27
Kekurangan Energi Protein (KEP) Pengertian. Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG. Menurut Supariasa ( 2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Etiologi. Defisiensi kalori dan asupan gizi lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain. Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999), faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lain-lain. Kurang energi protein dijumpai dalam tiga bentuk yaitu marasmus, kwashiorkor dan bentuk campuran marasmic-kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi karena kekurangan energi terutama kekurangan energi / kalori, sedangkan kwashiorkor terutama oleh karena kekurangan zat protein Manifestasi Klinik. Bukti klinik malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis, atau iritabilitas. Bila terus maju, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina, kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan udem atau pembengkakan. Gejala klinik dari tiga bentuk kekurangan

Kekurangan Energi Protein

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kekurangan Energi Protein

Citation preview

Page 1: Kekurangan Energi Protein

Kekurangan Energi Protein (KEP) Pengertian. Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG. Menurut Supariasa ( 2000) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Etiologi. Defisiensi kalori dan asupan gizi lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Pada anak-anak KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2003). Penyebab langsung dari KEP adalah kekurangan kalori protein. (Sediaoetomo, 1999), masukan makanan yang kurang dan penyakit atau kelainan yang diderita anak, misalnya penyakit infeksi, malabsorbsi dan lain-lain. Penyebab tak langsung dari KEP sangat banyak, sehingga disebut juga sebagai penyakit dengan kausa multifaktorial (Sediaoetomo, 1999). Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada keadaan penyakit hati kronik (Nelson, 1999), faktor ekonomi, faktor fasilitas perumahan dan sanitasi, faktor pendidikan dan pengetahuan, faktor fasilitas pelayanan kesehatan, faktor pertanian dan lain-lain. Kurang energi protein dijumpai dalam tiga bentuk yaitu marasmus, kwashiorkor dan bentuk campuran marasmic-kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi karena kekurangan energi terutama kekurangan energi / kalori, sedangkan kwashiorkor terutama oleh karena kekurangan zat protein Manifestasi Klinik. Bukti klinik malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis, atau iritabilitas. Bila terus maju, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina, kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan udem atau pembengkakan. Gejala klinik dari tiga bentuk kekurangan energi protein menurut standar pelayanan medik RSUP Dr. Sardjito (2000) adalah gejala klinik yang selalu ada, gejala klinis yang biasanya ada dan gejala klinis yang kadang-kadang ada.

Page 2: Kekurangan Energi Protein

Kwashiorkor. (1) gejala klinis yang selalu ada. (a) edema (gejala cardinal, tanpa edema tidak dapat ditegakkan diagnosis kwashiorkor) karena hipoalbuminemia. (b) pertumbuhan terlambat. (c) cengeng, apatis. (d) brkurangnya jaringan lemak sub kutan. (2) gejala klinis yang biasanya ada. (a) perubahan rambut (tipis, lurus, jarang, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kemerahan karena gangguan melanogenesis), kalau terjadi akut kelainan rambut idak ada. (b) pigmentasi kulit (pellagroid dermatosis). (c) moon-face. (d) anemia. (30 gejala klinis yang kadang-kadang ada. Flaky-paint rash, hepatomegali (karena infiltrasi lemak), gejala defisiensi vitamin yang menyertai, gejala/tanda penyakit infeksi yang menyertai. Marasmus. (1) gejala klinis yang selalu ada. (a) pertumbuhan yang sangat lambat. (b) lemak subkutan yang hampir tidak ada (sel lemak masih ada) sehingga kulit anak keriput, wajah seperti orang tua, perut tampak buncit, (c) jaringan otot mengecil, (d) tidak ada edema, BB<> Tanda-tanda lain yang menyertai adalah muka bulat, rambut tipis, kulit pecah, mengelupas dan terlihat sengsara. Secara langsung gizi buruk disebabkan terus rendahnya konsumsi energi protein, juga mikronurien dan makanan sehari-hari dalam jangka waktu yang lama. Bila anak menderita gizi buruk tidak segera ditangani, amat berisko tinggi dan berakhir dengan kematian, sehingga akan menyebabkan meningkatnya angka kematian. Padahal angka kematian menjadi salah satu indikator derajat kesehatan. Anak yang pernah menderita gizi buruk sulit mengejar pertumbuhan sesuai umurnya. Pada tingkat tertentu, kekurangan gizi akan menyebabkan berat otak, jumlah sel ukuran besar sel, dan zat-zat biokimia lain lebih rendah dari pada anak normal. Makin muda usia anak yang menderita kurang gizi maka makin berat akibat yang ditimbulkan. Keadaan akan menjadi lebih berat jika kurang gizi dialami sejak dalam kandungan. Kemunduran mental akibat gizi buruk dapat bersifat permanen atau tidak dapat diperbaiki (irreversible). Namun, pada keadaa kurang gizi ringan maupun sedang, kecenderungan mental dapat dipulihkan jika keadaan gizi dan lingkungan bertambah baik. Diagnosis. Pada pemeriksaan antropometri, dapat dilakukan pengukuran-pengukuran fisik anak (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas) dan dibandingkan dengan angka standar (anak yang normal). Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang umum dilakukan adalah dengan hanya menimbang berat badan balita dibandingkan dengan umur anak. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning diatas garis merah. KEP sedang bila hasil penimbangan BB pada KMS berada dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60%-70% baku median WHO-NHCS. KEP berat bila hasil penimbangan BB/U <60%>

Page 3: Kekurangan Energi Protein

Flora & Zefanya:* Kurang Gizi Pada Anak *

Rabu, 1 Agustus, 2001 oleh: Siswono <siswono@gizi. net>*Kurang Gizi Pada Anak**Gizi.net - * GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh.Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitasdengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena giziselain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembanganotak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anakagar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harusmengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.

*Tanda kurang gizi*Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak danBersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama,disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Srimenjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat denganjelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari beratbadan normal. Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi ProteinSedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dariberat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelasadalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga,disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagimenjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda padamarasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurangdari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagaiKwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tandalainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kakimengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudiankarena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalamikekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisapecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tandalainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebutmisalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang seringterjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecahdi sudut mulut.

*Faktor penyebab*Kurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun)."Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dantinggi badan yang kurang dari normal," kata Sri. Sri menambahkan, jikatinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itumenandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri

Page 4: Kekurangan Energi Protein

menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi padaanak. *Pertama*, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikutmempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersitadengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidakdiperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kuranggizi. "Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,terutama ntuk makan," tutur Sri. *Kedua*, anak yang mulai bisa berjalanmudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selainitu, yang *ketiga* adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehinggaanak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kuranggizi. *Keempat*, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi."Kurang gizi yang murni adalah karena makanan," kata Sri. Menurut Sri, siIbu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. "Tidakharus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,"lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makananuntuk anak. *Kelima*, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor inicukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, makaotomatis mereka akan kekurangan gizi. *Keenam*, selain karena makanan, anakkurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harusdirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.

*Upaya yang harus dilakukan*Bila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit,anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengandemikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak.Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untukmemperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalahmeningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatankepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizisi anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihanmakanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalahmakanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yangbaik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak.Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuaikebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan proteinmelalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnyamengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalahmakanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat,zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobatipenyakit-penyakit penyerta. (m-4)

*KOMPONEN MAKANAN SEHAT*

*Kelompok Makanan**Protein* diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringantubuh. Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu

Page 5: Kekurangan Energi Protein

lainnya; amat banyak mengandung protein. Dari bahan nabati, antara lainkacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, dan sebagainya).

*Hidrat-arang* untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpandalam tubuh sebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah gula,beras, jagung, dan umbi-umbian.

*Lemak* juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyakdari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal darikacang-kacangan.

*Serat* adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidakmengandung gizi atapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatanpencernaan.

*Vitamin* adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlahsedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan vitamin.

*Mineral* dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang. Termasukdidalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garammeja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bilamakanannya seimbang.

*Kalori* adalah satuan untuk mengukur besarnya nilai energi dalam makanan.Bila seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakainya, sisanya akandisimpan sebagai lemak. Sebaliknya, bila lebih banyak energi dari yangdimakan, simpanan lemak itu akan dipakai dan tubuh akan tampak menjadikurus. Makanan yang banyak mengandung lemak atau kalori umumnya bernilaikalori tinggi.

*Saran Diet*Umumnya makanan berprotein dari sumber hewani banyak mengandung lemak, jadisebaiknya pilihlah yang berasal dari sumber nabati.

Dalam memilih makanan hidrat arang, sebaiknya pilihlah beras merah ataujagung yang mengandung serat serta zat lainnya, dibanding gula atau makananjadi lain yang hanya mengandung energi.

Usahakan sesedikit mungkin memakan makanan berlemak.

Untuk mendapatkan serat, pilihlah makanan dari padi-padian, buah, dansayuran.

Vitamin bisa hilang bila makanan dimasak terlalu lama. Jadi sebaiknyamakanlah sayuran sebagai lalapan dan buah mentah.

Page 6: Kekurangan Energi Protein

Terlalu banyak garam malah merugikan, jadi sebaiknya jangan terlalu banyakmemakan garam-garaman.

Makanan anak harus cukup mengandung kalori, namun jangan terlalu banyak.Untunglah bahwa mekanisme pengaturan nafsu makan anak-anak biasanya sudahmenjamin cukupnya kalori dari makanannya.

Sumber : Harian Pelita, Jum'at, 1 Juni 2001; Halaman 9

GIZI merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh. Dengan gizi yang baik, tubuh akan segar dan kita dapat melakukan aktivitas dengan baik. Gizi harus dipenuhi justru sejak masih anak-anak, karena gizi selain penting untuk pertumbuhan badan, juga penting untuk perkembangan otak. Untuk itu, orang tua harus mengerti dengan baik kebutuhan gizi si anak agar anak tidak mengalami kurang gizi. Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa dan bagaimana kurang gizi itu.

Tanda kurang giziMenurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga. Pertama, disebut sebagai Kurang Energi Protein Ringan. Pada tahap ini, Sri menjelaskan bahwa belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari berat badan normal. Sedangkan yang kedua, disebut sebagai Kurang Energi Protein Sedang. Pada tahap ini, berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. Ketiga, disebut sebagai Kurang Energi Protein Berat. Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal. Selain marasmus, ada lagi yang disebut sebagai Kwashiorkor. Pada kwashiorkor, selain berat badan, ada beberapa tanda lainnya yang bisa secara langsung terlihat. Antara lain adalah kaki mengalami pembengkakan, rambut berwarna merah dan mudah dicabut, kemudian karena kekurangan vitamin A, mata menjadi rabun, kornea mengalami kekeringan, dan terkadang terjadi borok pada kornea, sehingga mata bisa pecah. Selain tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut, ada juga tanda lainnya, seperti penyakit penyertanya. Penyakit-penyakit penyerta tersebut misalnya adalah anemia atau kurang darah, infeksi, diare yang sering terjadi, kulit mengerak dan pecah sehingga keluar cairan, serta pecah-pecah di sudut mulut.

Faktor penyebabKurang gizi pada anak, bisa terjadi di usia Balita (Bawah Lima Tahun). “Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan tinggi badan yang kurang dari normal,” kata Sri. Sri menambahkan, jika tinggi badan si anak tidak terus bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada anak tersebut sudah berlangsung lama. Sri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang gizi pada anak. Pertama, jarak antara usia kakak dan adik yang terlalu dekat ikut mempengruhi. Dengan demikian, perhatian si ibu untuk si kakak sudah tersita dengan keberadaan adiknya, sehingga kakak cenderung tidak terurus dan tidak diperhatikan makanannya. Oleh karena itu akhirnya si kakak menjadi kurang gizi. “Balita itu konsumen pasif, belum bisa mengurus dirinya sendiri,

Page 7: Kekurangan Energi Protein

terutama ntuk makan,” tutur Sri. Kedua, anak yang mulai bisa berjalan mudah terkena infeksi atau juga tertular oleh penyakit-penyakit lain. Selain itu, yang ketiga adalah karena lingkungan yang kurang bersih, sehingga anak mudah sakit-sakitan. Karena sakit-sakitan tersebut, anak menjadi kurang gizi. Keempat, kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu mengenai gizi. “Kurang gizi yang murni adalah karena makanan,” kata Sri. Menurut Sri, si Ibu harus dapat memberikan makanan yang kandungan gizinya cukup. “Tidak harus mahal, bisa juga diberikan makanan yang murah, asal kualitasnya baik,” lanjut Sri. Oleh karena itulah si Ibu harus pintar-pintar memilihkan makanan untuk anak. Kelima, kondisi sosial ekonomi keluarga yang sulit. Faktor ini cukup banyak mempengaruhi, karena jika anak sudah jarang makan, maka otomatis mereka akan kekurangan gizi. Keenam, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa juga karena adanya penyakit bawaan yang memaksa anak harus dirawat. Misalnya penyakit jantung dan paru-paru bawaan.

Upaya yang harus dilakukanBila kekuangan gizi, anak akan mudah sekali terkena berbagai macam penyakit, anak yang kurang gizi tersebut, akan sembuh dalam waktu yang lama. Dengan demikian kondisi ini juga akan mempengaruhi perkembangan intelegensi anak. Untuk itu, bagi anak yang mengalami kurang gizi, harus dilakukan upaya untuk memperbaiki gizinya. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi, melakukan pengobatan kepada si anak dengan memberikan makanan yang dapat menjadikan status gizi si anak menjadi lebih baik. Dengan demikian, harus dilakukan pemilihan makanan yang baik untuk si anak. Menurut Sri, makanan yang baik adalah makanan yang kuantitas dan kualitasnya baik. Makanan dengan kuantitas yang baik adalah makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan si anak. Misalnya, memberi makanan si anak berapa piring sehari adalah sesuai kebutuhannya. Dan akan lebih baik jika memberikan vitamin dan protein melalui susu. Bagi keluarga yang tidak mampu, bisa menyiasatinya, misalnya mengganti susu dengan telur. Kemudian, makanan yang kualitasnya baik adalah makanan yang mengandung semua zat gizi, antara lain protein, karbohidrat, zat besi, dan mineral. Upaya yang terakhi adalah dengan mengobati penyakit-penyakit penyerta. (m-4)

KOMPONEN MAKANAN SEHAT

Kelompok MakananProtein diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan penggantian jaringan tubuh. Produk hewan seperti daging, ikan, telur, keju dan produk susu lainnya; amat banyak mengandung protein. Dari bahan nabati, antara lain kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, dan sebagainya).

Hidrat-arang untuk menambah energi, namun bila kelebihan akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak. Yang banyak mengandung Hidrat arang adalah gula, beras, jagung, dan umbi-umbian.

Lemak juga merupakan sumber energi dan menghasilkan kalori lebih banyak dari makanan lainnya. Makanan yang banyak berlemak adalah yang berasal dari kacang-kacangan.

Serat adalah bahan yang tak dapat dicerna oleh sistem pencernaan. Tidak mengandung gizi atapun energi, hanya berguna untuk kelancaran kegiatan pencernaan.

Page 8: Kekurangan Energi Protein

Vitamin adalah bahan kimia kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. Anak makannya normal tak punya kecenderungan kekurangan vitamin.

Mineral dan garam-garam diperlukan dalam jumlah sedang. Termasuk didalamnya zat besi, potasium, kalsium, dan sodium (terdapat dalam garam meja). Seorang anak akan terhindar dari kekurangan zat-zat ini bila makanannya seimbang.

Kalori adalah satuan untuk mengukur besarnya nilai energi dalam makanan. Bila seorang memakan lebih banyak kalori dari yang dipakainya, sisanya akan disimpan sebagai lemak. Sebaliknya, bila lebih banyak energi dari yang dimakan, simpanan lemak itu akan dipakai dan tubuh akan tampak menjadi kurus. Makanan yang banyak mengandung lemak atau kalori umumnya bernilai kalori tinggi.

Saran DietUmumnya makanan berprotein dari sumber hewani banyak mengandung lemak, jadi sebaiknya pilihlah yang berasal dari sumber nabati.

Dalam memilih makanan hidrat arang, sebaiknya pilihlah beras merah atau jagung yang mengandung serat serta zat lainnya, dibanding gula atau makanan jadi lain yang hanya mengandung energi.

Usahakan sesedikit mungkin memakan makanan berlemak.

Untuk mendapatkan serat, pilihlah makanan dari padi-padian, buah, dan sayuran.

Vitamin bisa hilang bila makanan dimasak terlalu lama. Jadi sebaiknya makanlah sayuran sebagai lalapan dan buah mentah.

Terlalu banyak garam malah merugikan, jadi sebaiknya jangan terlalu banyak memakan garam-garaman.

Makanan anak harus cukup mengandung kalori, namun jangan terlalu banyak. Untunglah bahwa mekanisme pengaturan nafsu makan anak-anak biasanya sudah menjamin cukupnya kalori dari makanannya.

Sumber : Harian Pelita, Jum’at, 1 Juni 2001; Halaman 9 Oleh: Dr. Tony Smith (editor), Pertolongan Pertama Dokter di Rumah Anda, Dian Rakyat, 1986

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid996638532,62208,

Next: MAKANAN BUKAN FAKTOR UTAMA GIZI BURUK

Derajat Kesehatan Masyarakat perlu Ditingkatkan

Badung (BisnisBali) -Masalah kesehatan gizi masyarakat, menjadi tanggung jawab bersama dan bukan semata-mata Dinas Kesehatan saja. Praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa Poltekes Denpasar di pandang memiliki arti penting bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Demikian diungkapkan Ketua Penggerak PKK Pemkab Badung, Nyonya Ratna A.A Gde Agung pada

  Arsip

Page 9: Kekurangan Energi Protein

saat pembukaan pameran gizi yang diselenggarakan mahasiswa Poltekes Denpasar di Banjar Tengah Gulingan, Mengwi, Rabu (21/2) lalu. Ditambahkan, pameran gizi akan membantu dalam mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat, sehingga mempunyai kesadaran akan pentingnya gizi bagi kehidupan. Kegiatan ini sejalan dengan usaha Pemerintah Kabupaten Badung dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Direktur Poltekes Denpasar, Dra. I Gusti Ayu Adnyawati, M. Kes mengatakan, dengan adanya kerja sama ini akan ada potensi bersinergi dan berpadu yang dapat memberi manfaat positif bagi masyarakat. Melalui kegiatan ini mampu memberi pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan kepada tokoh masyarakat seperti Perbekel dan Bendesa Adat, dengan kapasitasnya masing-masing diharapkan dapat memberi kontribusi yang optimal dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.Pameran ini dapat dijadikan sebagai momentum strategis guna mensosialisasikan dan mempromosikan perilaku hidup sehat kepada masyarakat khususnya masyarakat Desa Gulingan, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam perilaku kehidupan sehari-hari.Di sisi lain dikatakan, kekurangan energi protein adalah suatu keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari.Gejala kekurangan energi proteinSecara klinis tiap kekurangan energi protein memiliki gejala berbeda antara lain : Merasmus Bayi yang menderita merasmus biasanya : pertumbuhan terlambat, anak tampak kurus, tinggal kulit pembalut tulang, anak apatis dan terlihat sudah tua, kulit keriput, perut cekung dan lainnya.KwashiokorGejala utama dari kwashiorkor adalah pertumbuhan terlambat, tangan, kaki serta wajah tampak bengkak, pandangan mata agak sayu dan lainnya.Penyebab kekurangan energi protein Kekurangan energi protein disebabkan beberapa faktor antara lain : produksi bahan pangan rendah dapat menyebabkan persediaan pangan berkurang, sehingga konsumsi menjadi terganggu dan timbullah kekurangan energi protein. Anak sering sakit, sehingga absorbsi dan utilisasi terganggu yang disebabkan karena kesadaran akan kebersihan atau sanitasi dan higinese masih kurang dan lainnya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kekurang energi protein yaitu memperbaiki status gizi anak, deteksi dini, menjaga kebersihan lingkungan, memberikan makanan tambahan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dan kemampuan untuk mengkonsumsinya. Makanan yang dianjurkan untuk penderita kekurangn energi ptotein adalah makanan yang mudah dicerna dengan porsi kecil tepi sering yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi. Contoh makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi adalah sumber protein hewani (ayam, daging, hati, ikan, telur, susu dan lainnya). Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan dan hasil olahan (tahu dan tempe). *oka

Resep makanan untuk kekurangan energi proteinPuding maizenaBahan :Tepung maizena 10 gramGula pasir 20 gramUntuk via:Tepung maizena 10 gramGula pasir 10 gramKuning telur 20 gramSusu bubuk skim 10 gramCara Membuatnya :1. Campur air, gula pasir dan tepung maizena kemudian didihkan diatas api hingga mengental2. Tuangkan ke dalam cetakan biarkan hingga dinginPembuatan via:1. Campurkan tepung maizena, kuning telur, gula pasir dan susu bubuk skim yang telah dilarutkan ke dalam air.2. Aduk-aduk dan didihkan di atas api hingga lebih mengental, kemudian angkat dan tuangkan di atas puding yang telah dingin.Nilai gizi :Energi : 339,5 kaloriProtein : 5,84 gramLemak : 9,38 gramKarbohidrat : 65,96 gram. *oka/ berbagai sumber

Page 10: Kekurangan Energi Protein

copyright bisnisbali.com 2005 all right reserved. Designed, developed and maintained by IT Balipost

Gizi buruk1

Ditulis oleh Carko Budiyanto

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Protein-energy malnutrition atau kekuranagan energi protein adalah masalah

kesehatan dunia yang cukup serius pada anak-anak di dunia. Kekurangan energi

protein ini dapat mengakibatkan gizi buruk dan jika parah dapat menimbulakan

kwashiorkor, marusmus, dan marasmik kwashiorkor. Gizi buruk merupakan masalah

yang harus mendapat perhatian khusus, karena dapat menimbulkan hilangnya

generasi yang berkualitas. Kualitas bangsa di masa depan sangat dipengaruhi keadaan

atau status gizi pada saat ini, terutama balita.

B. Definisi Masalah

Page 11: Kekurangan Energi Protein

Anak berumur 4 tahun dibawa ke Rumah Sakit Moewardi dengan keluhan kurus dan

status gizi pada KMS di bawah garis merah.

Anamnesis : kurus sejak 3 bulan, sulit makan, rambut mudah rontok, kaki sering

kram, buta senja.

Pemeriksaan : BB 10 kg, TB 95 cm, kurus, lemah, lemak subkutan hilang, tulang

terlihat jelas, kulit keriput, otot atropi, tugir jelek, wajah tua, rambut tipis mudah

rontok, bintik bitot pada mata, abdomen sejajar torak, usus terlihat jelas, hepar

membesar, badan dingin, ada pitting edema pada ekstermitas bawah, tidak pada

skrotum, tidak ada crazy pavement dermatosis, reflek patela negatif.

C. Tujuan Penulisan

1. menyelesaikan tugas tutorial

2. mengenal dan mengetahui gangguan malnutrisi

3. menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan marasmik kwashirokor.

D. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar sistem endokrinologi.

2. Mahasiswa dapat menerapkan konsep dan prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku,

dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

pada penyakit akibat defisiensi protein-energi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Malnutrisi Energi-Protein

Penyebab

Page 12: Kekurangan Energi Protein

Malnutrisi umum yang terjadi di negara berkembang umumnya adalah kekurangan

asupan kalori total dan protein total. Anak kecil cenderung terserang karena mereka

mengalami peningkatan kebutuhan metabolik akan zat gizi selama fase pertumbuhan

awal yang cepat dan karena sering tidak dapat memenangkan persaingan untuk

mendapatkan sumber makanan yang terbatas.

Marasmus dan kwashiorkor adalah bagian spektrum klinis malnutrisi energi protein;

kwashiorkor adalah gangguan yang lebih ekstrim. Konsep awal tentang marasmus

sebagai kekuranngan kalori murni dan kwashiorkor sebagai kekurangan proteim murni

saat ini dipertanyakan. Pada sebagian besar kasus, unsur kedua kondisi tersebut ada dan

menyebabkan meningkatnya pemakaian istilah malnutrisi energi protein (MEP).

Gambaran Klinis

A. Efek perkembangan

1. Retardasi pertumbuhan. Perbandingan berat dan tinggi anak menurut usia

merupakan ukuran MEP paling akurat. Namun, penetapan nilai normal itu sendiri

menimbulkan masalah. Jika ukuran berat dan tinggi di Amerika Serikat digunakan

di masyarakat bukan industri, sekitar 80% anak akan masuk dalam kelompok

pertumbuhan terhambat. Teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa faktor

genetik mungkin menyebabkan perbedaan ini telah dipertanyakan karena generasi

pertam keturunan imigran ke AS memiliki tinggi dan berat yang sebanding jika

mereka mengkonsumsi makanan serupa.

2. Gangguan kecerdasan. Peran MEP pada gangguan perkembangan kecerdasan

masih dipertanyakan, meskipun makin banyak bukti yang menunjukan bahwa

malnutrisi pada 2 tahun pertama kehidupan menyebabkan gangguan menetap.

3. Gangguan imunitas. MEP berat berkaitan dengan gangguan pada kekebalan

humoral dan seluler yang mengakibatkan tingginya insidensi infeksi serius.

B. Marasmus

Page 13: Kekurangan Energi Protein

Marasmus merupakan fase kompensasi terhadap MEP, dengan kekurangan kalori

yang dikompensasi dengan katabolisme jaringan tubuh yang dapat dikeluarkan, yaitu

jaringan adiposa dan otot rangka. Kalori dan asam amino tersebut digunakan untuk

mempertahankan metabolisme sel normal.

Katabolisme jaringan adiposa dan otot menyebabkan penyusutan yang merupakan

tanda marasmus. Akan kehilangan lemak subkutan, hanya memiliki tulang dan kulit

pada ekstremitas, dan penyusustan otot dan lemak wajah menimbulkan wajah tua

keriput.

Kadar serum albuminnormal dipertahanklan, tidak terjadi edema. Sintesis protein

struktural dan enzim yang adekuat juga terus berlanjut.

C. Kwashiorkor

Merupakan fase dekompensasi MEP. Sementara asupan kalori total mungkin cukup,

tidak demikian dengan protein, yaitu pada tahap katabolisme protein endogen tidak

dapat mengkompensasi. Terjadi penurunan sintesis enzim dan protein struktural serta

kadar albumin serum. Kegagalan metabolisme sel terjadi dan bermanifestasi di otak

menyebabkan letargi dan somnolen. Manifestasi lainnya adalah edem, ascites,

hepatomegali, rambut mudah rontok, dermatosis, anemia.

PEMBAHASAN

Pada skenario, oleh dokter pasien didiagnosis menderita marasmik kwashiorkor.

Marasmik kwashiorkor adalh 1 dari 3 bentuk malnutrisi energi protein (MEP). Berikut ini

perbandingan dan perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor berdasar manifestasi

klinisnya :

Ciri Kwashiorkor Marasmus

Gagal tumbuh Ada Ada

Kurus kering Ada Ada

Edema Ada Tidak ada

Page 14: Kekurangan Energi Protein

Perubahan rambut Biasanya ada Kurang biasa

Perubahan mental Sangat sering Tidak biasa

Dermatosis Biasa Tidak terjadi

Nafsu makan Rendah Bagus

Anemia Kadang-kadang Ada, sangat jarang

Lemak subkutan Reduksi tapi masih ada Tidak ada

Muka Mungkin edema Muka tua, keriput

Perlemakan hati

(hepatomegali)

Ada Tidak ada

Ket : ciri yang ditulis miring dan digaris bawah adalah manifestasi yang ada pada pasien

pada skenario.

Sedangkan pada marasmik kwashiorkor menunjukan manifestasi campuran antara

marasmus dan kwashiorkor atau sering disebut marasmus dengan kwashiorkor. Pada

skenario, memang terlihat pasien menunjukan manifestasi campuran dari marasmus dan

kwashiorkor.

Pasien berumur 4 tahun dengan BB 10 kg. jika dilihat pada KMS, tampak BB pasien jauh

di bawah garis merah. Ini berarti terjadi gangguan pertumbuhan pada pasien. Untuk

penilaian status gizi pasien dengan cara lain, tidak bisa dilakukan, karena jenis kelamin

pasien pada skenario tidak disebutkan.

Pasien tampak kurus, lemah, lemak subkutan menghilang. Hal ini disebabkan oleh

kekurangn kalori. Ketika tubuh kekurangan kalori, tubuh melakukan kompensasi dengan

katabolisme jaringan tubuh yaitu jaringan adiposa dan otot rangka. Kalori dan asam

amino tersebut digunakan untuk mempertahankan metabolisme sel normal. Katabolisme

jaringan adiposa dan otot menyebabkan penyusutan tubuh sehingga tubuh akan tampak

kurus, lemak subkutan menghilang, sehingga tulang terlihat jelas. Penyusutan lemak dan

otot wajah menimbulkan gambaran wajah lesu dan berkeriput. Karena kekurangan kalori

itu pula, pasien tidak dapat memproduksi panas dengan baik sehingga badan pasien

Page 15: Kekurangan Energi Protein

teraba dingin dan memilikipeluang terjadi komplikasi berupa hipotermia. Ini semua

merupakan gejala dan tanda dari marasmus.

Pada skenario, pasien juga memiliki beberapa gejala dan tanda dari kwashiorkor, antara

lain otot tampak atropi, tugor jelek, rambut tipis mudah dicabut, hepatomegali, dan

edema.

Pada kwashiorkor, terjadi kekurangan asupan protein dimana katabolisme protein tidak

dapat mengkompensasi. Akhirnya, terjadilah penurunan sintesis enzim dan protein

struktural serta kadar albumin serum. Penurunan sintesis protein struktural

mengakibatkan atropi pada otot. Selain itu, pembentukan rambut menjadi terganggu

sehingga rambut menjadi mudah rontok. Penurunan produksi enzim pencernaan dalam

usus disertai atropi otot usus halus mengakibatkan kegagalan penyerapan makanan dan

menjadikan anak sulit makan. Penurunan kadar albumin serum akan menurunkan tekanan

osmotik pembuluh darah sehingga cairan pada pembuluh darah akan tertarik keluar dan

tertimbun dalam ruangan jaringan ekstravaskular sehingga menimbulkan edema.

Kekurangan protein pengangkut seperti apoprotein yang mengikat lemak, mengakibatkan

lemak tertimbun di dalam hati. Penimbunan / perlemakan hati membuat hati menjadi

besar / hepatomegali.

Biasanya pasien yang menderita MEP juga disertai dengan defisiensi vitamin dan

mineral. Begitu pula dengan pasien pada skenario, disertai defisiensi vitamin A dan B6.

Vitamin A adalah sekelompok senyawa yang meliputi retinol dan provitamin beta-

karoten. Sumber retinol adalah hati dan produk susu, sedang beta-karoten ada pada

sayuran berdaun hijau atau kuning, seperti wortel.

Efek paling awal defisiensi vitamin A adalah gangguan penglihatan di waktu malam

(niktalopia). Penglihatan malam adalah fungsi sel batang retina dan rodopsin, yaitu

pigmen yang peka cahaya. Pada defisiensi vitamin A terjadi kegagalan regenarasi

rodopsin pada sel batang. Juga, epitel skuamosa mengalami penebalan akibat hiperplasia

Page 16: Kekurangan Energi Protein

dan keratinisasi berlebih, mengakibatkan konjungtiva menjadi keruh, kering dan berkerut.

Muncul bercak bitot atau plak putih meninggi yang tersusun oleh debris keratinaseaosa.

Piridoksin atau vitamin B6 cukup penting. Salah satu perannya adalah pada sintesis asam

gamma amino butirat neurotransmiter. Defisiensi vit B6 menyebabkan refleks pattela

negatif.

PENUTUP

SIMPULAN

1. Berdasar manifestasi yang ada pada pasien, menunjukan marasmik kwashiorkor,

karena memiliki manifestasi dari keduanya yaitu marasmus dan kwashiorkor.

2. Marasmus menunjukan manifestasi klinis lebih karena kekurangan kalori, sedangkan

kawashiorkor lebih pada kekurangan protein.

SARAN

Sebaiknya pemerintah dan masyarakat bekerjasama dengan baik dalam menanggulangi,

terutama mencegah gizi buruk yang dapat menimbulkan marasmus, kwashiorkor, atau

marasmik kwashiorkor.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2008. Malnutrisi. http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?

idktg=10&iddtl=628 (29 April 2008).

2. Anonim. 2000. Mother and Child Nutrition in The Tropics and Subtropics-Protein

Energy Malnutrition.

http://www.oxfordjournals.org/our_journals/tropej/online/mcnts_chap7.pdf (29 April

2008).

3. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.

Page 17: Kekurangan Energi Protein

4. Murray, Robert K (et al). 2003. Biokimia Harper. 5th ed. Jakarta : EGC.

5. Parakrama Chandrasoma dan Clive R Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi

2. Jakarta : EGC.

April 3, 2009 - Ditulis oleh ackogtg | KEDOKTERAN | | Tidak ada Komentar

Sekilas Tentang Gizi Buruk

Di saat teknologi kian berkembang pesat di satu bagian dunia, ternyata di sisi belahan dunia lain

masih tercatat satu dari tiap tiga orang anak meninggal setiap tahunnya karena gizi yang buruk.

Begitu pula di Indonesia, saat ini masih jutaan

balita tercatat memiliki status gizi yang buruk,

hasil pemetaan dari depkes menunjukkan bahwa 2

dari 4 orang anak di 72 % kabupaten di seluruh

Indonesia menderita gizi kurang.

Masalah kurang gizi ini banyak dialami

anak-anak sejak masih dalam

kandungan, dan sedihnya, kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki ketika

anak menjelang dewasa. Anak-anak yang pernah menderita status kurang gizi

cenderung memiliki tinggi badan yang pendek dan biasanya tidak berprestasi

dalam proses pendidikan. 

Di dunia kedokteran gizi buruk lebih dikenal dengan nama Kurang Energi Protein

(KEP) tingkat berat. KEP, sesuai dengan namanya, memiliki pengertian keadaan

kekurangan energi dan protein akibat kurang mengonsumsi makanan yang

bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama.

KEP terbagi menjadi dua yaitu KEP ringan dan KEP berat. KEP ringan biasa

disebut gizi kurang, terjadi bila berat badan anak hanya 60-90 % dari berat

badan menurut standar yang telah ditentukan. Sedangkan gizi buruk atau KEP

berat terjadi bila berat badan anak kurang dari 60 % dari angka standar.

Istilah yang juga berhubungan dengan gizi buruk adalah marasmus dan

Page 18: Kekurangan Energi Protein

kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi bila  si anak lebih kekurangan

kalori/energi, sedangkan kwashiorkor lebih karena kekurangan zat protein.

Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan gizi buruk

1. Penimbangan

2. Pengukuran panjang/tinggi badan, dan atau pemeriksaan tanda klinis

3. Pembandingan hasil pengukuran dengan Buku Rujukan Penilaian Status Gizi

4. Pemeriksaan Darah Lengkap, seperti Hb

Bila dari hasil pembandingan hasilnya jauh di bawah garis normal  dan atau ditemukan satu atau dua tanda klinis,

maka kemudian ditetapkan sebagai Gizi Buruk.

Pengobatan dan Pencegahan Yang Bisa Dilakukan

Pengobatan / Terapi

Kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, lemak dan gula. Pemberian protein akan dimulai setelah

sumber-sumber kalori lainnya sudah meningkatkan energi. Suplemen mineral dan vitamin juga

penting diberikan.  Kadangkala anak-anak penderita gizi buruk mengalami intolerance lactosa,

sehingga perlu diberikan suplemen enzim lactase.

Terapi untuk kondisi ini bervariasi tergantung dari berat ringan penyakit. Apabila sudah sampai banyak

menimbulkan penyakit penyerta, seperti diare, anemia, infeksi paru dan kulit serta berbagai penyakit lainnya, maka

hal ini juga perlu diobati.

Penanganan yang dini biasanya menimbulkan hasil yang baik. Pada  kondisi yang sudah berat, terapi bisa

meningkatkan kondisi kesehatan secara umum, namun biasanya terdapat sisa gejala fisik permanen dan akan

muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

Pencegahan

Pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari status gizi buruk :

1. Berikan makanan yang tepat dan seimbang kepada anak anda yang terdiri dari karbohidrat, protein,

lemak, mineral dan vitamin. Lemak minimal diberikan 10 % dari total kalori yang dibutuhkan, sementara

protein diberikan 12 % dari total kalori. Sisanya adalah karbohidrat.

2. Rajin mengukur berat badan dan tinggi badan anak anda dan mengawasi apakah anak anda berada

dalam standar pertumbuhan normal

Istilah yang juga berhubungan dengan gizi buruk adalah marasmus dan

kwashiorkor. Bentuk marasmus terjadi bila  si anak lebih kekurangan

kalori/energi, sedangkan kwashiorkor lebih karena kekurangan zat protein.

Gejala dan Tanda Yang Harus Diwaspadai

Page 19: Kekurangan Energi Protein

Gejala dan Tanda yang bisa ditemukan pada anak yang menderita gizi buruk

adalah :

1. Anak sangat kurus

2. Tinggi badan jauh lebih pendek dibanding anak-anak seusianya

3. Wajah seperti orang tua

4. Anak tampak lemah, lesu dan tidak bertenaga

5. Cengeng dan rewel

6. Rambut tipis, jarang, dan kusam

7. Kulit keriput

8. Tulang iga tampak jelas

9. Pantat kendur dan keriput

10. Perut cekung

Akibat dan Pemeriksaan Yang Bisa Dilakukan

Akibat yang bisa terjadi oleh status gizi buruk adalah;

1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.

2. Intelegensia yang rendah

3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal

4. Lebih sering terkena sakit infeksi seperti batuk pilek, diare, TBC, dan lain-lain karena turunnya kekebalan

tubuh