49
RESUME KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA Dosen Pengampu : Putut Gunawarman F., SH., MH Disusun oleh : Dewi Lailatul Maqfiroh (14.641.0302) Fakultas Ekonomi Manajemen III E Pagi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Telp. (0335) 422715, 427923 Fax. (0335) 427923 Probolinggo

KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

  • Upload
    fiqi

  • View
    391

  • Download
    52

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sumber Tertera

Citation preview

Page 1: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

RESUME

KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Dosen Pengampu :

Putut Gunawarman F., SH., MH

Disusun oleh :

Dewi Lailatul Maqfiroh (14.641.0302)

Fakultas Ekonomi Manajemen III E Pagi

Universitas Panca Marga Probolinggo

Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu

Telp. (0335) 422715, 427923 Fax. (0335) 427923

Probolinggo

Tahun Akademik 2015/2016

Page 2: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Materi Pembahasan

a. Hokum pajak

b. Kedudukan hokum pajak

c. Hubungan hokum pajak dengan hokum perdata

d. Hubungan hokum pajak dengan hokum pidana

e. Hubungan hokum pajak dengan hokum administrasi Negara

Page 3: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Pajak merupakan pungutan paksa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap wajib

pajak (masyarakat). Pajak merupakan iuran wajib kepada Negara berdasarkan undang-

undang dengan tidak mendapat balas jasa kembali secara langsung. karena itu banyak

sekali pengertian pajak, dari pengertian dan tujuan pajak ini lah terdapat unsur yang

membedakan antara pajak dan pungutan lain. Dari mulai timbulnya, pengertian, fungsi, dan

jenis-jenis pajak kita dapat mengelompokan mana yang berupa pajak dan mana yang

berupa pungutan dan bagaimana hukum pajak itu, hukum pajak pun mempunyai beberapa

hubungan dengan hukum lain yang salah satunya adalah hubungan hukum pajak dengan

hukum pidana

Pajak juga memiliki banyak hubungan dengan hukum-hukum yang lainnya yang

secara umum terhubung dengan 2 (dua) ilmu hukum yang lain nya. Yang pertama

hubungan hukum pajak dengan hukum perdata dan yang ke dua hubungan hukum pajak

dengan hukum pidana.

Page 4: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

1. Kedudukan Hukum Pajak dalam Kerangka Ilmu Hukum

Kedudukan Hukum Pajak

1.    Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu

lainnya

2.    Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.

Rinciannya:

    a. Hukum Tata Negara

    b. Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi Negara)

    c. Hukum Pajak

    d. Hukum Pidana

Prof.P.J.A Adriani :  Bahwa Hukum Pajak merupakan ilmu pengetahuan Sendiri

yang terlepas dari Hukum Administrasi Negara dengan alasan:

•    Tugas Hukum Pajak bersifat berbeda dengan Hukum Administrasi Negara;

•    Hukum Pajak berkaitan erat dengan Hukum Perdata;

•    Hukum Pajak dapat secara langsung digunakan sebagai politik perekonomian;

•    Hukum Pajak memiliki ketentuan dan istilah-istilah yang khas untuk bidang

tugasnya

Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formal

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungut pajak

dengan rakyat sebagai Wajib Pajak.

Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain:

keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang

dikenai pajak (subjek pajak), berapa besar tarif, timbul dan hapusnya utang pajak,

dan hubungan hukum antara pemerintah dan WP. Contoh: UU PPh

Hukum Pajak formal, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil

menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materiil). Hukum ini memuat:

a. tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak

b. hak-hak fiskus

c. kewajiban WP

Page 5: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Kewajiban Wajib Pajak

1.    Mendaftar

2.    Menghitung

3.    Memotong

4.    memungut

5.    Setor

6.    Lapor

7.    Pembukuan dll.

Hak Wajib Pajak

1.    Mencabut pendaftaran

2.    Menunda penyampaian SPT

3.    Membetulkan SPT

4.    Menunda penyetoran

5.    Mengajukan restitusi

6.    Pengajuan keberatan dan banding serta peninjauan kembali dll.

Sistem hukum pajak yang berlaku di Indonesia saat ini adalah civil law system atau

sistem Eropa kontinental. Didalam sistem ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu hukum

privat dan hukum publik.

Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara sesama individu dalam

kedudukan yang sederajat, misalnya hukum perjanjian, hukum kewarisan, hukum keluarga,

dan hukum perkawinan.

Page 6: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan warga negara

atau dengan kata lain, hukum yang mengatur kepentingan umum. Hukum publik ini

berurusan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah kenegaraan serta

negara bagaimana melaksanakan tugasnya.

Hukum privat terdiri atas :

1. Hukum perjanjian

2. Hukum kewarisan

3. Hukum perkawinan

4. Hukum keluarga

5. Hukum dagang

6. Hukum publik yang meliputi hukum pidana, hukum tata negara, hukum

administrasi negara, hukum lingkungan, hukum pajak, dan lain-lain.

Pada umumnya hukum pajak dimasukkan sebagai bagian dari hukum publik yang mengatur

hubungan hukum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal tersebut dapat dimengerti, karena

didalam hukum pajak diatur mengenai hubungan antara penguasa/pemerintah dalam

fungsinya selaku fiskus (pemungut pajak) dengan rakyat dalam kapasitasnya sebagai wajib

pajak.

Hukum pajak juga merupakan bagian dari hukum administrasi negara, karena hukum pajak

juga mempunyai tugas yang yamg bersifat lain dari pada hukum administrasi negara pada

umumnya, yaitu hukum pajak juga dipergunakan sebagai alat untuk menentukan politik

perekonomian negara. Selain itu, umumnya hukum pajak juga memepunyai tata tertib dan

istilah-istilah tersendiri untuk lapangan pekerjaannya.

Page 7: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

           Walaupun hukum pajak merupakan hukum publik, tetapi hukum pajak mempunyai

hubungan yang erat dengan hukum perdata (privat) dan saling bersangkutan. Hal ini karena

kebanyakan hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian-

kejadian, keadaan-keadaan, dan perbuatan-perbuatan hukum yag bergerak dalam

lingkungan perdata seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan, pemindahan hak

karena warisan, kompensasi pembebasan utang, dan sebagainya.

Hubungan antara hukum pajak dengan hukum perdata ini mungkin sekali timbul karena

banyak dipergunakan istilah-istilah hukum perdata dalam pajak. Walaupun harus dipegang

teguh prinsip bahwa pengertian-pengertian yang dianut oleh hukum perdata tidak selalu

dianut oleh hukum pajak.

Apakah masih relevan hukum pajak di Indonesia?

Hukum pajak di Indonesia masih relevan saat ini karena di lihat dari sisi Sosiologis yaitu

pajak sebesar-besarnya di gunakan untuk kesejahteraan rakyat, sedangkan Filosofis yaitu

pajak untuk menciptakan keadilan sosial.

Hokum di Indonesia merupakan warisan dari Hindia Belanda. Sesungguhnya

hokum tersebut berasal dari sistem hokum Romawi, dimana sistem hokum itu menarik

garis pemisah yang tegas antara hokum privat dengan hokum public. Pembagian hokum

secara civil law system (sistem hokum romawi/Eropa Kontinental) memberikan pemisahan

yang tegas antara hokum privat dan hokum publik. Hokum privat mengatur sekalian

perkara yang berisi hubungan antara sesama warga Negara dalam kedudukan yang

sederajat, seperti masalah perkawinan, warisan, keluarga dan perjanjian. Sedangkan hokum

publik mengatur kepentingan umum, seperti hubungan antar warga Negara dengan Negara.

Hubungan publik berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan

serta bagaimana Negara itu melaksanakan tugasnya.

Page 8: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Hokum yang masuk ke dalam bagian bagian hokum privat, misalnya hokum perdata,

hokum dagang, hokum perkawinan, dan sebagainya. Hokum yang masuk ke dalam hokum

publik, misalnya hokum tata Negara, hokum administrasi (hokum tata usaha Negara),

hokum pidana dan hokum internesional. Berdasarkan pembagian hokum tersebut, ternyata

hokum pajak tidak berdiri sendiri, melainkan berada dalam kandungan hokum administrasi

sebagai bagian dari hokum publik.

Hokum pajak adalah bagian dari hokum administrasi yang merupakan segenap

peraturan hokum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan serta wewenang dari

lembaga-lembaga Negara serta aparatnya dalam melaksanakan tugas administrasi. Jika

hokum publik mengatur hubungan antara pemerintah (selalu penguasa) dengan rakyatnya,

hokum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan

rakyatnya sebagai wajib pajak.

Dalam kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa berdasarkan perkembangan dan

kebutuhan Negara akan pajak, Undang-undang pajak mengalami perubahan. Sebagai

konsekuensinya, ternyata tidak disadari hokum pajak telah memisahkan diri dari hokum

administrasi. Secara tegas dikatakan, bahwa hokum pajak bukan lagi bagian hokum

administrasi, melainkan kedudukan sama dengan kajian ilmu hokum. Dasar pemisahan

hokum pajak dengan hokum administrasi dapat ditinjau dari faktor-faktor berikut :

a. Sumber hokum pajak berbeda dengan sumber hokum administrasi

b. Objek kajian hokum pajak adalah pajak, sedangkan pbjek kajian hokum

administrasi adalah ketetapan yang bersegi satu yang ditetapkan oleh pejabat tata

usaha Negara (administrasi Negara)

c. Subjek hokum pajak adalah wajib pajak, sedangkan subjek hokum administrasi

adalah pejabat tata usaha Negara yang menerbitkan ketetapan yang menimbulkan

sengketa.

Page 9: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

d. Penyelesaian sengketa pajak merupakan kompetensi absolute pengadilan pajak,

sedangkan penyelesaian sengketa administrasi merupakan kompetensi absolute

pengadilan tata usaha Negara.

e. Hokum acara yang digunakan adalah hokum acara peradilan pajak, sedangkan

hokum acara yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa tata usaha adalah

hokum acara peradilan tata usaha Negara.

Page 10: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Kedudukan hokum pajak terhadap hokum lainnya secara singkat juga dapat

digambarkan dalam skema berikut :

Dalam skema tampak kedudukan hokum pajak berada dalam ranah hokum public dan

berdiri sendiri seperti hokum tata negara, hokum administrasi dan hokum pidana. Akan

tetapi, ada pendapat lain (Santoso Brotodiharjo) yang menyatakan bahwa hokum pajak

termasuk dalam kategori anak Hukum Administrasi. Walaupun demikian hokum pajak

memiliki tugas yang sifatnya berbeda dengan hokum administrasi, hokum pajak juga

memiliki tata tertib dan istilah-istilah tersendiri dalam teknisnya. Sehingga, pantaslah

hokum pajak berdiri sendiri seperti hokum administrasi.

Page 11: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

2. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata

Hokum pajak merupakan bagian dari hokum publik yang mengatur hubungan antara

pemerintah sebagai pemungut pajak dengan masyarakatnya yaitu para wajib pajak. Hokum

pajak menganut prinsip pemajakan terjadi kalau terpenuhi 2 syarat yaitu syarat objektif dan

syarat subjektif. Baik syarat objektif maupun syarat subjektif berkaitan erat dengan hokum

perdata. Berikut pembahasan hubungan hokum pajak dengan hokum perdata dalam kaitan

syarat objektif dan syarat subjektif.

1. Syarat Subjektif

Persyaratan subjektif sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) KUP 1984

dan perubahannya adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak

dalam Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. Dalam ketentuan UU

PPh 1984 dan perubahannya yang dimaksud subjek pajak adalah orang pribadi, warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, badan, dan bentuk

usaha yang tetap. Dalam KUH Perdata diatu bahwa subjek hokum adalah sesuatu yang

menurut hokum dapat memiliki hak dan kewajiban. Dan yang menjadi subjek hokum

adalah manusia/orang pribadi.dan badan hokum. Namun ada kekhususan yaitu dalam

penetapan Bentuk Usaha Tetap sebagai subjek pajak tersendiri karena Bentuk Usaha Tetap

dapat berbentuk orang pribadi atau Badan Hukum walaupun dalam pelaksanaan hak dan

kewajiban perpajakan diperlukan sebagai Wajib Pajak badan.

Page 12: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

a. Syarat subjektif orang pribadi

Menurut penjelasan pasal 2 ayat 3 UU PPh 1984 beserta perubahannya diatur subjek

pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dala jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi

yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat

tinggal di Indonesia. Jadi syarat subjektif orang pribadi adalah dia bertempat tinggal atau

berada. Dalam UU PPh 1984 tidak menguraikan definisi tempat tinggal secara khusus,

oleh karena itu perlu merujuk pengertian tempat tinggal sebagaimana diatu ralam pasal 17

KUH Perdata adalah setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana dia

menempatkan pusat kediamannya. Dalam hal tidak adanya tempat tinggal demikian, maka

tempat tinggal sewajarnya dianggap tempat tinggal.

b. Syarat subjektif badan

Dalam penjelasan pasal 2 ayat 3 UU PPh 1984 beserta perubahannya disebutkan

pengertian badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik

yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, dan perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau badan usaha

milik daerahdengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau

organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif

dan bentuk usaha tetap. Dari unsure yang meliputi pengertian badan, penulis mencermati

pengertian persekutuan dan perkumpulan yang tidak diatur lebih lanjut dalam penjelasan

UU PPh 1984.

Dalam pasal 1918 KUH Perdata disebutkan bahwa persekutuan adalah suatu

perjanjian dengan nama dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu

dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.

Lebih lanjut pasal 1619 KUH Perdata disebutkan segala persekutuan harus mengenai suatu

usaha yang mahal, dan harus dibuat untuk manfaat bersama. Oleh karena itu khusus

persekutuan yang termasuk wajib pajak badan adalah persekutuan yang dibentuk untuk

tujuan yang halal bila merujuk pada ketentuan KUH Perdata.

Page 13: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Pasal 1653 KUH Perdata menyebutkan bahwa perkumpulan dimana selainnya

perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang

sebagai perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh

kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan

atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-

undang atau kesusilaan baik. Dalam hal ini khusus untuk perkumpulan yang didirikan di

Indonesia tidak boleh bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan.

3. Syarat subjektif warisan yang belum dibagi

Dalam pasal 2 ayat 1 UU PPh 1984 beserta perubahannya mengatur bahwa warisan

yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,

menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum

terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan

yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

Menurut pasal 833 KUH Perdata disebutkan bahwa para ahli waris, dengan

sendirinya karena hokum, mendapat hak milik atas semua barang, semua hak dan semua

piutang orang yang meninggal. Konsekuensi menurut KUH Perdata diberlakukan dalam

hokum pajak yaitu pasal 2 ayat (1) UU PPh 1984 beserta perubahannya bahwa “yang

menjadi subjek pajak adalah warisan yang belum terbagi”.

2. Syarat Objektif

Syarat objektif sebagaimana diatur dalam Pasal 2ayat (1) UU KUP beserta

penjelasannyaadalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh

penghasilan atau diwajibkan melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan

Undang-Undang Pajak Penghasilan. Lebih lanjut dalam Pasal 4 UU PPh 1984 beserta

perubahannya mengatur “yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap

tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Page 14: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Indonesia maupun dari luar Indonesia , yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk

menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dan dalam bentuk apapun.” Salah

satu bentuk penghasilan adalah (pasal 4 ayat 1 huruf D UU PPh 1984 beserta

perubahannya) keuntungan karena penjualan atau peralihan hartamisalnya jual beli.

Perbuatan hokum jual beli menjadi dasar berlakunya hokum pajak. Sifat hokum perdata

yang terjadi antara penjual dan pembeli menjadi dasar berlakunya hokum pajak.

Berdasarkan Pasal 1457 KUH Perdata yang dimaksud jual-beli adalah suatu

persetujuan dengan nama pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Menurut Pasal 1458

KUH Perdata yang dimaksud jual-beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,

segera setelah orang-orang itu mencapai kesepakan tentang barang tersebut beserta

harganya, meskipun barang itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar.

Walaupun hokum pajak merupakan genre dari hokum public, namun dalam

praktiknya hokum pajak berkaitan erat dengan hokum perdata, karena pajak berkaitan

dengan hak kepribadian (private right) yang dimiliki oleh setiap wajib pajak. Dapat dilihat

bahwa kebanyakan hokum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas

kejadian, keadaan dan perbuatan hokum yang bergerak dalam lingkungan perdata seperti

pendapatan, kekayaan, perjanjian penyerahan, pemindahan hak karena warisan, dsb.

Hokum pajak juga banyak menggunakan istilah-istilah yang ada didalam hokum perdata,

entah itu dipakai dalam arti yang sama atau diberikan dengan memberikan arti yang

berbeda. Kendatipun demikian, tidak semua istilah pajak yang berkesesuaian dengan istilah

perdata dapat diberlakukan sama secara apa adanya. Bagi sebagian ahli hokum di Eropa,

hokum pajak dianggap sebagai lex generalis dari hukumperdata, karena kaidah hubungan

antara pemerintah dan wajib pajak pada prinsipnya berkesederadan, yang dapat dilihat dari

hak yang dimiliki oleh wajib pakak untuk menuntut Negara atas pelaksanaan kewajiban

mereka (baik kompensasi kesejahteraan social maupun jika ada kesalahan).

Hukum pajak banyak sekali hubungannya dengan hukum perdata,

hal ini dapat dimengerti karena hukum pajak mencari dasar

kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa (kematian,

Page 15: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

kelahiran), keadaan, perbuatan, yang diatur dalamhukum perdata. Hal

ini dijadikan tesbestand yang dituangkan dalam undang-undang pajak,

dan bila dipenuhi syarat-syaratnya akan menyebabkan seseorang atua

badan dikenakan pajak.

Sebagian sarjana mengatakan bahwa bukan itu yang menyebabkan

timbulnya hubungan yang erat antara hukum pajak dengan hukum

perdata. Melainkan suatu ajaran disuatu hukum yang menyatakan

bahwa lex specialis derogate lex generale, yaitu hukum yang khusus

menyimpangkan hukum yang umum. Prof. Mr. W.F Prins menyatakan

bahwa hubungan erat ini sangat mungkin timbul karena banyak

digunakan istilah-istilah hukum perdata dalam hukum pajak walaupun

sebagian prinsip harus dipegang teguh, bahwa pengertian yang dianut

oleh hukum perdata tidak selalu dianut oleh hukum pajak. Misalnya

menganai istilah tempat tinggal atau domisili.

Didalam hukum perdata domisii diatur dalam pasal 17 samai dengan

pasal 25 KUH perdata, sedangkan dalam hukum pajak antara lain

undang-undang lama, yaitu pasal 1 ayat (2) ordonansi PPh 1932 jo. Pasal

1 ayat (2) ordonansi PPd 1944 serta dalam undang-undang oajak baru

pasal 2 ayat (5) dan ayat (6) undang-undang no 7 tahun 1983 tentang

pajak pengahasilan.

1.      Pasal 17 BW : setiap orang dianggap mmpunyai tempat tinggalnya

dimana ia menempatkan pusat kediamannya. Dalam hal tidak adanya

tempat tingga demikian, maka tempat kediaman sewajarnya

dianggap sebagai tempat tinggal.

2.      Pasal 2 ayat (5) undang-undang no 7 tahun 1983 : seseorang atau

suatu badan berada bertempat tinggal atau berkedudukan di

Indonesia ditentukan menurut kedaan yan g sebenernya.

Page 16: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

3.      Pasal 2 ayat (6) undang-undang no 7 tahun 1983 : direktur

jenderal pajak pajak berwenang menetapkan seseorang atau suatu

badan berada bertempat tinggal atau berkedudukan.

Dengan adanya kedua ketentuan tersebut maka ketentuan yang ada

dalam hukum pajak yang dianut oleh fiskus, Karena merupakan

ketenuan yang khusus (lex specialis). Pengaruh hukum pajak terhadap

hukum perdata akibat dari lex specialis derogate lex generale, maka

dalam setiap undang-undang penafsiran yang harus dianut pertama

kali adalah yang ada diketentuan yang khusus. Ketentuan dalam

hukum pajak mengesampingkan ketentuan dalam hukum perdata

antara lain hak majikan memotong pajak \

Page 17: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

3. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana

1) Umum

Ancaman Hukuman Pidana tidak saja terdapat dalam K.U.H.P., tetapi banyak juga

tercantum dalam Undang-undang di luar K.U.H.P. hal ini disebabkan antara lain :

a)       Adanya perubahan sosial secara cepat sehingga perubahan-perubahan itu perlu

disertai dan diikuti peraturan-peraturan hukum dengan sanksi pidana.

b)       Kehidupan moderen semakin kompleks, sehingga disamping adanya peraturan

pidana berupa unifikasi yang bertahan lama (KUHP) diperlukan pula peraturan-peraturan

pidana yang bersifat temporer.

c)       Pada banyak peraturan hukum yang berupa Undang-undang di lapangan hukum

administrasi Negara, perlu di kaitkan dengan sanksisanksi pidana untuk mengawasi

peraturan-peraturan itu agar ditaati. Sanksi-sanksi pidana terdapat dalam Undang-undang di

luar KUHP antara lain dalam UU Tindak Pidana Ekonomi, UU Tindak Pidana Subversi,

Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang Pajak dan lain-lain. Antara K.U.H.P. dengan

delik-delik/tindak pidana yang tersebar di luar K.U.H.P. ada pertalian yang terletak dalam

Aturan Umum Buku I K.U.H.P.

Page 18: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Berlakunya Ketentuan Umum dalam K.U.H.P. tercantum dalam Pasal 103 K.U.H.P. yang

berbunyi : .Ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII Buku I juga berlaku bagi tindak pidana

yang oleh ketentuan perundang-undangan lain diancam dengan pidana, kecuali jika oleh

Undang-undang ybs. Diatur lain. Ketentuan Pidana di dalam UU Perpajakan antara lain

diatur dalam Bab VIII Pasal 38 sampai dengan Pasal 43 UU KUP, Bab XIII Pasal 24

sampai dengan Pasal 27 UU PBB dan Bab V Pasal 13 dan Pasal 14 UU Bea Meterai.

 

2) Sanksi Pidana terhadap pelanggaran atau kejahatan di bidang perpajakan yang

diancam baik dalam KUHP maupun dalam Undang-undang Pajak.

a. Membuka rahasia / rahasia jabatan.

Pasal 322 KUHP :

(1). Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan

atau pekerjaannya, sekarang maupun dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

(2). Jika kejahatan dilakukan terhadap orang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat

dituntut atas pengaduan orang lain.

Page 19: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

 

Pasal 41 UU KUP :

(1). Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) tahu dan denda paling banyak Rp 4.000.000,- (empat juta rupiah).

(2). Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang

menyebabkan tidak dipenuhinya kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak

dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan

pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah).

(3). Penuntutan terhadap) ha tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat

(2) nya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.

 

b. Pemalsuan Surat.

Pasal 263 KUHP.

(1). Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan

suatu hak atau pembebasan hutang atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari pada sesuatu

hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut

Page 20: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

seolah-olah isinya benar atau tidak dipalsukan, diancam, jika pemakaian tersebut dapat

menimbulkan kerugian karena pemalsuan surat dengan pidana penjara paling lama enam

bulan.

(2). Diancam dengan pidana yang sama, barang siap dengan sengaja memakai surat palsu

atau dipalsukan, seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian.

 

Pasal 39 ayat (1) huruf e UU KUP

Setiap orang yang dengan sengaja : a, b, c, dan seterusnya.

e. Memperhatikan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan

seolah-olah benar.

f. Dan seterusnya. Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi sebesar 4

(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

 

Page 21: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

3) Ketentuan KUHP yang mengancam tindak pidana di bidang perpajakan .

a. Menyuap

Pasal 209 KUHP :

(1)     Dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp. 4.500,-

Barang siapa memberi hadiah atau perjanjian kepada seorang pegawai negeri

dengan maksud membujuk dia, supaya dalam pekerjaannya ia berbuat atau

mengalpakan sesuatu apa, yang bertentangan dengan kewajibannya;

Barang siapa memberikan hadiah kepada seorang pegawai negeri oleh sebab atau

berhubungan dengan pegawai negeri itu sudah membuat atau mengalpakan sesuatu

apa dalam menjalankan pekerjaannya yang bertentangan dengan kewajibannya.

(2)     Dapat dijatuhi hukuman Pencabutan hak-hak tertentu (jabatan, ABRI) yang tersebut

dalam Pasal 35 No. 1-4 (KUHP.92, 149, 210, 418a). Pasal ini oleh U. U. No. 3 Tahun 1971

dikategorikan sebagai Tindak Pidana Korupsi.

 

Page 22: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

b. Menerima hadiah/pemberian.

Pasal 418 KUHP :

“ Pegawai negeri yang menerima hadiah atau perjanjian, sedang ia tahu atau patut dapat

menyangka, bahwa apa yang dihadiahkan atau dijanjikan itu berhubungan dengan

kekuasaan atau hak karena jabatannya, atau yang menurut pkiran orang yang

menghadiahkan atau berjanji itu ada berhubungan dengan jabatan itu, dihukum dengan

hukuman penjara selama-lamanya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-“

(KUHP 35, 36, 92, 309, 419) pasal ini dikategorikan Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 419 KUHP :

Dengan hukuman selama-lamanya lima tahun dihukum pegawai negeri :

(1)     Yang menerima pemberian atau perjanjian, sedang diketahuinya bahwa pemberian

atau perjanjian itu diberikan kepadanya untuk membujuknya supaya dalam jabatannya

melakukan atau mengalpakan sesuatu apa yang beerlawanan dengan kewajibannya;

(2)     Yang menerima pemberian, sedang diketahuinya, bahwa pemberian itu diberikan

kepadanya oleh karena atau berhubungan dengan apa yang telah dilakukan atau dialpakan

dalam jabatannya yang berlawanan dengan kewajibannya. (KUHP 35, 36, 92, 209, 418,

420, 437). Pasal ini dikategorikan Tindak Pidana Korupsi.

Page 23: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Bentuk ancaman pidana terdapat terdapat dalam KUHP dan juga terdapat pada

undang-undang lainnya yang memberikan sanksi pidana kepada pihak yang melanggar

ketentuan perundang-undangan sebagai contoh sanksi pidana yang ada pada Undang-

undang lainnya. Dirumuskan dalam tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversi, tindak

pidana korupsi, tindak pidana pajak dan lain sebagainya.

Ketentuan tindak pidana dibidang pajak tertuang dalam pasal 38 sampai dengan

pasal 43 UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan hokum dan tata cara perpajakan, pasal 24

sampai dengan pasal 27 Undang-undang pajak bumi dan bangunan dan pasal 14 Undang-

undang Bea Materai.

Pasal 39 ayat (1) huruf E Undang-undang nomor 16 tahun 2000 tentang KUP yang

menyatakan “setiap orang yang dengan sengaja : a…..e memperlihatkan pembukaan,

pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau…..”

Pada masalah diatas terlihat adanya unsure kesengajaan pemalsuan dokumen yang

akibat dari tindakannya yang menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara. Bentuk

ancamannya atau sanksi pidana adalah pidana paling lama enam tahun dan denda paling

tinggi empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Sedangkan pasal

263 KUHP mengatur pula masalah pemalsuan.

Page 24: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Ancaman hokum pidana tidak saja terdapat dalam KUHP, tetapi banyak juga

tercantum diluar undang-undang KUHP. Hal ini disebabkan antara lain :

1. Adanya perubahan social secara cepat, sehingga perubahan-perubahan itu perlu

disertai dengan peraturan-peraturan hokum dengan sanksi pidana

2. Kehidupan modern semakin kompleks sehingga disamping adanya peraturan

pidana berupa unifikasi yang bertahan lama (KUHP) diperlukan pula peraturan

pidana yang bersifat temporer.

3. Banyak peraturan hokum yang berupa undang-undang dilapakan hokum

administrasi Negara, perlu dikaitkan dengan sanksi-sanksi untuk mengawasi

peraturan itu agar diawasi.

Hubungan yang terjadi antara keduanya dapat dilihat pada adanya sanksi pidana

bagi mereka yang melakukan pengingkaran atas kewajiban pajak dan/atau kejahatan lain

yang mengganggu penerimaan kas Negara dari sektor pajak. Adanya sanksi pidana

terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan di bidang perpajakan selalu mengacu pada

ketentuan hokum pidana yang berlaku pada umumnya. Pangkal hubungn hokum ini ada

pada ketentuan pasal 103 KUHP yang berbunyi “ketentuan-ketentuan dalam bab I sampai

VIII buku ini juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan undang-undang

laiinya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain”

Hokum pidana merupakan ketegasan pada hokum pajak dengan memberikan sanksi

pidana. Setiap wajib pajak yang melanggar ketentuan dalam hokum pajak diancam dengan

Page 25: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

pidana. Misalnya, wajib pajak yang memindahtangankan pajak atau memindahkan hak atau

merusak barang yang telah disita karena tidak melunasi hutang pajaknya akan diancam

Pasal 231 KUH Pidana.

Ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam KUHP banyak dipergunakan dalam

hokum pajak. UU No.6 tahun 1983 tenteng “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”

pasal 38 dan 39 yang kemudian diubah dengan No.16 Tahun 2000. Jelas sekali

menyebutkan adanya sanksi pidana berupa kealpaan dan kesengajaan terhadap wajib pajak

yang melanggar ketentuan dibidang perpajakan. Bahkan ancaman-ancaman pidana dalam

hokum pajak selalu mengacu pada ketentuan hokum pidana.

Ancaman hukum pidana tidak saja terdapat dalam KUHP, tetapi

banyak juga tercantum diluar undang-undang KUHP hal ini disebabkan

anatara lain :

1. Adanya perubahan social secara cepat, sehingga pperubahan-

perubahan itu perlu disertai dengan peraturan-

peraturan hkukm dengan sanksi pidana

2. Kehidupan modern semakin kompleks sehingga disamping

adanya peraturan pidana berupa unifikasi yang bertahan lama

(KUHP) diperlukan pula peraturan pidana yang bersifat temporer

3. Banyak peraturan hukum yang berupa undang-undang

dilapangan hukum administrasi Negara, perlu dikaitkan dengan

sanksi-sanksi untuk mengawasi peraturan itu agar diawasi.

Page 26: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Sanksi-sanksi pidana terdapat dalam undang-undang diliuar KUHP

antara lain dalam undang-undang tindak pidana ekonomi. Undang-

undang tindak pidana subversi, tindak pidana korupsi, undang-undang

pajak, dan lain-lain.

Berkaitan dengan sanksi-sanksi pidana terhadap pelanggaran atau

kejahatan dibidang perpajakan yang diancam baik dalam KUHP atau

dalam undang-undang pajak maka itu semua juga diatur.

4. Hubungan Hukum Pajak dengan HAN

Sebagaimana diulas diatas, bahwa hampir seluruh ahli hokum bersepakat bahwa

perpajak masuk dalam lingkup hokum administrasi, karena pada prinsipnya kebijakan

perpajakan atau yang dalam praktiknya dapat ditandai dengan aktifitas pemungutan pajak

kepada wajib pajak adalah kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi kepemerintahan,

yang dalam istilah hukumnya disebut sebagai besturen. Sebagaimana dijelaskan dimuka,

bahwa eksistensi hokum pajak sebagai bagian dari hokum administrasi terdapat pada

perikatan yang terjadi antara Negara sebagai pihak fiskus dengan rakyat sebagai pihak

wajib pajak.

Hubungan hokum pajak dengan HAN :

1. Pemungutan pajak dengan wajib pajak adalah kegiatan dalam rangka

pelaksanaan fungsi kepemerintahan

2. Ketetapan yang ditetapkan oleh pejabat tata usaha Negara sebagai objek hokum

administrasi

3. Pejabat tata usaha Negara yang menerbitkan ketetapan yang menimbulkan

sengketa sebagai subjek hokum administrasi Negara

 Pada umumnya, hukum pajak dimasukkan sebagai bagian dan hukum publik yang

Page 27: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

mengatur hubungan hukum antara penguasa dengan rakyatnya. Hal tersebut dapat

dimengerti, karena di dalam hukum pajak diatur mengenai hubungan antara

penguasa/Pemerintah dalam fungsinya selaku fiscus (pemungut pajak) dengan

rakyat dalam kaptasitasnya sebagal wajib pajak.

Hukum pajak juga merupakan bagian dan hukum administrasi negara, yang

merupakan segenap peraturan hukumyang mengatur segala cara kerja dan

pelaksanaan serta wewenang dari lembaga negara serta aparaturnya dalam

melaksanakan tugas administrasi.

1. HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN HUKUM LAINNYA OLEH

HARYONO,AS.SPD SRI BIJAWANGSA

2. Kaitan Hukum Pajak dengan Hukum Administrasi Hukum Pajak menyangkut Hukum

Administrasi karena dalam APBN terdapat pendapatan (Pemasukan) negara antara lain

berupa pajak, dimana secara administrasi dan organisasi diatur pemungutannya kepada

rakyat.

3. Adanya Unsur Hukum Administrasi dalam Hukum Pajak. 1. Pajak ditarik oleh

pemerintah dengan admininistrasi yg baik 2. Apabila petugas kantor pajak melakukan

penyelewengan, maka diadili oleh Pengadilan Tata Usaha Negara/ Pengadilan Administrasi

negara

4. . Dalam Memakai Materai Pada surat2 perjanjian, akte2, surat2 berharga, surat kuasa

yang telah ditetapkan, ternyata kurang dari jumlah yg ditetapkan maka dikenakan denda

adm. Sebanyak 100 kali materai yg sebenarnya, baik itu disengaja atau tidak, dimengerti

atau tidak. 4. Seorang majikan wajib pajak upah kepada pegawainya dan diserah kepada

Page 28: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

negara, jk ia lalai/sengaja tidak menyerahkan kpd kas negara maka kena hukuman Adm. Dg

dicabut zin usahanya

5. Kaitan Hukum Pajak Dengan Hukum Perdata. 1. Didalam Hukum Pajak yang terkena

pajak adalah orang dewasa untuk melihat sewasanya wagra negara diatur dalam Pasal 330

KUHPerdata. 2. Menurut Buku III KUHPerdata (B.W) dalam hal ini hutang piutang yang

menimbulkan hukum perdata. Menurut Pasal 1352 KUHPerdata (B.W), Perikatan terjadi

dengan perjanjian itu dapat lahir 1. Persetujuan. 2. Undang2. inilah dasar timbulnya hutang

pajak

6. Secara umum yang merupakan induk pangkal hukum sebagai Lex Generalis dalam

arti luas adalah hukum perdata Sedangkan Hukum Pajak merupakan Hukum Khusus (Lex

Spesialis) yang mempunyai unsur publik karena negara sebagai badan hukum

(Rechtspersoon) menjadi pihak kreditur.

7. Kaitan Hukum Pajak Dengan Hukum PIdana Hukum Pajak menyangkut pidana

karena jika wajib pajak tidak membayar pajak dan berbohong maka dikenakan pidana

berdasarkan ketentuan yg berlaku, karena ketentuan pidana juga diatur dalam hukum pajak

Menurut Pasal 103 KUHPidana Ketentuan pidana pada KHUPidana berlaku juga untuk

tindak pidana dalm UU lainya, Spt H.Pajak.

8. Faktor seseorang melakukan pidana khusus dalam hukum pajak sehingga timbul

hukum pidana 1. Wajib Pajak Mengisi formulir dan keterangan secara palsu atau tidak

dengan sebenarnya, maka wajib pajak itu dapat dipidana telah memalsukan keterangan. 2.

Dalam Pasal 322 KUHPidana diancam terhadap pegawai yang sengaja membuka rahasia,

yang seharusnya disimpan secara baik.

9. Terhadap orang atau badan yang melakukan usaha menyimpan, menguasai atau

membuat laporan keuangan dan harta benda kekayaan pihak ketiga, Spt : Akuntan,

Page 29: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Biro.adm, biro penasehat, wajib memberi keterangan dan memperlihatkan arsip kepada

petugas pajak, jika melakukan pelanggaran terhadap hal ini maka dikenakan hukuman

pidana.

10. Berdasarkan Stb 1941 no. 491 terhadap seseorang yang memakai lagi materai tempel

yang telah dipakai, merupakan kejahatan Pidana Fisikal dan diancam sesuai pasal 122 ayat

1 Aturan bea materai 1921 dan pasal 260 KUHPidana 5. Sogok atau suap kepada wajib

pajak dan sebaliknya. 6. Pemerasan terhadap wajib pajak.

11. Kaitan Hukum Pajak Dengan Konstitusi Hal ini terjadi karena secara garis besar dan

secara prinsip hukum pajak termuat dalam konstitusi negara baik dalam UU maupun

Convention. Di NKRI ttg pajak terdapat dalam Pasal 23 A UUD 45. berdasarkan bunyi

pasal ini terdapat unsur konstitusi yakni pajak untuk keperluan negara dan ditarik oleh

pihak berwenang yakni pemerintah bukan swasta.

12. Kaitan Hukum Pajak Dengan Hukum Tata Negara. Hukum Pajak menyangkut

Hukum tata negara karena memungut pajak itu melalui pelaksanaan ole BE/pemerintah

gunanya utk membiayai Keseluruhan negara. Dalam RUU APBN pemasukan negara adalah

pajak sebagai sumber utama. RAPBN menjadi APBN sumber utamanya adalah pajak.

Page 30: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Menurut prof. Dr.Rochmat Soemitro, SH., hukum pajak mempunyai kedudukan diantara

hukum-hukum sebagai berikut :

1. Hukum pedata, mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.

2. Hukum public mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Hokum ini

dapat dirinci lagi sebagai berikut :

· Hukum tata negara

· Hukum tata usaha (hukum adminitratif)

· Hukum pajak

· Hukum pidana

Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik .

Dalam mempelajari bidang hukum, berlaku apa yang disebut Lex Specialis Derogat Lex

Generalis, yang artinya peraturan khusus lebih diutamakan dari pada peraturan umum atau

jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan khusus maka akan berlaku

ketentuan yang diatur dalam peraturan umum. Dalam hal ini peraturan khusus adalah

Page 31: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

hukum pajak. Sedangkan peraturan umum adalah hukum publik atau hokum lain yang

sudah ada sebelumnya.

Hokum pajak menganut paham imperatif, yakni pelaksanaannya tidak dapat ditunda.

Misalnya dalam hal mengajuan keberatan, sebelum ada keputusan dari direktur Jenderal

Pajak bahwa keberatan tersebut diterima, maka wajib pajak yang mengajukan keberatan

terlebih dahulu membayar pajak, sesuai dengan yang telah ditetapkan. Berbeda dengan

hukum pidana yang menganut paham aportunitas, yakni pelaksanaannya dapat ditunda

setelah ada keputusan lain

Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata.

Menurut Rochmat Soemitro hubungan antaran keduanya adalah timbal balik, yang

berarti bahwa; (1) disatu sisi hukum pajak banyak mennggunakan istilah yang kazim

dipakai dalam hukum perdata namun artinya berlainan dengan istilah hukum perdata

tersebut. Misalnya, istilah domisili yang pada hukum perdata dikenal sebagai pusat

temmpat kediaman seseorang, namun dalam hukum perpajakan domisili berarti hukum

pajak ditentukan menurut keadaan. (2) Hukum pajak menjadikan peristiwa-peristiwa

(kematian, kelahiran ), keadaan ( kekayaan, bengasa asing), kejadian (jual beli, sewa-

menyewa) dalam hukum perdata sebagai sasaran pajak.

Sedangkan menurut Prof. Mr. W.F. Prins hubungan erat ini sangat mungkin sekali timbul

karena banyak dipergunakan istilah-istilah hokum perdata dalam perundang-undangan

pajak, walaupun sebagai prinsip harus dipegang teguh bahwa pengertian-pengertian yang

dianut oleh hokum perdata tidak selalu dianut hukm pajak. Hubungan erat dngan hokum

perdata dapat pula disebabkan oleh kenyataan bahwa bilaman diperlukan suatu kupasan

mengenai persoalan yang tidak dijelaskan dalam undang-undangnya, dalam hal demikian

seringkali hastus dipertimbangkan secara matang, interpretasi yang manakah yang harus

dipergunakan, yang yuridis atau yang menurut kenyataannya (ekonomis).

Page 32: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Sebaliknya juga ada pengaruh dari hukum pajak terhadap hukum perdata, karena hukum

pajak sebagai lex spesialis (aturan khusus) mendapat perlakuan utama mengenai sesuatu

hal daripada hukum perdata sebagai lex generalis.

b. Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana

Sebagaimana diketahui bahwa hukum pidana tidak hanya terdapat di dalam KUHP tetapi di

luar itu juga terdapat ketentuan-ketentuan pidana dalam undang-undang lainnya yang

meliputi bermacam-macam bidang yang salah satunya adalah hukum pajak. KUHP dan

yang terdapat di luarnya yaitu ketentuan-ketentuan UU yang khusus untuk mengadakan

peraturan-peraturan dalam segala lapangan merupakan suatu keseluruhan yang sistematis

karena ketentuan-ketentuan dalam Buku I dari KUHP kecuali jika ditentukan lain juga

berlaku untuk peristiwa-peristiwa pidana yang diuraikan di luar KUHP (Pasal 103 KUHP).

Namun demikian, di dalam hukum pajak dijumpai penyimpangan-penyimpangan terhadap

ketentuan umum yang biasanya berlaku dalam KUHP.

Adapun penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam lapangan hukum perpajalan

yang dapat dijatuhi pidana adalah dalam hal;

1. bilamana terjadi pemakaian ulang materai (upah, tmpel, dagang) yang telah

dipergunakan terlebih dahulu (Pasal 260 KUHP)

2. kewajiban untuk menyimpan rahasia yang diberikan oleh wajib pajak kepada fiskus,

diancam pada pasal 260 KUHP dan Pasal 25 Ordonansi Pajak Pendapatan

Page 33: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

3. Pasal 367 ayat (2) HIR menyatakan : tuntutan untuk membayar denda atau perampasan

barang-barang tertentu dalam perkara pelanggaran tentang suat penghasilan negara,

dilakukan kepda ahli warisnya.

.

Pengertian dan Kedudukan Hukum Pajak

Keseluruhan peraturan-peraturan yang meluputi kewenangan pemerintah untuk mengambil

kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui kas negara

termasuk dalam pengertian hukum pajak. Hukum pajak merupakan bagian dari hukum

publik, dimana hukum pajak mengatur hubungan antara negara dan orang-orang atau

badan-badan hukum yang mempunyai kewajiban membayar pajak.

Hukum pajak itu sendiri mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak hanya menelaah

keadaan-keadaan dalam masyarakatyang dihubungkan dengan pengenaan pajakdan

merumuskan serta menafsirkan peraturan hukum dengan memperhatikan ekonomi dan

keadaan masyarakat, juga memuat unsur hukum pidana dan peradilan seperti yang termuat

dalam UU Nomor 17 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang berlaku 1 januari

1998, selanjutnya diperbaharui dengan UU Nomor 14 tahun 2002 Tentang Pengadila Pajak.

Hukum tata usaha negara atau hukum administrasi negara adalah serangkaian peraturan

hukum yang mengatur semua cara kerja dan pelaksanaan wewenang yang langsung dari

lembaga-lembaga negara serta aparatnya dalam melaksanakan tugas masing-masing.

Kedudukan hukum pajak ini merupakan bagian dari hukum tata usaha negara, akan tetapi

ahli hukum pajak mengkehendaki hukum pajak ini dapat nerdiri sendiri yang merupakan

Page 34: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

ilmu pengetahuan terlepas dari hukum tata usaha negara dengan alasan bahwa hukum pajak

ini mempunyai tugas yang bersifat lain dibandingkan dengan hukum administrasi.

Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata

Hukum pajak mempunyai keterkaitan yang erat dengan hukum perdata terutama tentang

masalah dasar pemungutan pajak yang dikenali yaitu adanya peristiwa, keadaan, dan

perbuatan. Ketiga hal tersebut dijadikan sebagai tatbestand yang dituangkan dalam UU

Pajak. Disamping hal tersebut istilah-istilah dalam hukum pedata banyak dipergunakan

dalam hukum pajak dengan prinsip yang harus dipegang bahwa pengertian-pengertian

dalam hukum perdata tidaklah akan selalu dianut dalam hukum pajak.

Page 35: KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN HUKUM PAJAK DENGAN ILMU HUKUM LAINNYA

Hubungan Hukum Pajak dengan Hukum Pidana

Bentuk ancaman pidana terdapat dalam KUHP dan juga terdapat pada Undang-Undang

lainnya yang memberikan sanksi pidana kepada pihak yang melanggar ketentuan

perundang-undangan sebagai contoh sanksi pidana yang ada pada undang-undang lainnya

dirumuskan dalam tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversi, tindak pidana korupsi,

tindak pidana pajak dan lainnya.

Ketentuan tindak pidana di bidang pajak tertuang dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 43

UU nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 24

samai dengan 27 UU Pajak Bumi dan Bangunan dan Pasal 14 UU Bea Materai.