44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menambah pengetahuan tentang penjelasan kemuhammadiyahan dan ke indonesiaan. 1.2 Perumusan Masalah Penjelasan kemuhammadiyahan Penjelasan keindonesiaan 1.3 Tujuan Masalah Mengetahui kemuhammadiyahan dan ke indonesiaan Menjelaskan muhammadiyah dan pendidikan 1.4 Manfaat Dapat mengetahui kemuhammadiyahan dan ke indonesiaan. 1.5 Metode Penulisan Dalam laporan ini akan menggunakan beberapa metode yang lazim dipergunakan antara lain: 1. Study Pustaka Merupakan pengumpulan data yang digunakan dengan cara mempelajari dan mengkaji permasalahan melalui buku, teoritis, dan lain-lain yang berhubungan dengan laporan. 1

KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menambah pengetahuan tentang penjelasan kemuhammadiyahan dan ke

indonesiaan.

1.2 Perumusan Masalah

Penjelasan kemuhammadiyahan

Penjelasan keindonesiaan

1.3 Tujuan Masalah

Mengetahui kemuhammadiyahan dan ke indonesiaan

Menjelaskan muhammadiyah dan pendidikan

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui kemuhammadiyahan dan ke indonesiaan.

1.5 Metode Penulisan

Dalam laporan ini akan menggunakan beberapa metode yang lazim dipergunakan

antara lain:

1. Study Pustaka

Merupakan pengumpulan data yang digunakan dengan cara mempelajari dan

mengkaji permasalahan melalui buku, teoritis, dan lain-lain yang berhubungan

dengan laporan.

1

Page 2: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

BAB II

PEMBAHASAN

Muhammadiyah dan Keindonesiaan

Muhammadiyah adalah organisasi islam tertua di Indonesia yang hingga

sekarang masih tetap berdiri kokoh. Muhammadiyah juga telah menunjukan kiprahnya

di dalam membangun masyarakat Indonesia di seluruh aspek kehidupan. Oleh karena

itu, banyak atribut yang dialamatkan kepada muhammadiyah. Antara lain, adalah

Muhammdiyah sebagai gerakan islam modernis, gerakan pendidikan, gerakan ekonomi,

gerakan sosial-keagamaan, gerakan pembaharu, dan bahkan sebagai gerakan politik.

Dikatakan sebagai gerakan modernis karena muhammadiyah dalam

perjalananya tidak terlalu risau dengan budaya modern dan sangat kritis terhadap tradisi

yang dianggap menyimpang dari akidah islam. Muhammdiyah juga bertujuan

mengadaptasikan ajaran-ajaran Islam kedalam kehidupan dunia modern di Indonesia,

disebut sebagai gerakan sosial-keagamaan karena Muhammdiyah memberikan

tekanan yang amat besar terhadap santunan sosial, seperti yang tampak dalam

banyaknya jumlah panti asuhan dan rumah sakit yang dimiliki Muhammdiyah.

Gerakan pendidikan yang dialamatkan kepada Muhammdiyah dapat dilihat dari

betapa besarnya lembaga pendidikan yang diselenggarakanya mulai dari TK sampai

Perguruan Tinggi. Muhammdiyah juga diberi atribut sebagai gerakan pembaharu

yang berarti senantiasa melakukan pembaharuan-pembaharuan terhadap ajaran islam,

sehingga selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Muhammdiyah juga disebut

sebagai gerakan politik meskipun bukan sebagai organisasi politik dan tidak

membentuk partai politik, namun memiliki pengaruh dalam kebijakan politik di

Indonesia.

A. Muhammadiyah dan Pendidikan

Ahmad Dahlan ketika mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912, langsung

mengkonsentrasikan kegiatan pada bidang pendidikan dan pengajaran.

Pemerintah Hindia-Belanda membatasi kegiatan pendidikan bagi pribumi.

2

Page 3: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Menurut Ahmad Dahlan nilai dasar pendidikan yang perlu ditegakan dan

dilaksanakan untuk membangun bangsa yang besar adalah :

1. Pendidikan Akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang

baik berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

2. Pendidikan Individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran

individu yang utuh, yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan

jasmani, keyakinan dan intelek, perasaan dan akal, dunia dan akhirat, dan

3. Pendidikan sosial, yaitu sebagai usaha menumbuhkan kesediaan dan

keinginan hidup bermasyarakat.

Hingga sekarang konsep pendidikan tersebut masih terus dihidupkan.

Masyarakat secara luas mengidentifikasikan Muhammdiyah dengan lembaga

pendidikan. Gerakan dakwah amar makruf nahi munkarnya sangat efektif

dilakukan lewat pendidikan dan kesejahteraan sosial.

Lembaga pendidikan yang didirikan Muhammadiyah terus berkembang, bahkan boleh

dikatakan sebagai “raksasa pendidikan” dan yang bisa mengimbangi jumlah

pendidikan milik Muhammdiyah hanya negara. Tidak ada lembaga atau

organisasi lain yang memiliki lembaga pendidikan menyamai Muhammdiyah.

Lembaga pendidikan Muhammdiyah berdiri hampir di seluruh wilayah Indonesia , dari

Sabang sampai Merauke dengan jejang yang sangat beragam, mulai dati TK sampai PT.

Menurut laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Muktamar ke-45 tahun 2005 di

Malang Jawa Timur, lembaga pendidikan Muhammdiyah terdistribusi sebagai berikut :

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Taman Kanak-Kanak 4.218

2. Taman Kanak-Kanak dan Al-Qur’an 933

3. Sekolah Dasar 1.128

4. Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah 1.768

5. Sekolah Menengah Pertama 1.179

6. Sekolah Menengah Umum 541

7. Sekolah Menengah Kejuruan 249

8. Madrasah Tsanawiyah 534

3

Page 4: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

9. Madrasah Aliyah 171

10. Pondok Pesantren 79

11. Universitas 109

12. Akademi Politeknik 78

Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Muhammdiyah adalah

adanya kurikulum tambahan dalam bidang keislaman. TK, SD,dan Sekolah

menengah diberi pelajaran keislaman dengan muatan yang cukup banyak, misalnya

mata pelajaran akidah, ibadah, Al-Qur’an, sejarah islam, dan

Kemuhammdiyahan. Demikian juga tingakat PT, mata kuliah studi Islam dan

Kemuhammadiyahan diajarkan secara memadai.

Majelis yang secara khusus mengurusi bidang pendidikan dalam muhammadiyah

adalah Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen) dan Majelis Pendidikan

Tinggi (Dikti). Majelis Dikdasmen mengurusi lembaga pendidikan dasar dan

pendidikan menengah yang dimiliki Muhammdiyah, seperti TK, SD, MI, SMP, MTs,

SMU, MA, dan SMK. Majelis Dikdasmen secara struktural terdapat di Pimpinan

Pusat, Pimpinan Wilayah, dan Pimpinan Daerah. Sedangkan Majelis Dikti adalah

lembaga yang mengurusi lembaga pendidikan tinggi yaitu Perguruan Tingi

Muhammadiyah (PTM). Majelis ini hanya ada di Pimpinan Pusat.

Potensi gerakan Muhammadiyah untuk membangun dan mencerdaskan masyarakat

cukup besar dengan sejumlah lembaga yang relatif stabil dan terorganisasi dengan baik,

khususnya di bidang pendidikan dan lebih khusus lagi di bidang pendidikan tinggi.

Demikian pula sumber daya manusia unggulan yang berada dalam system organisasi

tersebut dengan fasilitas yang cukup memadai. Sayangnya, berbagai peluang itu belum

banyak diambil ketika gerakan ini terperangkap dalam rutinitas dan kebekuan birokrasi

amal usahanya. Namun, untuk memenuhi fungsi tersebut secara optimal, aktivitas

gerakan ini perlu mengembangkan kemampuanya dalam membaca khasanah

Islam klasik (kitab kuning) yang selama ini terlupakan akibat terperangkap di dalam

modernisasi pendidikan islam tanpa sikap kritis.

4

Page 5: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Dalam mukhtamar ke-44 di Jakarta, tahun 2000 program umum di bidang pendidikan

meliputi enam item, sebagai berikut :

1. Memprioritaskan pengenbangan kualitas dan misi pendidikan

Muhammdiyah di seluruh jenjang melalui perencanaan strategis yang dapat

mencapai tujuan pendidikan sebagaimana cita-cita pendiri Muhammadiyah dan

sekaligus menjadi ciri khas pendidikan Muhammadiyah sebagai institusi

pendidikan dan kebudayaan islam.

2. Memasukan fungsi kaderisasi (pengkaderan) dalam perencanaan strategis dan

penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang untuk

menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Muhammdiyah

yaitu manusia muslin yang berakhlak mulia, cerdas, dan berguna bagi

umat dan bangsa.

3. Menyiapkan pendidikan Muhammadiyah di seluruh jenjang dalam memasuki

persaingan yang keras dan kualitatif pada era globalisasi dengan kemampuan

mengembangkan ciri khas pendidikan Islam yang dapat menjadi model

keunggulan di masa depan.

4. Pengembangan sekolah-sekolah unggulan hendaknya tidak mengarah pada

eksklusifisme dan semata-mata mengembangkan kualitas kognisi dan skil

dari subjek didik, dan

5. Khususnya mengenai Taman Kanak-Kanan Bustanul Athfal, Play-group, Taman

Pendidikan Al-Qur’an dan pendidikan informal dan nonformal lainya hendaknya

dijadikan wahana persemaian penanaman iman, akhlak/kepribadian, dan

kretifitas yang sesuai dengan dan tidak mematikan perkembangan jiwa

anak-anak.

B. Muhammadiyah dan Sosial-Budaya

Pada tahun 1917, Muhammadiyah mendirikan suatu perkumpulan yang

diberi nama “Pengajian Malam Jum’at”. Pengajian ini merupakan forum dialog

dan tukar pikiran antar keluarga dan ini merupakan forum dialog dan tukar

pikiran antar keluarga dan warga Muhammadiyah sendiri dengan anggota

masyarakat yang menaruh simpati terhadap gerakan dan tujuan muhammdiyah.

5

Page 6: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Dari dialog dan pembicaraan yang terus berkembang akhirnya mendorong

terbentuknya suatu satuan kerja bagi para mibaligh atau juru dakwah (da’i) yang

disebut “Korps Mubaligh Keliling”. Di samping itu dibentuk pula satuan kerja

yang diberi nama “Penyantunan dan Perbaikan Kehidupan Yatim Piatu, Fakir

Miskin dan Orang yang ditimpa Musibah/Kesusahan”, dengan tugas pokok

memberikan santunan kepada mereka yang menderita.

Berbagai pemikiran yang tumbuh dan berkembang dalam forum

pengajian malam jum’at, di kemudian hari menjadi latar belakang berdirinya dan

dibentuknya berbagai badan pembantu pimpinan yangs ekarang dikenal dengan

majelis atau bagian seperti korps mubaligh keliling mendorong terbentuknya

majelis tabligh. Penyantunan dan perbaikan kejidupan mendorong dibentuknya

majelis pembina kesejahteraan umat(PKU) yang mempunyai tugas :

1. Penyantunan fakir miskin dan anak-anak yatim piatu serta anak

gelandangan

2. Menyantuni orang-orang yang sakit (kesehatan). Setelah mampu

mendirikan rumah sakit pada athun 1938 pembebasan biaya

pengobatan bagi fakir miskin diusahakan, disamping membangun

rumah fakir miskin

Pada muktamar ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta, peningkatan penyantunan

kaum duafa menjadi tema muktamar, setelah diketahui bahwa rakyat indonesia

masih ada 20juta yang hidup dibawah garis kemiskinan. Dalam muktamar

disepakati bahwa yang dimaksud dengan kaum duafa adalah kaum lemah, fakir

miskin yang tidak mempunyai penghasilan, tidak mampu karena lanjut usia,

cacat mental dan isik yang memerlukan santunan secara terus menerus. Secara

khusus, pengertian duafa juga mencakup kaum yang mempunyai penghasilan,

tetapi tidak mencukupi kebutuhan hidup yang layak, sehingga memrlukan

bantuan modal, pendidikana keterampilan, manajemen dan teknologi untuk

menaikan dapat taraf hidupnya.

Pendidikan kaum duafa yang selama ini telah dilaksanakan oleh muhammadiyah

perlu ditingkatkan dan diintensifkan yang ditujukan kepada prinsip “Memberi

6

Page 7: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

kail, bukan memberi ikan” terhadap individu dan atau kelompok masyarakat

dengan mengusahakan faktor-faktor produksi yang terdiri dari :

a. Lahan

b. Modal

c. Manajemen

d. Teknologi

1. Menyantuni anak yatim

Sejak awal muhammdiyah didirikan oleh pendirinya K.H. Ahmad Dahlan

memiliki kepedulian yang besar terhadap nasib anak yatim piatu. Semula pada

setiap pengajian rutin malam jumat yang diadakan oleh ahmad dahlan selalu

mengkaji secara intensif tentang pelaksanaan firman Allah dalam Al-Qur[an

Surat Al-Maun.

Begitu besar perhatian K.H. Ahmad Dahlan terhadap Surat Al-Maun tersebut

dengan keinginan yang sangat besar untuk tidak menyandang gelar “Pendusta

Agama”. Oleh karena itu, seolah-olah penyantunan yatim piatu menjadi

persyaratan berdirinya sebuah cabang Muhammdiyah di suatu tempat. Telah

dikenal oleh umum, bahwa adanya kegiatan muhammdiyah ditandai adanya

panti asuhan yatim piatu (PAYP). Khusus PAYP putra diurusi oleh

muhammdiyah, sedangkan yang putri menjadi tanggung jawab Aisiyyah. Pada

muktamar ke-42 di Yogyakarta tahun 1990 majelis PKU telah disepakati

bersama, dikembangkan, dan dimekarkan menjadi 2 majelis dan 1 lembaga,

yaitu : Mejelis Pembina Kesejahteraan Sosial, Majelis Pembina Kesehatan, dan

Majelis Pengembangan Masyarakat dan Sumber Daya Insani. Dalam muktamar

ke-43 di Aceh tahun 1995, majelis pembina kesejahteraan sosial dikembangkan

lagi menjadi majalis pembina kesejahteraan sosial dan pengembangan

masyarakat.

Dalam buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah dan Aisiyah

Bidang Sosial yang diterbitkan oleh Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial dan

Pengembangan Masyarakat Pimpina Pusat disebutkan bahwa sampai pada tahun

7

Page 8: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

2000 Muhammdiyah memiliki 168 panti asuhan yatim piatu dan fakir miskin,

dengan jumlah anak 7.935 anak asuh.

Selain itu, muhammdiyah juga sedang mengembangkan amal sosial berupa

program Pemberian Bantuan dan Pembinaan Anak Asuh bagi orang yang tidak

mampu. Adapun bantuan yang diberikan yang diberikan antara lain :

a. Bantuan bayaran uang SPP Sekolah

b. Bantuan uang dan alat-alat keperluan sekolah

c. Bantuan pinjaman sementara untuk menunjang usaha produktif usaha anak

asuh dan

d. Bantuan bahan pangan peningkatan gizi.

2. Mengembangkan Seni Budaya

Muhammdiyah memiliki kepedulian yang cukup terhadap kebudayaan

khususnya tentang seni, sehingga pernah memiliki lembaga yang disebut

ISBM (Ikatan Seniman dan Budayawan Muhammdiyah). Lembaga ini tidak

bisa berkembang seperti yang diharapkan, karena masih ada saja kendala-

kendala yang dihadapi baik dala diri muhammdiyah, yaitu kurangnya

dukungan dari ulama-ulama, maupun dari luar yaitu kondisi politik yang

belum kondusif. Baru menjelang muktamar muhammadiyah ke -42 di

Yogyakarta gairah seni muhammadiyah muncul kembali, dengan

ditampilkan berbagai macam kesenian untuk menyemarakkan muktamar,

salah satunya adalah Lautan Jilbab Karya Emha Ainun Najib.

Pada muktamar ke-42 tahun 1990 di Yogyakarta tersebut masalah

kebudayaan mendapat porsi perhatian yang memadai dari peserta muktamar,

dan akhirnya masuk kedalam keputusan muktamar. Hal ini bisa dilihat dalam

program muhammdiyah periode1990-1995 pada sub.E tentang Kebudayaan,

yaitu :

Meningkatkan perhatian terhadap masalah-masalah sosial budaya

seperti : kesenian, perkembangan, dan perubahan masyarakat termasuk

budaya tradisional, gaya hidup masyarakat, kepariwisataan, olah raga,dan

aspek-aspek sosial budaya lainnya yang mempengaruhi perkembangan

8

Page 9: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

masyarakat, disertai upaya-upaya pengembangan khazanah budaya Islam,

sehingga kehadiran muhammdiyah mampu memberikan supermasi

kebudayaan ditengah pembenturan budaya-budaya duniawi dewasa ini.

Mengembangkan seni budaya profetik dan religius yang mampu

mendorong dan membangkitkan fitrah kemanusiaan dan mendekatkan

manusia keada Allah dengan simbol-simbol yang mudah diterima

masyarakat dalam kerangka dakwah Islam, dan

Memberikan panduan terhadap gaya hidup masyarakat yang makin

modern dengan kecenderungan yang pragmatis, konsumtif, materialistis, dan

hedonistik, dengan pendekatan dan simbol-simbol budaya alternatif dalam

kerangka kebudayaan sesuai budaya Islam. Untung menangani program ini

dibentuklah sebuah Majelis Kebudayaan.

Secara tegas lagi muhammdiyah juga telah memutuskan cara warganya

mengembangkan kehidupan dalam seni dan budaya. Dalam buku Pedoman

Hidup Islami Warga Muhammdiyah yang disahkan dalam Muktamar ke-44

tahun 2000 di Jakarta disebutkan sebagai berikut :

Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yan berisi ajaran yang tidak

bertentangan denga fitrah manusia, Islam bahkan menyalurkan, mengatur,

dan mengarahkan fitrah manusia untuk kemuliaan dan kehormatan manusia

sebagai makhluk Allah.

Rasa seni sebagian penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia

merupakan salah satu fitrah yang dianugrahkan Allah yang harus dipelihara

dan disalurkan dengan baik dan benar sesuai dengan jiwa dan ajaran Islam.

Berdasarkan keputusn Munas Tajrih ke-22 tahun 1995 ditetapkan bahwa

karya seni hukumnya mubbah (boleh) selama tidak mengarah atau

mebangkitkan fasad(kerusakan), dlarar(bahaya), Isyyan(Kedurhakaan), dan

ba’id ‘anillah(terjauhkan dari Allah), maka pengembangan kehidupan seni

dan budaya di kalangan Muhammdiyah harus sejalan dengan etika atau

norma-norma Islam sebagaimana ditentukan Tajrih tersebut :

9

Page 10: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

a. Seni rupa yang objeknya makhluk bernyawa seperti patung, hukumnya

mubah bila untuk kepentingan sarana pengajaran, ilmu pengetahuan, dan

sejarah

b. Serta menjadi haram bila mengandung unsur yang membawa ‘isyan

(kedurhakaan) dan kemusyrikan

c. Seni suara, baik seni vokal maupun instrumental, seni sastra, dan seni

pertunjukan pada dasarnya mubah (boleh) serta menjadi terlarang

manakala seni tersebut menjurus pada pelanggaran norma-norma agama

dalam ekspresinya baik dalam wujud penandaan tekstual maupun visual.

d. Setiap warga muhammadiyah baik dalam menciptakan maupun

menikmati seni dan budaya selain dapat menumbuhkan perasaan halus

dan keindahan juga menjadikan seni dan budaya sebagai sarana

mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai media atau sarana dakwah

untuk meembangun kehidupan yang peradaban.

e. Menghidupkan sastra Islam bagian dari strategi membangun peradaban

dan kebudayaan muslim.

Dengan keputusan tersebut Muhammadiyah telah merespon

perkembangan seni dan budaya kontemporer. Hal ini sekaligus

menjawab kritikan terhadap Muhammdiyah yang dikatakan sebagai

gerakan yang tidak apresiatif terhadap seni dan kebudayaan.

C . Muhammadiyah dan Ekonomi

Kegiatan ekonomi untuk memperkuat financial bagi sebuah organisasi, seperti

Muhammadiyah, pada hakikatnya merupakan bagian terpenting untuk memperlancar

gerakan Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya. Di samping itu, gerakan ekonomi

persyarikatan Muhammadiyah juga akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi

warganya, dengan upaya menciptakan lapangan kerja dan mengatasi problem

pengangguran yang semakin besar, dan angka kemiskinan yang makin membengkak

yang dapat mengancam eksistensi iman.

10

Page 11: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Program pembinaan ekonomi umat merupakan kepedulian sejak lama, karena

memang konstituen Muhammadiyah sejak dahulu adalah kaum pengusaha, pedagang,

dan kalangan Islam kota. Kaum wirausahawan reformis malah sejak lama merupakan

perintis perdagangan dan industri di kalangan pribumi.

Pada Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo tahun 1985 Muhammadiyah

membentuk Majlis Ekonomi Muhammadiyah. Majlis tersebut pada dasarnya untuk

menanggapi masalah-masalah ekonomi nasional sebagai pandangan MUhammadiyah.

Dengan kata lain, tugasnya lebih menjurus pada advokasi. Selama 10 thn, Majlis

Ekonomi Muahammadiyah tidak memiliki kegiatan-kegiatan yang nyata dalam

pembinaan Ekonomi umat, walaupun sudah mengarah kesitu. Baru pada Mukatamar ke-

43 di Aceh nama Majlis Ekonomi Muhammadiyah dipertegas menjadi Majlis Pembina

Ekonomi. Muhammadiyah mulai mengembangkan misi membina ekonomi umat.

Program pembinaan ekonomi umat menjadi salah satu program unggulan Muktamar.

Sejak periode kepengurusan Muktamar ke-43, kegiatan Majlis Pembina

Ekonomi mulai diarahkan. Hal ini dilakukan dengan penyusunan sebuah program yang

didasarkan pada konsep misi dan visi tertentu. Pada dasarnya, Majlis Pembina Ekonomi

membina ekonomi umat melalui 3 jalur, yaitu :

1. Mengembangkan Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang mempresentaiskan

kekuatan ekonomi organisasi Muhammadiyah;

2. Mengembangkan wadah koperasi bagi anggota Muhammadiyah; dan

3. Memberdayakan anggota Muhammadiyah di bidang ekonomi dengan

mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah.

Dalam mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki asset atau

sumberdaya yang bisa dijadikan modal. Aset pertama adalah sumber daya manusia,

yaitu anggota Muhammadiyah sendiri, baik sebagai produsen, distributor maupun

11

Page 12: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

konsumen. Kedua, kelembagaan amal usaha yang telah didirikan, yaitu berupa sekolah,

universitas, lembaga latihan, poloklinik, rumah sakit dan panti asuhan yatim piatu.

Ketiga, organisasi Muhammadiyah itu sendiri sejak dari pusat, wilayah, daerah, cabang,

dan ranting.

Dengan aset seperti itu Muhammadiyah membangun kerjasama dengan berbagai

lembaga. Misalnya, dengan Departemen koperasi dan PKM. Atas dasar kerjasama itu

Muhammadiyah menghimbau pendirian koperasi-koperasi di daerah-daerah. Kini telah

terbentuk lebih dari 550 unit koperasi Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

Selain koperasi, lembaga perekonomian yang telah dibentuk oleh

Muhammadiyah melalui Majlis Pembina Ekonomi adalah mendirikan PT Solar Global

Internasional (SGI). Mulanya PT menjalankan perdagangan kecil-kecilan dengan cara

komisioner di bidang hortikultura dan perikanan. PT SGI mendapat kontak dengan

sebuah perusahaan patungan Indonesia-Australia, yaitu PT Ausindo yang akan betindak

sebagai konsultan Majlis Pembina Ekonomi. Perusahaan ini telah melakukan penelitian

di Indonesia dalam budidaya ikan kerapu yang telah sukses dikembangkan di Australia.

Proyek ini sangat prospektif, sebab pemasarannya masih terbuka luas, yaitu diekspor ke

Negara-negara maju.

Potensi ekonomi Muhammadiyah telah diaktualisasikan dengan pembentukan

Baitul Mal wat Tanwil (BMT). Pada awal pendiriannya, dalam tempo dua bulan telah

terbentuk 29 unit BMT. BMT dapat dibentuk dihampir setiap kecamatan. BMT

merupakan upaya menghimpun dana dengan sistem syariah. Dengan dana yang

terkumpul tersebut, BMT dapat membantu nasabah dengan system syariah. BMT-BMT

itu selanjutnya menjadi lembaga jaringan untuk penyaluran dana dari lembaga-lembaga

lain, seperti Jaringan Pengaman Sosial.

Dapat disimpulkan bahwa, gerakan ekonomi Muhammadiyah bisa dijalankan

antara lain dengan :

1. Mendirikan koperasi di berbagai jajaran jenis koperasi sebagai sarana untuk

melakukan perkuatan ekonomi ummat:

2. Mendirikan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dalam berbagai

bidang jasa, perdagangan, pariwisata, perkebunan, perikanan dan lain-lain;

12

Page 13: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

3. Lembaga keuangan untuk mendukung usaha – usaha ummat yaitu PT Modal

Ventura, Baitul Mal wa Tanwil (BMT), BPR Syariah san lain – lain;

4. Sharing dalam berbagai perusahaan yang bonafide dan kompetitif;

5. Membangun jaringan informasi bisnis, seperti memberikan berbagai penjelasan

informasi kepada warga Muhammadiyah tentang bagaimana bisnis obat, bahan

tekstil, bahan kimia, rumah makan, dan lain – lain. Informasi ini juga meliputi

bagaimana pandangan melakukan kegiatan produksi, pemasaran jaringannya,

tata niaganya dan lain – lain;

6. Membangun jaringan kerjasama bisnis dengan semua pengusaha dan koperasi

Muhammadiyah untuk saling membantu baik dari segi informasi, kiat bisnis

maupun pendanaan. Misalnya, dengan mendirikan bermacam – macam asosiasi

bisnis, seperti asosiasi Tekstil Muhammadiyah, asosiasi pengusaha tahu tempe

Muhammadiyah, asosiasi perusahaan wisata Muhammadiyah; dan

7. Melakukan pendidikan keterampilan tentang pengusaha teknologi produksi,

pengemasan, manajemen, pemasaran, dan pengembangan sampai kepada ekspor

– impor.

D. Muhammadiyah dan Politik

1. Perumusan Dasar Negara

Tokoh – tokoh Muhammadiyah telah memiliki prestasi besar dalam

mengantarkan dan mengisis kemerdekaan, Indonesia baik secara fisik maupun secara

nonfisik. Bahkan pada saat perumusan dasar Negara, tokoh – tokoh Muhammadiyah

terlibat aktif merumuskan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pada bulan Februari 1945 tiga orang pemimpin Bangsa Indonesia yaitu Ir.

Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo diberi kesempatan audensi

dengan Kaisar Tenno Haika di Tokyo Jepang, dengan maksud untuk berkenalan serta

menerima janji Kemerdekaan secara resmi. Sepulang dari Tokyo, mereka membentuk

Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 63

orang. Ketuanya pembesar Jepang dan dua Ketua muda yaitu Dokter Rajiman

13

Page 14: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Wiryodininggrat dan R Panji Soeroso. BPUPKI bersidang dari tanggal 28 Mei sampai

dengan tanggal 1 Juni 1945. Ki Bagus Hadikusumo terkenal yang paling panjang

pidatonya dan paling bersemangat dengan teks yang diketik diatas kertas kuning.

Pada sidang hari terakhir, tanggal 11 Juni 1945, Bung Karno memaparkan

konsepsinya tentang dasar Negara yang akan melandasi dalam kehidupan dan semua

kebijakan pemerintah. Intisari pidatonya kemudian dirumuskan dengan nama

“Pancasila” atau lima asasnya sebagai dasar Negara yaitu: Kebangsaan Indonesia,

Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi. Kesejahteraan Sosial

dan Ke-Tuhanan.

Kelima dasar Negara tersebut kemudian diperas menjadi trisila Sosio

Nasionalisme (Kebangsaan dan Kemanusiaan) Sosio Demokrasi (Demokrasi dan

Kesejahteraan) Ke-Tuhanan.

Dalam sidang – sidang selanjutnya berulang – ulang kali Bung Karno menyebut

nama Ki Bagus. Ini suatu cara bagi Soekarno untuk melunakkan kekerasan dan

keteguhan hati Ki Bagus Hadikusumo tatkala mempertahankan keyakinan yang

berdasarkan ajaran Islam. Bung Karno sampai menangis dihadapannya di luar sidang.

Panitia kecil bekerja merumuskan setelah melalui perdebatan yang seru dan mendapat

jalan kompromi – Antara unsur Islam, Nasionalis muslim dan Nasionalis sekuler: Moh

Hatta, Muhammad Yamin, Ahmad Subarjo, Soekarno, Abd. Kohar Muszakkir, Wahid

Hasyim, Abi Kusno Cokrosuyoso, dan Mr. A Maramis- disebut Piagam Jakarta.

Setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus

1945, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 esoknya Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) meneruskan rapatnya untuk mengesahkan rancangan UUD beserta

Muqadimah atau preambul UUD, dengan perubahan menurut usul – usul yang masuk

sebelum proklamasi dan sesudahnya. Sidang dipimpin oleeh Soekarno, mendapat

laporan dari tokoh Umat Kristen dari Indonesia bagian timur akan memisahkan diri dari

Republik Indonesia yang dinilainya bersifat islamistis itu, maka terjadilah perdebatan

seru antara tokoh – tokoh umat Islam dan Nasionalis Nasrani. Sehingga muncul usul

menghilangkan tujuh kata “ dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk

14

Page 15: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

– pemeluknya “. Ki Bagus Hadi Kusumo keluar sidang dan diam ketika diminta

persetujuannya.

Kesepakatan dicapai setelah Mr. Kasman Singodimejo dengan suara rendah

menyampaikan “ demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia “ membujuk KI Bagus

Hadikusumo menerima untuk kata “ Ketuhanan” di tambah dengan “ Yang Maha Esa “

serta mendapat jaminan bahwa “ Ke Tuhanan Yang Maha Esa adalah “Tauhid”.

Usulan dari Ki Bagus Hadikusumo disampaikan oleh Mr. Kasman kepada

Soekarno selaku pimpinan sidang. Tidak lama kemudian sidang dibuka kembali setelah

mohon kepada Ki Bagus Hadikusumo untuk memasuki ruang sidang. Pada saat itulah

Bung Karno menjelaskan bahwa Ke-Tuhanan Yang Maha Esa adalah Tauhid ( dalam

Islam ).

Demi kesatuan dan Persatuan serta tercapainya negara kesatuan meliputi seluruh

wilayah Indonesia ( Hindia – Belanda ) maka umat Islam bersedia berkorban yang

bersedia menerima hilangnya tujuh kata prinsip tersebut. Karena itu mantan Menteri

Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara menamakan “Pancasila adalah hadiah terbesar

yang diberikan oleh umat Islam kepada Republik Indonesia”. Pernyataan ini

disampaikan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta tahun 1985.

Dalam sejarah politik Indonesia, Pancasila pernah dijadikan sebagai satu –

satunya asas bagi seluruh organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan. Secara

resmi pemerintah menetapkan Pancasila sebagai “ Asas Tunggal “ untuk Organisasi

Kemasyarakatan (Ormas) dicetuskan secara resmi pada bulan Agustus 1982, dan

Rancangan UNdang – Undang (RUU)-nya disetujui oleh DPR tanggal 31 Mei 1983.

Semua organisasi kemasyarakatan harus mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya

asas.

Muhammadiyah tidak ada persoalan dalam menerima tunggal Pancasila sebagai

satu – satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam rangka untuk

memenuhi ketentuan Undang – Undang no.8 tahun 1985 tentang keormasan. Sikap ini

didasarkan pada Kepribadian Muhammadiyah dalam Sifat MUhammadiyah butir ke-5

yang berbunyi :”Mengindahkan segala hokum, undang-undang, peraturan serta dasara

dan falsafah Negara yang sah” Juga terdapat dalam butir ke 9 yang berbunyi: “

15

Page 16: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

membantu pemerintah serta berkerjasama sengan golongan lain dalam memelihara dan

membangun Negara untuk mencapai masyrakat yang adil dan makmur yang diridhai

Allah.

Setelah lahirnya UU tersebut barulah muhammadiyah menyelenggarakan

muktamar ke 41 tahun 1985. hasil terpenting adalah keputusan muktamar tentang

perubahan anggaran dasar dengan ditetapkanya pancasila sebagai asas organisasi

muhammadiyah. Asas ini tercantum dalam pasal 2 anggaran dasar muhammadiyah,

dengan terlebih dahulu ditegaskan identitas muhammadiyah dalam pasal 1 ayat 1 bahwa

muhammadiyah adalah organisasi gerakan islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar

yang beraqidah islam dan bersumber pada al-quran dan sunnah . disamping itu, pada

bagian penjelasan dinyatakan bahwa penerimaan muhammadiyah terhadap pancasila

sebagai asas adalah dengan pengertian bahwa sila ketuhanan yang maha esa adalah

keimanan kepada allah dan tauhid.

Dalam muktamar yang sangat bersejarah itu pimpina pusat muhammadiyah

menugaskan Drs. Lukman Harun untuk menjelaskan kepad peserta muktamar mengenai

hal-hal yang telah dilakukan dan dicapai oleh pimpinan pusat muhammadiyah sejak

dicetuskanya gagasan asas pancasila sampai keluarnya undang-undang. Begitupun

Prof.Dr.Ismail Suny ditugaskan menjelaskan tentang materi UU no.8 tahun 1985.

penjelasan- penjelasan ini disampaikan dalam sidang pleno gabungan hari ahad malam

tanggal 8 desember 1985 bertempat di pendopo mangkunegaran , yang dihadiri oleh

semua peserta muktamar . muktamar ke 41 di surakarta memutuskan muhammadiyah

menerima pancasila sebagai asas organisasi.

Seiring dengan perubahan social politik di Indonesia muhammadiyah juga

melakukan perubahan-perubahan sikap yang cukup mendasar . salah satunya adalah

perubahan anggaran dasar.

Pada muktamar ke 44 tahun 2000 muhammadiyah merubah anggaran dasarnya,

dan menjadi islam sebagai asas organisasi. Dalam bab I tentang nama, identitas, dan

tempat kedudukan pasal 1 ayat 2 berbunyi : “Muhammadiyah adalah Gerakan Islam

dan Dakwah Amar ma’ruf nahi munkar, berasaskan islam dan bersumber pada al-

16

Page 17: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

quran dan as-sunnah “. Dengan demikian sejak tahun 2000 muhammadiyah kembali

berasaskan islam.

2. Sikap Politik Muhammadiyah

Sejak berdiri Muhammadiyah lebih memusatkan perhatiannya pada kerja-kerja

konkrit di bidang dakwah, santunan social dan kemanusiaan sebagai realisasi dari

keimanan para anggotanya kepada Allah. Ada pun melibatkan diri kedalam politik

secara langsung memang bukan menjadi target utamanya, kecuali Muhammadiyah

Sumatra Barat pada tahun 1930-an. Oleh karena itu, tampilnya beberapa kader

persyarikatan dalam politik praktis dalam jumlah yang agak besar merupakan fenomena

baru di Muhammadiyah.

Muhammadiyah sebagai gerakan islam memang tidak punya hubungan formal

dengan partai-partai itu karena dilarang oleh keputusan muktamar 1971 dan keputusan-

keputusan lainnya. Muhammadiyah tidak bisa dijadikan subordinasi kekuatan-kekuatan

politik yang ada karena pengalaman masa lampaunya yang tidak terlalu baik. Karena

demikian, apakah Muhammadiyah memandang politik praktis tidak penting untuk

dimasuki? Dalam pandangan Muhammadiyah berpolitik itu penting, tetapi

Muhammadiyah tidak melibatkan diri secara organisatoris, cukup kader-kader

Muhammadiyah yang berbakat saja yang terjun ke dalamnya dengan catatan mereka

tetap membawa misi dakwah Muhammadiyah dalam partai manapun, yaitu doktrin

amar ma’ruf nahi munkar dijadikan acuan utama dalam berpolitik.

Dalam perjalanan sejarah Muhammadiyah belum pernah terjun dalam politik

praktis atau menjadi partai politik, tetapi tokoh-tokoh Muhammadiyah ikut membidani

lahirnya partai politik. Hal ini bias dilihat dalam uraian berikut ini :

17

Page 18: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Tahun 1938 beberapa tokoh Muhammadiyah misalnya K.H Mas Mansyur, H. Farid

Ma’ruf, dan Kahar Mudzakir ikut mendirikan partai politik yang bernama “Partai

Politik Islam” (PII) di Solo.

Pada waktu membentuk MIAI (Majlis Islam al-A’la Indonesia) pada tahun

1937dan Masyumi 1943 dan 1945, Muhammadiyah sebagai bagian utama dari kekuatan

umat yang menonjol telah turut aktif dalam kegiatan politik. Muhammadiyah

ditempatkan sebagai anggota istimewa dalam Masyumi bersama organisasi-oranisasi

islam lainnya. Tahun 1945, Muhammadiyah bersama tokoh organisasi lainnya

menngadakam Muktamar Islam Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta. Dalam

muktamar ini disepakati untuk mendirikan partai politik baru yang bernama “Majlis

Syura Muslimin Indonesia” (Masyumi) sebagai satu-satunya partai politik bagi umat

Islam. Namun, mulai tahun 1947, partai dan golongan umat Islam pendukung Masyumi

ada yang menyatakan keluar, misalnya PSII. Tahun 1952 Nahdhatul Ulama (NU)

menyusul keluar dari Masyumi, dan masing-masing menjadi partai politik sendiri.

Muhammadiyah yang sejak awal menjadi “anggota istimewa” Masyumi karena ikut

membidani lahirnya partai ini, namun sejak tahun 1959 Masyumi meniadakan

keanggotaan Masyumi sehingga orang-orang Muhammadiyah menjadi anggota

Masyumi secara pribadi-tidak membawa nama Muhammadiyah. Hal ini sangat

mendukung keberadaan atau eksistensi Muhammadiyah sebagai oraganisasi dakwah

amar ma’ruf nahi munkar yang dapat berkiprah luas tidak hanya dalam bidang politik.

K.H.A.R Fachrudin ( Ketua PP Muhammadiyah tahun 1968-1990), pernah menyatakan

bahwa “Muhammadiyah tidak buta politik, tetapi Muhammadiyah bukan partai politik.

Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik, tetapi apabila soal-soal politik

mendesak urusan agama Islam, maka terpaksalah Muhammadiyah bertindak menurut

kemampuannya dan menurut irama dan nada Muhammadiyah”. Politik yang diperankan

Muhammadiyah, menurut Dr. Amien Rais, bukan low politic melainkan high politic.

Tanggal 19 Oktober 1964, Muhammadiyah ikut juga membidani lahirnya Sekber

Golkar (cikal bakal Golongan Karya). Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan

Karya) ditandatangani oleh 97 organisai, dari Muhammadiyah yang menandatangani

adalah Drs. Lukam Harun. Dalam Mukernas yang diselenggarakan pada tanggal 9-11

Desember 1965 di Cipayung Bogor, terbentuklah Dewan Pimpinan Harian Sekber

18

Page 19: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Golkar, H. Muhammad Muwardi dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah duduk sebagai

pengurus harian.

Berdasarkan Keputusan Presiden No.70 Tahun 1968, Tanggal 20 February 1968,

disahkan berdirinya “Partai Muslimin Indonesia” atau lebih dikenal “Parmusi”.

Muhammadiyah sebagai pendukung yang besar lahirnya partai ini, selain al-Jamiatul

Washliyah, persatuan Islam, Nahdhatul Ulama, Matlaul Anwar, SNH, KBIM, PUI, Al-

Ittihadiyah, Probisi, PGAIRI, HSBI, PII, Al-Irsyad, dan Wanita Islam. Bahkan dalam

kepengurusan Parmusi tokoh-tokoh Muhammadiyah duduk sebagai ketua umum dan

sekretaris umum, masing-masing adalah H. Djamawi Hadikusumo dan Lukman Harun.

Selanjutnya, Presiden Soeharto pada tahun 1970 mengadakan penyederhanaan

partai politik menjadi tiga, yakni partai-partai Islam menjadi satu kelompok-yang

kemudian bernama PPP ( Partai Persatuan Pembangunan), partai-partai nasional dan

Kristen/Katolik menjadi satu kelompok- yang kemudian bernama PDI (Partai

Demokrasi Indonesia) dan Sekber Golkar menjadi GOLKAR. Untuk penamaan PPP

merupakan usulan dari Lukman Harun (tokoh Muhammadiyah), karena tujuannya

adalah untuk mempersatukan potensi umat Islam dalam satu wadah.

Melihat lintasan sejarah diatas, jelaslah bahwa Muhammadiyah belum pernah dan

tidak akan pernah menjadi partai politik. Hal ini diperkuat oleh hasil Keputusan

Muktamar Muhammadiyah ke-38 tahun 1971 di Ujung Pandang, yang isinya antara lain

:

Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang

kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan

dan tidak merupakan afiliasi dari suatu partai politik atau organisasi apapun;

Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya, dapat tidak memasuki

atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menimpang dari Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku dalam

Persyarikatan Muhammadiyah.

Untuk lebuh memantapkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam

setelah pemilihan umum 1971, Muhammadiyah melaksanakan amar ma’ruf nahi

19

Page 20: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

munkar secara konstruktif dan positif terhadap Partai Muslimin Indonesia seperti halnya

terhadap partai-partai politik dan organisasi-organisasi lainnya; dan

Untuk lebih mengingatkan partisipasi Muhammadiyah dalam melaksanakan

pembangungan nasional, mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah

untuk menggariskan kebijaksanaan dan mengambil langkah-langkah dalam

pembangungan ekonomi, social, dan mental spiritual.

Hubungan Muhammadiyah dengan kehidupan politik berkaitan dengan konsep

Muhammadiyah tentang dakwah dan kehidupan social. Pandangan demikian dapat

dilihat dalam Rumusan Kepribadian Muhammadiyah yang disusun dan disahkan pada

Muktamar setengah abad 1962 di Jakarta, sebagai mana disinggung di muka.

Konsepsi Muhammadiyah dalam kepribdian Muhammadiyah diatas merupakan

rekonstruksi dinamika Muhammadiyah dalam sejarah. Rumusan tersebut menyatakan

bahwa politik dalam pengertiannya yang luas merupakan sub system dari gerakan

dakwah.

Rumusan mengenai masalah dakwah dan politik dalam struktur pemikiran

Muhammadiyah dapat dimasukkan sebagai bagian dari konsepsi Muhammadiyah

tentang teori dan strategi keperjuangannya.

Sebagaimana telah diuraikan, sesuai dengan kedudukan pemikiran tersebut, mka

pemikiran ini bersifat kondisional. Dengan demikian maka ia akan berubah dan

berkembang sesuai dengan kondisi kehidupan social pada suatu saat.

Kedudukan demikian menyebabkan perilaku politik Muhammadiyah tampak di

permukaan seperti berubah-ubah. Namun demikian jika ditelusuri secara mendalam

perubahan tersebut teteap berada dalam satu alur konsep yang tetap sebagai upaya

pengemban tata kehidupan social diatas prinsip ajaran islam.

Lahirnya Orde-Baru, merupakan era baru kehidupan social politik di Indonesia

sebagai koreksi total terhadap system kehidupan sebelumnya (Orde-Lama).

Muhammadiyah selalu berperan aktif dalam setiap kebijakan politik yang diambil oleh

Orde Baru, selama kebijakan itu menyangkut kehidupan agama. Misalnya,

Muhammadiyah aktif menumpas pemberontakan PKI, ikut memberikan sumbangan

20

Page 21: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

pikiran berdasarkan ajaran Islamterhadap usulan pemerintah kepada DPR tentang

Rancangan Undang-Undang Perkawinan. Dalam hal ini Muhammadiyah mengirimkan

pendapatnya kepada Presiden sebagai beriut :

Menurut penelitian Pimpinan Muhammadiyah, materi dan RUU Perkawinan

tersebut adalah sangat bertentangan dengan aturan pernikahan bagi umat Islam

sebagaimana termaktubsecara gambling dalam Al-Qur’anul Karim dan Hadist-Hadist

Nabi SAW.

Pimpinan Muhammadiyah merasa amat prihatin terhadap pertanggung jawaban kita

bersama kepada Allah apabila RUU Perkawinan tersebut jadi diajukan kepada DPR.

Selain itu msih banyak sumbagan pikiran Muhammadiyah terhadap kebijakan Orba,

antara lain, pedoman penyiaran agama dn bantuan luar negeri terhadap kegiatan

keagamaan di Indonesia, masalah aliran kepercayaan, masalah Asas Tunggal, RUU

Pendidikan Nasional, RUU Peradilan Agama, dan kebijakan politik lainnya.

Salah satu upaya pemerintah dilakukan melalui kerjasama pemimpin nonformal

seperti Ulama kedalam wadah Mjlis Ulama Indonesia (MUI). Lembaga keagamaan ini

semula merupakan organisasi yang bersifat regional yang dikembangkan pemerintah

sebagai upaya konsolidasi ulama di berbagai daerah rawan politik seperti Jawa Barat

dan Aceh. Badan tersebut oleh pemerintah diharapkan mampu mengendalikan dan

meredamkan konflik pemerintah dan umat Islam. Keberhasilan Majlis Ulama tersebut

dalam ikut mencari penyelesaian konflik Agama dan daerah mendorong pemerintah

membentuk Majlis Ulama Indonesia. Berdasarkan keputusan Menteri Agama tahun

1975 dibentuk badan diatas, kemudian diikuti oleh pembentukn badan serupa di seluruh

propinsi dan kabupaten.

Pertama kali Majlis Ulama Indonesia Pusat dipimpin oleh Prof.Dr. HAMKA (tokoh

Muhammadiyah) sampai denga tahun 1980 ketika HAMKA mengundurkan diri. Setelah

HAMKA roda orgsnisasidikendalika oleh KH Hasan Basri (alumni Mu’alimin

Muhammadiyah Yogyakarta dan tokoh Muhammadiyah).

Sikap Muhammadiyah terhadap lahirnya MUI dan MU di daerah-daerah dapat

dilihat dengan duduknya HAMKA dan Hasan Basri sebagai ketua. Demikian pula

halnya dengan ketua-ketua MUI daerah yang sebagian besar anggota Muhammadiyah

21

Page 22: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

dinyatakan dalam hasil Raker pimpinan tingkat Pusat yag menyatakan agar

Muhammadiyah di seluruh daerah menjalin hubungan sebaik-baiknya dengan anggota

yang duduk dalam Majlis Ulama tersebut.

3. Muhammadiyah dan Politik Era Reformasi

Sebagai mana setiap kelompok dan organisasi masyarakat, Muhammadiyah pun

tidak pernah spenuhnya lepas dari proses politik. Berdasarkan pertimbangan kelanjutan

eksistensidan kerukunan internal organisasi menyebabkan Muhammadiyah mengambil

sikap netral secara umum, kecuali dalam tugasnya menegakkan akidah Islam. Untuk itu

Muhammadiyah sebagai lembaga masyarakat tidak melibatkan diri kepada segala

kekuatan politik. Malah juga tidak terlibat dalam posisi kekuasaan Negara. Akan tetapi,

untuk menjamin hak warganya, maka Muhammadiyah membebaskan mereka untuk

berkiprah di dalam organisasi politik apapun yang sah, termasuk posisi kenegaraan.

Sikap politik yag diambil Muhammadiyah sejak pertengahan tahun 1970-an itu

ternyata memang berhasil memelihara eksistensi dan keutuhan organisasi dari intervensi

penguasa dan pemerintahyang berwatak otoriter dan selalu bernafsu untuk

mengkooptasi segala kelompok masyarakat guna menjamin kekuasaannya dengan jalan

memperkuat diri ataupun melumpuhkan lawan. Muhammadiyah selamat dari tekanan,

intimidasi, dan penaklukan penguasa yang berakar kepada golongan militer dan birokrat

sipil selama lebih dari tiga decade sehingga kiprahnya di dalam bidang pendidikan,

kesehatan, dan kesejateraan dapat berlanjut dan berkembang. Penguasa dan pemerintah

memperlakukan Muhammadiyah sebagai partner kerja yang aman dalam artian tidak

membawa ancaman bagi stabilitas kekuasaannya.

Memang ada sebagian tokoh Muhammadiyah yang menyatakan bahwa tatkala

konstalasi kekuasaan masyarakat dan Negara seperti itu mengalami perubahan secara

mendasar lewat demokratisasi segenap aspek kehidupan yang bergejolak melalui

reformasi total, politik Muhammadiyah bermotif mempertahankan eksistensi dan

keutuhan organisasi seperti itu pastilah tidak sesuai lagi. Muhammadiyah didorong

merubah sikap dan tingkah laku politiknya sepadan dengan perkembangan lingkungan

22

Page 23: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

strategisnya, supaya memperoleh manfaat yang sebesaribesarnya, baik bagi

organisasinya maupun warganya.

Pada siding Tawir Muhammadiyah 1998 di Semarang Amin Rais kembali

mengusulkan Muhammadiyah melakukan “Ijtihad Politik” agar mendirikan partai

politik. “Ijtihad Poitik” ini pada dasarnya secara aklamasi “diterima” oleh peserta

siding, mengingat situasi politik nasional memang sangat memungkinkan bagi

Muhammadiyah berpartisipasi politik secara lebih konkrit.

Meskipun demikian, Muhammadiyah akhirnya secara organisasi tidak memutuskan

untuk membentuk partai politik. Amin Rais sendiri dalam Sidang Tanwir

Muhammadiyah 1998 telah memberikan prinsip-prinsip yang harus dipegang manakala

warga Muhammadiyah akan terlibat langsung dalam politik praktis. Pertama, sampai

kapanpun Muhammadiyah tidak akan menjadi partai politik. Kedua, secara

kelembagaan Muhammadiyah tidak akan mendirikan partai politik. Ketiga, jika warga

Muhammadiyah akan memimpin sebuah partai politik hendaknya tidak

mengatasnamakan organisasi, tetapi dalam kapasitasnya sebagai pribadi. Penegasan

Amien Rais ini dikukuhkan kembali dengan surat resmi Pimpinan Pusat

Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah tetap menjaga jarak yang sama dengan semua

partai politik, dan Muhammadiyah tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik.

Membaca pergumulan Muhammadiyah dan politik memang memerlukan

klarifikasi mengenai konsep politik itu sendiri. Pada ranah yang lebih luas politik

diartikan sebagai segala aktivitas yang memiliki tujuan dan keberkaitan dengan

perjuangan kekuasaan, baik dalam tingkat system Negara maupun masyrakat.

Sementara itu, pada tingkatan yang khusus, politik disamakan dengan perjuanganmeraih

kekuasaan melalui partai politik, yang dikenal dengan politik praktis. Dalam pandangan

yang lazim dan meluas di masyarakat, konsep politik sering dipahami dalam pandangan

yang kedua ini, yakni politik sebagai kegiatan partai untuk meraih kedudukan politik

dalam pemerintahan.

Dalam kondisi tertenru Muhammadiayah mengambil sikap politik yang jelas dalam

ranga ibadah dan dakwahnya di lingkungan yang lebih luas. Sidang Tanwir

Muhammadiyah I di Denpasar Bali tahun 2002 dan di Makasar tahun 2003 dengan tegas

23

Page 24: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

memberikan rekomendasi kepada putra terbaik Muhammadiyah untuk melanjutkan

proses reformasi di Indonesia ini. Sidang pleno diperluas yang diselenggarakan di

Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2004, memutuskan beberapa hal yang berkenaan

dengan Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, dan Wakil Presiden Indonesia yang

diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004, adalah sebagai berikut:

a. Pemilu 2004

Pemilu tahun 2004 merupakan momentum penting bagi rakyat Indonesia untuk

melakukan perubahan kehidupan politik dan kepemimpinan nasional yang benar-benar

mampu memecahkan krisis, mengagendakan reformsi, dan menentukan arah masa

depan bangsa.

Segenap kekuatan nasional secara bersama-sama dituntut tanggung jawab dan

kiprah yang optimal untuk mensukseskan dan menentukan kualitas hasil Pemilu 2004

sebagai komitmen untuk penyelamatan nasional dan kondisi krisis dan

kemerosotankehidupan nasional di tubuh bangsa dan Negara ini. Usaha penyelamatan

nasional itu merupakan bentuk dan komitmen memelihara dan melangsungkan

keberadaan Negara Republik Indonesia dari segala penyakit dan ancaman nasional

sekaligus bangkit sebagai Negara dan bangsa yang maju serta berperadaban tinggi.

Muhammadiyah sebagai salah satu pilar bangsa terpanggil untuk berada di barisan

reformasi dan penyelamatan nasional dengan menyukseskan Pemilu 2004 dan

mengharapkan agar seluruh potensi rakyat benar-benar dapat mengikuti proses

demokrasi tersebur secara kritis dan penuh pertanggungjawaban moral.

Muhammadiyah mengajak segenap kekuatan nasional untuk melaksanakan dan

berpartisipasi dalam Pemilu tersebut secara kritis, demokratis, juju, damai, dan sesuai

nurani untuk perbaikan bangsa. Perlu dihindari hal-hal yang merusak agenda nasional

tersebut politik uang, perilaku politik yang kotor, kekerasan, dan menghalalkan segala

cara yang menghancurkan snedi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kepada setiap pihak diminta untuk menerima hasil Pemilu dengan sikap lapang

hati, ksatria, dan sikap positif sebagai wujud dan perilaku politik demokratis dan

bermoral tinggi. Khusus kepada warga Muhammadiyah diharapkan agar berpartisipasi

aktif dalam Pemilu sebagai wujud dari ibadah dalam kehidupan bermasyarakat,

24

Page 25: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

berbangsa, dan bernegara yang membawa rahmat bagi alam semesta. Warga

Muhammadiyah juga diminta mengembangkan sikap yang cerdas, aktif,

mengedepankan akhlak mulia, dan mampu menyelesaikan masalah-masalah dengan

sebaik-bakiknya dalam menghadapi dinamika kehidupan politik dan pelaksanaan

Pemilu 2004.

b. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Muhammadiyah memandang bahwa Pemilu 2004 yang salah satu diantaranya

melaksanakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung merupakan

langkah penting yang bagi perkembangan demokrasi dan kehidupan di era

reformasi. Kesempatan emas tersebut dapat digunakan sebagai momentum

perubahan untuk kelanjutan reformasi dan penyelamatan bangsa.

Muhammadiyah sesuai dengan keputusan Sidang Tanwir di Denpasar tahun

2002 dan Tanwir Makasar 2003 menyampaikan sikap sebagai berikut :

1. Mendukung spenuhnya langkah Prof.Dr.H.Amien Rais selaku kader terbaik dan

mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta tokoh reformasi untuk

memperjuangkan kelanjutan reformasi dan penyelamatan bangsa dalam

pemilihan Presiden pada Pemilu 2004.

2. Presiden Indonesia yang diharapkan terpilih dalam Pemilu 2004 untuk

memperjuangkan kelanjutan reformasi dan penyelamatanbangsa adalah tokoh

yang reformis, bersih dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),

menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik, memiliki visi kebangsaan yang

luas, tegas, dan berwibawa dalam membawa bangsa ke tengah pergaulan

internasional, mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, dn memajukan

kehidupan bangsa menuju ke masa depan yang lebih baik.

3. Meminta kepada warga Muhammadiyah dan mengajak kepada masyarakat untuk

mendukung terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden yang dapat mengemban

amanat reformasi serta penyelamatan bangsa.

25

Page 26: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Kesimpulan

1. Amal usaha yang menjadi trade mark Muhammadiyah adalah lembaga

pendidikan dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi menyebar ke seluruh

pelosok tanah air.

2. Ahmad Dahlan meletakkan tiga fondasi atau dasar pendidikan, yaitu pendidikan

akhlak, individu, dan social.

3. Ciri khusus pendidikan Muhammadiyah terletak pada kurikulum keislaman dan

kemuhammadiyahan.

4. Kepribadian Ahmad Dahlan terhadap masalah-masalah social terutama fakir

miskin dan mustad’afin yang semakin menderita hidupnya, diwujudkan dalam

bentuk mendirikan Panti Asuhan Anak Yatim. Selain itu, Muhammadiyah juga

mengembangkan seni budaya yang Islami.

5. Muhammadiyah juga ikut mengembangkan bidang ekonomi dengan dimilikinya

BUMM (Badan Usaha Milik Muhammadiyah), koperasi Muhammadiyah, BMT,

dan BPRS.

6. Muhammadiyah sejak awal terlibat aktif dalam persoalan kebangsaan dan

kenegaraan, misalnya ikut serta dalam perumusan dasar Negara. Sikap politik

Muhammadiyah telah jelas, bahwa Muhammadiyah tidak berpolitik praktis,

namun dalam kondisi tertentu harus mengambil sikap politik yang jelas,

misalnya melenyapkan penjajah, menumpas PKI, mengusulkan kepada

pemerintah untuk memasukkan nilai-nilai Islam dalam Undang-undang.

7. Dalam era reformasi, Muhammadiyah ikut mendorong terwujudnya

pemerintahan yang bersih, melakukan gerakan moral untuk memberantas KKN,

dan terlibat aktif menyukseskan Pemilu Presiden secara langsung pada tanggal 5

Juli 2004. Selain itu, Muhammadiyah memberikan dorongan kepada Putra

26

Page 27: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

Terbaik Muhammadiyah, Amien Rais, untuk melanjutkan reformasi di Indonesia

dengan menjadi Presiden RI.

8. Negara yang sah” Juga terdapat dalam butir ke 9 yang berbunyi: “ membantu

pemerintah serta berkerjasama sengan golongan lain dalam memelihara dan

membangun Negara untuk mencapai masyrakat yang adil dan makmur yang

diridhai Allah.

9. Setelah lahirnya UU tersebut barulah muhammadiyah menyelenggarakan

muktamar ke 41 tahun 1985. hasil terpenting adalah keputusan muktamar

tentang perubahan anggaran dasar dengan ditetapkanya pancasila sebagai asas

organisasi muhammadiyah. Asas ini tercantum dalam pasal 2 anggaran dasar

muhammadiyah, dengan terlebih dahulu ditegaskan identitas muhammadiyah

dalam pasal 1 ayat 1 bahwa muhammadiyah adalah organisasi gerakan islam dan

dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang beraqidah islam dan bersumber pada al-

quran dan sunnah . disamping itu, pada bagian penjelasan dinyatakan bahwa

penerimaan muhammadiyah terhadap pancasila sebagai asas adalah dengan

pengertian bahwa sila ketuhanan yang maha esa adalah keimanan kepada allah

dan tauhid.

10. Dalam muktamar yang sangat bersejarah itu pimpina pusat muhammadiyah

menugaskan Drs. Lukman Harun untuk menjelaskan kepad peserta muktamar

mengenai hal-hal yang telah dilakukan dan dicapai oleh pimpinan pusat

muhammadiyah sejak dicetuskanya gagasan asas pancasila sampai keluarnya

undang-undang. Begitupun Prof.Dr.Ismail Suny ditugaskan menjelaskan tentang

materi UU no.8 tahun 1985. penjelasan- penjelasan ini disampaikan dalam

sidang pleno gabungan hari ahad malam tanggal 8 desember 1985 bertempat di

pendopo mangkunegaran , yang dihadiri oleh semua peserta muktamar .

muktamar ke 41 di surakarta memutuskan muhammadiyah menerima pancasila

sebagai asas organisasi.

11. Seiring dengan perubahan social politik di Indonesia muhammadiyah juga

melakukan perubahan-perubahan sikap yang cukup mendasar . salah satunya

adalah perubahan anggaran dasar.

27

Page 28: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

12. Pada muktamar ke 44 tahun 2000 muhammadiyah merubah anggaran dasarnya,

dan menjadi islam sebagai asas organisasi. Dalam bab I tentang nama, identitas,

dan tempat kedudukan pasal 1 ayat 2 berbunyi : “Muhammadiyah adalah

Gerakan Islam dan Dakwah Amar ma’ruf nahi munkar, berasaskan islam dan

bersumber pada al-quran dan as-sunnah “. Dengan demikian sejak tahun 2000

muhammadiyah kembali berasaskan islam.

28

Page 29: KEL 11 - Muhammadiyah dan Keindonesiaan.doc

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sudarno Shobron, M. Ag. Studi Kemuhammadiyahan.

29