitu megungkapkan dan memahami kebenaran

masalah dan pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian, lalu data tersebut di uraikan dalam bentuk kalimat- kalimat yang

disusun secara terperinci dan sistematis.59

58

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Cv Alfabeta,2015). Hlm.334-335 59

Ibid

Page 78: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kedudukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Swadesha Artha Mandiri di desa

Wonomarto, Kecamatan Kotabumi Utara, Kabupaten Lampung Utara, Lampung

dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat desa. Dengan berlakunya

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Desa Nomor

9 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) maka

kedudukan BUMDes baik secara asal usul desa maupun kedudukan dalam

struktur pemerintahan desa Dalam pengelolaannya mencakup beberapa aspek

seperti pengelolaan anggaran dan pembangunan desa yang berdasarkan pada

prakarsa desa dan masyarakat desa. Sehingga kebutuhan desa yang terdiri dari

masyarakat desa dapat dipenuhi oleh pemerintah desa.

Jika dibandingkan BUMDes Swadesha Artha Mandiri yang ada didesa

Wonomarto dengan BUMDes yang ada di Abung Tengah maka lebih unggul

BUMDes Swadesa Artha Mandiri. Jika dilihat dari pendapatan asli desa pertahun

masing masing walaupun lingkupnya berbeda yang satu ada pada tingkat desa

yang satu ada pada tingkat kecamatan akan tetapi BUMDes yang ada didesa

wonomarto memiliki keunggulan lebih karna beberapa faktor yaitu pertama,

BUMDes didesa Wonomarto untuk pengembangan unit wisata desa BUMDes

didesa wonomarto akses jalannya lebih mudah berbeda dengan unit usaha wisata

Page 79: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

92

yang dikelola BUMDes abung tengah yang posisinya jauh dari kota. Kedua,

BUMDes yang ada di desa wonomarto lebih banyak unit usaha desanya tidak

hanya mengandalkan wisata akan tetapi ada unit usaha Bank Desa, Pasar Desa,

dan Toko Desa berbeda dengan BUMDes yang ada di abung tengah yang

beberapa desanya hanya memiliki unit usaha dibidang wisata dan pertanian saja.

Jadi BUMDes Swadesa Artha Mandiri yang ada di Desa Wonomarto yang

memiliki PADes sebesar Rp.19.000.000.00,- lebih unggul dari BUMDes yang

ada di abung tengah yang memiliki PADes sebesar Rp. 12.000.000.00,- pertahun.

2. Implikasi yang diberikan dari pembentukan dan pendirian BUMDes Swadesa

Artha Mandiri adalah meningkatnya Pendapatan Asli Desa (PADes) yang

sebelum dibentuk dan didirikannya BUMDes PADes desa Wonomarto hanya

Rp.3.900.000.00,- meningkat menjadi Rp.19.000.000.00,- Pertahun. Tidak hanya

itu implikasi yang diberikan juga terhadap masyarakat desa dimana masyarakat

bisa lebih mandiri, kreatif, dan inovatif dalam pemgembangan ekonomi desa.

Masyarakat sudah tidak lagi susah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

tidak harus jauh-jauh pergi kekota karna di desa pun BUMDes sudah menyiapkan

keperluan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Pemerintah perlu memberikan pelatihan kepada pengelola BUMDes baik

pemerintah desa maupun pemerintah daerah agar masyarakat yang ada didesa

memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menunjang berkembangnya

Page 80: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

93

BUMDes yang dikelola. Dengan memberikan dana hibah sebagai modal usaha

kepada BUMDes.

2. BUMDes Swadesa Artha Mandiri menambah mitra yang dapat melengkapi unit

usaha BUMDes. Semakin banyak mitra yang bekerjasama maka semakin besar

pula peluang keberhasilan BUMDes. Mitra tersebut dapat berupa penanaman

modal dari perusahaan-perusahaan atau bentuk kerjasama dalam membentuk

suatu unit usaha baru.

3. BUMDes Swadesa Artha Mandiri dapat mencari modal yang lainnya, seperti

penyebaran proposal kepada perusahaan-perusahaan, mencari dana hibah dari

perusahaan pemerintah atau swasta. Karena apabila hanya dengan modal dari

penyertaan dana pemerintah desa wonomarto saja akan menyulitkan BUMDes

membagi modal.

4. BUMDes Swadesa Artha Mandiri memiliki website tersendiri untuk memudahkan

proses promosi dan juga masyarakat dapat dengan mudah mengetahui mengenai

berbagai kegiatan BUMDes, memperkenalkan BUMDes secara lebih luas, agar

pengelolaan BUMDes semakin maju mengikuti perkembangan zaman yang

modern ini, adanya transparansi dan memperluas cakupan pemasaran tentunya.

Page 81: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Alamsyah Nandang, 2017, Teori dan Praktek kewenangan,Yogyakarta: Pandiva

Buku

Ali Chidir, 2015, Badan Hukum, Alumni, Bandung.

Atmosudirdjo Prajudi, 1981, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2015. Petunjuk

Bimbingan& Konsultasi Pengelolaan keuangan Desa. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan

(PKDSP), 2007, Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan

Usaha MIlik Desa (BUMDes). Fakultas Ekonomi: Universitas

Brawijaya.

HR Ridwan, 2013, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Jakarta: PT.

Raja Gravindo Persada.

Hadisapoetro Soedarsono, 2005, Badan Usaha Unit Desa dan Pembinaannya,

dalam Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi Indonesia Setengah Abad

Terakhir: Buku 3 (1966-1982) Paruh Pertama Ekonomi Orde Baru,

Yogyakarta: Kanisius.

Helmei Willy Amanda, Strategi Pembangunan Desa dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Universitas Negeri Surabaya.

Huda Ni‟Matul, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Malang: Setara Press.

Idrus Muhammad, 2009, METODE PENELITIAN ILMU SOSIAL.

Yogyakarta:Erlangga.

Kartika Sari Elsi, Advendi Simangunsong, 2008, Hukum Dalam Ekonomi,

Jakarta: Grasindo.

Page 82: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

95

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Masyarakat Desa. Modul Pegangan Peserta Pelatihan Bagi Pelatih

Menejemen Pemerintah Desa. Carwiaka Wayan, 2013, Pelaksanaan

Otonomi Desa.

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberdayaan

Masyarakat Desa. Modul Pegangan Peserta Pelatihan Bagi Pelatih

Menejemen Pemerintah Desa.

Kususma , Gabriela Hanny dan Nurul Purnamasari. 2016, BUMDes: Kewirausaan

Sosial yang Berkelanjutan. Jogjakarta:Penabulu Fundation.

Maryunani, 2008, Pembangunan Bumdes dan Pemerdayaan Pemerintah Desa,

Bandung: CV Pustaka Setia.

M Fuad, et al, 2006, Pengantar Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

M. Hadjon Philipus, 1997, “tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.5&6 Tahun

XII, September – Desember.

Nurcholis Hanif, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

Jakarta, Erlangga.

Nurmayani, 2009, Hukum Administrasi Daerah, Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

R. Ali Rido, 2004, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan,

Perkumpulan, Koperasi, Yayasan dan Wakaf, Bandung: Alumni.

Ridwan Zulkarnain, 2013 ,“Payung Hukum Pembentukan BUMDes,” Fiat Justitia

Jurnal Ilmu Hukum.

_____,2007, Departemen Pendidikan Nasional Pusat Kajian Dinamika Sistem

Pembangunan (Pkdsp), Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa (Bumdes), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas

Brawijaya.

Rudi, 2013, Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung:PKKPUU.

Rozaki Abdur dkk, 2005, Prakarsa Desa dan Otonomi Desa. Yogyakarta: IRE

PRESS.

Rosalinda Okta LPD, 2014, Pengelolaan Dana Alokasi Desa (ADD) Dalam

Menunjang Pembangunan Pedesaan.

Salim andi Agus, Ganjong, 2007, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan

Hukum, Bogor: Gahalia Indonesia.

Page 83: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

96

Safi‟i H.M., 2007, Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah

Persfektif Teoritik. Malang:Averroes Press.

Shadily Hassan, 1989, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT.Bina

Aksara.

Soetomo, 2006, Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji (1982). Penelitian Hukum Normatif: Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.

Soetomo, 2006, Pembangunan Masyarakat, Strategi dan Aksi Percepatan

Pembangunan Daerah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Samugyo Ibnu Redjo.

Syafrudin Ateng dan Suprin Na‟a, 2010, Republik Desa (Pergulatan Hukum

Tradisional dan Hukum Modern Dalam Desain Otonomi Desa),

Bandung : PT. Alumni.

Sugiayanto, 2017, Urgensi dan Kemandirian Desa dalam Presfektif Undang-

Undang No 6 Tahun 2014, Yogyakarta: Deepublish.

Sukrino Didik, 2012, Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa. Malang:Setara

Press.

Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Cv Alfabeta.

Syafrudin Ateng dan Suprin Na‟a, 2010, Republik Desa (Pergulatan Hukum

Tradisional dan Hukum Modern Dalam Desain Otonomi Desa), Bandung :

PT. Alumni.

Tim Penyusun Kamus-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Visi Yustisia, 2015, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

dan Peraturan Terkait, Jakarta :Visimedia.

Tutik Titik Triwulan, 2010, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia,

Jakarta : Prestasi Pustaka Karya.

Wasistiono, Sadu, dan tahir, M. Irawan, 2006, Prospek Pengembangan Desa.

Bandung: Fokusmedia.

Widjaja H.A.W, 2003, Otonomi Desa. Jakarta: PT Raja Garafindo Pesada.

Yasir Armen, 2017, Hukum Pemerintahan Desa. Bandar Lampung:Universitas

Lampung.

Zainal, Nining Haslida. 20018, Tugas dan Fungsi. Jakarta:PT Rajawali.

Page 84: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

97

Jurnal:

Afriniko, 2015, Politik Hukum Otonomi Desa Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 6 tahun 2014 Tentang desa. Jurnal. JOM Fakultas Hukum.

Pekanbaru.

Haryati Emi, 2015, “Pelan Kepala Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

Desa” ejournal Ilmu Pemerintah, 3 (4), 1914-1927.

Kholmi Masyiah,” Akuntabilitas Pengelolaan Dana Alokasi desa : Study Kaus Di

desa Kedung Betik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang”, ejornal

Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. Vol. 07. No.02

Bulan Juni 2016, Hlm. 143-152.

LPD, Okta Rosalinda, 2014, Pengelolaan Dana Alokasi Desa (ADD) Dalam

Menunjang Pembangunan Pedesaan.

Suhana, Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Desa dalam Penyelenggaraan

Pemerintah, Artikel E-Journal, Tanjung Pinang, 2014,hlm.7.

Suhana, 2014, Pelaksanaan Kewenangan Pemerintah Desa dalam

Penyelenggaraan Pemerintah, Artikel E-Journal, Tanjung Pinang.

Study Kaus Di desa Kedung Betik Kecamatan Kesamben Kabupaten

Jombang”, ejornal Ekonomi Bisnis, Universitas Muhammadiyah

Malang. Vol. 07. No.02.

Yulianita Ana, Analisis Sektor Keunggulan dan Pengeluaran Pemerintah di

Kabupaten Ogan Komering Ilir. Journal of Economic And

Development. Hal: 70-85.

RUU Dan Undang-Undang:

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa.

Permendesa Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Badan Usaha Milik Desa

Peraturan Desa Nomor 9 Tahun 2016

Page 85: KEDUDUKAN BADAN USAHA MILIK DESA DALAM UPAYA …digilib.unila.ac.id/57631/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan salah

98

Sumber Lainnya:

Detik News, “Tingkatkan Perekonomian Desa, 74 Ribu Desa Bakal Terima Dana

Rp 1,4 Miliar”, www.news.detik.com diakses pada 26 Januari 2019.

Harian Kompas, “Jumlah BUMDes Mencapai 18.446 Unit”,

www.ekonomi.kompas.com diakses pada 26 Januari 2019.

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-ciri-jenis-desa.com diunduh

11 Januari 2019 Pukul 11:02 WIB.

http://www.berdesa.com/informasi-lengkap-tentang-bumdes-yang-harus-anda-

ketahui/. Diakses pada tanggal 28 Februari 2019 jam 17.55 wib.