Kel 1 Perkembangan Promosi Kesehatan

  • Upload
    jalu

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

promkes

Citation preview

TUGASDASAR PROMOSI KESEHATANPerkembangan Promosi Kesehatan

Dosen pengampu:Dra.Emmy Riyanti, MKes

Disusun oleh:Kelompok 1 Raysha Afif25010114130301M Sulthan Mubarok25010114130303 Arni Widiastari 25010114130304Farida Utami25010114130305Loveloi Putri S25010114130306Oktavia Winarti25010114130307Jessica Masta25010114130308Sela Putri Herdina25010114130309M Irfan A25010114130310M Insan Restuaji25010114130311Fani Rizky25010114130312Yohana Efelin25010114130313Ida Rachmawati25010114130315Santya Nareswari25010114130325Ulima Salsabila25010114140318Meisita Dias25010114140324Dina Rachmawati25010114140391

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO2014/2015KATA PENGANTARPuji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia- Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Perkembangan Promosi Kesehatan.Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis berterimakasih kepada :1. Ibu Dra. Emmy Riyanti, MKes selaku dosen mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan.1. Teman- teman kelas E 2014 yang selalu memberikan motivasi agar makalah ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Semarang, 13 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..........................................................................................iDAFTAR ISI.........................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN.....................................................................................11.1 Latar Belakang.................................................................................................11.2 Rumusan Masalah...........................................................................................21.3 Tujuan..............................................................................................................2BAB II PEMBAHASAN......................................................................................32.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan...................................................32.2 Masa Penjajahan Colonial Belanda.................................................................42.3 Medisch Hygienisch Propaganda...............................................................52.4 Pentingnya Health Education.................................................................72.5 Revolusi Fisik......................................................................................92.6 Kesehatan Masyarakat Desa...................................................................92.7 Peranan Staf Pendidikan Kesehatan.........................................................14BAB III PENUTUP........................................................................................163.1 Kesimpulan..............................................................................................16

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi era modern sekarang ini, kita dengan mudahnya menemukan iklan baik di internet, koran bahkan hingga telepon seluler. Tidak dipungkiri juga periklanan melalui jasa yang dikemas profesional seperti pameran juga menjadi sarana yang bagus. Belum lagi iklan yang dilakukan secara agresif dengan tatap muka langsung seperti mengunjungi rumah ke rumah atau pesan berantai (multi level marketing) dan banyak cara lagi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan iklan tersebut. Pada zaman dahulu, upaya-upaya menawarkan produk atau jasa baik yang berhubungan dengan kesehatan atau merugikan kesehatan seperti rokok,minuman keras, dan lainnya juga berpengaruh besar terhadap lakunya produk atau jasa tersebut, disebut propaganda. Istilah propaganda sendiri sering dikaitkan dengan dunia politik, walaupun sebenarnya tidak selalu demikian. Propaganda dapat kita lakukan dalam bidang kesehatan seperti yang dilakukan para pendahulu kita di zaman pra dan awal kemerdekaan yang menggunakan propaganda untuk bidang kesehatan. Propaganda bidang kesehatan itu dilakukan dalam bentuk ceramah melalui pengeras suara atau gambar dan informasi yang dikemas melalui poster. Juga melalui film layar tancap yang dahulu menjadi pusat oerhatian orang banyak. Hal ini dilakukan untuk memberikan penerangan pada masyarakat mengenai kesehatan yang masih kurang diperhatikan masyarakat dahulu. Namun keefektifan propaganda ini belum dirasakan secara optimal oleh tenaga kesehatan maka dari itu metode propaganda ini beralih ke pendidikan keehatan dan berkembang menjadi promosi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja sejarah perkembangan promosi kesehatan?2. Apa saja masa penjajahan kolonial belanda?3. Apa saja medisch hygienische propaganda?4. Apa saja petingnya health education?5. Apa saja revolusi fisik perkembangan promkes?6. Apa saja kesehatan masyarakat desa?7. Apa saja peranan staf pendidikan kesehatan?1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan promosi kesehatan.2. Untuk mengetahui masa penjajahan kolonial belanda.3. Untuk mengetahui medisch hygienische propaganda.4. Untuk mengetahui petingnya health education.5. Untuk mengetahui revolusi fisik perkembangan promkes.6. Untuk mengetahui kesehatan masyarakat desa.7. Untuk mengetahui peranan staf pendidikan kesehatan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Sebelum adanya promosi kesehatan, propaganda dapat kita lakukan dalam bidang kesehatan seperti yang dilakukan para pendahulu kita di zaman pra dan awal kemerdekaan yang menggunakan propaganda untuk bidang kesehatan. Namun efektifan propaganda ini masih belum dapat dirasakan oleh para tenaga kesehatan, sehingga penalaran mengenai kesehatan mulai berganti metode dari propaganda menjadi pendidikan kesehatan masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan masyarakata(community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat (community organization) yang berkembang hingga tahun 1960-an, hingga kemudian mengalamai perkembangan lagi sejak tahun 1975 menjadi penyuluhan kesehatan,karena pada waktu itu pendidikan digunakan untuk lingkungan Departemen Pendidikan.Di Indonesia istilah penyuluhan kesehatan berganti menjadi istilah promosi kesehatan pada sekitar tahun 1995. Perubahan itu dilakukan setelah di Ottawa atau juga yang dikenal sebagai Ottawa charter pada tahun 1986 mulai mencetuskan istilah health promotion yang juga ternyata sejalan dengan paradigma sehat yang merupakan atah baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Oleh WHO, promosi kesehatan di definisikan sebagai "proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Namun pada Agustus 2005 , konfnsi kesehatan di Bangkok merevisinya menjadi "proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pengawasan atas kesehatan masyarakat dan faktor penentu nya, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat." . ( Dimuat dalam The Banngkok Charter).Perjalanan dari propaganda kesehatan, kemudian menjadi pendidikan kesehatan, lalu penyuluhan kesehatan dan sekarang promosi kesehatan, dapat dianggap sebagai sejarah perkembangan promosi kesehatan di Indonesia. Dari kejadian tersenut pastilah dapat dipetik hikmah, nilai-nilai, kebijaksanaan atau wisdom. Layak kiranya jika sejarah perkembangan promosi kesehatan di Indonesia itu didokumentasikan. Diharapkan kita dapat lebih cepat belajar dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di waktu lalu.Yang dimaksud sejarah adalah uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan bahan analisis untuk disimpulkan manfaat dan mudharatnyabagi pijakan kegiatan masa kini dan masa yang akan datang.Sejarah seharusnya netral. Tapi tidak dapat dihindari adanya pandangan subyektif beruapa analisis dan prediksi dari para pelaku, para saksi atau pengamat.2.2 Masa penjajahan colonial belanda.Pada tahun 1808 membentuk jawatan kesehatan tentara pada masa pemerintahan gubernur jendral H.W Deandels yang di kenal sebagai pembuatan Anyer sampai Banyuwangi ,banyak penduduk yang menjadi korban dan pada peristiwa itu juga berdiri tiga rumah sakit tentara yang besar yaitu Batavia ,semarang , Surabaya .Pada tahun 1809 muncul usaha kesehatan kecil dan pada tahun 1820 di keluarkannya peraturan pemerintah tentang jawatan sipil.pada tahun 1827 kedua jembatan di gabungkan dan pada tahun 1911 terjadi pemisahan antara kedua jawat tersebut.Awal mula hanya ditujukan kepada masyarakat penjajah, dan para anggota tentaranya meliputi orang pribumi.sedang usaha mempertinggi kesehatan rakyat dinyatakan tegas setelah terbentuknya jawatan kesehatan pada tahun 1925.awal pelayanan di lakukan pada pengobatan dan perawatan(upaya kuratif) yang meluai RS tentara.Sebagaian besar perilaku masyarakat pedesaan masih mempercayai terhadap tahayul dalam pengobatan dan lebih percaya dengan dukun,yaitu ibu-ibu pada waktu melahirkan bayi. Banyak penyakit timbul karena pola hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Di situlah wabah malaria,kolera, sampar dan cacar dan serta busung lapar di daerah tertentu.dan penyakit rakyat lainnya yaitu penyakit frambusia (patek/paru),kusta dan tuberculosis.Usaha preventif pertama adalah pemberian vaksin cacar,usaha preventif lainnya adalah pengasingan penderita kusta dan juga ada kegiatan pengasingan para penderita sakit jiwa agar menghindari bahaya di sekililing masyarakat.Dengan adanya wabah kolera tahun 1911, Dr. W. Th. De Vogel membentuk badan Hygiene Commissie di Batavia yang kegiatannya berupa memberikan vaksinisasi, menyediakan air minum dan menganjurkan minum air yang dimasak. Selanjutnya pada tahun 1920 dibentuk jabatan propagandist (juru penyiar berita) yang bertugas melakukan pendidikan kesehatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebarluasan gambar dinding, dan pemutaran film kesehatan. Namun pada tahun 1923 pendidikan kesehatan kepada rakyat ini diberhentikan karena alasan penghematan.

2.3 Medisch Hygienische PropagandaPada tahun 1924 pemerintah Belanda membentuk Dinas Hygiene yang kegiatan utamanya berupa pemberantasan cacing tambang di Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/ jamban sederhana dan menggunakannya. Kegiatan ini lama kelamaan berkembang menjadi Medisch Hygienische Propaganda yang meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan mengembangkan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak yang sakit.Baru pada tahun 1933 dimulai organisasi hygiene sendiri dalam bentuk Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten Purwokerto yang terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama. Dr. John Lee Hydrick dari Rockefeller Foundation (Amerika) memimpin pemberantasan cacing tambang mulai tahun 1924 sampai 1939 dengan mengutamakan pendidikan kesehatan pada rakyat. Ia meningkatkan pendidikan kesehatan rakyat dengan mengadakan penelitian operasional tentang penderita penyakit cacing tambang di Banyumas dan menyelenggarakan kegiatan pendidikan kesehatan tentang hygiene dan sanitasi dengan menyebarluaskan informasi tentang penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan (cacing tambang, malaria, tuberkolosis), serta usaha pencegahan dan peningkatan kesehatan. Ia mengadakan pendekatan dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat (pendekatan edukatif). Di waktu ini yang menonjol adalah penggunaan media pendidikan (booklets, poster, film, dan sebagainya) dan kunjungan rumah yang dilakukan petugas sanitasi terdidik.Seorang dokter pribumi bernama dr. Soemadi mendirikan Sekolah Juru Higiene di Purwokerto dan dilanjutkan oleh dr. R. Mochtar yang menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda Dienst). Sehubungan dengan karya atau usaha Dr. Hydrick, dr. R. Mochtar mengemukakan sebagai berikut. Selama penyelidikan itu, diadakan penerangan kepada penduduk tentang penyakit cacing dengan menggunakan film dan gambar-gambar sorot sehingga hasilnya sangat besar dan memungkinkan penduduk diberi pengetahuan lebih lanjut tentang kesehatan dan penyakit dengan mengadakan propaganda kesehatan dan organisasi pekerjaan hygiene secara seksama.Kemudian timbul suatu pekerjaan teratur dalam lapangan Medisch Hygienische Propaganda dan hygiene di daerah desa-desa dibawah pimpinan para dokter dengan percontohan wilayah Kabupaten Banyumas. Selain itu juga ada sekolah Mantri Kesehatan. Berkat kegiatan mereka yang menjalankan tugasnya dalam lapangan, pekerjaan tadi menjelma sebagai suatau pendidikan tentang kesehatan pada masyarakat bukan hanya suatu Medisch Hygienische Propaganda.Sejak pecahnya revolusi pada tahun 1945 Indonesia telah membangun hygiene desa atas dasar pendidikan kesehatan rakyat.Riwayat kesehatan rakyat menunjukkan bahwa pada awalnya usaha kesehatan rakyat ditujukan sebagai usaha menyehatkan lingkungan hidup dan pemberantasan penyakit. Usaha tersebut dijalankan untuk rakyat, dengan penggunaan undang-undang jika diperlukan.Akan tetapi, dalam bentuk usaha kesehatan rakyat yang paling baru, usaha tersebut dijalankan untuk rakyat dengan ikut sertanya rakyat, yang berarti penyelanggaraan usaha kesehatan rakyat juga membutuhkan gerakan rakyat di dalamnya. Hal ini lebih sulit dibanding dengan tidak harus terlibatnya rakyat dalam proses pelaksanaan.Dalam tulisannya, dr. R. Mochtar memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya arti pendidikan kesehatan rakyat untuk membangkitkan dan menggerakan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan rakyat, yang sejak 1911 sudah mulai digalakkan oleh pemerintah Belanda.Berikut poin penting yang diambil dari tulisan beliau: Pendidikan kesehatan rakyat (PKR) sudah dirasakan penting sejak permulaan abad XX, namun direalisasikan dalam bentuk kegiatan nyata baru pada tahun 1911, yang dikenal dengan nama Medisch Hygienische Propaganda. PKR terkait dengan program kesehatan, yaitu hygiene dan sanitasi lingkungan (PKR bukan program yang berdiri sendiri). Walaupun PKR merupakan bagian dan kegiatan terintegrasi dalam program-program kesehatan, namun hal ini perlu ditangani secara profesional. Untuk itu, diperlukan organisasi/unit kerja khusus yang menangani pendidikan kesehatan, dan diperlukan juga tenaga terdidik/terlatih. Saat itu tenaga sanitasi disiapkan untuk mampu memberi pendidikan tentang kesehatan dan sanitasi kepada masyarakat desa, disertai alat/media pendidikan (audio visual aid). Tenaga health educators ini bekerja dengan penuh keyakinan dan dedikasi.2.4 Pentingnya Health Educationdr. J. Leimena (1952) mengangkat beberapa prinsip pioneering job dari Dr. J. L. Hydrick, khususnya yang berkaitan dengan pentingnya Health Education.

PrinsipPendidikan Kesehatan dilakukan dengan harapan agar masyarakat mengerti dengan kebersihan dan pentingnya kebiasaan hidup sehat sehingga penyebaran penyakit dapat berkurang.Tujuan Tujuan Promosi Kesehatan adalah untuk menanamkan pengetahuan akan kebersihan dan membuat masyarakat sadar akan kebiasaan hidup sehat.Kerjasama dengan masyarakatPenting bahwa edukasi kesehatan merupakan pendidikan yang benar-benar dapat dipraktekan dan diaplikasikan oleh masyarakat.Pendekatan Pekerja pelayanan kesehatan bertugas untuk melakukan pendekatan ke masyarakat dan memberikan pengetahuan agar dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan dan membuat masyarakat memiliki keinginan untuk hidup sehat.Subjek Subjek edukasi kesehatan adalah masyarakat agar masyarakat hidup sehat dan terhindar dari penyakit.Masyrakat dapat diberi pengetahuan tentang hidup sehat dan mempraktekan pengetahuan yang mereka dapat ke kehidupan sehari-hari.Dasar kebersihan umumDasar kebersihan umum adalah kebiasaan sanitasi yang benar,apabila penerapan sanitasi masyarakat baik maka fondasi untuk kebersihan masyarakat umum sudah ada dan siap dilaksanakan.Menurut dr.J.Leimena (1952), usaha kesehatan pada awalnya lebih di tekankan pada bagian kuratif.Namun seiring berkembangnya jaman, usaha preventif juga semakin berkembang. Hal ini didasari semakin berkembangnya penelitian mengenai penyebab penyakit menular. Hal ini menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan upaya pencegahan dan peningkatkan kualitas kesehatan.Usaha preventif yang dilakukan oleh pemerintah Belanda yaitu melalui berbagai macam kegiatan, dan pembuatan peraturan. Lalu muncullah suatu moto Pencegahan lebih Baik dari Pengobtan. Contohnya yaitu vaksinasi, pendataan, pengawasan dan upaya pencerdasan yang dilakukan kemasyarakat.2.5 Revolusi fisikKetidakberjalannya organisasi usaha kesehatan masyarakat terus berlangsung hingga revolusi fisik. Selama 8 tahun Indonesia mengalami masa yang memprihatinkan. Banyak fasilitas kesehatan yang rusak, obat-obatan yang sulit didapat, dan banyak petugas kesehatan yang gugur karena ikut menjadi gerilyawan melawan belanda.Pemerintah memberikan perhatian kepada kesehatan masyarakat setelah penyerahan kedaulatan (27 Desember 1949). Perhatian itu diwujudkan dengan mengembangkan usaha pembangunan masyarakat desa berupa pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan juga gerakan kebersihan, pekan kerja bakti dll. Diadakan pula usaha kesehatan di sekolah yaitu dengan mendirikan sekolah untuk penyuluh kesehatan di magelang dan yogyakarta.Tahun 1950 masalah gizi cukup menonjol di Indonesia. Kwarshiorkhor dan xerophthalmia adalah masalah gizi pada golongan anak pra sekolah yang mendapat banyak perhatian. Upaya perbaikan dilakukan melalui penyuluhan gizi seperti pengenalan semboyan Empat Sehat Lima Sempurna pesan ini tersebar dan sangat populer serta berhasil mempengaruhi masyarakat untuk sadar gizi. Selain itu Konsep Bandung atau Bandung Plan yang diperkenalkan oleh dr. J. Leimena dan dr. Patah yang menggambarkan perpaduan antara upaya kuratif dan preventif menjadi dasar dari pengembangan puskesmas. Konsep ini tidak lain adalah konsep community health2.6 Kesehatan Masyarakat DesaDokter Sulianti Sarosa pimpinan unit Kesehatan Masyarakat Desa dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (KMD/PKR) mengatakan titik berat usaha kesehatan masyarakat adalah usaha preventif. Masyarakat belum mengerti apa itu preventif bagi mereka yang penting itu pengobatan atau usaha kuratif.Usaha preventif adalah upaya yang dijalankan tidak semata-mata untuk penyembuhan penyakit tetapi lebih pada upaya pencegahab timbulnya penyakit untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Menurut Dokter Sulianti usaha preventif inilah yang dimaksudkan dengan public health.Menurut Prof. Winslow :OFFTHROUGHFOR

Preventing diseaseOrganized community effortThe sanitation of the environment

Prolonging lifeThe control of communcable disease

Promoting healthEducation of the individual in personal hygiene

The organization of medical and nursing service for the early diagnosis and preventive of disease

The development of social machinery to ensure everyone a standard of living adequate for maintenance of health

Jadi setiap orang diberi kesempatan mendapatkan haknya untuk hidup sehat dan berumur panjang.Pendidikan kesehatan rakyat Model Lemah AbangMenurut Prof. Leavell dari Harvard University, usaha-usaha kesehatan preventif yang dapat dilakukan:1. Pendidikan kesehatan pada masyarakat2. Perbaikan makanan rakyat3. Perbaikan hygiene lingkungan hidup4. Kesehatan ibu dan anak5. Usaha kesehatan sekolah6. Pemeliharaan kesehatan masyarakat7. Usaha pengobatan 8. Pemberantasan penyakit epidemis dan endemis9. Statistik10. Laboratorium kesehatan

Menurut dr. Sullanti, tujuan pendidikan kesehatan kepada masyarakat:1. Mengubah kebiasaan yang merugikan kesehatan2. Menanamkan kebiasaan yang baik3. Memberi pengertian tentang kesehatan pada umumnya4. Mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan usaha-usaha yang dijalankan untuk kepentingan kesehatan masyarakat sendiriKonsep yang dianut oleh seluruh dunia ialah bahwa sebaiknya usaha kesehatan dijalankan secara terintegrasi dan terkoordinasi serta mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam penyelenggaraannya. Untuk melaksanakan rencana kesehatan masyarakat tersebut, Kementrian Kesehatan mengawalinya dengan mengembangkan suatu percontohan di daerah Bandung yang disebut Bandung Plan. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan waktu dimulainya Program Nasional Pembangunan Masyarakat Desa pada bulan Agustus 1956.Tujuan diadakannya Daerah Percontohan KMD/PKR Lemah Abang adalah menjadikan daerah itu sebagai contoh sistem kerja dan pengelolaan program kesehatan masyarakat desa oleh suatu Tim Kesehatan Desa (Rulal Health Team), dan juga sebagai daerah pelatihan lapangan (field training) tenaga-tenaga kesehatan (medis dan para medis). Tim KMD/PKR Lemah Abang terdiri dari tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas secara purna-waktu (full time) dan merupakan staf administrasi dalam bidang-bidang: Kuratif, yaitu dokter selaku pimpinan Tim atau pimpinan proyek. Administrasi kesehatan masyarakat dan statistik, hygiene dan sanitasi lingkungan, yaitu penilik kesehatan. Gizi, yaitu tenaga gizi Pemeliharaan kesehatan masyarakat, yaitu perawat. Pendidikan kesehatan, yaitu pendidik kesehatan (health educatiors).Semua staf KMD/PKR sebelum ditugaskan dalam pos masing-masing, baik di Kementerian Kesehatan sebagai staf Bagian KMD/PKR, maupun di Lemah Abang sebagai Team Staff lapangan, mendapat pendidikan dan pelatihan khusus kesehatan masyarakat di luar negeri dalam disiplin profesi masing-masing. Ketika mereka kembali ke tanah air mereka masih harus mengikuti pembinaan intensif dari Kepala Bagian KMD/PKR yaitu dr. J. Sulianti Saroso. Rapat staf dilakukan secara teratur dengan penugasan-penugasan khusus. Dalam kesempatan pertemuan laporan lisan tentang pelaksanaan tugas dan masalah-masalah juga di bicarakan bersama dengan cara ini menimbulkan rasa kebersamaan, rasa tanggungjawab bersama, rasa persaudaraan dan lebih bagi mereka yang memang harus tinggal di Lemah Abang.Ada beberapa hal untuk membantu dalam membentuk Tim KMD/PKR Lemah Abang yang solid dan handal antara lain: Adanya rencana pengembangan organisasi dan sumber daya manusia yang solid di tingkat Pusat Adanya penyiapan, pengembangan dan penempatan staf yang terencana dengan baik di tingkat Pusat Adanya rapat staf berkala dari Tim Lemah Abang dan keterbukaan di tingkat lokal, setiap hari Senin sebelum ke lapangan Adanya supervisi dan bimbingan teknis dari Pusat melalui berbagai jalur seperti: Kunjungan lapangan ke desa-desa, dan dialog langsung dengan petugas lapangan dan Pemda setempat. Pertemuan/rapat dengan staf dari Tim Lemah Abang. Pertemuan seperti ini biasanya dihadiri pula oleh staf Bagian KMD/PKR dari berbagai disiplin dan bersifat edukatif.Adanya pertemuan non-formal (social gathering) yang sewaktu-waktu diselenggarakan Kabag KMD/PKR untuk seluruh staf, membantu menambah erat hubungan sosial antar staf. Konsultan pendidikan kesehatan pernah mengadakan penelusuran jejak. Keberadaan dan dukungan teknis dari para konsultan luar negeri sangat membantu upaya peningkatan mutu kinerja staf. Hal-hal yang terjadi melalui pengalaman langsung, diskusi, dan analisis bersama :1. Alih pengetahuan dan teknologi tentang cara kerja dalam tim, 2. Penggunaan alat-alat bantu dalam melaksanakan pendidikan kesehatan kepada masyarakat,3. Cara-cara pendekatan masyarakat, dll.Dengan cara bekerja sambil belajar, pemahaman dan penghayatan tentang penddikan kesehatan kepada masyarakat desa dan peran pendidik kesehatan sebagai anggota Tim Kesehatan Masyarakat Desa, dapat secara langsung diterapkan. Masing-masing counterpart mampu :1. Menampung2. Menyaring3. Memilih4. Mengolah5. Meresapkan6. MemanfaatkanMasukan-masukan yang diperoleh dari konsultan-konsultan asing dalam upaya memperkuat dan meningkatkan mutu profesi dalam rangka pengembangan program Kesehatan Masyarakat Desa.Terdapat hal-hal yang kurang baik di kehidupan tim yang dinamis ternyata diliputi nuansa dominasi professional. Ini menimbulkan ketegangan di kalangan tim dan merusak semangat kerjasama tim jika kesadaran anggota tim tidak kuat dan kepemimpinan lemah. Jika staf terpengaruh, akan membahayakan hubungan sosial antar staf dan akhirnya merusak fungsi tim. Sikap dan perilaku yang juga dapat melemahkan fungsi tim adalah adanya kepentingan pribadi anggota tim yang dapat memicu timbulnya sikap kecurigaan antar disiplin. Kepemimpinan yang objektif, kuat, dan mampu menjaga keseimbangan hubungan sosial antar disiplin, intra disiplin, dan intra tim sangat penting. Oleh sebab itu, jika perselisihan tidak dapat diatasi, maka pemecahan masalah diangkat ke tingkat pusat yaitu ke bagian Kesehatan Masyarakat Desa (KMD).

2.7 Peranan Staf Pendidikan KesehatanTujuan umum pendidikan adalah membuat orang menjadi dewasa, memiliki tanggung jawab untuk diri sendiri dan lingkungan sosialnya, serta mampu mengambil keputusan yang bijaksana. Pendidikan kesehatan sebagai proses yang terarah, membentuk orang menjadi dewasa, mampu meningkatkan taraf kesehatan diri sendiri, keluarga, dan lingkungannya atas kesadaran diri tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan pola hidup sehat atas upaya dan kekuatannya sendiri.Pendidikan kesehatan ditujukan untuk membuat pola pikir seseorang untuk berpikir rasional, objektif, dan mampu secara sadar mewujudkan pengetahuan tentang kesehatan kedalam kehidupan sehari-hari, dimana petugas kesehatan diharapkan mampu melakukannya. Konflik dan perselisihan dalam tim dapat terjadi, namun dengan adanya kerjasama dan tolerasi, diharapkan tim dapat memahami bahwa hal itu menambah kedewasaan dan kematangan tim. Pengalaman sebagai grassroot level worker dan anggota tim kesehatan diharapkan mampu mengendalikan pemikiran yang sekiranya menghambat atau mengalihkan arah perkembangan program. Sasaran pendidikan kesehatan selain masyarakat juga petugas kesehatan, dengan tujuan yang berbeda. Pendidik kesehatan juga dapat menjadi mediator dalam menghadapi konflik tim dan katalisator upaya-upaya perubahan, yaitu perpaduan pendidikan kesehatan dengan program dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Pendidikan kesehatan ada artinya jika dilaksanakan bersama program kesehatan dan masyarakat.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Seiring berkembangnya penalaran manusia, kebutuhan yang diperlukan bertambah juga. Perkembangan promosi kesehatan sangat diperlukan untuk peningkatan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan. Mulai dari hal yang kecil seprti cuci tangan sebelum makan hingga mencapai perilaku pola hidup sehat bagi semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan. Promosi kesehatan juga bertujuan untuk melaksanakan prinsip pencegahan lebih baik dari pengobatan.