26
 Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 USU Repository© 2006  P PR R I IN NS SI I P P K K E EH H  A  AT TI I- -H H  A  AT TI I  A  AN N ( ( P PR R U UD DE EN NT T B B  A  AN NK K I IN NG G P PR R I IN NC CI IP PL LE E) ) D D  A  AL L  A  AM M K K E ER R  A  AN NG GK K  A  A U UU U P PE ER R B B  A  AN NK K  A  AN N D DI I  I I N ND DO ON NE ES SI I  A  A O OL LE EH H  ,  ,  MUL LH  A  ADI I  ,  , S SH.M.HUM F F  A  AK K U UL LT T  A  AS S H HU UK K U UM M U UN NI I  V  V E ER R S SI I T T  A  AS S S SU UM M  A  AT TE ER R  A  A U UT T  A  AR R  A  A 

kehati-hatian perbankan

  • Upload
    ueki77

  • View
    162

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 1/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

PPR R IINNSSII PP K K EEHH A  A TTII --HH A  A TTII A  A NN ((PPR R UUDDEENNTT BB A  A NNK K IINNGG PPR R IINNCCII PPLLEE)) 

DD A  A LL A  A MM K K EER R  A  A NNGGK K  A  A UUUU PPEER R BB A  A NNK K  A  A NN DDII II NNDDOONNEESSII A  A  

OOLLEEHH,, 

MM UULLHH A  A DDII ,,SSHH..MM ..HHUUMM  

FF A  A K K UULLTT A  A SS HHUUK K UUMM  

UUNNII V VEER R SSII TT A  A SS SSUUMM A  A TTEER R  A  A UUTT A  A R R  A  A  

Page 2: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 2/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

MM EEDD A  A NN 22000055 

DAFTAR ISI

I.  PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

II.  KONDISI PERBANKAN INDONESIA SAAT INI .......................................................... 5

III.  PENGATURAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM UU PERBANKAN ............................ 10

IV.  PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM SISTEM PERBANKAN SYARIAH............................. 18

 V.  KESIMPULAN ......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA 

Page 3: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 3/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

PRIN SIP KEHATI-HATIAN (PRUDENT BANKIN G PRINCIP LE)

DALAM KERANGKA UU PERBANKAN DI INDONESIA 

Oleh: Mulhadi1

 

 ABSTRAKSI

Prudent banking principles representing important factor in the effort realizing healthy bankingsystem, strength and sturdy. But that way, equipment of law and regulations, especially concerningprudent banking principles in the reality not yet enough guaranteed national banking quit of all itsproblems. That is main factors the rarefaction national banking system, beside other factor like

weakening of controlling of Central Bank (Bank Indonesia). There are a lot of arrangementsconcerning prudent banking principles in banking regulations in Indonesia, including in shariahbanking system which its arrangement s relate to Islamic Law

I. PENDAHULUAN 

Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna

mencapai sasaran-sasarannya: pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, kesempatan

kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran ini terus diupayakan untuk ditingkatkan

kualitasnya dari waktu ke waktu. Untuk itu upaya memperbaiki dan memperkuat sektor

keuangan khususnya industri perbankan menjadi sangat penting.

Sektor perbankan memiliki peran yang sangat vital, antara lain sebagai pengatur urat

nadi perekonomian nasional.2Lancarnya aliran uang sangat diperlukan untuk mendukung

kegiatan ekonomi. Dengan demikian, kondisi sektor perbankan yang sehat dan kuat

1 Staf Pengajar Fakultas Hukum USU Medan2 Sebagai salah satu sub-sistem industri jasa keuangan, industri perbankan sering dianggap sebagai

  jantungnya dan motor penggerak perekonomian suatu negara. Dalam kaitan ini Lovett mengatakan : “bank and financial institutions collect money and deposits from all elements of society and invest these funds inloans, securities and various other productive assets. Periksa William A Lovett, 1997, Banking and Financial Institutions Law , Westpublishing Co., USA, hal.1

Page 4: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 4/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

penting menjadi sasaran akhir dari kebijakan disektor perbankan. Peran sektor perbankan

dalam pembangunan juga dapat dilihat pada fungsinya sebagai alat transmisi kebijakan

moneter. Disamping itu, perbankan merupakan alat yang sangat vital dalam

menyelenggarakan transaksi pembayaran, baik nasional maupun internasional. Mengingat

pentingnya fungsi ini, maka upaya menjaga kepercayaan masyarakat 3terhadap

perbankan menjadi bagian yang sangat penting untuk dilakukan.4

Bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh resiko, disamping menjanjikan

keuntungan yang besar jika dikelola secara baik dan  prudent . Dikatakan sebagai bisnis

penuh resiko (full risk business)  karena aktivitasnya sebagian besar mengandalkan dana

titipan masyarakat, baik dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito.

Besarnya peran yang diemban oleh sektor perbankan, bukan berarti membuka kran

sebebas-bebasnya bagi siapa saja untuk mendirikan, mengelola ataupun menjalankan

bisnis banknya tanpa didukung atau diback-up dengan aturan perbankan yang baik dan

sehat. Pemerintah melalui otoritas keuangan dan perbankan berwenang menetapkan

aturan dan bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha dan

aktivitas perbankan. Oleh karenanya, kebijakan pemerintah disektor perbankan harus

diarahkan pada upaya mewujudkan perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Hal ini

mengingat kebijakan di bidang perbankan ini tidak lagi semata-mata memegang peranan

penting dalam pengembangan infrastruktur keuangan dalam rangka mengatasi

kesenjangan antara tabungan dan investasi tetapi juga berperan penting dalam

3 Industri perbankan merupakan suatu industri yang sangat bertumpu pada kepercayaan (fiduciary )masyarakat yang memiliki uang untuk disimpan. Kepercayaan masyarakat bagi industri perbankan adalahsegalanya. Hikmahanto Juwana, 1998, “  Analisa Ekonomi atas Hukum Perbankan ”, Jurnal Hukum danPembangunan, Edisi Nomor 1-3 Tahun XXVIII Januaru – Juni 1998, hal.864 Syahril Sabirin, Kebijakan Moneter dan Perbankan dalam Mendukung Pembangunan Nasional , dalamhttp://www.publikasi BI

Page 5: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 5/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

memelihara kestabilan ekonomi makro melalui keterkaitannya dengan efektivitas kebijakan

moneter.5

Pemerintah telah cukup mencurahkan perhatian pada penyempurnaan peraturan-

peraturan hukum di bidang perbankan. Mulai dari undang-undang hingga peraturan yang

sifatnya teknis sudah cukup tersedia. Bahkan peraturan yang berhubungan dengan prinsip

kehati-hatian pun (  prudential regulation ) sudah sangat memadai. Namun demikian,

kelengkapan peraturan terutama menyangkut prinsip kahati-hatian tidaklah cukup untuk 

dijadikan ukuran bahwa perbankan nasional lepas dari segala permasalahan. Buktinya

sebagian besar bank-bank nasional (khususnya bank swasta) merupakan bank bermasalah,

yang satu persatu masuk kandang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), bahkan

lebih tragis lagi beberapa bank swasta nasional terpaksa dilikuidasi pada masa awal krisis

ekonomi dan keuangan melanda Indonesia.6

Salah satu faktor yang membuat sistem perbankan nasional keropos adalah akibat

perilaku para pengelola dan pemilik bank yang cendrung mengeksploitasi dan atau

mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam berusaha. Disamping faktor penunjang lain yakni

lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia (BI).7

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hal penting guna mewujudkan sistem

perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Krisis perbankan yang melanda Indonesia

5

Syahril Sabirin, 2001, Upaya Keluar dari Krisis Ekonomi dan Moneter , Orasi Ilmiah disampaikan padaacara Wisuda Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat tanggal 29 September 2001 di Padang, hal.56 Krisis ekonomi, keuangan yang diikuti dengan krisis perbankan, mulai melanda Indonesia sejak Juli 1997.Krisis tersebut menyebabkan terjadinya capital flight, devaluasi nilai rupiah, tingkat suku bunga yang sangattinggi, melonjaknya tingkat inflasi dan resesi ekonomi dalam negeri, telah menimbulkan dampak yang beratterhadap industri perbankan nasional. Hampir seluruh bank umum nasional, termasuk sebelum terjadi gejolak dalam kondisi sehat, menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah besar. Puncaknya pada bulan November1997 dimana 16 bank swasta nasional dilikuidasi ole pemerintah. Lihat Achjar Iljas, 2000, “BLBI dan Penyelamatan Sistem Perbankan ”, Media 31 Januari 2000 (Opini)7 Susidarto, Reposisi Pengawasan Bank , dalam http://www.Kompas.com/kompas-cetak/0204/26/opini/menu33.htm.

Page 6: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 6/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

sepanjang tahun 1997 hingga saat ini menunjukkan betapa lemahnya komitmen untuk 

melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, dan beberapa negara lain, tampaknya kegiatan

perbankan tidak bisa seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar, karena

kenyataannya pasar tidak selalu mampu membetulkan dirinya sendiri (self correcting ) bila

terjadi sesuatu diluar dugaan.8 Oleh karena itu, dukungan kontrol terhadap aktivitas

perbankan oleh BI dengan kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi

terbaik dalam rangka menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan, yang pada

akhirnya akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu

sendiri.

Dari latar belakang tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan:

 pertama , Bagaimana kondisi perbankan Indonesia saat ini, apakah mencerminkan

pelaksanaan prinsip kehati-hatian sebagai faktor utama dan menentukan dalam menjaga

aksistensi dan/atau kepercayaan masyarakat ?; kedua , bagaimana pengaturan prinsip

kehati-hatian ini mendapat pengaturan di dalam UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan

UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan ?; dan ketiga , mengingat UU No.10 tahun 1998

  juga mengakomodasi kehadiran perbankan dengan prinsip syariah, apakah dalam sistem

perbankan syariah (yang aturan dasarnya mengacu pada ketentuan syariah Islam) memuat

prinsip-prinsip kehati-hatian dimaksud ?

8 Heru Supraptomo, 1997, ”  Analisis Ekonomi Terhadap Hukum Perbankan ”, Jurnal Hukum Bisnis , Volume1/1997, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, hal. 63

Page 7: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 7/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

II. KONDISI PERBANKAN I NDONESIA SAAT INI 

Mengetahui secara lengkap kondisi perbankan Indonesia saat ini tidak bisa tidak 

kembali harus mencermati perkembangan yang terjadi pada masa munculnya kebijakan-

kebijakan (deregulasi) di bidang perbankan yang dikeluarkan oleh pemerintah, terutama

sekali ketika dikeluarkannya paket deregulasi pada tanggal 27 Oktober 1988 .

Paket deregulasi sektor perbankan Oktober 1988 (pakto’88), merupakan paket

deregulasi yang sangat kontroversial sepanjang sejarah perbankan Indonesia. Walau

sebelumnya pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan yang sama bulan Juni 1983, yang

merupakan tonggak pendorong meningkatnya peranan perbankan dalam upaya

mengerahkan dana masyarakat. Pakto 88 dikatakan kontroversial karena pada paket

tersebut pemerintah memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendirikan bank-bank 

umum baru dengan hanya bermodalkan 10 milyar rupiah, kemudahan membuka kantor

cabang serta kemudahan memperoleh izin untuk merobah status bank menjadi bank 

devisa.9

Pada sisi positif, pakto’88 disamping bertambahnya jumlah bank, kehadirannya

telah memacu pertumbuhan jumlah dan nilai transaksi perdagangan, dan pada akhirnya

meningkat pula jumlah dan nilai transaksi perbankan dan keuangan.10 Namun pada sisi

negatif, persaingan diantara pemilik dan pengelola bank pun meningkat. Disamping itu,

upaya pembajakan manajer-manajer bank serta iming-iming hadiah kepada nasabah juga

mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Pada akhirnya pelanggaran terhadap

prinsip kehati-hatian pun seolah-olah sebagai sesuatu hal biasa, seperti pelanggaran batas

maksimum pemberian kredit (legal lending limit ) yang disalurkan baik kepada nasabah

9 Zainal Asikin, 1997, Pokok-pokok Perbankan di Indonesia , PT. .Raja Grafindo Persada, Jakarta,hal.310 Kondisi Umum Sektor Perbankan, dalam http://n21.ac-id.net/content/n21-bank/bab_2.html  

Page 8: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 8/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

debitur perorangan maupun kepada debitur dalam kelompok (group) usaha bank yang

bersangkutan.11 Menurut Fuady, perkembangan perbankan setelah pakto’88 sangat pesat

tetapi kurang terkontrol, sehingga menimbulkan berbagai maalah dalam praktek, dan

pengabaian sama sekali   prudent banking principle . Akibatnya pada sekitar tahun 1991,

Bank Duta terancam bangkrut karena banyak rugi dalam permainan valas. Hal yang sama

 juga terjadi pada Bank Umum Majapahit karena kejahatan yang dilakukan oleh pimpinan

sekaligus pemiliknya dan beberapa bank lain yang hampir terganggu likuiditasnya tetapi

dapat diselamatkan dengan berbagai cara serta yang paling monumental adalah

dilikuidasinya Bank Summa.12

Untuk menyempurnakan pakto’88, dikeluarkan paket 2 Maret 1989 yang antara lain

memuat ketentuan-ketentuan penilaian kesehatan bank hasil merger, komponen modal

untuk perhitungan Capital Adequacy Ratio  lebih diperjelas, ketentuan Legal Lending Limit  

dan memberi kesempatan bagi bank untuk melakukan penyertaan dana pada lembaga-

lembaga lain serta memberikan kredit investasi jangka menengah dan jangka panjang.

13

Pengaturan substansi prinsip kehati-hatian (CAR, dan BMPK) dalam paket 25 Maret

1989 dianggap masih “setengah hati”, karena tidak memberi arti signifikan bagi upaya

meredam efek-efek negatif atas munculnya pakto’88. Menyadari hal itu, untuk 

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, pemerintah

mengeluarkan kebijakan baru yang terkenal dengan paket Februari 1991 (pakfeb). Paket

februari ini menyangkut kecukupan modal (CAR), pembatasan pemberian kredit yang tidak 

11 Setelah pakto’88, disamping terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, adalah munculnya uangberedar yang mengalami kenaikan hingga 30 , serta angka kredit yang melaju pesat hingga 45 %. BacaMarjanto Danusaputro, “Ibarat Melaju di Jalan Tol Tanpa Rambu-rambu ” dalam h ttp://www .tempo.co.id/ang/min/02/14/ekbis1.htm 12 Munir Fuady, 1999, Hukum Perbankan Modern , PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.3013 Elwin Tobing, “ Asal Mula Krisis” Februari 2002, dalam http://www.theindonesiainstitute.org/our viewfeb1.htm,hal.1

Page 9: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 9/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

didukung oleh dana masyarakat (LDR), persyaratan kepemilikan dan kepengurusan,

ketentuan legal lending limit dan pembentukan cadangan untuk menutupi resiko.14

Meski dinilai banyak kalangan terlambat, pakfeb ternyata mampu mencegah

pertumbuhan bank dan ekspansi kredit yang cendrung tidak terkendali. Dengankata lain,

ketentuan tersebut memaksa bank untuk mengurangi ekspansinya, sehingga keuntungan

bank tidak dapat lagi digunakanuntuk membuka kantor cabang baru, melainkan digunakan

untuk menyetor modal. Biaya lain jugga harus diperhitungkan untuk memenuhi ketentuan

CAR 8 %. 15

Secara perlahan pakfeb 91 sedikit membawa pengaruh. Bank-bank mulai sibuk 

konsolidasi untuk memenuhi ketentuan modal agar posisi CAR mencapai 8% pada akhir

1993, LDR maksimum 110 %, dan ketentuan penyaluran kredit dalam bentuk kredit usaha

kecil 20 %. Khusus persoalan pemenuhan CAR, meskipun beberapa bank telah mampu

mencapai CAR 8 %, namun aangka rata-rata CAR pada banyak bank masih berada

dibawah 7 %. Keadaan ini dengan sendirinya juga menimbulkan kekuatiran baaru

terhambatnya kegiatan perekonomian yang selanjutnya akan semakin mempersulit

perbankan sendiri. Untuk melonggarkan ruang gerak perbankan dalam menyalurkan kredit,

BI kemudian memberi keluwesan kepada bank untuk memiliki CAR 4,25 % setelah

memenuhi ketentuan CAR 5 % pada akhir Maret 1992. Dengan demikian kegiatan ekonomi

akan lebih bergairah, tetapi pada sisi lain muncul persoalan membengkaknya kembali

kredit macet.16

 14  Ibid.,hal.2  15  Ibid. 16  Ibid. 

Page 10: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 10/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Kredit macet sempat menghantui perbankan nasional, mencapai klimaksnya setelah

Gubernur BI mengumumkannya secara resmi dalam pertemuan BI-DPR pada bulan Mei

1993. Meskipun angka-angka diseputar besarnya kredit macet tersebut bervariasi mulai 5

triliun rupiah sampai 14 triliun rupiah, tetapi besarnya kredit macet sudah menggambarkan

bahwa posisi perbankan nasional mengalami kelesuan dan ini akan menjadi ancaman serius

terhadap sektor riil.

 Ada sejumlah faktor penyebab membengkaknya kredit macet:

1. 

perbankan umumnya kurang hati-hati dalam memberikan pinjaman dalam tahun-

tahun boom investasi (sejak keluarnya Pakto’88);

2.  pelanggaran terhadap ketentuan batas maksimum pemberian kredit (legal lending 

limit ) yang disyaratkan Pakfeb’91;

3.  pengaruh kebijaksaan uang ketat, sehingga menurunkan kemampuan perusahaan

nasabah bank untuk membayar pinjaman.17 

Hingga saat ini, kondisi perbankan nasional masih sangat rapuh dan rawan kredit

bermasalah (non-performing loan ). Fenomena negatif spread  (selisih antara pendapatan

bunga dan biaya bunga), terutama akibat tingginya suku bunga dan gejolak nilai tukar

rupiah, masih terus mengancam permodalan bank, dan hal ini bisa memicu krisis atau

17  Ibid , hal.3. Munculnya kredit macet merupakan indikasi bahwa bank-bank mengalami masalah, terutama

kewajibannya dalam memenuhi segala ketentuan Bank Indonesia.Dalamkaitan ini Marjanto mengatakan bahwaada 3 faktor penyebab bank-bank bermasalah. Pertama , akibat kebijakan makro pemerintah; kedua , kebijakanotoritas moneter dalam hal ini BI secara kelembagaan; dan ketiga , disebabkan oleh pemilik dan pengelola bank itu sendiri. Kredit macet lebih banyak berhubungan dengan faktor penyebab ketiga. Periksa MarjantoDanusaputro, “Ibarat Melaju di Jalan Tol Tanpa Rambu-rambu ” dalam h ttp://www .tempo.co.id/ang/min/02/14/ekbis1.htm. Mengenai faktor penyebab munculnya kredit macet ini, DarmiyantiMuchtar menyebut 2 (dua) faktor penyebab. Pertama, faktor eksternal yang berkaitan dengan perilaku debiturdan lingkungan (ekonomi, kebijakan pemerintah, pasar internasional, dan lain-lain). Kedua, faktor internal yangberkaitan dengan manajemen dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebuah bank. Periksa DarmiyantiMuchtar, “Biang Keladi Kredit Macet: Dilema Perbankan Indonesia ,” Majalah Bank dan Manajemen EdisiJuli/Agustus 1991, hal.35

Page 11: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 11/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

rekapitalisasi bank jilid dua.18 Fungsi intermediasi juga belum berjalan, tercermin dari

masih rendahnya rasio antara kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga (DPK) yang

dihimpun perbankan (loan to deposit ratio/LDR). Menurut Dradjad H Wibowo, untuk 

mempercepat pulihnya proses intermediasi, BI harus berani mengurangi jumlah bank 

secara radikal, melakukan percepatan restrukturisasi kredit, baik yang ada diperbankan

maupun di BPPN, dan mempercepat penyelesaian persoalan hukum, khususnya berkaitan

dengan proses kepailitan di pengadilan niaga.19

Gambaran diatas setidaknya memberikan pemahaman bahwa krisis ekonomi,

keuangan dan perbankan yang terjadi sejak tahun 1997 hingga saat ini tidaklah akibat

perilaku investor asing. Kalupun itu ada , itu hanyalah pemicu api yang memang sudah

membara. Kondisi ekonomi, keuangan dan perbankan Indonesia sebelum itu sebagaimana

digambarkan di atas sangatlah tidak stabil. Swasta-swasta besar berlomba ekspansi tetapi

tidak mengindahkan etika dan kaidah bisnis. Untuk sektor perbankan khususnya, pelaku

bisnis perbankan cendrung mengabaikan atau melanggar prinsip-prinsip berusaha yang

baik dan sehat sebagaimana telah ditetapkan baik dalam UU Perbankan maupun di dalam

peraturan-peraturan di bawahnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi

perbankan Indonesia hingga saat ini mencerminkan betapa buruk dan rendahnya

komitmen untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian dikalangan pelaku bisnis perbankan,

disamping lemahnya kontrol (pengawasan) 20dari Pemerintah melalui Bank Indonesia.

18 Perbankan Masih Rapuh, Selasa 5 Maret 2002, dalam http://www.kompas.com/kompas-cetak/0203/05/UTAMA/perb01.htm19  Ibid.

Page 12: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 12/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Saat ini BI tengah melakukan penyempurnaan sistem pengawasan bank, dari sistem 

compliance (kepatuhan pada regulasi) menjadi pengawasan risiko (risk based supervision ).

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan bank sejak dini. Selama ini BI

melakukan pengawasan reaktif, yakni berdasarkan peraturan saja (compliance ), sehingga

  jika ada permasalahn di sebuah bank, baru akan diketahui kemudian.21 Penyempurnaan

pelaksanaan fungsi pengawasan ini merupakan salah satu agenda pemerintah dalam

rangka pemulihan ekonomi melalui kebijakan (pemberdayaan) perbankan. Upaya

pemberdayaan dimaksud meliputi empat aspek, yakni rekapitalisasi bank-bank,

restrukturisasi kredit perbankan, pengembangan infrastruktur perbankan, dan

penyempurnaan pelaksanaan fungsi pengawassan bank.22

III . PENGATURAN PRI NSIP KEHATI-HATIAN   DALAM UU PERBANKAN

Prinsip kehati-hatian (  prudent banking principle ) adalah suatu asas atau prinsip

yang mmenyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib

bersikap hati-hati ( prudent ) dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan

padanya.23 Hal ini disebutkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 tahun 1998 sebagai perubahan

atas UU Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa perbankan Indonesia dalam

melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-

hatian.

 Ada satu pasal dalam UU Perbankan yang secara eksplisit mengandung substansi

prinsip kehati-hatian, yakni pasal 29 ayat 2, 3 dan 4 UU Nomor 10 tahun 1998.

21 Susidarto ,Loc.Cit. 22 Syahril Sabirin, 2001, “Upaya Keluar dari Krisis Ekonomi dan Moneter ” Op.Cit ,hal.1923 Rachmadi Usman, 2001,   Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia , PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, hal.18

Page 13: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 13/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Pasal 29 :

(2) Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupanmodal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan

aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatanusaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian

(3) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah danmelakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak mmerugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan danannnyyakepada bank 

(4) Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenaikemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabahyang dilakukan melalui bank.

Jika memperhatikan judul Bab V UU Perbankan (terdiri dari pasal 29 s/d pasal

37B), maka pasal 29 merupakan pasal yang termasuk dalam ruang lingkup pembinaan dan

pengawasan. Artinya, ketentuan   prudent banking sendiri merupakan bagian dari

pembinaan dan pengawasan bank. Lebih khusus lagi menurut Anwas Nasution, ketentuan

 prudent banking  termasuk dalam ruang lingkup pembinaan bank dalam arti sempit.24

Sebenarnya pengaturan prinsip kehati-hatian ini ternyata termaktub juga pada

bagian pasal sebelumnya, seperti pasal 8, 10 dan 11 UU Perbankan.

Pasal 8 : “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajiib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan

yang diperjanjikan”.

Pasal 10 : “Bank Umum dilarang :

a.  melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf b

dan huruf c;b.  melakukan usaha perasuransian;

24 Anwar Nasution, Pokok-pokok Pikiran tentang Pembinaan dan Pengawasan Perbankan dalam rangka Pemantapan Kepercayaan kepada Masyarakat terhadap Industri Perbankan , Makalah disampaikan padaSeminar tentang “Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah”, Departemen Kehakiman, BPHN, HotelIndonesia Jakarta, tanggal 24-25 Juni 1997, hal.2

Page 14: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 14/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

c.  melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 6dan pasal 7.

Pasal 11 :

(1)  Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberiankredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,penempatan investasi Surat Berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat

dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait,termasuk kepada perusahaan-perusahaan dalam elompok yang sama denganbank yang bersangkutan.

(2)  Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yangditetapkan oleh Bank Indonesia.

(3)  Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberiankredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, pemberian jaminan,penempatan investasi Surat Berharga atau hal lain yang serupa, yang dapatdilakukan oleh bank kepada :

a.  Pemegang saham yang memiliki 10 % (sepuluh perseratus) atau lebih darimodal disetor bank;

b.   Anggota dewan komisaris;

c.   Anggota direksi;

d.  Keluarga dari pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c;

e.  Pejabat bank lainnya; dan

f.  Perushaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

(4)  Batas maksimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari modal bank yang sesuai dengan ketentuan yangditetapkan oleh BI.

(4A) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, bank dilarang melampaui batas maksimum pemberian kredit atau pembiaayaanberdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam ayat (1), ayat (2), ayat(3), dan ayat (4).

 Apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian, oleh UU Perbankan sama sekali

tidak dijelaskan, baik pada bagian ketentuan maupun dalam penjelasannya. UU Perbankan

Page 15: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 15/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

hanya menyebutkan istilah dan ruang lingkupnya saja sebagaimana dijelaskan dalam pasal

29 ayat 2, 3, dan 4 di atas. Dalam bagian akhir ayat 2 misalnya disebutkan bahwasanya

bank wajib menjalankan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dalam pengertian,

bank wajib untuk tetap senantiasa memelihara tingkat kesehatan bank, kecukupan modal,

kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan

dengan usaha bank.25 Apa saja yang dimaksud dengan aspek lain itu tidak dijelaskan.

Dalam pada itu, dalam rangkamendukung atau menjamin terlaksananya proses

pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prisnsip kehati-

hatian, bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan intern26 dalam bentuk self 

regulations .27

Anwar menyebutkan bahwa ruang lingkup aturan   prudent banking (pembinaan

dalam arti sempit) meliputi persyaratan modal awal maupun rasio modal terhadap

kemungkinan resiko yang dihadapinya, BMPK (batas maksimumpemberian kredit), rasio

pinjaman terhadap deposito (LDR) maupun posisi luar negeri (NOP), rasio cadangan

minimum, cadangan penghapusan aktiva produktif (kredit macet), transparansi pembukuan

berdasarkan standarisasi akuntansi serta audit.28

 25 Periksa kembali bagian awal ayat 2 pasal 29 UU Perbankan.26 Periksa penjelasan pasal 29 ayat 1, 2, dan 3 UU Perbankan27  Self regulation  merupakan peraturan intern  bank yang dibuat dalam rangka mendukung pelaksanaan

prinsip kehati-hatian. Dalam kebijakan Pemerintah disektor perbankan tahun 1994 disebutkan bahwaperbankan tetap diarahkan untuk mempercepat proses penyelesaian kredit bermasalah dan bank bermasalah,mempercepat proses konsolidasi, mendorong perbankan untuk melaksanakan prinsip pengaturan sendiri (self regulation principple ) dan kehati-hatian dalam usahanya serta memantapkan langkah-langkah pembinaan danpengawasan perbankan guna mengembangkan sistem perbankan yang sehat dan tangguh. Untuk itu BImelakukan penyempurnaan rencana kerja bank dan laporan pelaksanaannya yang kemudian dituangkan dalamSK Direksi BI No.27/117/KEP/DIR, tanggal 25 Januari 1995 termasuk juga salahstunya SK Direksi Bi No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Mmaret 1995 tentang ketentuan kewajibanbank umum untuk memiliki danmelaksanakan kebijakan pperkreditan dabnk berdasarkan Pedoman Penyususnan Kebijakan Perkreditan Bank (PPKPB).28 Anwar Nasution, Loc.Cit. 

Page 16: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 16/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Hal menarik dalam ketentuan prinsip kehatia-hatian bank ini adalah adanya

kewajiban bagi bank menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko

kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank, sebagaimana

dijelaskan dalam ayat 4 pasal 29 diatas.

Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian nasabah

dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi

bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi dalam dunia

perbankan. Informasi tersebut dapat memuat keadaan bank termasuk kecukupan modal,

dan kualitas aset. Apabila informasi tersebut telah tersedia atau disediakan, bank dianggap

telah melaksanakan ketentuan ini. Informasi tersebut perlu diberikan dalam hal bank 

bertindak sebagai perantara penempatan danan dari nasabah atau pembelian/’ penjualan

Surat Berharga untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.29

Walaupun ketentuan ini terkesan berlebihan, tetapi ketentuan ini menunjukkan

bahwa bank benar-benar memiliki tanggungjawab terhadap para nasabahnya. Hal ini

penting bagi bank dalam rangka menjaga hubungan baik dan berkelanjutan dengan

nasabahnya. Sebab, jika sekali nasabah dirugikan akibatnya nasabah selamanya tidak 

akan percaya kepada bank bersangkutan. Hal ini juga relevan dengan konsep hubungan

antara bank dan nasabahnya, yang bukan hanya sekedar hubungan debitur-kreditur

semata, melainkan lebih dari itu sebagai hubungan kepercayaan (fiduaciary relationship ).30

 29 Periksa penjelasan ayatb 4 dari pasal 29 UU Perbankan30 St.Remy Sjahdeini, BI Sebagai Penggerak Utama Reformasi Peraturan Perundang-undangan, PidatoIlmiah dalam rangka Penerimaan Jabatan Guru Besarb Ilmu Hukum pada Faakultas Hukum UNAIR Suarabayatanggal 16 Desember 1996, Tulisan yang sama dapat dibaca dalam Majalah Bank dan Manajemen , EdisiNovember/Desember 1996, hal.17 .Alvin C. Herrell setelah melakukan penelitian terhadap putusan-putusanpengadilan di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa hubungan antara bank dan nasabah merupakan fiduciary relationship  karena status bank yang istimewa didalam masyarakat sebagai lembaga yang jasa-jasanyaberpengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat

Page 17: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 17/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Dalam sejarah perbankan Indonesia, ketentuan prudent banking pernah diatur

secara khusus dalam beberapa Paket deregulasi, misalnya Paket deregulasi 25 Maret 1989

dan Paket deregulasi Februari 1991, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Salah

tujuan atau tugas yang diemban Paket Februari 1991 misalnya, berupaya mmengatur

pembatasan dan pemberatan persyaratan perbankan dengan mengharuskan dipenuhinya

persyaratan permodalan minimum 8 % dari kekayaan. Yang diharapkan dari paket itu

adalah adanya peningkatan kualitas perbankan Indonesia.31

Kewajiban bank-bank memenuhi aturan penilaian kesehatan dalam Paket deregulasi

diatas, tampaknya tidak bisa menghindari kesan sebagai produk aturan yang diwarnai

trauma atas terjadinya kasus collaps nya beberapa bank umum nasional, seperti Bank 

Perbankan Asia, Bank Duta danBank Umum Majapahit.

Pengaturan prudent banking saat ini sudah cukup banyak, bahkan sudah seringkali

dilakukan revisi atau pergantian, baik stelah lahirnya UU No.7 tahun 1992 maupun ketika

pemerintah mengundangkan UU No.10 tahun 1998. Regulasi tersebut sebagian besar

diwujudkan dalam bentuk Surat Edaran dan SK Direksi Bank Indonesia. Aturan-aturan

tersebut misalnya :

1.  SK BI 30/11/KEP/DIR/1997, tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank 

2.  SK BI 30/12/KEP/DIR/1997, tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

3.  SK BI 30/46/KEP/DIR/1997, tentang pembatasan pemberian kredit oleh bank 

umum untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah

4.  SE BI 31/16/UPPB/1998 tentang batas maksimum pemberian kredit bank umum

5.  SK BI 31/177/KEP/DIR tentang batas maksimum pemberian kredit bank umum

6.  SE BI 31/17/UPPB/1998 tentang posisi devisa neto bank umum

31  Deregulasi Perbankan: Sejumlah Aturan Tambal Sulam , dalam http://www.Tempo.co.id/ang/min/01/52/utama3.htm

Page 18: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 18/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

7.  SE BI 31/18/UPPB/1998 tentang pemantauan likuiditas bank umum

8.  SK BI 31/179/KEP/DIR tentang pemantauan likuiditas bank umum

9.  SK BI 31/148/Kep/DIR/1998 tentang pembentukan penyisihan penghapusan

aktiva produktif 

10.  SK BI 31/147/KEP/DIR/1998 tentang kualitas aktiva produktif 

11.  SK BI 331/178/KEP/DIR/1998 tentang posisi devisa neto bank umum

12.  Peraturan BI 2/16/PBI/2000 tentang perubahan SK Direksi BI31/177/KEP/DIR/1998 tentang batas maksimum pemberian kredit

13.  Peraturan BI 3/21/PBI/2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank 

14.  Peraturan BI 3/22/PBI/2001 tentang transparansi kondisi keuangan bank 15.  Peraturan BI 6/25/PBI/2004 tentang rencana bisnis bank umum16.  Peraturan BI 7/4/PBI/2005 tentang prinsip kehati-hatian dalam aktivitas

sekuritisasi asset bagi bank umum17.  dll

Sebagaimana halnya bank-bank di negara-negara maju dan berkembang lainnya,

dalam kaitannya dengan pemenuhan standar kesehatan bank, mengikuti ketentuan Bassel

International Standart (BIS). Dalam rangka pemenuhan kondisi perbankan di Indonesia, BI

telah menyepakati 25 aturan BIS . Sampai saat ini baru 12 aturan BIS yang siap diterapkan

di Indonesia. Diantaranya ketentuan CAR 8 %, dan NPL/Non Performing Loan (kredit

macet) 5 % yang harus segera dipenuhi bank-bank sebelum akhir 2001.32

Ketentuan BIS tersebut dalam garis besarnya merupakan prinsip dasar pembinaan

dan pengawasan bank yang efektif, yang telah disetujui untuk diterapkan di Indonesia

melalui komitment yang dilakukan oleh BI dengan IMF. 25 butir ketentuan BIS tersebut

adalah sebagai berikut :

1.  Mempunyai wewenang, tanggung jawab dan tujuan yang jelas, bersifatindependent dan memiliki sumber daya yang cukup

2.  Kegiatan yang diizinkan

32 Titis Nurdiana  dan Ahmad Febrian, Memenuhi Janji dan Membuat Koreksi , dalamhttp://www.kontan_oonline.com/05/31/aktual/akt1.htm

Page 19: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 19/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

3.  Kriteria perizinan

4.  Otoritas untuk mengkaji dan menolak usul

5.  Otoritas untuk menetapkan kriteria ketentuan kehati-hatian (prudential)

6.  Kecukupan modal

7.  Standar kredit dan monitoring

8.  Kebijakan dan prosedur evaluasi terhadap kualitas aset

9.  Sistem informasi manajemen bank 

10.  Ketentuan pinjaman terkait (BMPK)

11.  Monitoring terhadap resiko

12.  Memiliki sistem yang memadai untuk memantau situasi pasar

13.  Mempunyai prosedur penegndalian resiko manajemen yang komprehensip

14.  Sistem pengendalian internal

15.  Meningkatkan kode etik profesional metode pengawasan bank 

16.  Meliputi off site dan on site

17.  Senantiasa melakukan hubungan dengan manajemen bank 

18.  Mempunyai teknik untuk melakukan analisis data/laporan

19.  Mempunyai independensi

20.  Mampu melakukan pengawasan secara konsolidasi informasi perbankan

21.  Seluruh bank diharuskan memiliki sistem pencatatan yang lengkap dan akurat

22.  Pengawasan diharuskan mempunyai alat ukur yang cukup dan mampu melakukanperbaikan serta melakukan tindakan aturan dan kerjasama pengawasaninternasional

23.  Menerapkan praktik pengawasan konsolidasi

24.  Melakukan kerjasama antar pengawas, dan

25.  Menerapkan standar yang sama antar bank lokal dengan bank asing33 

Pembinaan dan pengawasan yang berlandaskan kepada ketentuan BIS tersebut,

layak diimplementasikan tidak hanya terhadap prbankan, tetapi juga lembaga keuangan

non-bank. Hal ini relevan dipertimbangkan mengingat empiris historis di Indonesia

33 Elvyn G.Masassya, Indepedensi Bank Indonesia , dalam http://www.cides.or.id/ekonomi/ek0001040.asp

Page 20: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 20/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

memperlihatkan cukup banyak kasus perbankan yang notabene di bawah pengawasn bank 

sentral sesungguhnya berkaitan dengan kegiatan lembaga keuangan non-bank.34

 

IV. PRI NSIP KEHATI-HATIAN DALAM SISTEM PERBANKAN SYARIAH

Salah satu jenis bank yang dikenal di Indonesia dilihat dari sistem atau tata cara

operasionalnya adalah Bank Islam, yang lebih populer dengan sebutan Bank Syariah.35 

Bank Syariah ini merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya (sebagaimana

halnya dengan Bank Konvensional) menarik dan memberikan kredit (pembiayaan) dan

  jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam.36

Prinsip Syariah, dalam pasal 1 butir 13 UU Perbankan dijelaskan sebagai aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana

dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang disesuaikan dengan

syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah ), pembiayaan

34  Ibid.35 Perbankan dengan prinsip Syariah pertama kali diperkenalkan melalui UU No.7 tahun 1992, yang secaraekplisit ditemukan dalam Pasal 1 butir 12 serta pasal 6 huruf (m). Kemudian ditindaklanjuti dengan PP No.72tahun 1992 tentang Bank umum dengan prinsip bagi hasil. Saat ini, dalam UU Perbankan terbaru No.10 tahun1998 juga mendpatkan pengaturan yang lebih lengkap dari UU Perbankan sebelumnya, dengan istilah bak dengan prisip Syariah, yang juga telah ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya SK Direksi BINo.32/34/KEP/DIR/1999 dan SK Direksi BI No.32/36/KEP/DIR/1999, masing-masing mengenai Bank UmumBerdasarkan Prinsip Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.36 Warkum Sumitro, 1997, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait , PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, hal.5

Page 21: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 21/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah ), prinsip jual beli barang dengan

memperoleh keuntungan (murabahah ), atau pembiayaan barang modal berdasarkan

prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina ).

Ketentuan diatas, yang penting digarisbawahi adalah redaksi atau pernyataan

”aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam”. Hukum Islam mengatur secara lengkap

mengenai prinsip-prinsip muamalat umumnya dan perjanjian khususnya. Saat ini sebagian

dari prinsip-prinsip tersebut sudah terkonkretisasi dalam beberapa produk bank, baik 

produk pengerahan dana maupun produk pembiayaan sebagaimana telah dikemukakan di

atas. Produk-produk Bank Syariah tersebut merupakan produk pilihan yang dirancang

secara  prudent  yang didalamnya juga mengandung prinsip-prinsip perlindungan bagi

nasabahnya. Secara historis, produk-produk tersebut sudah dipraktekkan dalam dunia

perniagaan di masa Nabi dan Sahabat-sahabatnya. Disamping produk-produk utama

tersebut, saat ini juga telah muncul beragam produk lain yang dalam pengembangannya

diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah dari masing-masing bank yang dikendalikan oleh

Dewan Syariah Nasional yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sebenarnya banyak ketentuan didalam hukum Islam yang bermuatan prinsip-prinsip

kehati-hatian atau prinsip berusaha yang beretika Islami yang mau tidak mau juga harus

diadopsi dan diterapkan dalam praktek perbankan syariah, sesuai dengan komitmen awal

seperti diatur dalam pasal 1 butir 13 UU Perbankan. Ketentuan tersebut antara lain diatur

dalam QS.5 : 49 dan Hadits Riwayat Ath Thabrani, yang artinya sebagai berikut :

  “Dan hendaklan kamu memutuskan perkara diatara mereka (menurut apa yang

diturunkan Allah dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka. Dan berhati-

Page 22: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 22/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari

sebagain apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. (QS.5 : 49)

  “Sikap hati-hati itu datangnya dari Allah, sebaliknya sikap ceroboh itu datangnya

dari syetan” (HR. Ath Thabrani)

Prinsip-prinsip tersebut akan semakin sempurna jika dalam prakteknya berbarengan

dengan prinsip-prinsip berusaha sebagaimana dituntun oleh Qur’an dan Sunnah Nabi.

  Apabila prinsip-prinsip ini dijalankan maka resiko yang bersifat merugikan, baik kepada

bank itu sendiri maupun terhadap para nasabahnya. Implementasi ketentuan (prinsip-

prinsip) tersebut secara konsisten akan membawa dan/atau menjamin eksistensi bank ,

yang pada akhirnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan akan semakin

kuat dan kokoh. Prinsip-prinsip berusaha (yang beretika Islam) dimaksud antara lain :

-  Prinsip pelarangan riba (bunga), sering juga dikonotasikan sebagai prinsip bagi

hasil. (QS.ar-Ruum : 39; QS.an_Nisaa’ ; 160-161; QS. Ali-Imran ; 130; dan QS. Al-

Baqorah : 275-279)

-  Prinsip ‘itikad baik dan kejujuran (QS. Al’Araf :33; QS. Huud :84 dan QS. Al-

Muthaffifin : 1-3)

-  Prinsip keseimbangan/keadilan (QS. Asy Syuara’ :183; QS. Al-Isra’ :29; QS.Ar-

Rahman : 9; QS. Al-Isra’ : 35 dan QS. Al-Imran :15)

Meskipun bank syariah itu dapat bersifat universal banking, namun mereka tidak 

akan dapat menghindar dari keharusan memilih segmen pasar tertentu. Pemilihan itu tidak 

saja ditentukan oleh adanya potensi pasar yang dapat mereka jangkau, tetapi juga

dipengaruhi oleh kapasitas masing-masing bank, seperti permodalan, kapasitas sumber

Page 23: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 23/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

daya manusia (SDM), sistem dan teknologi yang mereka miliki dan sebagainya. Bank 

syariah wajib memiliki sistem organisasi, sistem administrasi danmanajemen yang baik,

serta sumber daya insani yang berakhlak baik  (siddiq ), amanah, dan fathanah  

(profesional).37

Bank wajib melakukan analisa dan penilaian yang terus menerus mengenai sektor

ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha dan nasabah yang beresiko tinggi. Paling tidak 

bank harus menghindari melakukan kegiatan pembiayaan dan investasi pada :

Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah;

-  Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidakpastian yang tinggi

(gharar); Usha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai;

-  Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus, sedang aparat bank tidak memiliki

keahlian atau mmenguasai bidang usaha tersebut;

-  Pengusaha yang bermasalah 38 

Jika dilakukan perbandingan,maka perbankan syariah akan lebih safe dan terjamin

kemampuan berusahanya karena operasiona bank ini dibingkai oleh ketentuan-ketentuan

dan/atau prinsip-prinsip syariah. Retriksi-retriksi syariah sebagai dasar operasionalnya

sekaligus merupakan dan menjadi  prudential regulation (prinsip kehati-hatian) bagi bank 

syariah.

Dengan demikian, tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah

agar bank selalu dalam keadaan sehat. Dengan kata lain agar selalu dalam keadaan likuid 

37 Zainul Arifin, 2000, Mekanisme Kerja Perbankan Syariah dan Permasalahannya , Jurnal  Hukum Bisnis, Volume 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, hal.4838  Ibid.

Page 24: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 24/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

dan solvent . Diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan

masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak 

ragu-ragu menyimpan dananya di bank.39

Prinsip kehati-hatian ini harus dijalankan oleh bank, bukan hanya karena

dihubungkan dengan kewajiban agar bank tidak merugikan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya kepada bank dan masyarakat (melalui penyaluran kredit bank),

melainkan juga berkaitan erat dengan sistem moneter yang menyangkut kepentingan

semua anggota masyarakat, (bukan semata-mata nasabah penyimpan).40

 V. KESIMPULAN

1.  Bahwa kondisi perbankan nasional saat ini masih sangat rapuh dan rawan kredit

bermasalah (non-performing loan ). Fenomena negatif spread , terutama akibat

tingginya suku bunga dan gejolak nilai tukar rupiah, masih terus mengancam

permodalan bank, dan hal ini disebabkan karena perilaku para pemilik dan

pengelola bank yang cendrung mengabaikan prinsip kehati-hatian ( prudent banking 

regulatioan) dalam berusaha, disamping kontrol yang lemah dari Bank Indonesia.

2.  Bahwa UU Perbankan telah mengatur adanya pprinsip kehati-hatian, terutam hal

tersebut tercantum dalam pasal 29 ayat 2, 3 dan 4, jo pasal 8, 10, dan 11 UU No.10

tahun 1998. Kemudian hal itu diperjelas secara sempurna didalam beberapa

peraturan pelaksananya

39 Sutan Remy Sjahdeini, dalam Rachmadi Usman, Op.Cit , hal.1940 Sutan Remy Sjahdeini, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagu Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia , Institute Bankir Indonesia, Jakarta,hal.175 

Page 25: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 25/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

3.  Prinsip kehati-hatian ternyata tidak hanya diatur di dalam UU Perbankan dan

peraturan pelaksananya. Secara khusus hal tersebut juga ditemukan dalam hukum

Islam sebagai landasan hukum operasional bank dengan prinsip syariah.

DAFTAR PUSTAKA 

  Arifin, Zainul, 2000, Mekanisme Kerja Perbankan Syariah dan Permasalahannya , JurnalHukum Bisnis, Volume 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta

  Asikin, Zainal, 1997, Pokok-pokok Perbankan di Indonesia, PT. .Raja Grafindo Persada,Jakarta

Danusaputro, Marjanto, “Ibarat Melaju di Jalan Tol Tanpa Rambu-rambu”  dalamhttp://www. tempo.co.id/ang/min/02/14/ekbis1.htm

Deregulasi Perbankan: Sejumlah Aturan Tambal Sulam , dalam http://www.Tempo.co.id/ang/min/01/52/utama3.htm

Fuady, Munir, 1999, Hukum Perbankan Modern , PT.Citra Aditya Bakti, Bandung Iljas, Achjar, 2000, “BLBI dan Penyelamatan Sistem Perbankan”, Media 31 Januari 2000(Opini)

Juwana, Hikmahanto, 1998, “ Analisa Ekonomi atas Hukum Perbankan ”, Jurnal Hukum danPembangunan, Edisi Nomor 1-3 Tahun XXVIII Januari – Juni 1998

Kondisi Umum Sektor Perbankan, dalam http://n21.ac-id.net/content/n21-bank/bab_2.html

 

Lovett William A., 1997, Banking and Financial Institutions Law , Westpublishing Co., USA 

Masassya, Elvyn G., Indepedensi Bank Indonesia , dalamhttp://www.cides.or.id/ekonomi/ek0001040.asp

Muchtar, Darmiyanti, Biang Keladi Kredit Macet: Dilema Perbankan Indonesia , MajalahBank dan Manajemen Edisi Juli/Agustus 1991

Nasution, Anwar, Pokok-pokok Pikiran tentang Pembinaan dan Pengawasan Perbankan dalam rangka Pemantapan Kepercayaan kepada Masyarakat terhadap Industri 

Page 26: kehati-hatian perbankan

5/11/2018 kehati-hatian perbankan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kehati-hatian-perbankan 26/26

Mulhadi: Prinsip Kehati-hatian (Prudent Banking Principle)dalam Kerangka UU Perbankan di Indonesia, 2005 

USU Repository© 2006  

Perbankan , Makalah disampaikan pada Seminar tentang “PertanggungjawabanBank Terhadap Nasabah”, Departemen Kehakiman, BPHN, Hotel IndonesiaJakarta, tanggal 24-25 Juni 1997

Nurdiana, Titis dan Ahmad Febrian, Memenuhi Janji dan Membuat Koreksi , dalamhttp://www.kontan_oonline.com/05/31/aktual/akt1.htm

Perbankan Masih Rapuh , Selasa 5 Maret 2002, dalamhttp://www.kompas.com/kompascetak/0203/05/UTAMA/perb01.htm

Usman, Rachmadi, 2001,   Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia , PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta

Sabirin, Syahril, “Kebijakan Moneter dan Perbankan dalam Mendukung Pembangunan Nasional ”, dalam http://www.publikasiBI

Sjahdeini, Sutan Remy, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagu Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institute Bankir

Indonesia, Jakarta

 _______, BI Sebagai Penggerak Utama Reformasi Peraturan Perundang-undangan, PidatoIlmiah dalam rangka Penerimaan Jabatan Guru Besarb Ilmu Hukum padaFaakultas Hukum UNAIR Suarabaya tanggal 16 Desember 1996,

  ________, 2001, “Upaya Keluar dari Krisis Ekonomi dan Moneter ”, Orasi Ilmiahdisampaikan pada acara Wisuda Sarjana Universitas Muhammadiyah SumateraBarat tanggal 29 September 2001 di Padang

Supraptomo, Heru, 1997,”   Analisis Ekonomi Terhadap Hukum Perbankan ”, Jurnal HukumBisnis , Volume 1/1997,Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta

Sumitro, Warkum, 1997,   Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait , PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta

Susidarto,“Reposisi Pengawasan Bank ”, dalam http://www.Kompas.com/kompas-cetak/0204/26/opini/menu33.htm.

Tobing, Elwin ,“  Asal Mula Krisis ” Februari 2002, dalamhttp://www.theindonesiainstitute.org/our view feb1.htm