15
DISUSUN OLEH : ANDRE KURNIAWAN RENAL RIFAL SIXNALDI PUTRA MANAJEMEN PERPAJAKAN FASILITAS PAJAK

KEL 6 - Fasilitas Pajak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

Page 1: KEL 6 - Fasilitas Pajak

DISUSUN OLEH :ANDRE KURNIAWAN

RENAL RIFALSIXNALDI PUTRA

MANAJEMEN PERPAJAKANFASILITAS PAJAK

Page 2: KEL 6 - Fasilitas Pajak

A. Pendahuluan

Latar belakang dan Tujuan Fasilitas Pajak

Definisi Fasilitas Pajak Jenis-Jenis Fasilitas Perpajakan

Page 3: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Latar Belakang dan Tujuan Fasilitas Pajak

Terdapat banyak cara yang ditempuh suatu negara dalam menarik investasi sebagai pemicu roda perekonomian. Kemudahan perizinan, kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan fiskal dapat menjadi salah saktu faktor pertimbangan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Kebijakan fiskal yang ditansformasikan dalam seperangkat peraturan perpajakan yang mendukung iklim investasi. Penarikan pajak yang tinggi dan eksesif dapat mengurangi kemampuan ekonomis investor sehingga investor dapat mencari alternatif negara lain untuk berinvestasi. Dengan berbagai paket fasilitas yang ditawarkan, diharapkan geliat investasi semakin meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan.

Page 4: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Definisi Fasilitas Pajak

Istilah fasilitas perpajakan sudah memiliki makna khusus dalam tata hukum perpajakan Indonesia. Yang difahami sebagai fasilitas perpajakan adalah kemudahan atau perlakuan khusus terhadap Wajib Pajak tertentu atau Objek Pajak tertentu dengan kriteria tertentu. Sebagai contoh, Pemerintah memberikan fasilitas Pajak Penghasilan berupa pembebasan pajak selama masa pajak tertentu (tax holiday) bagi industri-industri tertentu yang memenuhi syarat. Ada banyak fasilitas perpajakan yang dikenal dalam sistem perpajakan Indonesia dan dengan tujuan yang beragam.

Istilah fasilitas perpajakan itu sendiri tidak dikenal di negara-negara lain, istilah yang lazim digunakan di negara lain untuk perlakuan khusus dimaksud adalah insentif (tax incentives). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasilitas sendiri diartikan sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi atau kemudahan, sedangkan insentif ialah tambahan penghasilan (uang, barang, dsb) yg diberikan untuk meningkatkan gairah kerja; uang perangsang sehingga lebih tepat memang menggunakan istilah fasilitas perpajakan, bukan insentif pajak.

Page 5: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Jenis-Jenis Fasilitas Perpajakan

Fasilitas Pajak PPh Badan Ialah fasilitas yang diberikan kepada WP Badan.

Misalnya, Pengusaha real estat yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, wajib membayar sendiri PPh Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan tersebut (yaitu nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek Pajak tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan).

Page 6: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Fasilitas Pajak PPN/PPnBM Ialah fasilitas perpajakan yang diberikan terkait kewajiban

PPN. Misalnya Pengusaha realestat yang melakukan penyerahan tanah dan/atau bangunan wajib memungut PPN sebesar 10% dari harga jual (yaitu nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak) dan memungut PPnBM sebagai pungutan tambahan di samping PPN sebesar 20% dari harga jual atas penyerahan tanah dan/atau bangunan yang termasuk kelompok hunian mewah.

Page 7: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Fasilitas PPN KMS (Kegiatan Membangun Sendiri) Pengusaha realestat dapat dikenakan PPN atas kegiatan membangun sendiri

yang dilakukan oleh pembeli kaveling di dalam kawasan realestat dengan tarif 10% x 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau yang dibayarkan untuk membangun sendiri, tidak termasuk harga perolehan tanah

Namun demikian pengusaha realestat tidak akan dikenakan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri apabila melakukan hal-hal sebagai berikut :  Pada saat ditandatanganinya Surat Pemesanan Tanah/Surat Perjanjian Pra

Jual Beli/Perjanjian Pra Jual Beli/Akte Jual Beli atas transaksi penjualan tanah kaveling, pembeli tanah kaveling wajib mengisi dan menandatangani formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri yang diberikan oleh pihak realestat  

Pengusaha realestat wajib melaporkan transaksi penjualan tanah kaveling kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tanah kaveling berada dengan mengirimkan tembusan formulir Surat Pernyataan Kesanggupan Membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri paling lambat satu bulan sejak tanggal penandatanganan formulir.

Page 8: KEL 6 - Fasilitas Pajak

B. Fasilitas Perpajakan dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Jangka Waktu Pemenuhan Kewajiban bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu.

Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan

Tertentu. Wajib Pajak yang Menggunakan

Pencatatan Sunset Policy

Page 9: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Jangka Waktu Pemenuhan Kewajiban bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah

tertentu.

Dengan adanya peraturan pada pasal 9 ayat (3a) UU KUP yang berbunyi “Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan surat ketetapan dan surat putusan pajak dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan “, maka ada kemudahan yang diterima bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu. 

Dalam Pasal 7 PMK Nomor 242/PMK.03/2014 disebutkan bahwa Wajib Pajak usaha kecil terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan. Wajib Pajak orang pribadi usaha kecil harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 

Wajib Pajak orang pribadi; dan   menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan

pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

  Wajib Pajak badan usaha kecil harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 

Wajib Pajak badan tidak termasuk BUT; dan menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan denga

pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Page 10: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu

Dengan adanya peraturan pada Pasal 17C ayat (1) UU KUP yang berbunyi “Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan Nilai”.

Page 11: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu.

Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu diatur dalam Pasal 17D UU KUP dan PMK Nomor : 198/PMK.03/2013 Tentang Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi Wajib Pajak Yang Memenuhi Persyaratan Tertentu. Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak meliputi:

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi;  

Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

Wajib Pajak badan yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); atau  

Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Selain memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud di atas, pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak harus didasarkan pada analisis risiko yang mempertimbangkan perilaku dan kepatuhan Wajib Pajak yang dapat berupa:

  kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan; kepatuhan dalam melunasi utang pajak; dan kebenaran Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak

sebelum-sebelumnya.

Page 12: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Wajib Pajak yang Menggunakan Pencatatan

Dalam Pasal 28 UU KUP disebutkan bahwa Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Page 13: KEL 6 - Fasilitas Pajak

Sunset Policy

Berdasarkan deskripsi mengenai Sunset policy dan proses pelaksanaanya, diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain:

Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang berlaku hanya di tahun 2008 dan diperpanjang hingga 28 Februari 2009, dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A UU KUP;

Sunset Policy bukan merupakan bagian dari Tax Amnesty. Sunset Policy berada pada lingkup yang sangat kecil, yaitu hanya meliputi penghapusan sanksi administrasi, sementara Tax Amnesty berada pada lingkup yang jauh lebih luas, meliputi pengampunan atas seluruh kewajiban perpajakan, baik dalam bentuk pokok pajak, maupun sanksi atas pajak yang terutang.

Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan, Sunset Policy berkorelasi positif terhadap peningkatan tingkat kepatuhan Wajib Pajak serta penerimaan Negara. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang menghasilkan kesimpulan yang serupa. Hanya saja dampak yang ditimbulkan ini hanya bersifat jangka pendek, dan secara jangka panjang kebijakan ini gagal dalam mempertahankan tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk tetap tinggi.

Sunset Policy ini memiliki banyak keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak/Subjek Pajak. Akan tetapi tantangan dalam proses sosialisasi kepada masyarakat luas dianggap kurang maksimal. Akibatnya, muncul berbagai macam keraguan yang seharusnya tidak terjadi apabila proses sosialisasi dapat berjalan optimal.

Page 14: KEL 6 - Fasilitas Pajak

C. Fasilitas Perpajakan dalam Pajak Penghasilan

Investment Allowance untuk Penanaman Modal Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu.

Fasilitas untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan.

Tax Holiday untuk Industri Pionir .Penurunan Tarif PPh bagi Perseroan

Terbuka .

Page 15: KEL 6 - Fasilitas Pajak

DAFTAR PUSTAKA

Booklet Direktorat Jenderal Pajak. “Seputar Sunset Policy”. Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 34/PJ/2008

tentang Penegasan Pelaksanaan Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Beserta Ketentuan Pelaksanaannya.

 Karim, Azizah. 2010. “Persepsi Wajib Pajak Terhadap Penghapusan Sanksi Administrasi

Berupa Bunga pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ilir Barat di Palembang”. Dimuat dalam Majalah Ilmiah Volume 11 No.3, 2010.

 Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Sekretariat Negara. Soraya. 2010. “Penerapan Sunset Policy dalam Meningkatkan Kepatuhan Formal Wajib

Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak. Bandung:

Universitas Komputer Indonesia.