KEHATI Nuri

Embed Size (px)

Citation preview

ppuradyaDAMPAK PEMBANGUNAN KOTA KUALA KENCANA TERHADAP BURUNG-BURUNG PARUH BENGKOK DI AREA PT FREEPORT INDONESIAMAKALAH KEANEKARAGAMAN HAYATI

Dosen Pembimbing Dwi Puspa Indriyani, S.Si, M.Si

Oleh Nur Arti Permata Sari NIM. 08061004012

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Setiap aktivitas sekecil apapun pasti akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin. Pasal 1 : 2 dalam PP tersebut memberikan pengertian mengenai dampak besar dan penting dari suatu usaha dan/atau kegiatan sebagai perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan. PT Freeport Indonesia (PTFI) berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya dengan membangun pemukiman bagi karyawan sehingga mereka dapat tinggal lebih dekat dengan keluarganya, dengan demikian mereka dapat bekerja lebih tenang. Keinginan itu terwujud pada 5 Desember 1995, dimana Kota Kuala Kencana sebagai pemukiman karyawan PTFI dan keluarganya diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, H.M. Soeharto. Kota Kuala Kencana dirancang sebagai kota modern yang ramah lingkungan dengan hanya membuka kawasan hutan yang menjadi lokasi perumahan, kantor dan sarana prasarana penunjang lainnya, sedangkan kawasan selebihnya tetap dibiarkan menjadi hutan alam. Kota Kuala Kencana telah beroperasi sebagai kawasan pemukiman, perkantoran, dan industri kecil. Dengan demikian, semakin banyak jumlah manusia yang

berinteraksi dengan lingkungan social dan lingkungan alam. Semakin besar jumlah populasi manusia yang terdapat di dalam kota tersebut akan mengancam flora dan fauna, walaupun kota tersebut telah dirancang menjadi kota yang ramah lingkungan. Salah satu kelompok fauna yang dapat dikategorikan terancam adalah jenis burung paruh bengkok. Burung paruh bengkok memiliki bulu yang berwarnawarni, berukuran dari kecil hingga besar, dapat dilatih untuk berbicara sehingga menjadi satwa yang unik dan menarik utnuk diperdagangkan. Sejauh mana dampak aktivitas manusia di kota Kuala Kencana terhadap burung-burung paruh bengkok perlu ditelaah lebih lanjut. 1.2. Tujuan Penulisan ini bertujuan untuk melihat sejauh mana dampak pembangunan Kota Kuala Kencana yang menjadi kota modern yang ramah lingkungan terhadap keberadaan spesies burung-burung paruh bengkok yang biasanya mendiami habitat aslinya di hutan alam. 1.3. Manfaat Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam pengelolaan Kota Kuala Kencana, sehingga tetap menjadi kota modern yang ramah lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kota Kuala Kencana Kuala Kencana yang juga dikenal dengan Kota Baru berkembang sebagai sebuah pusat kegiatan PT Freeport Indonesia (PTFI). Kota ini menempati lahan seluas 17.078 hektar, yang menyediakan pemukiman terpadu dengan fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi, fasilitas komersial, lapangan golf, gedung pertemuan serta fasilitas peribadatan (masjid dan gereja). Kota ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 5 Desember 1995. Presiden Soeharto meresmikan Kuala Kencana sebagai kota pertama di Indonesia dengan utilitas bawah tanah, distribusi air terpusat, dan pengumpulan limbah. Kuala Kencana dibagi menjadi beberapa bagian pemukiman dengan berbagai tipe seperti Apartemen D2 dan Apartemen BQ, selain itu ada juga Rukun Warga A (RW A) dan Rukun Warga B (RW B). Air yang diperlukan untuk rumahtangga, komersial dan industri ringan, termasuk perlindungan kebakaran, diambil dari sumur-sumur bor. Air dari sumursumur ini diolah pada tempat-tempat pengolahan air di Kuala Kencana dan Kawasan Industri Ringan (LIP-Light Industrial Park). Penyediaan listrik untuk Kuala Kencana juga ditempatkan di Pembangkit Tenaga Listrik di kawasan tersebut. Limbah-limbah padat yang dihasilkan oleh warga Kuala Kencana dikumpulkan dan diangkut oleh Departemen WSW ke FPLT di Mile Point (MP) 38. Sebuah sistem pembuangan air limbah domestik dan sebuah instalasi pengolahan limbah domestik dibangun untuk menangani semua buangan limbah

cair domestik yang oleh warga Kuala Kencana. Sistem drainase air hujan juga dirancang dan dipantau secara teratur sebagai bagian dari Program Pengendalian Malaria PTFI yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat dan Kontrol Malaria (Public Health and Malaria Control). Gedung perkantoran (OB-Official Building) yang terdiri dari OB 1 dan OB 2 di Kuala Kencana disediakan khusus bagi departemen-departemen yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan tambang dan pabrik pengolahan seperti departemen Urusan Masyarakat, departemen Hubungan Masyarakat, departemen Keuangan, departemen Sistem Informasi dan Telekomunikasi, dll. Kawasan Industri Ringan atau Light Industrial Park (LIP) dibangun di sebelah selatan Kuala Kencana. Kawasan LIP terdapat bengkel pabrikasi struktur baja, pabrik oksigen, pergudangan dan pembangkit listrik tenaga disel. LIP dibangun untuk mendukung PTFI dalam pemenuhan bahan struktur bangunan, mengembangkan industri-industri yang mendukung PTFI dalam pemenuhan barang dan jasa, serta memastikan bahwa sarana pendukung dan fasilitas tersebut di atas berkembang secara terarah dan efisien. Pada akhirnya, LIP akan berfungsi sebagai gudang utama, fasilitas distribusi dan perawatan untuk seluruh operasi PTFI. 2.2. Burung-burung Paruh Bengkok Biologi Burung Paruh Bengkok Burung-burung paruh bengkok (Psittacidae) merupakan suku besar yang beraneka ragam dengan bulu berwarna-warni. Banyak ditemukan di seluruh kawasan tropis dan Australia. Psittacidae bersarang padang lubang

pohon dan kebanyakan memakan buah-buahan, biji-bijian dan tepung sari (MacKinnon, dkk., 1998). Burung-burung dalam suku ini terlihat pendek gemuk karena otot-otot terbangnya yang kuat, yang membuatnya mampu terbang jarak jauh untuk mencari makan, kakinya sangat pendek untuk mengaduk dan menguak dedaunan, kepalanya besar, paruhnya melengkung tajam ke bawah dan kebanyakan sangat besar untuk mengunyah biji-bijian dan menggali lubang di pohon, di mana burung-burung ini bertengger atau bersarang (Beehler et al., 2001: 186). Keunikan Burung Paruh Bengkok disertai contoh-contohnya Burung paruh bengkok umumnya sangat diminati oleh pedagang burung di Indonesia. Kelompok burung ini dikenal karena kepintarannya menirukan suara-suara, sehingga tidak mengherankan apabila hampir di setiap pasar burung di Indonesia menjual burung paruh bengkok. Burung paruh bengkok memiliki suara yang keras, nadanya biasanya tidak berirama, yang berkisar dari siulan keras dan lengkingan sampai kicauan pelan. Burung paruh bengkok meliputi jenis nuri dan kakatua tergolong dalam famili Psittacidae. Ukurannya sangat beragam dari nuri kate yang sangat kecil (8,5 cm) sampai kakatua raja (64 cm). Kebanyakan jenis bertubuh hijau, paling sedikit di bagian sayap dan punggungnya, dan biasanya menunjukkan warna terang di muka dan bagian bawah tubuh. Umumnya burung paruh bengkok meletakkan sarang berisi telur-telur yang putih di dalam sebuah lubang yang di tutup rumpun epifit, di dalam lubang

batang pohon, atau di dalam kayu mati. Anak burung paruh bengkok diasuh oleh induk dari kedua jenis kelamin. Banyak jenis mencari makan ke tempat yang jauh setiap hari, dan beberapa terlihat bersifat nomaden (Beehler et al. 2001: 187). Tabel 2.1. Jenis-jenis Burung Paruh Bengkok di Kawasan PapuaNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Nama Ilmiah Chalcopsitta atra Chalcopsitta duivenbodei Chalcopsitta scintillata Eos squamata Eos cyanogenia Pseudeos fuscata Trichoglossus haematodus Trichoglossus goldiei Lorius hypoinochrous Lorius lory Charmosyna multistriata Charmosyna wilhelminae Charmosyna rubrigularis Charmosyna rubronotata Charmosyna placentis Charmosyna pulchella Charmosyna josefinae Charmosyna papou Oreopsittacus arfaki Neopsittacus musschenbroekii Neopsittacus pullicauda Probosciger aterrimus Cacatua galerita Cacatua pastinator Micropsitta pusio Micropsitta keiensis Micropsitta geelvinkiana Micropsitta bruijnii Cyclopsitta gulielmitertii Cyclopsitta diophthalma Psittaculirostris desmarestii Psittaculirostris edwardsii Psittaculirostris salvadorii Nama Indonesia Nuri Hitam Nuri Coklat Nuri Aru Nuri Kalung-ungu Nuri Sayap-hitam Nuri Kelam Perkici Pelangi Perkici Lembayung Kasturi Perut-ungu Kasturi Kepala-hitam Perkici Garis Perkici Kerdil Perkici Pipi-merah Perkici Kepala-merah Perkici Dagu-merah Perkici Punggung-hitam Perkici Josephina Perkici Papua Perkici Arfak Perkici Paruh-kuning Perkici Paruh-jingga Kakatua Raja Kakatua Koki Kakatua Rawa Nuri-kate Pusio Nuri-kate Topi-kuning Nuri-kate Geelvink Nuri-kate Dada-merah Nuri-ara Dada-jingga Nuri-ara Mata-ganda Nuri-ara Desmarest Nuri-ara Edward Nuri-ara Salvadori

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46

Psittacella brehmii Psittacella picta Psittacella modesta Psittacella madaraszi Geoffroyus geoffroyi Geoffroyus simplex Tanygnathus megalorynchos Eclectus roratus Psittrichas fulgidus Alisterus chloropterus Alisterus amboinensis Aprosmictus erythropterus Loriculus aurantiifrons

Nuri-macan Brehm Nuri-macan Berbiru Nuri-macan Sederhana Nuri-macan Madarasz Nuri Pipi-merah Nuri Kalung-biru Betet-kelapa Paruh-besar Nuri Bayan Nuri Kabare Nuri-raja Sayap Kuning Nuri-raja Ambon Nuri-raja Papua Serindit Papua

Sumber: Beehler et al. 2001

2.3. Biodiversitas/Keanekaragaman Hayati Konsep ukuran keanekaragaman hayati terbagi menjadi 3 (Magurran 1988: 9): a. Kekayaan jenis (species richness), adalah jumlah jenis (spesies) dalam suatu komunitas. E (S) = {1-[(N-Ni/n)/(N/n)]} Dimana: E(S) = nilai harapan jumlah jenis n = ukuran standar unit contoh N = jumlah total individu yang teramati Ni = jumlah individu jenis ke-1 Salah satu kritik terhadap metode di atas adalah terjadinya kehilangan informasi sebagai akibat tidak digunakan secara langsung nilai-nilai pengamatan yang kemudian diganti oleh nilai harapan (Williamson, 1973 dalam Magurran 1988: 10). Dalam perkembangan selanjutnya, Margaleff mengusulkan indeks kekayaan jenis yang dikombinasikan dengan nilai

kelimpahan/kerapatan individu yang dikenal dengan Indeks Diversitas Margalef dengan rumus berikut:

Dmg = S 1/ ln N Dimana : S = jumlah jenis yang teramati N = jumlah total individu yang teramati Ln = logaritma natural Indeks lain yang hampir sama serupa dengan konsep Margalef adalah indeks diversitas Menhinick dengan rumus: DMn = S/N Dimana: S = jumlah jenis N = jumlah total individu b. Kelimpahan spesies (species abundance), ditetapkan berdasarkan struktur kerapatan atau kelimpahan individu dari setiap jenis yang teramati.salah satu indeks yang sering digunakan oleh para peneliti bidang ekologi adalah indeks Simpson. Indeks ini menggunakan statistik non-parametrik. Untuk populasi yang tak terhingga, indeks diversitas Simpson dihitung dengan rumus: 1 D = 1 - (pi)2 Dimana : 1- D = indeks diversitas Simpson Pi = proporsi jumlah individu ke-1 Sedangkan untuk populasi terhingga, rumus yang digunakan adalah (Pielou, 1969 dalam Santosa 2009: 12): [ ]

Dimana: ni = jumlah individu dari jenis ke-1 N = jumlah total individu dalam unit contoh S = jumlah jenis dalam unit contoh

c. Kemerataan (evenness), menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap spesies. Ukuran kemerataan yang pertama kali dikemukakan oelh Lloyd dan gheraldi (1964) ini juga dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas (Santosa 2009: 15).

Dimana: Ni = jumlah jenis dengan kelimpahan sama S = jumlah individu dalam unit contoh

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Area Kontrak Karya PT Freeport Indonesia (PTFI) memiliki spesies-spesies burung yang termasuk dalam kategori jenis sebaran terbatas (JST). Jenis Sebaran Terbatas adalah jenis-jenis burung yang penyebarannya terbatas dalam luasan kurang dari 50.000 km2 (Sujatnika et al, 1995). Kawasan dimana terdapat jenis burung dengan sebaran terbatas disebut Daerah Endemik Burung (DEB) (Stattersfield et al. dalam PTFI 2002: 4/9). PTFI memiliki dua kawasan burung endemik, yaitu Kawasan Pegunungan Papua Tengah dan Kawasan Dataran Rendah Papua Selatan. Menurut Van Balen dan Rombang (1997), DEB Pegunungan Papua Tengah memanjang dari Pegunungan Weyland di bagian barat, ke Pegunungan Jayawijaya sampai ke wilayah Papua New Guinea di bagian timur, yang meliputi zona ekosistem hutan pegunungan, sub-alpin, dan padang rumput alpin terutama dari 1000 m 4800 m di atas permukaan laut (dpl). Terdapat 51 spesies burung pada kawasan ini, dimana diperkirakan 41 speseis terdapat di kawasan PTFI dan dua diantaranya merupakan jenis burung paruh bengkok (Psittacella picta dan Psittacella modesta). Sedangkan DEB Dataran Rendah Papua Selatan merupakan kawasan yang berada di kaki gunung dan dataran rendah di sebelah selatan dari kawasan Pegunungan Papua Tengah. Terdapat 8 spesies burung pada kawasan ini, dimana diperkirakan 7 spesies terdapat di kawasan PTFI dan satu diantaranya merupakan jenis burung paruh multistriata). bengkok (Charmosyna

2.4.Keragaman Burung Parung Bengkok di PTFI Berdasarkan kegiatan pemantauan burung yang dilakukan di Area Kontrak Karya PTFI pada tahun 1997 ditemukan sebanyak 273 spesies burung, 20 spesies diantaranya merupakan jenis burung paruh bengkok. Pada tahun 2002 berhasil diidentifikasi sebanyak 223 spesies burung, 23 diantaranya merupakan jenis burung paruh bengkok. Hasil ini sepintas menggambarkan adanya kecenderungan penurunan jumlah spesies burung di Area Kontrak Karya PTFI, namun dugaan ini tidak sepenuhnya benar karena ada jenis-jenis burung yang tidak ditemukan pada tahun 1997 tetapi ditemukan pada tahun 2002. Hal ini tergambar dari meningkatnya jumlah spesies paruh bengkok dari 21 spesies pada tahun 1997 menjadi 23 spesies pada tahun 2002.

Gambar 3.1. Kiri: Lorius lory (nuri kepala hitam); kanan: Eclectus roratus (nuri kelam). Foto: Biodiversity-Dept.Lingkungan PTFI.

PTFI memiliki 2 lokasi pemantauan keanekaragaman hayati pada kawasan hutan di sekitar Kota Kuala Kencana. Hasil pemantauan burung paruh bengkok pada kedua lokasi tersebut disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Burung-burung Paruh Bengkok di Area Kontrak Karya PTFI1, 5No 1 2 3 4 Nama Spesies Chalcopsita scintillata Trichoglossus haematodus Pseudeos fuscata Lorius lory Nama Indonesia Nuri aru Perkici pelangi Nuri kelam Kasturi kepala hitam Perkici dagu merah Perkici punggung hitam Perkici papua Perkici arfak Perkici paruhkuning Perkici paruh-jingga Nuri-ara desmarest Nuri-ara dada-jingga Nuri-ara mata-ganda Nuri-kate dada-merah Kakatua raja Kakatua koki Nuri kabare Nuri bayan Nuri pipimerah Nuri-macan brehm Nuri-macan berbiru Nuri-macan sederhana 2 4 KK-LIK 1997 2002 1 2 KK-Town 1997 2006 1 X 20 6 X X KK-IPAL 1997 2002 5 3 Non-KK 1997 2002 133 20 21 585 42 20 102 9

5 6

Charmosyna placentis Charmosyna pulchella Charmosyna papou Oreopsittacus arfaki Neopsittacus musschenbro ekii Neopsittacus pullicauda Psittaculirosti s desmarestii Cyclopsitta (Opopsitta) gulielmiterti Cyclopsitta (Opopsitta) diophthalma Micropsitta bruijnii Probosciger aterrimus Cacatua galerita Psittrichas fulgidus Eclectus roratus Geoffroyus geoffroyi Psittacella brehmii Psittacella picta Psittacella modesta

-

-

-

74

9 15

7 8 9

-

-

14 63

5 54 1

10 11 12

-

-

4 3

X -

-

-

3 5 16

18 3 -

13

-

-

-

-

-

-

7

-

14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 4

1 1 1 -

4 5 4 -

X X X X -

2 4 3 -

2 5 2 -

12 1 43 9 44 60 4 1 5

13 1 31 4 13 16 4 1

23

Loriculus Serindit aurantiifrons papua Jumlah Individu

1 12

6

47

-

14

12

1142

339

Keterangan: KK-Town 2006: pengamatan dilakukan oleh siswa YPJ Kuala Kencana yang tergabung dalam Bird Watching Club binaan Departemen Lingkungan PT. Freeport Indonesia X: burung yang dijumpai oleh para siswa tanpa mencatat jumlah individu spesies tersebut : spesies yang tidak dijumpai pada pengamatan tahun 1997

Lokasi KK-LIK merupakan kawasan hutan kering dataran rendah Kuala Kencana di lingkungan LIP (Light Industrial Park). Sebanyak 3,86 % dari jumlah burung paruh bengkok yang diperoleh pada tahun 1997 ditemukan di lokasi ini yang terdiri dari 12 individu dari 5 spesies yaitu Loriculus aurantiifrons, Geoffroyus geoffroyi, Eclectus roratus, Cacatua galerita, dan Probosciger aterrimus. Sedangkan pada tahun 2002 hanya ditemukan 6 individu dari 5 spesies dimana terdapat 1 spesies yang berbeda dari pengamatan tahun 1997, yaitu Trichoglossus haematodus, sedangkan Loriculus aurantiifrons yang diidentifikasi pada tahun 1997 tidak lagi berhasil diidentifikasi pada tahun 2002. Lokasi KK-IPAL merupakan kawasan hutan kering dataran rendah yang berada di dekat tempat pengolahan limbah domestik Kuala Kencana. Di lokasi ini ditemukan 14 individu burung paruh bengkok pada tahun 1997 yang terdiri dari 4 spesies, yaitu Geoffroyus geoffroyi, Eclectus roratus, Trichoglossus haematodus dan Cacatua galerita, sedangkan tahun 2002 juga ditemukan 4 spesies yang sama tetapi jumlah individunya berkurang menjadi 12 individu.

Gambar 3.2. Eclectus roratus (Nuri Kelam) biasanya terbang bersama kelompok besar yang terdiri dari 15-20 ekor. (Foto: Dokumentasi Pribadi).

Lokasi KK-Town merupakan kawasan kota modern yang tenang, dibangun di dalam hutan kering dataran rendah dengan melindungi sebagian besar hutannya. Tahun 1997, di lokasi ini ditemukan 47 individu burung paruh bengkok yang terdiri dari 8 spesies yaitu Eclectus roratus, Cacatua galerita, Probosciger aterrimus, Cyclopsitta (Opopsitta) gulielmiterti, Psittaculirostis desmarestii, Chalcopsita scintillate, Pseudeos fuscata, dan Lorius lory. Pada tahun 2002, tidak dilakukan pengamatan burung di lokasi KK-Town sehingga digunakan data pengamatan tahun 2006 yang dilakukan oleh siswa YPJ Kuala Kencana yang tergabung dalam Bird Watching Club di bawah bimbingan Departemen Lingkungan PT. Freeport Indonesia dengan hanya mencatat kehadiran spesies tanpa mencatat jumlah individunya. Sebanyak 8 spesies berhasil diidentifikasi pada tahun 2006, dimana terdapat 2 spesies yang tidak diidentifikasi pada tahun 1997 yaitu Geoffroyus geoffroyi dan Trichoglossus haematodus sedangkan 2 spesies yang ditemukan pada tahun 1997 namun tidak berhasil diidentifikasi pada tahun 2006 adalah Cyclopsitta (Opopsitta) gulielmiterti dan Lorius lory. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada pengamatan tahun 2002 ditemukan jumlah individu paruh bengkok yang lebih sedikit dibandingkan pengamatan pada tahun 1997, dari 1215 individu menjadi 357 individu. Meskipun demikian, pada pengamatan tahun 2002 terdapat penambahan 2 spesies burung paruh

bengkok yang tidak ditemui pada pengamatan tahun 1997 yaitu Perkici punggunghitam (Charmosyna pulchella) dan Perkici paruh-kuning (Neopsittacus

musschenbroeki).

Gambar 3.3. Palm cockatoo (Kakatua palem) bertengger di salah pucuk pohon yang ada di Shopping AreaKuala Kencana. (Foto: Biodiversity-Departemen Lingkungan PTFI).

Perbandingan hasil pengamatan burung paruh bengkok di kawasan Kuala Kencana antara tahun 1997 dengan tahun 2002/2006 disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2. Jumlah Individu Burung Paruh Bengkok Tahun 1997 dan 2002/20061, 5No 1 2 3 4 Nama Spesies Chalcopsita scintillata Trichoglossus haematodus Pseudeos fuscata Lorius lory Nama Indonesia Nuri aru Perkici pelangi Nuri kelam Kasturi kepala hitam Nuri-ara desmarest Nuri-ara dada-jingga Kakatua raja Kakatua koki Nuri kabare Nuri bayan Nuri pipimerah Serindit papua KK-LIK 1997 2002 1 2 KK-Town 1997 2006 1 X 20 6 X X KK-IPAL 1997 2002 5 3 -

5 6

7 8 9 10 11 12

Psittaculirostis desmarestii Cyclopsitta (Opopsitta) gulielmiterti Probosciger aterrimus Cacatua galerita Psittrichas fulgidus Eclectus roratus Geoffroyus geoffroyi Loriculus aurantiifrons

-

-

4 3

X -

-

-

1 4

1 1 1 -

4 5 4 -

X X X X -

2 4 3 -

2 5 2 -

2 4 1

Jumlah Individu

12

6

47

-

14

12

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas jumlah spesies paruh bengkok yang ditemukan di kawasan hutan kering dataran rendah Kuala Kencana sejak tahun 1997 sampai 2006 sebanyak 12 spesies. Perbandingan jumlah individu antara tahun 1997 dengan 2002/2006 dari ketiga kawasan pengamatan menunjukkan kecenderungan menurun, misalnya di kawasan KK-LIK pada tahun 1997 berhasil diamati sebanyak 12 individu burung paruh bengkok dan menurun jumlahnya pada tahun 2002 menjadi 6 individu. Demikian pula di kawasan KK-IPAL ditemukan 14 individu burung paruh bengkok menurun menjadi 12 pada tahun 2002. Penurunan jumlah individu diduga disebabkan oleh aktifitas perburuan yang berkorelasi dengan peningkatan jumlah penduduk Kota Kuala Kencana, kerusakan hutan akibat pembukaan lahan untuk kebun di belakang rumah-rumah warga, atau kegiatan illegal-logging. Dugaan ini tidak sepenuhnya dapat dibenarkan karena kegiatan pengamatan yang dilakukan tidak pada periode musim yang sama, pada tahun 1997 dilakukan pada bulan Januari Februari sedangkan pengamatan pada tahun 2002 dilakukan pada bulan April sehingga musim kemunculan jenis burung paruh bengkok tertentu sudah berubah dan hanya dijumpai dalam jumlah sedikit. Pada umumnya burung paruh bengkok memiliki kecenderungan perilaku yang suka berkelompok 5 20 ekor per kelompok usai musim berbiak, sehingga ketika ditemukan dalam jumlah sedikit itu pertanda spesies paruh bengkok tersebut telah usai musimnya dan kawanan dalam jumlah yang banyak telah berpindah menjelajah ke kawasan yang lain, sedangkan hanya beberapa ekor yang tertinggal di kawasan sebelumnya.

2.5. Ancaman serta Pengelolaan Perburuan oleh anak-anak dan orang dewasa dan TNI/POLRI Burung-burung paruh bengkok (Psittacidae) dikenal memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial sebagai komoditas perdagangan. Namun yang disayangkan, untuk memenuhi pasar, para pedagang masih memanen/menangkap dari habitat aslinya. Perburuan dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah populasi jenis burung di suatu lokasi. Selain perburuan dengan menggunakan senapan oleh orang dewasa, gangguan terhadap burung paruh bengkok juga ditimbulkan oleh anak-anak di Kota Kuala Kencana yang menggunakan ketapel untuk memburu burung paruh bengkok. Penangkapan burung paruh bengkok oleh prajurit TNI/POLRI untuk kemudian dipelihara pada beberapa pos militer sering terdapat dalam jumlah yang besar dan biasanya dijadikan cinderamata ketika selesai masa tugasnya juga menjadi ancaman besar bagi populasi burung paruh bengkok.

Gambar 3.3. Anak-anak yang menggunakan ketapel untuk memburu burung. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Kegiatan perburuan/penangkapan terhadap burung-burung paruh bengkok harus menjadi perhatian serius oleh Departemen Security dan Departemen Lingkungan PTFI. Harus ada tindakan bagi pelanggaran tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adanya petugas yang khusus menangani masalah perburuan dan penangkapan spesies burung di Kota Kuala Kencana yang dapat mengancam keberadaan spesies burung di kawasan Kota Kuala Kencana.

Gambar 3.3. Lorius lory (kasturi kepala hitam) yang ditangkap dan dijadikan hewan piaraan oleh warga. (Foto: Biodiversity-Departemen Lingkungan PTFI).

Illegal-logging Kegiatan penebangan liar cukup sering ditemukan di dalam lokasi Kuala Kencana. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah Departemen Security, dan Kepolisian (Polsek Kuala Kencana). Selain itu, pihak Manajemen Kota juga harus ikut pemantauan hutan kota secara berkala dengan menggunakan fasilitas foto udara guna memantau sejauh mana illegal logging yang terjadi dalam hutan Kuala Kencana.

Pembukaan lahan untuk kebun Kegiatan illegal logging umumnya mengarah kepada pembukaan lahan. Di dalam kawasan hutan Kuala Kencana, warga melakukan penebangan liar dan membuka lahan untuk berkebun. Pelanggaran

semacam ini juga menjadi tanggung jawab pihak Manajemen Kota yang kemudian ditindaklanjuti oleh Departemen Security. Pelanggaran terhadap tata guna lahan Penambahan fasilitas perumahan dan bangunan lain di dalam kawasan Kota Kuala Kencana dapat memberikan dampak pada daerah hijau di sekitarnya. PTFI mempunyai kebijakan lingkungan yang mendorong upaya

konservasi. PTFI mempunyai BPHI (Buku Pedoman Hubungan Industrial) yang

mengatur larangan bagi karyawan dan keluarganya melakukan aktivitas perburuan dan penebangan. Penebangan pohon harus mendapat izin dari Departemen Lingkungan Papan-papan peringatan larangan berburu, berkebun, dan menebang pohon didirikan di kawasan Kota Kuala Kencana sebagai bentuk upaya pencegahan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dapat mengancam kelestarian dan kenyamanan kota.

Gambar 3.4. Papan Peringatan (Himbauan) yang Ada di Kuala Kencana

Tabel 3.3. Indeks-indeks Keanekaragaman Hayati Burung Paruh Bengkok di Kawasan Kota Kuala Kencana1, 5Indeks Keanekaragaman Hayati Diversitas Shannon Diversitas Margalef Diversitas Menhinick Diversitas Simpson Kesamaan Shannon Uji t, p