37
KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER 1. ASISTOL Definisi Tidak adanya aktivitas jantung secara elektrik dan/atau mekanis. Presentasi Biasanya asistol didahului dengan aritmia lainnya. Stimulasi vagal yang disebabkan oleh insuflasi rongga perut pada operasi laparoskopi atau tekanan intraokular yang berlebihan, terkadang menjadi pemicu awal terjadinya asistol. Patofisiologi Asistol primer memiliki prognosis buruk. Hal ini biasanya merupakan efek sekunder terhadap kondisi lain seperti hipoksia, hipokalemia, hiperkalemia atau hipokalemia, asidosis, serta infark miokard. Diagnosis Banding Terputusnya hubungan dengan monitor Bradikardia yang berat Ventrikel fibrilasi Tegangan yang rendah pada EKG Penanganan Segera Yang Perlu Dilakukan 1

Kegawatdaruratan Kardio

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anestesi

Citation preview

Page 1: Kegawatdaruratan Kardio

KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER

1. ASISTOL

Definisi

Tidak adanya aktivitas jantung secara elektrik dan/atau mekanis.

Presentasi

Biasanya asistol didahului dengan aritmia lainnya. Stimulasi vagal yang

disebabkan oleh insuflasi rongga perut pada operasi laparoskopi atau tekanan

intraokular yang berlebihan, terkadang menjadi pemicu awal terjadinya asistol.

Patofisiologi

Asistol primer memiliki prognosis buruk. Hal ini biasanya merupakan efek

sekunder terhadap kondisi lain seperti hipoksia, hipokalemia, hiperkalemia atau

hipokalemia, asidosis, serta infark miokard.

Diagnosis Banding

Terputusnya hubungan dengan monitor

Bradikardia yang berat

Ventrikel fibrilasi

Tegangan yang rendah pada EKG

Penanganan Segera Yang Perlu Dilakukan

Konfirmasi asistol pada sadapan EKG yang lainnya

Melakukan resusitasi jantung paru

Membantu membuka saluran napas (intubasi endotrakeal)

Epinefrin (1 mg IV setiap 3-5 menit)

Vasopresin (40 U dalam 10 menit pertama pada resusitasi jantung paru)

Atropin (1 mg setiap 3-5 menit untuk tiga dosis)

1

Page 2: Kegawatdaruratan Kardio

Pemeriksaan Diagnostik

Elektrokardiogram

Echokardiogram

Penanganan Selanjutnya

Terapi keadaan yang mendasari terjadinya asistol seperti hipoksia, asidosis

dan sebagainya

Sodium bikarbonat diperlukan dalam penanganan asidosis metabolik

Pemasangan pacu jantung transkutaneus atau transvenous sementara

Faktor Resiko

Hipoksia

Ketidakseimbangan elektrolit (contohnya hiperkalemia)

Hipovolemia

Hipotermia

Operasi mata

Hipersensitivitas sinus karotis

Keadaan lain yang mendasari terjadinya gangguan konduksi jantung

Pencegahan

Identifikasi keadaan awal yang mendasari, seperti hipoksia, asidosis, dan aritmia.

Pertimbangan Khusus

Transcutaneus pacing tidak terbukti secara pasti mempengaruhi kelangsungan

hidup kecuali pada pemasangan yang dini. Untuk mengakhiri resusitasi, ada

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Parameter yang paling umum

digunakan sebelum mengakhiri resusitasi yakni:

• Resusitasi dilakukan lebih dari 30 menit tanpa terputus

• Asistol ditemukan secara dini

• Usia lanjut yang disertai dengan penyakit penyerta/komorbid yang berat.

2

Page 3: Kegawatdaruratan Kardio

• Pastikan bahwa pasien normotermik sebelum resusitasi diakhiri.

2. TAMPONADE JANTUNG

Definisi

Tamponade jantung ialah keadaan akumulasi cairan pada ruang perikardium yang

terjadi secara akut. (Jumlah cairan normal pada ruang perikardium ialah 25-50

mL). Peningkatan cairan pada ruang perikardium terjadi secara bertahap disertai

waktu untuk adanya kompensasi. Oleh sebab itu, tamponade jantung bisa terjadi

tanpa adanya tanda-tanda tamponade.

Presentasi

Sesak napas (dispneu)

Sesak pada saat berbaring (ortopneu)

Takikardi

Distensi vena jugularis

Bunyi jantung terdengar menjauh

Pulsus paradoksus (sistolik turun hingga 10 mmHg pada saat inspirasi)

Beck’s Triad (kecil, berhentinya suara jantung, peningkatan tekanan vena,

serta penurunan tekatan arteri).

Patofisiologi

Adanya tekanan dari luar jantung yang menyebabkan penurunan preload

ventrikel.

Diagnosis Banding

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan tamponade jantung ialah:

Infark miokardial akut

Perdarahan setelah operasi

Diseksi aorta

Iatrogenik seperti insersi kateter

Penyakit jaringan ikat

Uremia3

Page 4: Kegawatdaruratan Kardio

Tekanan positif pada akhir ekspirasi (“Auto-peep”)

Penanganan Segera Yang Perlu Dilakukan

Pada saat ditemukan hipotensi, perikardiosintesis perlu segera dilakukan

Pemasangan cairan intravena untuk meningkatkan preload

Pertahankan detak jantung untuk pertahankan curah jantung

Pertahankan sinus ritme normal

Pemeriksaan diagnostik

Gambaran elektrik alternans pada EKG (variasi antara R-wave axis

dengan pulsus alternans)

Gambaran globular jantung pada foto radiografi dada

Akumulasi cairan pada pemeriksaan echokardiografi

Tekanan diastolik sama pada keempat ruang jantung

Penanganan selanjutnya

Pesiapkan operasi perikardiektomi

Penggunaan ketamin untuk induksi pada anestesi umum (dapat membantu

untuk mempertahankan detak jantung dan tekanan darah)

Pertahankan ventilasi spontan hingga kantong perikardium dibuka

Pertimbangkan rendahnya volume tidal dengan ventilasi yang tinggi untuk

menurunkan tekanan intrathorakal

Jagalah detak jantung tetap tinggi

Pertahankan preload yang adekuat

Faktor Resiko

Trauma

Infark miokardial

Penyakit jaringan ikat

Uremia

Pencegahan4

Page 5: Kegawatdaruratan Kardio

Kontrol uremia

Deteksi dini dan kontrol perdarahan pada operasi jantung

Hati-hati terhadap resiko melukai jantung pada saat implantasi dan

pelepasan elektroda pacu jantung

Deteksi dini serta kritikal intervensi untuk keberhasilan menejemen

Pertimbangan Khusus

Pneumothoraks dan perforasi jantung dapat terjadi pada saat kardiosintesis

Edema pulmonal dan gangguan sistolik global dapat terjadi setelah

tamponade

Risk

3. TRAUMA JANTUNG

Definisi

Adanya penetrasi atau trauma tumpul pada miokardium

Presentasi

Sesak napas (dispneu)

Takikardi

Nyeri dada

Flail chest

Patofisiologi

Trauma tumpul yang berat memberikan tekanan tinggi yang seringkali

menyebabkan kerusakan pada organ dalam rongga thoraks.

Diagnosis Banding

Kontusio paru dan kontusio miokardium

Pneumothorax

Disrupsi Esofagus

Laserasi Miokardium

5

Page 6: Kegawatdaruratan Kardio

Diseksi aorta thorakalis

Laserasi koronaria

Kerusakan pada diafragma

Penanganan Segera

Menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi (Airway, Breathing,

Circulation)

Memberikan tambahan O 2 yang diperlukan untuk mempertahankan

oksigenasi.

Meminta konsultasi bedah untuk pemasangan chest tube dan/

perikardiosentesis

Pembedahan darurat, cardiopulmonary bypass mungkin diperlukan.

Manajemen suportif.

Pemeriksaan diagnostik Radiografi dada

CT Scan

Bronkoskopi

Esofagoskopi

Transesophageal echocardiography (TEE)

Penanganan Selanjutnya

Konsultasi bagian bedah untuk operasi eksplorasi dada jika memungkinkan

Evaluasi trakea dan bronkus untuk menyingkirkan cedera paru-paru secara

bersamaan

Gunakan teknik isolasi paru-paru yang diperlukan untuk mengoptimalkan

ventilasi.

Faktor Resiko : trauma

6

Page 7: Kegawatdaruratan Kardio

Pencegahan

Meskipun trauma jantung merupakan fenomena yang tidak dapat dicegah, namun

pengenalan dini dan diagnosis patologi yang mendasari diikuti dengan intervensi

secara tepat waktu merupakan kunci keberhasilan penanganan.

Pertimbangan Khusus

Penggunaan nitrous oksida haruslah dihindari pada pasien yang menjalani

pembedahan akibat trauma karena kemungkinan terjadi pneumotoraks yang tidak

terdiagnosis. Diperlukan kewaspadaan terhadap gangguan ventilasi paru-paru

yang terjadi akibat tension pneumothorax. Tingkat keterlibatan jantung harus

diantisipasi pada cedera tumpul, untuk itu EKG harus dipantau terus menerus

pada periode pasca operasi.

4. GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Definisi

Gangguan struktural atau fungsional jantung dengan gangguan kemampuan

ventrikel untuk mengisi (diastolik) atau memompa darah (sistolik). Menurut New

York Heart Association (NYHA), tingkat keparahan gagal jantung kongestif

diklasifikasikan menjadi:

Kelas I: gejala gagal jantung terjadi pada tingkat aktivitas yang akan

membatasi individu normal

Kelas II: gejala gagal jantung terjadi dengan tenaga (aktivitas) biasa

Kelas III: gejala gagal jantung terjadi dengan kurang dari tenaga biasa

(aktivitas ringan)

Kelas IV: gejala HF terjadi pada saat istirahat

Presentasi

7

Page 8: Kegawatdaruratan Kardio

• Dispnea

• Kelelahan

• Edema

Patofisiologi

Untuk gagal jantung sistolik, sekitar 50% kasus adalah idiopatik. Penyebab

lainnya adalah miokarditis, penyakit jantung iskemik, penyakit infiltrative

(amiloidosis), kardiomiopati peripartum, hipertensi, infeksi HIV, penyakit

jaringan ikat, penyalahgunaan zat, obat (misalnya, doxorubicin). Faktor resiko

gagal jantung diastolik ialah kardiomiopati hipertrofik, restriktif dan sebaliknya

mirip dengan gagal jantung sistolik.

Diagnosis Banding

Iskemia miokard

Patologi pada paru yang terjadi secara primer

Kardiomiopati

Penanganan Segera

Tingkatkan FiO2 untuk mempertahankan oksigenasi.

Pemberian loop diuretic (furosemide 20-40 mg IV)

Mempertimbangkan pemberian ACE inhibitor (enalapril 2.5 mg IV setiap

6 jam)

Mempertimbangkan pemberian nitrogliserin (infus mulai 0.5

mcg/kg/min, peningkatan setiap 3-5 menit untuk efek yang diinginkan)

Mempertimbangkan pemberian nesiritide (2 mcg/kg IV bolus, kemudian

0,01 mcg/kg/menit maksimum 0,03 mcg/kg/min)

8

Page 9: Kegawatdaruratan Kardio

Mempertimbangkan pemberian beta-blockers esmolol 500 mcg/kg (lebih

dari 1 menit kemudian 50 mcg/kg/menit maksimum 300 mcg/kg/min)

Mempertimbangkan pemberian digoxin 0.125–0.25 mg IV

Jika pasien sadar dan dapat mengkonsumsi obat-obatan oral,

pertimbangkan pemberian angiotensin II reseptor Blocker (candesartan)

Aldosterone antagonis (spirinolactone)

Pemeriksaan Diagnostik

Foto toraks menunjukkan kardiomegali, baris Kerley B, efusi pleura

EKG untuk mengevaluasi perubahan iskemik atau hipertrofik

Ekokardiogram untuk mengevaluasi fungsi jantung

Serum brain natriuretic peptide (BNP) (meningkat pada gagal jantung)

Penanganan Selanjutnya

Koreksi penyakit sistemik yang berkontribusi

Modifikasi gaya hidup

Hentikan penggunaan obat-obatan yang terlibat dalam gagal jantung

Khusus manajemen untuk gagal jantung yang refrakter terhadap terapi

farmakologis:

Intra-aorta balon pompa

Perangkat pembantu ventrikel kiri

Transplantasi jantung

Faktor Resiko

Penyakit arteri koroner

Merokok

Hipertensi

9

Page 10: Kegawatdaruratan Kardio

Obesitas

Penyakit katup jantung

Pencegahan

Hati-hati manajemen cairan pada pasien beresiko gagal jantung kongestif

Pertimbangan Khusus

Defibrilator jantung digunakan untuk mendeteksi dan mengobati aritmia yang

terkait dengan gagal jantung dan dapat juga digunakan untuk terapi sinkronisasi

jantung melalui biventricular pacing. Pembungkus jantung telah digunakan dalam

upaya mencegah kerusakan lebih lanjut dari fungsi jantung dengan cara

mencegah pelebaran lebih lanjut dari ventrikel.

5. DISRITMIA: FIBRILASI ATRIUM

Definisi

Irama jantung yang tidak teratur dengan tidak adanya gelombang P pada EKG.

Fibrilasi atrium merupakan aritmia yang paling sering terjadi..

Presentasi

Mungkin tanpa gejala

Palpitasi

Nyeri dada / angina

Gagal jantung kongestif

Sinkop

Serangan iskemik transien

Patofisiologi

Fibrilasi atrium sering terlihat pada pasien dengan jantung normal. Hal ini juga

terkait dengan konsumsi alkohol yang berlebihan, hipertensi, hipertiroid, dan

10

Page 11: Kegawatdaruratan Kardio

iskemia miokard. Dilatasi atrium dan fibrosis adalah perubahan utama yang

diamati.

Diagnosis Banding

Sinus takikardi

Takikardia atrium multifofal

Reentrant takikardia

Junctional takikardia

Atrial flutter

Penanganan Segera

DC kardioversi jika hemodinamik pasien tidak stabil

(Kontrol Rate)

Pemberian obat beta blocking (esmolol 500 mcg / kg selama 1 menit,

kemudian 50 mcg / kg / menit sampai maksimum 300 mcg / kg / menit)

Calcium channel blocker (diltiazem)

Amiodarone (150 mg IV selama 10 menit, kemudian 1 mg / menit IV

selama 6 jam, kemudian 0,5 mg / menit selama 18 jam.). Hati-hati pada

pemberian dosis secara bolus karena dapat menimbulkan hipotensi.

Digoxin 0,125-0,25 mcg IV

Pemeriksaan Diagnostik

EKG

Elektrofisiologi

Ekokardiogram

Monitor Holter

Penanganan Selanjutnya

Kontrol Ritme

Kardioversi (listrik atau kimia) 11

Page 12: Kegawatdaruratan Kardio

Amiodarone dalam kasus-kasus resisten

Elektrofisiologi dan cryoablation

Bedah ablasi

Pengendalian Faktor Resiko (Stroke)

Antikoagulasi dengan heparin dan warfarin

Faktor Risiko

Usia (8% terjadi pada usia di atas 80)

Operasi kardiotoraks terbaru (khususnya operasi katup)

Dilatasi atrium

Hipertiroidisme

Pria> Wanita

Merokok

Konsumsi alkohol

Penyakit arteri koroner

Stres

Pencegahan

Hindari penghentian beta-blocker akut perioperatif.

Menjaga elektrolit normal (terutama kalium dan magnesium).

Mengurangi stres.

Pertimbangan Khusus

12

Page 13: Kegawatdaruratan Kardio

Atrium fibrilasi meningkatkan risiko terjadinya stroke tujuh kali lipat.

Kardioversi hanya boleh dilakukan untuk atrium fibrilasi dengan onset

baru yakni kurang dari 48 jam atau jika dalam ekokardiogram

transesophageal (TEE) menunjukkan bukti tidak adanya trombus.

6. DISRITMIA: BRADIKARDI

Definisi

Denyut jantung kurang dari 60 kali per menit.

Presentasi

Hipotensi

Mual

Perubahan status mental

Edema paru

Nyeri dada

Patofisiologi

Bradikardi dapat terjadi akibat sekunder dari iskemia jantung, penyakit simpul

atrioventrikular, hipoksemia, asidosis, atau obat-obatan (misalnya, narkotika,

beta-blocker). Gangguan pada sinus node atau kelainan konduksi juga dapat

menyebabkan bradikardi. Akibat dari bradikardi dapat menyebabkan malperfusi

dari organ-organ tubuh.

Diagnosis Banding

Penggunaan beta blocker atau terapi kalsium channel blocker secara

berlebihan

Stimulasi vagal secara berlebihan

Penggunaan narkotika dengan dosis tinggi

13

Page 14: Kegawatdaruratan Kardio

Hipersensitivitas dari sinus karotis

Tekanan intraokular berlebihan

Peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik

Hipoksia

Asidosis

Tamponade jantung

Gangguan elektrolit

Penanganan Segera

Hentikan segala kemungkinan yang dapat menjadi penyebab bradikardi.

(Misalnya, selama operasi laparoskopi, meminta ahli bedah untuk mengurangi

tekanan intra-abdomen.)

Segera mulai transcutaneus pacing jika ada bukti hipoperfusi jaringan.

Pemberian atropin sambil mempersiapkan transcutaneus pacing (0,5 mg

IV, ulangi setiap 5 menit dengan dosis total 3 mg).

Pemeriksaan Diagnostik

EKG

Ekokardiogram

Angiogram (untuk menyingkirkan infark miokard akut sebagai penyebab)

Penanganan Selanjutnya

Lakukan transvenous pacing jika transcutaneus pacing gagal

Epinefrin (2-10 mikrogram / menit) atau infus dopamin (2-10 mikrogram /

kg / menit)

14

Page 15: Kegawatdaruratan Kardio

Penempatan alat pacu jantung permanen

Faktor Risiko

Farmakologis (beta-blocker, calcium channel blockers, narkotika)

Alpha-agonis

Pada operasi mata

Pembedahan dekat sinus karotis (misalnya, endarterektomi)

Operasi laparoskopi

Usia

Peningkatan tekanan darah

Peningkatan kolesterol

Merokok

Pengkonsumsi alkohol berat

Penggunaan obat rekreasi

Stres psikologis atau kecemasan

Pencegahan

Menjaga kadar elektrolit plasma dalam keadaan normal.

Penyuntikan sinus karotis dengan lidokain selama endarterektomi.

Menjaga tekanan intraokular atau tekanan intraabdomen.

Latihan penggunaan dari alpha-agonist agent.

Pertimbangan Khusus

Atropin bekerja di node atrioventrikular dan tidak efektif pada pasien dengan

transplantasi jantung atau untuk bradikardia yang disebabkan oleh blok di bawah

15

Page 16: Kegawatdaruratan Kardio

berkas His. Jika bradikardia disebabkan oleh terapi beta-blocker dapat diberikan

glukagon 3 mg IV dilanjutkan dengan infus 3 mg / jam.

7. DISRITMIA: TAKIKARDI DENGAN KOMPLEKS SEMPIT (NARROW

COMPLEX TACHYCARDIA)

Definisi

Denyut jantung > 100 kali per menit (mungkin teratur atau tidak teratur) dengan

kompleks QRS sempit (<120 msec)

Presentasi

Hipotensi

Palpitasi

Perubahan status mental

Nyeri dada

Edema paru

Patofisiologi

Kompleks QRS yang sempit menandakan aktivasi ventrikel yang cepat melalui

sistem His-Purkinje normal. Hal ini menunjukkan bahwa aritmia berasal dalam

atau di atas AV node (supraventricular). Takikardia dengan kompleks QRS yang

sempit merupakan sinus takikardi yang sering terjadi atau karena fenomena masuk

kembali.

Diagnosis Banding

Sinus takikardi

Atrial takikardi

Takikardia atrium multifocal

Reentrant takikardia (misalnya, Wolff-Parkinson-White syndrome)

Junctional takikardia

16

Page 17: Kegawatdaruratan Kardio

Fibrilasi Atrium

Atrial flutter

Penanganan Segera

Pemberian adenosin (6 mg cepat IV push, ulangi 12 mg × 2)

Pada takikardi kompleks sempit yang stabil, terapi keadaan yang

mendasari (demam, anemia, syok, sepsis, nyeri, dll).

Pada takikardi kompleks sempit yang stabil dan tidak teratur, kontrol

denyut jantung dengan diltiazem (15 mg IV selama 20 menit) atau

metoprolol (5 mg IV q 5 menit).

Pertimbangkan kardioversi DC jika hemodinamik yang tidak stabil.

Terapi aritmia yang tidak stabil dengan kardioversi listrik segera.

Pemeriksaan diagnostik

EKG

Pengujian elektrofisiologi

Ekokardiografi

Penanganan Selanjutnya

Jika pemberian adenosin gagal, dapat digunakan calcium channel blocker

lain atau menggunakan beta blocker untuk mengendalikan detak jantung.

Kardioversi kimia: diberikan procainamide (50 mg / menit IV, sampai

dengan dosis 18-20 mg / kg) atau amiodarone (5 mg / kg IV lebih dari 15

menit).

Gunakan kardioversi listrik untuk takikardia yang resisten terhadap

intervensi farmakologis dan / atau pada pasien yang hemodinamik tidak

stabil.

17

Page 18: Kegawatdaruratan Kardio

Faktor Risiko

Demam

Anestesi yang tidak memadai

Hipovolemia

Iskemia miokard

Hipertiroid

Obat vagolytic

Pencegahan

Menjaga normothermia.

Volume resusitasi.

Hindari penghentian beta-blocker perioperatif.

Hindari obat vagolytic (misalnya, atropin, pankuronium).

Pertimbangan Khusus

Takikardia reguler dengan kompleks yang sempit merupakan sinus

takikardi yang paling sering.

Takikardia ireguler dengan kompleks yang sempit mungkin terjadi pada

atrium flatter, fibrilasi atrium, atau takikardia atrium multifokal.

Rasa tidak nyaman pada dada yang terjadi secara transient, dyspneu, dan

flushing dapat terjadi pada penggunaan adenosin.

Pertimbangkan risiko stroke embolik sebelum kardioversi.

8. DISRITMIA: TAKIKARDIA KOMPLEKS LEBAR (WIDE COMPLEX

TACHYCARDIA)

Definisi

Denyut jantung lebih besar dari 100 kali per menit (mungkin teratur atau tidak

teratur) dengan kompleks QRS lebar (> 120 msec)

18

Page 19: Kegawatdaruratan Kardio

Presentasi

Hipotensi

Perubahan status mental

Palpitasi

Nyeri dada

Patofisiologi Edema paru

Kompleks QRS yang melebar berarti aktivasi ventrikel lambat. Umumnya

aritmia berasal di luar sistem konduksi normal, tetapi mungkin berasal dari

ventrikel atau supraventricular. Ventrikel takikardi merupakan takikardi yang

sering terjadi pada takikardi dengan kompleks yang lebar.

Diagnosis Banding

Teratur

Ventrikel takikardi

Supraventrikular takikardia dengan konduksi menyimpang

Artefak

Paced rhythm dengan takikardia atrium (atrial sense, ventricular paced)

Tidak teratur

Fibrilasi atrium dengan aberrancy (bundle branch block),

Fibrilasi atrium dengan preexcitation (misalnya, Wolff-Parkinson-White

syndrome)

Takikardia ventrikel polimorfik

Penanganan segera

DC kardioversi jika hemodinamik tidak stabil

Reguler Rhythm

• Amiodarone (150 mg IV diberikan selama 10 menit, diulang sesuai

kebutuhan dengan total 2,2 g IV dalam 24 jam pertama) .

19

Page 20: Kegawatdaruratan Kardio

Ritme Yang Tidak Teratur

Procainamide (20 mg / menit IV hingga total 17 mg / kg)

Lidokain (1 mg / kg IV, dapat diulangi 0,5 mg / kg setiap 5 menit

sebanyak yang diperlukan dengan total 3 mg / kg)

Pemeriksaan diagnostik

EKG

Ekokardiogram

Pengujian elektrofisiologi

Penanganan Selanjutnya

Kardioversi digunakan untuk takikardi yang resisten terhadap intervensi

farmakologis, atau jika hemodinamik tidak stabil.

Jika pasien memiliki riwayat sindrom preexcitation (misalnya, Wolff-

Parkinson-White syndrome), atau adanya bukti preexcitation pada EKG

(misalnya adanya gelombang delta), procainamide adalah pengobatan

pilihan (20 mg / menit infus kontinu sampai aritmia ditekan, pasien

hipotensi, jika QRS melebar melampaui 50% keadaan awal, dosis

maksimum yang dapat diberikan 17 mg / kg).

Faktor Risiko

Usia > 50

Iskemia miokard (atau infark lama)

Jalur reentrant yang diketahui

Pencegahan

Menjaga agar elektrolit tetap normal (terutama kalium dan magnesium).

Hati-hati dengan obat anti-arrhythmic (Kelas I dan III).

20

Page 21: Kegawatdaruratan Kardio

Meminta konsultasi kardiologi untuk melakukan ablasi kateter.

Pertimbangkan Implantable cardiac defi brillator (ICD).

Ubah alat pacu jantung untuk ventricular paced, penghambatan

ventrikel-sensing, (VVI) atau atrial paced, penghambat atrium-sensing

(AAI)

Meskipun amiodarone adalah pengobatan alternatif, waspadalah terhadap

disritmia kompleks tidak teratur yang terjadi secara luas dengan

preexcitation karena dapat mengalami konversi ke ventrikel takikardia

atau ventrikel fibrilasi dengan penggunaan amiodarone.

Pertimbangan Khusus

Pemberian AV nodal blocker adalah kontraindikasi pada takikardi dengan

komplek yang lebar dan tidak teratur, terutama ketika etiologi tidak diketahui. Hal

ini terjadi karena dapat memicu terjadinya fibrilasi ventrikel dan kematian.

9. HIPERTENSI

Definisi

Pada pengukuran tekanan darah berulang didapatkan tekanan lebih besar dari

160/100.

Presentasi

Nyeri dada

Sakit kepala

Palpitasi

Stroke

Edema paru

Patofisiologi

21

Page 22: Kegawatdaruratan Kardio

Hipertensi terjadi akibat multifaktorial. Apapun yang meningkatkan preload,

afterload, atau kontraktilitas dapat menyebabkan hipertensi.

Diagnosis Banding

Anestesi yang tidak memadai kedalaman

Agitasi

Kesalahan vasopressor (pemberian secara sengaja atau overdosis)

Pheochromocytoma

Tirotoksikosis

Terjepitnya lintasan aorta

Peningkatan tekanan intrakranial

Transeksi dari sumsum tulang belakang atau di atas T5

Eklampsia dalam kehamilan

Setelah terapi electroconvulsive

Penanganan Segera

Meningkatkan kedalaman anestesi

Periksa apakah ada kesalahan dalam pengobatan

Pemberian nicardipine: Mulai 5 mg / jam IV dan meningkat sebesar 2,5

mg / jam setiap 5-15 menit. Dosis maksimum 15 mg / jam.

22

Page 23: Kegawatdaruratan Kardio

Pemberian sodium nitroprusside untuk hipertensi akut, atau hipertensi

yang mengancam jiwa: Dosis mulai dari 0,3 mcg / kg / menit dan

ditingkatkan secara perlahan. Dosis maksimal 10 mcg / kg / menit.

Pemberian beta-blocker (labetolol 5 mg q 2 menit lebih disukai karena

memiliki efek alpha dan beta-blocking)

Pemeriksaan diagnostik

EKG

Ekokardiogram

Angiogram

Intra-arteri kateterisasi

Penanganan Selanjutnya

Long-acting beta-blocker

Hydralazine ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker

Clonidine

Anxiolytics

Faktor Risiko

Usia> 60

Pria> Wanita

Ras

Berat

Stres

23

Page 24: Kegawatdaruratan Kardio

Alkohol

Merokok

Riwayat Keluarga

Penyakit ginjal

Diabetes

Sleep apnea

Pencegahan

Pertahankan kedalaman anestesi yang memadai.

Hindari pemutusan yang cepat dari obat antihipertensi.

Pertimbangan Khusus

Besarnya peningkatan tekanan darah secara akut adalah lebih signifikan

dibandingkan dengan angka sistolik dan diastoliknya, namun tekanan sistolik >

220 mmHg dan tekanan diastoilik > 120 mmHg perlu ditangani secara tepat.

Tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20-30% dari tekanan darah

normal untuk mengompensasi pergeseran ke kanan dari kurva autoregulasi pada

pasien-pasien dengan hipertensi kronis.

Sodium nitroprusida memiliki onset dan offset yang sangat cepat, serta

dapat menghasilkan berbagai variasi tekanan darah. Kecepatan infus di atas 2

mcg/kgBB/menit akan berdampak pada akumulasi sianida dan dapat

mengakibatkan keracunan sianida. Pertimbangkan keracunan sianida pada pasien-

pasien yang mengalami gangguan kesadaran, asidosis metabolik yang tidak

diketahui penyebabnya, serta peningkatan PaO2 vena campuran. Takifilaksis juga

dapat terjadi.

10. HIPOTENSI

Definisi

24

Page 25: Kegawatdaruratan Kardio

Tidak ada kriteria yang diterima secara universal. Definisi yang diterima secara

umum meliputi:

• BP sistolik <80 mmHg

• MAP kurang dari 60 mm Hg

• Penurunan SBP atau MAP sebesar 20% dari baseline

Presentasi

Nyeri dada

Sesak napas

Mual

Perubahan status mental

Oliguria

Patofisiologi

Patofisiologi dari hipotensi adalah multifaktorial. Apa pun yang menurunkan

denyut jantung, preload, afterload, atau kontraktilitas dapat menyebabkan

hipotensi.

Diagnosis Banding

Anestesi yang dalam

Hipovolemia

Anestesi spinal / epidural

Tamponade jantung

Pnuemothorax

Gagal jantung akut

25

Page 26: Kegawatdaruratan Kardio

Endokrin disfungsi

Anafilaksis

Penanganan Segera

Pemberian cairan secara IV

Periksa apakah ada kesalahan dalam pengobatan.

Pemberian efedrin (5 mg IV bolus).

Pemberian fenilefrin (100 mcg IV bolus).

Pemberian epinefrin.

Tergantung pada etiologi yang dicurigai, pertimbangkan infus vasopresor

(misalnya, fenilefrin) atau inotrope dalam kasus-kasus refraktori

hipotensi.

Pemeriksaan diagnostik

EKG

Ekokardiogram

Angiogram

Intra-arteri kateterisasi

Penanganan Selanjutnya

Menetapkan diferensial diagnosis dan mengobati penyebab yang

mendasari jika diketahui.

Pertimbangkan infus vasopresin untuk hipotensi yang resisten

katekolamin (tingkat yang direkomendasikan adalah 0,01-0,04 unit /

menit).

Pemberian kortikosteroid (hidrokortison 100 mg IV) jika diduga adanya

insufisiensi adrenal.

Faktor Risiko

Dehidrasi

Usia > 65 tahun26

Page 27: Kegawatdaruratan Kardio

Terapi Beta blocker atau calcium channerl blocker

Analgesia neuroaksial

Penyakit jantung

Obat-obatan

Pencegahan

Memantau tingkat anestesi pada pasien yang telah dilakukan neuoaksial blok.

Pemberian obat vasodilatasi (misalnya fenitoin, protamine, vankomisin) secara

perlahan-lahan.

Pertimbangan Khusus

Hipotensi memiliki banyak etiologi. Menentukan diagnosis banding dengan cepat

dapat mempersempit pilihan terapi dan meningkatkan hasil terapi pasien.

27