16
MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009 1 KEGIATAN BELAJAR 1 ETIKA, ETIKET, ETOS DAN MORAL 2.1 Pengertian-pengertian...................................................................... 2.2 Prinsip-prinsip Etika.......................................................................... 2.3 Teori-teori Etika................................................................................ 2.4 Rangkuman...................................................................................... 2.5 Latihan 1...........................................................................................

Kegiatan Belajar 1 Pemahaman Etika Etiket Etos Moral Odet Leecchh Sdm

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

1

KEGIATAN BELAJAR 1

ETIKA, ETIKET, ETOS DAN MORAL

2.1 Pengertian-pengertian......................................................................

2.2 Prinsip-prinsip Etika..........................................................................

2.3 Teori-teori Etika................................................................................

2.4 Rangkuman......................................................................................

2.5 Latihan 1...........................................................................................

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

2

Kegiatan belajar 1 Pemahaman Etika, Etiket, Etos, Moral

Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah terlebih dahulu diperlukan

pemahaman kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam komunikasi sehari-hari

yaitu kata-kata etiket, etos, moral, moralitas, dan norma/kaedah. Untuk lebih

memahami tentang etika dalam konteks organisasi pemerintah, maka dalam kegiatan

belajar 1 ini diuraikan dan dibahas tentang pengertian, prinsip-prinsip, dan teori-teori

tentang etika sehingga dapat memahami tentang etika dalam organisasi pemerintah.

Adapun pemahaman etika, etiket, etos, moral, moralitas, dan norma/kaedah adalah

sebagai berikut.

2.1.1 Etika

Secara teori (K. Bertens) pengertian etika meliputi pengertian etika sebagai sistem nilai

dan pengertian etika sebagai filsafat moral. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia

(1997), etika diartikan sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan sebagai kode etik. Istilah

etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni “ethos” yang berarti adat

istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini, etika berkaitan dengan adat istiadat atau

kebiasaan hidup yang bagi diri seseorang atau masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik

ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi (Sonny Keraf, 2002). Etika

sering dipahami sebagai ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai

manusia, sehingga etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah yang harus

dipatuhi karena tindakan tersebut baik dan benar, dan larangan yang harus dihindari

atau tidak dilakukan karena tindakan tersebut salah.

Adapun pemahaman tentang pengertian etika, sebagai sistem nilai, filsafat moral, dan

sebagai kode etik adalah sebagai berikut.

A. Etika sebagai Sistem Nilai

Dalam pengertian etika sebagai sistem nilai, etika berkaitan dengan kebiasaan yang

baik, tata cara hidup yang baik, baik bagi dirinya sendiri, bagi orang lain, masyarakat,

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

3

organisasi, dan lain-lain. Etika sebagai sistem nilai dipahami sebagai pedoman,

petunjuk, arah bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia.

Etika sebagai sistem nilai berisi nilai-nilai sebagai pedoman, petunjuk, perilaku yang

baik, yaitu bagaimana berperilaku baik sebagai manusia. Etika sebagai sistem nilai

berisi perintah yang harus dipatuhi karena tindakan tersebut baik dan benar dan

larangan yang tidak boleh dilanggar karena tindakan tersebut akibatnya tidak baik atau

merugikan.

B. Etika sebagai Filsafat Moral

Etika sebagai filsafat moral, sebagai salah satu cabang ilmu filsafat, yang mempelajari

dan membahas tentang nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya.

Etika sebagai filsafat moral mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengertian etika

sebagai sistem nilai, karena pengertian etika sebagai filsafat moral adalah ilmu yang

membahas dan mengkaji persoalan benar atau salah secara moral, tentang bagaimana

harus bertindak dalam situasi konkrit yang dilematis yaitu situasi yang sulit di mana kita

harus memilih antara dua kemungkinan yang sama-sama tidak menguntungkan. Dalam

situasi yang dilematis ini, kita hanya dapat memilih salah satu nilai saja yang kita

anggap paling baik dan paling benar.

Etika sebagai filsafat moral merupakan refleksi kritis untuk memungkinkan kita

menentukan pilihan, untuk menentukan sikap, dan untuk bertindak benar sebagai

manusia dalam situasi konkrit, dilematis, dan kritis. Untuk bertindak etis pada situasi

tersebut tidak ditentukan oleh norma dan nilai moral saja, tetapi juga diperlukan suatu

evaluasi kritis terhadap semua situasi yang terkait, sehingga etika sebagai filsafat moral

bersifat situasional.

Menurut K. Bertens (2000), dalam modul etika organisasi oleh Drs. Tony

Rooswiyanto,M.Sc (2005:7-8), dinyatakan bahwa ada 3 (tiga) pendekatan dalam

memandang etika, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika deskriptif

tidak dapat dikelompokkan sebagai cabang filsafat, karena etika deskriptif hanya

menggambarkan, tidak mengevaluasi secara moral. Etika deskriptif hanya mempelajari

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

4

perilaku moral yang dilandasi oleh anggapan-anggapan tertentu tentang apa yang baik

dan apa yang buruk, apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan, dalam

kalangan atau kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya etika normatif mengevaluasi

apakah perilaku tertentu dapat diterima atau tidak dapat diterima berdasarkan norma-

norma moral yang menjunjung tinggi martabat manusia, yang menentukan benar atau

tidaknya suatu perilaku berdasarkan argumentasi yang mengacu pada norma-norma

moral. Etika normatif terfokus pada perumusan prinsip-prinsip moral yang dapat

dipertanggungjawabkan secara rasional. Selanjutnya Meta etika membahas mengenai

bahasa atau logika khusus yang digunakan di bidang moral sehingga perilaku etis dapat

diuraikan secara analitis. Meta etika menilai perilaku baik dari sudut moral bukan

sekedar karena perilaku itu membantu atau meningkatkan martabat orang lain, tetapi

perilaku tersebut harus memenuhi suatu persyaratan moral tertentu. Etika deskriptif

tidak dapat dimasukkan dalam kelompok filsafat. Sedangkan etika normatif dan meta

etika dapat dimasukkan dalam kelompok etika sebagai cabang filsafat.

C. Etika sebagai Kode Etik

Pada hakekatnya kode etik diartikan sebagai nilai-nilai/norma-norma moral yang

menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1997). Menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002),

kode etik adalah seperangkat aturan moral dalam sebuah organisasi mengenai

bagaimana semua anggota organisasi harus bersikap dan berperilaku, di mana kode

etik sebagai pedoman bersikap dan berperilaku (code of conduct). Menurut Drs. Tony

Rooswiyanto, M.Sc (2005:23), kode etik diartikan sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau

kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-

ketentuan tertulis yang harus ditaati setiap anggota organisasi.

2.1.2 Moral

Moral berasal dari Bahasa Latin “mos” (jamak: “mores”) yang berarti: kebiasaan, adat.

Secara etimologi kata “moral” berarti adat istiadat kebiasaan. Moral dapat diartikan

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

5

sebagai semangat atau dorongan batin dalam diri seseorang untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu, yang dilandasi oleh nilai-nilai tertentu yang diyakini, sebagai

sesuatu yang baik atau buruk oleh seseorang atau organisasi sehingga dapat

membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak seharusnya dilakukan.

2.1.3 Moralitas

Moralitas dimaksudkan untuk menentukan seberapa jauh seseorang memiliki dorongan

untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

etika.

Moralitas merupakan kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-norma

yang ada, yang terkait dengan baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas merupakan

salah satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok social menghendaki

adanya penuntun tindakan (action guide) untuk segala pola hidup dan perilaku yang

dikenal sebagai pola sikap dan perilaku yang bermoral. Selanjutnya moralitas

dimaksudkan untuk menentukan sejauh mana seseorang memiliki dorongan untuk

melakukan tindakan sesuai dengan prinsip etika-etika moral (Desi Fernanda, 2006:4-5.)

2.1.4 E t o s

Dalam bahasa Inggris “ethos” berarti ciri-ciri atau sikap dari individu, masyarakat, atau

budaya terhadap kegiatan tertentu. Apabila ada istilah etos kerja, maka ini

dimaksudkan sebagai ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap

kerja. Dalam etos kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau kelompok yang

melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggungjawab, dedikasi, integritas, transparansi,

dan sebagainya.

Menurut Magnis Suseno SJ (1992:120), etos dipandang sebagai semangat dan sikap

batin tetap seseorang atau sekelompok orang terhadap kegiatan tertentu yang di

dalamnya termuat nilai-nilai moral tertentu. Etos kerja merupakan sifat dasar seseorang

dan sekelompok orang dalam melakukan sesuatu pekerjaan. Etos kerja bisa kuat atau

lemah, positif atau negatif, akan terlihat pada saat seseorang tersebut mengalami

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

6

hambatan atau tantangan dalam pekerjaannya. Etos kerja seorang individu akan sangat

dipengaruhi oleh etos kelompok, yaitu etos orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang

pegawai yang pada awalnya memiliki etos kerja yang tinggi bisa berubah menjadi

misalnya malas, tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, atau menghindari

pekerjaan akibat terpengaruh oleh teman-teman kerjanya yang memiliki etos kerja

rendah. Etos kerja di sini jelas menunjukkan suasana khas yang meliputi bidang kerja

seseorang yang terbentuk oleh sifat dan sikap yang dapat dipahami secara moral.

2.1.5 Etiket

Kata lain yang hampir sama dengan etika, yaitu etiket. Etiket berasal dari bahasa

Inggris “etiquette” yang berarti aturan untuk hubungan formal atau sopan santun.

Pemakaian kata etiket, misalnya tampak pada kombinasi etiket pergaulan, etiket

makan, dan sebagainya.

Etiket tidak sama dengan etika, meskipun ada kaitannya. Kaitan antara etiket dan etika

adalah sama-sama mengacu pada norma atau aturan. Etika mengacu pada norma

moral, sedangkan etiket mengacu pada norma kelaziman.

Ada beberapa perbedaan yang sangat penting antara etika dan etiket.

Bertens (2000:8-11) dalam modul etika organisasi pemerintah (Tonny Rooswiyanto,

2005:5-7) mengemukakan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket sebagai

berikut:

Etiket menunjukkan cara (yang dianggap tepat dan diterima) suatu tindakan

yang harus dilakukan manusia dalam suatu kalangan tertentu. Sebaliknya, etika

berkaitan dengan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak boleh

dilakukan dalam suatu kehidupan manusia.

Etiket hanya berlaku jika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu

tindakan. Sebaliknya, etika berlaku ketika orang atau pihak lain menyaksikan

maupun tidak menyaksikan.

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

7

Etiket bersifat relatif, sangat tergantung pada anggapan kalangan atau budaya

yang memberlakukan etiket. Selanjutnya etika bersifat universal yang berlaku

pada semua kalangan dan budaya.

2.2 Prinsip-prinsip Etika

Dalam buku Adler tertuang 6 prinsip dasar yang merupakan landasan prinsipil dari

etika. Adler dalam bukunya “The Great Ideas” menetapkan 6 prinsip dasar tersebut

merupakan 6 Idea Agung (The Six Great Ideas) yang merupakan landasan prinsipil dari

etika, yang selanjutnya dikenal sebagai prinsip-prinsip etika.

Prinsip-prinsip etika tersebut yang tertulis dalam modul etika birokrasi (Supriyadi,2001)

secara garis besarnya adalah sebagai berikut :

2.2.1 Prinsip Keindahan (Beauty)

Prinsip ini mengatakan bahwa hidup dan kehidupan manusia itu sendiri merupakan

keindahan. Berdasarkan prinsip ini, etika manusia adalah berkaitan atau memperhatikan

nilai-nilai keindahan, misalnya seseorang memerlukan penampilan yang serasi dan

indah dalam berpakaian, pengelolaan kantor dilandasi oleh nilai-nilai keindahan yang

meningkatkan semangat dalam bekerja bagi anggota organisasi.

Prinsip ini mendasari bahwa kehidupan manusia sesungguhnya merupakan keindahan,

misalnya adanya rasa kasih sayang antara sesama, kedamaian, berpenampilan indah,

suasana yang kondusif, berpenampilan menarik, dan lain-lain, yang secara keseluruhan

merupakan suatu keindahan dalam kehidupan manusia.

2.2.2 Prinsip Persamaan (Equality)

Dalam prinsip persamaan, hakekat kemanusiaan menghendaki adanya persamaan

antara manusia yang satu dengan yang lain. Setiap manusia yang lahir sebagai makhluk

ciptaan Tuhan memiliki hak dan kewajiban yang sama atau sederajat, karena

kedudukan manusia adalah sama dihadapan Tuhan. Meskipun manusia terdiri dari

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

8

beberapa bangsa, ras, etnis, sikap, dan pola pikir yang beragam, tidak sama satu sama

lain, namun semua perbedaan tersebut bukan merupakan alasan untuk memperlakukan

tidak sama terhadap semua manusia sebagai ciptaan Tuhan yang mempunyai derajat

yang sama dalam kehidupan. Etika yang dilandasi persamaan menghapuskan perilaku

diskriminatif. Jadi, manusia harus diperlakukan sama, tidak diskriminatif.

Etika yang dilandasi prinsip persamaan ini tidak membenarkan perilaku diskriminatif

dalam berbagai aspek interaksi manusia. Pemerintah tidak dapat membedakan tingkat

pelayanan terhadap masyarakat karena kedudukan mereka adalah sama.

2.2.3 Prinsip Kebaikan (Goodness)

Secara umum kebaikan diartikan sebagai sifat atau karakterisasi dari sesuatu yang

menimbulkan pujian. Sebagai contoh: kebaikan yang diterima umum, misalnya saling

menghormati, saling berbuat baik, saling kasih-mengasihi, sayang sesama manusia, dan

lain-lain. Prinsip kebaikan bersifat universal, karena prinsip kebaikan sangat erat

kaitannya dengan hasrat dan cita manusia. Dalam pemerintahan, tujuan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada dasarnya adalah untuk

menciptakan kebaikan dan perbaikan bagi rakyat/masyarakat.

2.2.4 Prinsip Keadilan (Justice)

Secara umum keadilan dapat diartikan bahwa setiap orang menerima apa yang

seharusnya diterima, sehingga merasa adil karena apa yang diterima sesuai apa yang

seharusnya diterima. Keadilan ialah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan

kepada setiap orang secara proporsional.

2.2.5 Prinsip Kebebasan (Liberty)

Secara umum kebebasan dapat diartikan bahwa setiap orang berhak menentukan

pilihannya, apa yang baik untuk dirinya. Setiap orang bebas melakukan atau tidak

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

9

melakukan sesuai pilihannya, dengan ketentuan jangan melanggar kebebasan orang

lain. Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab,

artinya hak menentukan pilihan dalam hidupnya yang merupakan kebebasan harus

dapat dipertanggungjawabkan, jangan sampai merugikan orang lain atau masyarakat.

Semakin besar kebebasan yang dimiliki, akan semakin besar tanggung jawabnya.

Dengan demikian kebebasan manusia mengandung pengertian, yaitu :

Kemampuan untuk menentukan pilihan untuk dirinya sendiri.

Kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan, kebebasan untuk menentukan

pilihannya sendiri.

Syarat-syarat yang memungkinkan manusia melaksanakan kebebasannya dalam

menentukan pilihannya beserta konsekuensi atas kebebasannya tersebut.

Tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, demikian pula tidak ada tanggung jawab

tanpa kebebasan.

2.2.6 Prinsip Kebenaran (Truth)

Kebenaran yang mutlak hanya dapat dibuktikan dengan keyakinan. Kebenaran harus

dibuktikan kepada masyarakat agar masyarakat merasa yakin akan kebenaran tersebut.

Untuk itu kita perlu menjembatani antara kebenaran dalam pemikiran (truth in mind),

dengan kebenaran dalam kenyataan ( truth in reality) atau kebenaran yang terbuktikan.

Betapapun doktrin etika tidak selalu dapat diterima apabila kebenaran yang terdapat

didalamnya belum dapat dibuktikan. Namun adapula kebenaran mutlak yang dapat

dibuktikan dengan keyakinan, bukan dengan fakta yang ditelaah oleh ilmu teologi dan

ilmu agama.

Keenam Ide Agung dari Adler, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Prinsip-prinsip

Etika, mendasari hubungan antar manusia dengan lingkungannya, karena dalam etika

harus menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan,

dan kebenaran bagi setiap orang. Prinsip-prinsip etika tersebut merupakan landasan

prinsipil dari etika.

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

10

2.3 Teori-teori Etika

Teori-teori etika akan memberi jawaban bagaimana kita harus bertindak etis ketika kita

menghadapi situasi konkrit. Teori etika ini terdiri dari Etika Deontologi, Etika Teleologi,

dan Etika Keutamaan. Menurut Dr. A. Sonny Keraf (2002), teori-teori etika tersebut

adalah sebagai berikut:

2.3.1 Etika Deontologi

Istilah Deontologi berasal dari kata Yunani “deon”, yang berarti kewajiban, sedangkan

“logos” berarti pengetahuan. Menurut Etika Deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau

buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban sesuai

dengan nilai-nilai, norma-norma moral yang berlaku. Apabila suatu tindakan baik secara

moral, maka menjadi kewajiban kita untuk melakukan, sebaliknya suatu tindakan buruk

secara moral, maka menjadi kewajiban kita untuk menghindari atau tidak

melakukannya. Etika deontologi menekankan motivasi, kemauan yang kuat untuk

bertindak.

Dengan demikian, Etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan apakah akibat dari

tindakan tersebut baik atau tidak. Emmanuel Kant (1734-1804) berpendapat,

tindakan yang baik atau tindakan yang memiliki moral adalah :

(1) Tindakan yang dijalankan sesuai dengan kewajiban. Segala tindakan yang

bertentangan dengan kewajiban merupakan tindakan yang tidak baik.

(2) Tindakan yang dilakukan berdasarkan kewajiban tersebut harus didasarkan

pada kemauan baik, bukan karena paksaan.

Hukum moral menurut Kant adalah bersifat universal karena dianggap sebagai perintah

tak bersyarat, artinya hukum moral itu berlaku bagi semua orang pada segala situasi

dan tempat. Oleh karena itu hukum moral tertanam dalam hati nurani setiap orang

sebagai makluk ciptaan Tuhan.

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

11

Ada 2 (dua) prinsip hukum moral yang bersifat universal merupakan perintah tidak

bersyarat, yaitu :

1) Prinsip universalitas

Bertindaklah hanya atas dasar perintah yang kamu sendiri kehendaki sehingga akan

menjadi sebuah hukum universal, karena kita mempunyai kewajiban untuk mematuhi

apa yang kita anggap benar, karena kita yakin bahwa apa yang kita anggap benar, juga

dianggap benar oleh orang lain.

2) Prinsip hormat kepada manusia sebagai tujuan pada dirinya

Bertindaklah sedemikian rupa agar kita memperlakukan manusia, apakah diri kita

sendiri, maupun orang lain, berorientasi kepada tujuan pada dirinya sendiri dan tidak

pernah hanya sebagai alat.

Menurut Kant, manusia mempunyai harkat dan martabat yang luhur dan karena itu

tidak boleh diperlakukan secara tidak adil, ditindas atau diperas demi kepentingan lain.

Kita juga tidak boleh membiarkan diri kita diperalat, diperlakukan secara sewenang-

wenang, bahkan kita tidak boleh memperbudak

diri kita demi uang atau kekuasaan karena ini bertentangan dengan prinsip hormat

akan pribadi manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri.

Menurut Etika Deontologi, lakukan apa yang menjadi kewajiban Anda, karena suatu

tindakan yang bernilai moral, maka tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban

yang memang harus dilaksanakan, terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu.

2.3.2 Etika Teleologi

Teleologi berasal dari kata Yunani “telos”, yang berarti tujuan. Etika Teleologi berbeda

dengan Etika Deontologi, karena Etika Teleologi tidak menilai perilaku atas dasar

kewajiban, tetapi atas dasar tujuan atau akibat dari suatu tindakan. Jadi, Etika Teleologi

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

12

menilai suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan tujuan atau akibat yang baik.

Sebaliknya, suatu tindakan dinilai buruk, apabila bertujuan atau berakibat buruk.

Etika Teleologi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu (1) egoisme etis dan

(2) utilitarianisme yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

(1) Egoisme etis menilai bahwa suatu tindakan dianggap baik, apabila bertujuan atau

berakibat baik bagi dirinya sendiri. Meskipun suatu tindakan dalam pandangan egoisme

etis bersifat egoistis, tindakan ini dipandang baik secara moral dengan alasan bahwa

setiap orang boleh memperoleh kebahagiaan atau memaksimumkan kesejahteraannya.

Sebaliknya, suatu tindakan dipandang buruk secara moral, apabila sebagai akibat dari

tindakan itu orang menderita atau sengsara,

(2) Utilitarianisme menilai suatu tindakan baik, berdasarkan penilaian apakah perbuatan

tersebut membawa akibat yang baik bagi banyak orang. Etika utilitarianisme

dikembangkan pertama kali oleh Jeremy Bentam (1748-1832). Persoalan yang ada

pada zaman tersebut adalah bagaimana mengevaluasi baik buruknya berbagai

kebijakan secara moral. Misalnya, dalam menilai suatu kebijakan publik, kriteria apa

yang dapat dipakai sebagai dasar penilaian. Hal ini penting karena kebijakan publik

sangat mungkin dapat diterima oleh suatu kelompok karena dianggap menguntungkan,

tetapi ditolak oleh kelompok lain karena dianggap merugikan.

Bagi Bentam ada 3 (tiga) kriteria sebagai dasar obyektif yang dipakai untuk menilai

suatu kebijakan publik tersebut baik dan buruk secara moral, sebagai berikut:

Kriteria pertama adalah manfaat, yaitu apakah kebijakan itu suatu tindakan yang

mendatangkan manfaat tertentu. Jadi kalau kebijakan publik itu mendatangkan

manfaat, kebijakan publik itu dianggap baik dan benar secara moral.

Kriteria kedua manfaat yang lebih besar atau terbesar, yaitu suatu kebijakan

baik, apabila memberikan manfaat lebih besar atau terbesar dibandingkan

dengan kebijakan atau tindakan lainnya. Atau dalam hal di mana semua

kebijakan atau tindakan yang tersedia ternyata sama-sama mendatangkan

kerugian, maka tindakan yang baik adalah tindakan yang mendatangkan

kerugian yang terkecil.

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

13

Kriteria ketiga adalah manfaat lebih besar atau terbesar bagi sebanyak mungkin

orang, yaitu kebijakan publik dinilai baik kalau manfaat terbesar yang dihasilkan

berguna bagi sebanyak mungkin orang. Semakin banyak orang mendapatkan

manfaat, semakin baik kebijakan atau tindakan tersebut. Di antara beberapa

kebijakan atau tindakan yang sama-sama memberikan manfaat, pilihlah yang

manfaatnya terbesar, dan di antara yang manfaat terbesar, pilihlah yang

manfaatnya dinikmati paling banyak orang.

Prinsip yang dianut oleh utilitarianisme adalah berbuatlah sedemikian rupa agar

tindakan itu mendatangkan manfaat yang lebih besar atau terbesar bagi sebanyak

mungkin orang.

2.3.3 Etika Keutamaan

Etika Keutamaan tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, juga tidak mengacu

kepada norma-norma dan nilai-nilai universal untuk menilai moral, karena etika

keutamaan lebih memfokuskan pada pengembangan watak moral pada diri setiap

orang. Nilai moral muncul dari pengalaman hidup teladan dari tokoh-tokoh besar dalam

suatu masyarakat dalam menyikapi persoalan-persoalan hidup. Nilai moral bukan

terbentuk atau muncul dalam bentuk adanya aturan berupa larangan atau perintah,

tetapi muncul dalam bentuk teladan moral dari tokoh-tokoh suatu masyarakat seperti

kejujuran, ketulusan, kasih sayang, kemurahan hati, rela berkorban, dan lain-lain.

Menurut teori Etika Keutamaan, orang bermoral atau pribadi bermoral ditentukan oleh

kenyataan seluruh hidupnya, yaitu bagaimana dia hidup baik sebagai manusia, jadi,

bukan tindakan satu per satu yang menentukan kualitas moralnya. Pribadi bermoral

adalah pribadi yang bersikap dan berperilaku terpuji sepanjang hidupnya dalam

menyikapi semua situasi yang dihadapi. Menurut teori Etika Keutamaan, yang dicari

adalah keutamaan, excellence, kepribadian moral yang menonjol, yaitu pribadi yang

berprinsip, yang mempunyai integritas moral yang tinggi sebagaimana dipelajarinya dari

tokoh-tokoh besar dalam hidupnya. Pribadi yang bermoral adalah orang yang adil

sepanjang hidupnya, bukan sekedar melakukan tindakan yang adil dan baik, melainkan

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

14

selalu adil sepanjang hidupnya dan melakukan hal yang baik. Pribadi yang bermoral

adalah orang yang berhasil mengembangkan sikap dan perilaku yang baik dan bermoral

melalui kebiasaan hidup yang baik, artinya dia selalu bersikap dan berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral sepanjang hidupnya tetapi dia sehari-hari

memang orang yang baik.

Keunggulan Etika Keutamaan adalah bahwa moralitas dalam suatu masyarakat

dibangun melalui sejarah atau cerita. Melalui sejarah atau cerita disampaikan pesan-

pesan moral, nilai-nilai, dan berbagai keutamaan moral agar dapat ditiru dan dihayati

oleh semua anggota masyarakat. Masyarakat belajar moralitas melalui keteladanan

nyata dari tokoh-tokoh, para pemimpin, orang yang dihormati dalam masyarakat.

Keutamaan moral tidak diajarkan melalui indoktrinasi, perintah, larangan, tetapi melalui

keteladanan dan contoh nyata, khususnya dalam menentukan sikap dalam situasi yang

dilematis.

Etika Keutamaan sangat menghargai kebebasan dan rasionalitas, yaitu setiap orang

mempergunakan akal budinya untuk menafsirkan sendiri pesan moral tersebut,

sehingga terbuka bagi setiap orang menerapkan moral yang khas bagi dirinya, dan ini

akan membuat kehidupan moral akan menjadi kaya karena oleh berbagai penafsiran.

Meskipun demikian, Etika Keutamaan memiliki kelemahan, yaitu ketika berbagai

kelompok masyarakat memunculkan berbagai keutamaan moral yang berbeda-beda

sesuai dengan pendapat masing-masing. Dalam masyarakat modern di mana cerita

atau dongeng cenderung tidak lagi memperoleh tempat, maka moralitas dapat

kehilangan relevansinya. Demikian juga, apabila di dalam masyarakat sulit ditemukan

tokoh masyarakat yang baik dijadikan teladan moral, maka moralitas akan mudah

hilang dari masyarakat tersebut. Dalam masyarakat kita sekarang, sangat sulit

menemukan keteladanan moral dari tokoh-tokoh besar yang dihormati, sehingga yang

kita dapatkan adalah keteladanan semu, sebagai contoh bagaimana menjadi kaya

melalui cara yang tidak halal, atau berbisnis dengan keuntungan besar tetapi dengan

cara tidak jujur.

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

15

Namun demikian, ada hal yang menarik dari Etika Keutamaan ini, yaitu menuntut kita

untuk membangun watak, karakter, dan kepribadian moral berdasarkan keteladanan

moral. Secara implisit aparatur pemerintah adalah sebagai pelayan publik maka

diharapkan dapat memberikan keteladanan moral yang dapat diandalkan.

2.4 Rangkuman

Untuk memahami etika dalam konteks organisasi pemerintah, diuraikan dan dibahas

kata-kata yang hampir mirip dengan etika dalam komunikasi sehari-hari yaitu etiket,

etos, moral, moralitas. Etika dalam kehidupan diartikan sebagai nilai-nilai atau norma-

norma moral yang mendasari perilaku manusia. Sedangkan moralitas merupakan

kesesuaian sikap dan perilaku seseorang dengan norma-norma yang ada, yang

mempunyai kaitan dengan baik atau buruknya suatu perbuatan. Di sisi lain, etos berarti

ciri-ciri dari suatu masyarakat atau budaya terhadap kegiatan tertentu, dan apabila ada

istilah etos kerja diartikan sebagai ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang

terhadap kerja. Dalam etos kerja terkandung nilai-nilai positif dari pribadi atau

kelompok yang melaksanakan kerja, seperti disiplin, tanggung jawab, dedikasi,

integritas, transparansi, dan sebagainya.

Selanjutnya kata yang hampir sama dengan etika yaitu etiket berarti hubungan formal

atau sopan santun. Dalam pengertian ini, etiket mempunyai perbedaan yang mendasar

bila dibandingkan dengan etika. Pertama, etiket menunjukkan suatu tindakan yang

harus dilakukan dalam suatu kalangan tertentu, sedangkan etika berkaitan dengan

norma moral, apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak dan berlaku umum.

Kedua, etiket hanya berlaku ketika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu

tindakan, sedangkan etika berlaku baik ketika ada orang atau pihak lain yang

menyaksikan atau tidak. Ketiga, etiket lebih bersifat relatif, tergantung pada anggapan

dari suatu kalangan atau budaya yang memberlakukan etiket, sebaliknya, etika lebih

bersifat universal karena memberikan pedoman moral untuk semua kalangan atau

budaya.

Secara teori etika diartikan sebagai sistem nilai dan sebagai filsafat moral. Selanjutnya

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), etika diartikan sebagai sistem nilai,

MODUL ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM BPPK 2009

16

filsafat moral, dan sebagai kode etik. Etika sebagai sistem nilai adalah sebagai pedoman

hidup atau petunjuk, arah bagaimana manusia hidup baik sebagai manusia. Etika

sebagai filsafat moral yaitu etika sebagai refleksi kritis, bagaimana manusia harus

bersikap dan bertindak dalam situasi konkrit, situasi dilematis, atau situasi kritis. Etika

sebagai kode etik diartikan sebagai nilai-nilai, norma-norma, atau kaedah-kaedah untuk

mengatur perilaku moral dari suatu profesi melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang

harus dipenuhi dan ditaati setiap anggota profesi.

Selain pengertian etika, juga diuraikan tentang teori-teori etika, yaitu etika deontologi,

etika teologi, dan etika keutamaan, serta prinsip-prinsip etika dari Adler, yaitu:

(1) Prinsip keindahan, (2) Prinsip persamaan, (3) Prinsip kebaikan, (4) Prinsip keadilan,

(5) Prinsip kebebasan, dan (6) Prinsip kebenaran.

2.5 LATIHAN I

1. Uraikan secara garis besar tentang pengertian etika, etos, dan moral!

2. Jelaskan perbedaan yang mendasar antara etika dan etiket!

3. Uraikan secara garis besar pengertian etika sebagai sistem nilai, filsafat moral,

dan sebagai kode etik!

4. Jelaskan tentang perbedaan teori-teori etika yaitu etika deontologi, etika

teleologi, dan etika keutamaan!

5. Sebutkan prinsip-prinsip etika dari Adler!