2
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA Nomor Sifat Lampiran Perihal Jakarta, 29 Desember 2004 B- 711/F/Fu.1/1212004 Biasa 1 (satu) eksemplar Peningkatan Kemampuan Teknis Profesional Jaksa dalam perkara Tindak Pidana Khusus. KEPADAYTH. 1. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI 2. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI DI- SELURUH INDONESIA Mencermati laporan Hasil Evaluasi dan Eksaminasi Khusus TIndak Pidana Korupsi dari beberapa Kejaksaan TInggi, masih terdapat perkara yang diputus bebas atau lepas dari tuntutan. Kondisi seperti itu cukup memprihatinkan ditengah gencamya semangat penegakkan hukum dan tingginya harapan publik terhadap Kejaksaan dalam menangani perkara Tindak Pidana Korupsi. Terlepas dari adanya perbedaan persepsi atau kekeliruan penafsiran penerapan hukum oleh Hakim sehingga perkara diputus bebas atau lepas dari tuntutan, namun haruslah diterima bahwa timbulnya keadaan demikian juga disebabkan adanya kelemahan kemampuan teknis profesional Jaksa yang menangani perkara tindak pidana korupsi sejak tahap penyelidikan, penyidikan sampai dengan penuntutan serta kurang kemampuan dalam upaya hukum antara lain didalam menyusun memori kasasi. Sehubungan dengan hal itu, bersama ini kami minta perhatian Saudara akan hal-hal sebagai berikut: 1. Terhadap setiap kasus yang diduga sebagai tindak pidana korupsi baik berdasarkan laporan maupun hasil temuan sendiri, agar dilakukan kajian yang mendalam, apakah terdapat bukti permulaan yang cukup sehingga kasus terse but dapat ditingkatkan penanganannya ke tahap penyidikan; 2. Dalam proses penyelidikan, sekalipun belum memasuki format yuridis yang dapat menempuh upaya paksa, akan tetapi sejauh mungkin sudah diperoleh "bakal alat bukti" yang mendukung, berupa bukti permulaan yang cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi; 3. Kajian mendalam terhadap hasil penyelidikan dilakukan melalui tahapan ekspose/gelar perkara yang melibatkan Jaksa senior; 4. Apabila hasil penyelidikan kasus tersebut ditingkatkan ke tahap penyidik dengan menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (P-8), maka KajatilKajari menerbitkan Surat Perintah Penunjukkan Jaksa Penuntut Umum untuk mengikuti Penyidikan Perkara Tindak Pidana (P-16) dengan menunjuk Jaksa yang tidak terlibat dalam P-S,sehingga terjadi sinergi check and balance untuk memperoleh hasil penyidikan yang optimal; 74 5. Hasil penyidikan agar dilakukan kajian yang mendalam melalui tahapan ekspose/gelar perkara yang melibatkan Jaksa senior, dengan sasaran kajian berbagai aspek alat bukti yang mendukung pembuktian unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi yang dipersangkakan; 6. Waktu penyidikan dibatasi selama 3 (uga) bulan, yang dapat diperpanjang dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; 7. Untuk mencapai hasil penyidikan yang rnaksimal, terarah, terukur dan tepa! sasaran dalam waktu yang relatif singkat, agar dibuat Rencana Penyidikan (Ren Dik). Rencana Penyidikan tersebut dilengkapi dengan jadwal kegiatan secara rind, dengan limitjadwal waktu serta petugas yang ditunjuk untuk masing-masing kegiatan; 8. Kegagalan penuntutan perkara tindak pidana korupsi, sering disebabkan Jaksa Penuntut Umum tidak mampu membuktikan dan menyakinkan hakim, yaitu adanya perbuatan melawan hukum, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan tentang adanya kerugian keuangan negara atau perekonomian negara serta adanya kesalahan terdakwa. Sehubungan dengan hal itu, agar diajukan keterangan ahli yang didukung ahli lain sebagai second opinion yang dapat membuktikan unsur-unsur+tersebut: 9. Berkaitan dengan butir 8, sebelum perkaranya dilimpahkan ke Pengadian perlu dilakukan ekspose surat dakwaan untuk mengukur/menguji apakah surat dakwaan telah memenuhi syarat formil dan syarat materil sebagaimana diatur dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP. Oleh karena itu dalam matriklpaparannya JPU sudah harus dapat merinci perbuatan apa saja yang dilakukan oleh terdakwa pada tiap-tiap unsur dengan mengemukakan alat bukti apa yang diperoleh guna mendukuro pembuktian perbuatan yang didakwakan tersebut secara [elas, 10. Bahwa JPU dalam melimpahkan perkara dan membuktikan dakwaannya haruslah berdasarkan pada alat bukti (Pasal 184 KUHAP) dan jangan sekali-kali menggunakan logika, kesimpulan atau pendapat JPU sendiri; 11. Untuk mencegah kegagalan penuntutan perkara tindak pidana korupsi, kiranya masih relevan untuk mempelajari kembali surat Jaksa Agung Muda Tlndak Pidana Khusus Nomor: B-S31/F/Fpt.4110/1991tanggal12 Oktober 1991perihal Petunjuk Tentang Pencegahan Kegagalan Penuntutan Perkara Tindak Piil,:tna Khusus, (Copy Terlampir),dengan penyesuaian seperlunyasesuai perkerii9aryaankeadaan; .•.. r;.r.( ~. 1·~. :~.:::F· 12. Apabila ternyata putusan Hakim berupa pembebasan 1erdakwa dari segala dakwaan, sehingga JPU harus melakukan upaya hukum kasasi maka harus selalu diingat, bahwa pertama-tama JPU harus membuktikan terlebih dahuiu bahwa putusan Hakim yang membebaskan terdakwa dari segala dakwaan tersebut sebenamya adalah merupakan pembebasan yang tidak murni dengan mengajukan alasan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan tentang tidak murninya putusan bebas tersebut. Setelah itu baru JPU mengemukakan alasan- alasan kasasi sebagaimana diatur dalam pasal 253 KUHAP (pahami surat JAM PIDSUS Nomor : B-678/F/Fpk.4/8/1991 tanggal 22 Juli 1991). 75

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · 2015-08-19 · dakwaan, sehingga JPU harus melakukan upaya hukum kasasi maka harus selalu diingat, bahwa pertama-tama JPU harus membuktikan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · 2015-08-19 · dakwaan, sehingga JPU harus melakukan upaya hukum kasasi maka harus selalu diingat, bahwa pertama-tama JPU harus membuktikan

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIAJAKARTA

NomorSifatLampiranPerihal

Jakarta, 29 Desember 2004B- 711/F/Fu.1/1212004Biasa1 (satu) eksemplarPeningkatan Kemampuan TeknisProfesional Jaksa dalam perkaraTindak Pidana Khusus.

KEPADAYTH.

1. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI2. KEPALA KEJAKSAAN NEGERIDI-

SELURUH INDONESIA

Mencermati laporan Hasil Evaluasi dan Eksaminasi Khusus TIndak PidanaKorupsi dari beberapa Kejaksaan TInggi, masih terdapat perkara yang diputus bebasatau lepas dari tuntutan.

Kondisi seperti itu cukup memprihatinkan ditengah gencamya semangatpenegakkan hukum dan tingginya harapan publikterhadap Kejaksaandalam menanganiperkara Tindak Pidana Korupsi.

Terlepas dari adanya perbedaan persepsi atau kekeliruan penafsiranpenerapan hukum oleh Hakim sehingga perkara diputus bebas atau lepas darituntutan, namun haruslah diterima bahwa timbulnya keadaan demikian juga disebabkanadanya kelemahan kemampuan teknis profesional Jaksa yang menangani perkaratindak pidana korupsi sejak tahap penyelidikan, penyidikan sampai dengan penuntutanserta kurang kemampuan dalam upaya hukum antara lain didalam menyusun memorikasasi.

Sehubungan dengan hal itu, bersama ini kami minta perhatian Saudaraakan hal-hal sebagai berikut:

1. Terhadapsetiap kasus yang diduga sebagai tindak pidana korupsi baik berdasarkanlaporan maupun hasil temuan sendiri, agar dilakukan kajian yang mendalam,apakah terdapat bukti permulaan yang cukup sehingga kasus terse but dapatditingkatkan penanganannya ke tahap penyidikan;

2. Dalam proses penyelidikan, sekalipun belum memasuki format yuridis yang dapatmenempuh upaya paksa, akan tetapi sejauh mungkin sudah diperoleh "bakalalat bukti" yang mendukung, berupa bukti permulaan yang cukup adanya dugaantindak pidana korupsi;

3. Kajian mendalam terhadap hasil penyelidikan dilakukan melalui tahapanekspose/gelar perkara yang melibatkan Jaksa senior;

4. Apabila hasil penyelidikan kasus tersebut ditingkatkan ke tahap penyidik denganmenerbitkan Surat Perintah Penyidikan (P-8), maka KajatilKajari menerbitkanSurat Perintah Penunjukkan Jaksa Penuntut Umum untuk mengikuti PenyidikanPerkara Tindak Pidana (P-16) dengan menunjuk Jaksa yang tidak terlibat dalamP-S,sehingga terjadi sinergi check and balance untuk memperoleh hasil penyidikanyang optimal;

74

5. Hasil penyidikan agar dilakukan kajian yang mendalam melalui tahapanekspose/gelar perkara yang melibatkan Jaksa senior, dengan sasaran kajianberbagai aspek alat bukti yang mendukung pembuktian unsur-unsur TindakPidana Korupsi yang dipersangkakan;

6. Waktu penyidikan dibatasi selama 3 (uga)bulan, yang dapat diperpanjang denganalasan yang dapat dipertanggungjawabkan;

7. Untuk mencapai hasil penyidikan yang rnaksimal, terarah, terukur dan tepa!sasaran dalam waktu yang relatif singkat, agar dibuat Rencana Penyidikan (RenDik). Rencana Penyidikan tersebut dilengkapi dengan jadwal kegiatan secararind, dengan limitjadwal waktu serta petugas yang ditunjuk untuk masing-masingkegiatan;

8. Kegagalan penuntutan perkara tindak pidana korupsi, sering disebabkan JaksaPenuntut Umum tidak mampu membuktikan dan menyakinkan hakim, yaituadanya perbuatan melawan hukum, menyalahgunakankewenangan, kesempatanatau sarana yang ada padanya karenajabatan tentang adanya kerugian keuangannegara atau perekonomian negara serta adanya kesalahan terdakwa. Sehubungandengan hal itu, agar diajukan keterangan ahli yang didukung ahli lain sebagaisecond opinion yang dapat membuktikan unsur-unsur+tersebut:

9. Berkaitan dengan butir 8, sebelum perkaranya dilimpahkan ke Pengadian perludilakukan ekspose surat dakwaan untuk mengukur/menguji apakah surat dakwaantelah memenuhi syarat formil dan syarat materil sebagaimana diatur dalam Pasal143 ayat (2) KUHAP. Oleh karena itu dalam matriklpaparannya JPU sudah harusdapat merinci perbuatan apa saja yang dilakukan oleh terdakwa pada tiap-tiapunsur dengan mengemukakan alat bukti apa yang diperoleh guna mendukuropembuktian perbuatan yang didakwakan tersebut secara [elas,

10. Bahwa JPU dalam melimpahkan perkara dan membuktikan dakwaannya haruslahberdasarkan pada alat bukti (Pasal 184 KUHAP) dan jangan sekali-kalimenggunakan logika, kesimpulan atau pendapat JPU sendiri;

11. Untuk mencegah kegagalan penuntutan perkara tindak pidana korupsi, kiranyamasih relevan untuk mempelajari kembali surat Jaksa Agung Muda Tlndak PidanaKhusus Nomor: B-S31/F/Fpt.4110/1991tanggal12 Oktober 1991 perihal PetunjukTentang Pencegahan Kegagalan Penuntutan Perkara Tindak Piil,:tna Khusus,(CopyTerlampir),dengan penyesuaianseperlunyasesuai perkerii9aryaankeadaan;

.•..r;.r.( ~.1·~. :~.:::F·

12. Apabila ternyata putusan Hakim berupa pembebasan 1erdakwa dari segaladakwaan, sehingga JPU harus melakukan upaya hukum kasasi maka harusselalu diingat, bahwa pertama-tama JPU harus membuktikan terlebih dahuiubahwa putusan Hakim yang membebaskan terdakwa dari segala dakwaantersebut sebenamya adalah merupakan pembebasan yang tidak murni denganmengajukan alasan yang dapat dijadikan dasar pertimbangan tentang tidakmurninya putusan bebas tersebut. Setelah itu baru JPU mengemukakan alasan-alasan kasasi sebagaimana diatur dalam pasal 253 KUHAP (pahami surat JAMPIDSUS Nomor : B-678/F/Fpk.4/8/1991 tanggal 22 Juli 1991).

75

Page 2: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA · 2015-08-19 · dakwaan, sehingga JPU harus melakukan upaya hukum kasasi maka harus selalu diingat, bahwa pertama-tama JPU harus membuktikan

13. Setelah putusan Hakim memperoleh kekuatan hukum tetap, tindakan selanjutnyaadalah eksekusi perkara pidana sebagai tahap akhir proses hukum suatuperkara.Pada tahap eksekusi tetap dituntut profesionalisme Jaksa, karenapenyelesaian suatu perkara akan tuntas atau tidak, sangat tergantung sikap dankemampuan Jaksa dalam melaksanakan eksekusi . Dalam hal ini harus diingatbahwa yang berwenang melaksanakan eksekusi putusan Hakim adalah Jaksa.Oleh karena itu, semua amar dalam suatu putusan Hakim baik mengenai pidanapokok (pidana mati, pidana penjara, kurungan, denda) dan pidana tambahan( pencabutan hak-hak tertentu/perampasan barang-barang tertentu/pembayaranuang pengganti atau pengumuman putusan hakim) harus dilaksanakan denganprofesional dan tuntas dapat dipertanggungjawabkan, dengan menyampaikanlaporan secara berjenjang disertai Berita Acara.

14. Ahirnya kepada setiap Jaksa agar selalu mengasah kemampuan teknisprofesionalnya secara terus menerus, antara lain dengan cara selalu membacabuku Pengetahuan Hukum dan Undang-Undang terbaru serta berdiskusi dalamforum ekspose maupun dalam forum dinamika kelompok pada masing-masingunit kerja,

Demikian untuk dimaklumi dan dilaksanakan

JAKSAAGUNG MUDATINDAK PIDANA KHUSUS,

SUDHONO ISWAHYUDITembusan:1. Yth.Jaksa Agung R.I;

(sebagailaporan);2. Yth. Para Jaksa Agung Muda;3. Yth. Para Direktur pada JAM PIDSUS;4. Arsip.-

76