Upload
shamuzt
View
28
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Post date
Citation preview
KEHAMILAN POST DATE
A. DEFINISI
Kehamilan post date atau kehamilan lewat waktu ialah kehamilan yang umurnya lebih
dari 42 minggu (Hanifa, 2002). Kehamilan post date adalah kehamilan yang melewati 294
hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari
perhitungan seperti rumus neagle atau dengan tinggi fundus uteri serial (Mansjoer, 2001).
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo adalah kehamilan yang
melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan
menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi
waktu 42 minggu belum terjadi persalinan. Kehamilan Post Date ialah: Kehamilan yang
lamanya melebihi 42 minggu (294 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir atau 14 hari
setelah perkiraan tanggal persalinan yang dihitung menurut rumus NAEGELE, dengan
asurnsi siklus haidnya 28 hari. Kehamilan Post Date atau Postterm disebut juga kehamilan
serotinusyaitu kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih dihitung darihari
pertama haid terakhir menurut rumus neagle dengan siklus rata-rata 28hari (WHO 1977,
FIGO 1986).
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti kehamilan lewat waktu sampai saat ini belum kitaketahui. Diduga
penyebabnya adalah siklus haid yang tidak diketahui pasti, kelainan pada janin sehingga tidak
ada kontraksi. Ada beberapa teori yang diajukan sebagai penyebab kehamilan postdate,
antara lain sebagai berikut:
Pengaruh Progesteron: Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memicu proses
biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas pada uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa sumber menduga bahwa terjadinya kehamilan post term
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone
Teori Oksitosin: Pemakaian oksitosin pada induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah
satu factor penyebab kehamilan post date.
Teori Kostisol/ACTH janin: dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda”
untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesterone akan berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin
seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksidengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
Saraf Uterus: Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser
akanmembangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak adatekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek,dan bagian bawah janin
masih tinggi, kesemuanya diduga sebagai penyebab dari kehamilan post date ini.
Herediter: Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Morgen (1999) seperti dikutip chunningham, mengatakan
bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm pada saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan mengalami
kehamilan posterm juga.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara
subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10
kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan
tali pusat.
D. PERMASALAHAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia sampai kematian adalam rahim.
Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
1. Pertumbuhan janin makin lambat
2. terjadi perubahan metabolisme janin
3. Air ketuban berkurang dan makin kental
4. Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan 5.
5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat
dapat meninggal di rahim.
6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
7. Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang
bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan
disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat,
gawat janin sampai bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan
aspirasi mekoneum
8. Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan
postpartum.
E. TANDA BAYI POST MATUR
Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
1. Stadium I Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di bidan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
F. DIAGNOSIS
Prognosis post date tidak seberapa sulit apabila siklus haid teratur dari haid pertama haid
terakhir diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak, beberapa
pemeriksaan dapat dilakukan
1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak
dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya.
Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan
naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu
diagnosis.
3. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran
perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian
distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm
atau lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah kemungkinan pengaruh tidak baik
sinar rongten terhadap janin.
5. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Dengan
pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat diukur dengan teliti tanpa
bahaya. Pemeriksaan menurut ginekologi.
6. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis,
baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak
dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36
minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel
yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena
dikeruhi mekonium.
8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi
janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
11. Pemeriksaan sitologik liquoramni Amniostopi dan periksa pH nya dibawah 7.20
dianggap sebagai tanda gawat janin
12. Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi plasenta dinilai
berbeda-beda
Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan Janin (Mulai dikerjakan pada usia kehamilan 41
mmggu)
USG :Pengukuran biometrik janin / letakplasenta. Deteksi kelainan cacat bawaan,
pengukuran jumlah air ketuban dengan "Amnotik fluid index”(AFI).
Pemantauan detak Jantung Janin:" Non Stress Test "(NST) / "Stress Test".
Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan cairan ketuban (“shake test” atau L/S
rasio) harus dikerjakan bila pemeriksaan USG menunjukkan usia kehamilan 35
minggu.Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan Skor pelvik (PS) menurut
cara Bishop.
Amnioskopi imtuk menentukan warna air ketuban (bila mana perlu dilakukan
amniotomi).
F. PENATALAKSANAAN
1. Setelah UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik – baiknya
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insfusiensi plasenta persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
4. Ibu dirawat di RS bila:
a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
b) Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan
c) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau
d) pada Kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat di RS
5. Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat dipertimbangkan pada:
a) insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b) pembukaan yang belum lengkap, persalinan lam, dan terjadi tanda gawat janin
c) Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, Pre Eklamsia, Hipertensi
menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.
6. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin Post Matur kadang – kadang besar dan kemungkinan CPP dan
distosia janin perlu dipertimbangkan selain itu janin post date lebih peka terhadap
sedatif dan norkosa, perawatan neonatus post date perlu dibawah pengawasan dokter
anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
2. Pranoto. 2007. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
3. Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
4. Saifudin. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo