Kel 9 (Leksiko Arab)

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERKEMBANGAN KAMUS ARAB: MASA TRADISIONAL DAN

    MODERN

    Tugas Mata Kuliah Leksikologi dan Leksikografi

    Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A.

    Oleh :

    Ahmad Mufarih H. F (13/352794/PSA/07506)

    Fakron Jamalin (13/350886/PSA/07445)

    Sahara Ramadhani (13/352996/PSA/07508)

    Shofia Trianing Indarti (13/352997/PSA/07509)

    ILMU LINGUISTIK

    FAKULTAS ILMU BUDAYA

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2014

  • PERKEMBANGAN KAMUS ARAB: MASA TRADISIONAL DAN

    MODERN

    Pada makalah ini akan disajikan dua rentang waktu perkembangan kamus

    arab, yaitu masa sebelum tahun 1800 (tradisional) dan 1800-sekarang (modern).

    Berikut adalah penjelasan kedua masa tersebut.

    1. Masa Tradisional

    Yang termasuk dalam kamus tradisional adalah kamus-kamus yang dibuat

    maksimal tahun 1800 M. Pada masa tradisional tampilan jenis kamus hanya berupa

    cetakan tradisional yaitu bentuk kamus cetakan kertas. Kamus ini menggunakan dua

    sistem penyusunan kamus, yaitu sistem makna dan sistem lafadz yang meliputi sistem

    fonetik, sistem alfabetis khusus, dan sistem qafiyah. Berikut akan dijelaskan kedua

    sistem tersebut.

    a. Sistem makna (kamus maani)

    Sistem makna adalah model penyusunan kosakata (item) di dalam kamus yang

    digunakan seorang leksikolog dengan cara menata kata (entri) kamus secara

    berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa kata yang maknanya sebidang

    (tematik). Dengan kata lain, pengelompokan entri pada kamus-kamus maani lebih

    mengedepankan aspek makna yang terkait dengan topik/tema yang telah ditetapkan

    oleh leksikolog. Dengan sistematika ini, maka kamus maani lebih tepat disebut

    dengan kamus tematik.

    Kamus-kamus tematik berbahasa Arab, antara lain: al-Gharib al-Mushannaf

    karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H), al-Alfadz al-Kitabiyyah karya

    Abdurrahman al-Hamdzani (w.320 H), Mutakhayyir al-Alfadz karya Ibnu Faris

    (w.395 H), Fiqh al-Lughah wa Sir al-Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsalabi

    (w.429 H), al-Mukhashshah fi al-Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan Kifayah

    al-Mutahaffidz wa Nihayah al-Muthalaffidz karya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H).

  • b. Sistem Lafal (Kamus Alfadz)

    Sistem lafal adalah kamus yang kata-kata (item) di dalamnya tersusun secara

    berurutan berdasarkan lafal (indeks) dari kosakata yang terhimpun, bukan melihat

    pada makna kata. Sejak munculnya kamus bahasa Arab pertama, mujam al-Ain

    yang diperkenalkan Khalil bin Ahmad Al-farahidi, sistematika penyusunan kamus-

    kamus alfadz terus berkembang seiring dengan kebutuhan para pengguna kamus.

    Dalam sejarah perkembangan leksikon bahasa Arab, paling tidak terdapat 5

    model sistematika (nidzham tartib) yang pernah digunakan para leksikologi Arab

    dalam menyusun kamu-kamus lafal, yaitu: nidzam al-shauty (sistem fonetik),

    Nidzam Al-fabai Al-Khas (sistem alfabateis khusus), nidzam al-qafiyah (sistem

    sajak), nidzam al-fabai al-aam (sistem alfabetis umum) dan nidzam al-nutqi (sistem

    artikulasi).

    1. Nidzam As-Shauti (Sistem Fonetik)

    a. Asas-Asas Kamus Alfadz Sistem Fonetik

    1. Asas Tartibul Khuruf

    Karena sistemnya fonetik maka berpedoman pada makhorijul khuruf sejak

    huruf yang keluar dari tenggorokan hingga yang keluar dari bibir, dan diakhiri dengan

    huruf-huruf mad. Kamus fonetik karya Khalil ini dikenal dengan kamus al-ain

    karena diawali dengan huruf ain.

    Berikut ini urutan huruf dalam kamus yang menggunakan sistem fonetik:

    Setiap kata didalam kamus bersistem fonetik, diletakan secara berkelompok

    dibagian huruf yang paling awal/bawah dalam urutan makharijul huruf. Contoh :

    a. Kata diletakan pada bagian huruf ain karena huruf itu uratan pada

    makharijul huruf lebih awal dari selainnya.

    b. Kata juga berada pada kumpulan huruf dengan alasan yang sama, yaitu

    huruf lebih awal dari selainnya.

  • Kamus bersistem fonetik, yaitu Kamus al-ain (718-786), kamus Al-bari

    (893-967), Kamus Tadzhib Al-Lughah (895-981), Kamus Al-Muhith, Kamus al-

    adzam, dan kamus Al-Muhkam (1007-1066).

    2. Asas Taqsimul Bina`

    Kata-kata yang telah tersusun berdasarkan urutan makharij al-huruf,

    diklasifikasikan lagi berdasarkan struktur kata (bina) yang dibedakan menjadi

    beberapa bab seperti berikut :

    a. Bab tsunai shahih (2 huruf dan sahih). Misalnya, dan maka di dalamnya

    meliputi: , , , .

    b. Bab tsulatsi sahih (3 huruf sahih dan tidak ada huruf tambahan). Misalnya, bab

    maka didalamnya meliputi: ,

    c. Tsulatsi mutal (3 huruf yang mengandung huruf ilat). Misalnya, pada bab

    maka didalamnya meliputi: , , , , , ,

    d. Bab lafif (terdapat 2 huruf illat). Misalnya, , , , , , ,

    e. Bab rubai (4 huruf sahih). Misalnya, bab huruf di dalamnya meliputi:

    , , , , , , .

    f. Bab khumasi (5 huruf sahih). Misalnya, bab meliputi ,

    3. Asas Taqlib al-Kalimah

    Setelah urutan makharij huruf, bina, kemudian dibolak-balik hingga menjadi

    beberapa kata yang berbeda yang bertujuan mengulangi pengulangan kata pada bab

    yang lain. Contoh taqlib al-kalimaha dalah kata , , , , , . Semua

    kata tersebut dimasukan dalam bab karena huruf ain adalah huruf paling bawah

    dari huruf lainnya.

    Dalam proses ini sesungguhnya melelahkan dan tidak semua kata bisa ditaqlib

    oleh karena itu dalam taqlib memiliki kata yang mustamal dan muhmal (tidak

    dipakai). Misalnya, pada bab , , , hanya terdiri 2 kata mustamal

    yaitu (lari) , (menimpa). Sedang yang 4 lainnya di anggap muhmal yaitu :

    , , .

  • b. Teknik Pencarian Makna Kata

    1. Menentukan akar kata yang hendak dicari maknanya, seperti :

    2. Menentukan huruf yang paling bawah dari ketiga huruf (contoh: )

    3. Menentukan struktur kata, apakah termasuk kata tsunai (2 huruf), tsulatsi sohih,

    tsulatsi mutal, lafif (ada 2 huruf ilat), rubai, atau khumasi. Jadi, dalam kamus

    fonetik semisal mujmaul ain kata bisa ditemukan pada bagian ghin, bab

    tsulatsi sahih minal ghin.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Fonetik

    1. Kelebihan-kelebihan :

    a. Dinilai bisa menjamin tingkat obyektifitas penyusun kamus dalam menata

    kosakata yang ditemukan.

    b. Sebagai alat Bantu untuk menafsirkan al-quran.

    c. Menjadi landasan bagi landasan bagi generasi setelah Khalil dalam

    penyusunan kamus-kamus bahasa arab.

    2. Kekurangan-kekurangan :

    a. Adanya kesulitan bagi pemakai kamus dalam mencari letak kata-kata

    b. Kesulitan dalam mencari akar kata dengan mentajdid (menghilangkan

    huruf tambahan)

    c. Adanya kata muhmal bisa menghilangkan kekayaan kosakata dalam

    bahasa arab.

    2. Nidzam Al-Alfabai Al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus)

    a. Asas-asas Kamus Alfadz Sistem Alfabetis Khusus

    1. Asas Taqsim al-Bina

    Ibnu Duraid, dalam kamusnya Al- jamharah yang bersistem alfabetis, lebih

    mengedepankan aspek struktur kata (Bina) daripada aspek urutan huruf seperti

    kamus Al-Ain. Kamus Sistem Alfabetis Khusus meliputi Kamus Al-Jamharah (837-

    933), Kamus Maqayis Al-Lughah (941-1004), dan kamus al-mujmal (941-1004).

    2. Asas Tartib al-Huruf

    Sistem alfabetis dalam kamus Al-Jamharah karya Ibnu Duraid berikut ini:

  • Teknik urutan huruf hijaiyah yang diperkenalkan Ibnu Duraid di atas, sedikit

    berbeda dengan Ibnu Faris (329-395 H). Jika Ibnu Duraid tidak mengenalkan

    pengulangan urutan kata dan selalu diakhiri dengan huruf ya sebagai huruf terakhir,

    maka Ibnu Faris memilih mengembalikan urutan huruf terakhir dan dari ya ke

    hamzah hingga huruf terakhir sebelum huruf dimaksud.

    3.Asas Taqlib al-Kalimah

    Asas pembalikan huruf dalam kata (taqlib al-kalimah) dalam sistem alfabetis,

    baik menurut Ibnu Duraid maupun Ibnu Faris, sama dengan teknik taqlib al-

    kalimah dalam kamus AlAin karya Khalil.

    b. Teknik Pencarian Makna Kata

    Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mencari makna kata dikamus-

    kamus bersistem alfabetis khusus seperti kamus Jamharah maup`un Maqayis Al-

    Lughah, adalah sebagai berikut:

    1. Teknik Tajrid, yaitu huruf-huruf zaidah (tambahan) harus dihilangkan lebih dulu

    untuk mengetahui akar kata (ushul kalimah) dari kata yang kita cari.

    2. Teknik Tahdid al-bina, yaitu mencari tahu struktur kata dari akar kata yang telah

    kita temukan tersebut. Apakah ia termasuk pada bab tsunai (2 huruf), tsulatsi

    (3 huruf), rubai (4 huruf), atau khumasi (5 huruf) Lalu merujuk pada bab

    tersebut.

    3. Teknik Awwal al-huruf, yaitu mencari tahu tentang huruf yang lebih dahulu

    disebutkan dalam urutan huruf hijaiyah untuk mengetahui pecahan kata yang

    mustamal sebagai hasil dari proses taqlib al-kalimah.

  • c. Kelebihan Dan Kekurangan Kamus Sistem Alfabetis Khusus

    Munculnya kamus-kamus tersebut langsung mendapat respon positif

    dikalangan ahli bahasa maupun masyarakat arab. Mereka menilai sistem alfabetis

    umum lebih mudah dari pada sistem yang dirilis Khalid bin Ahmad.

    3. Nidzam al-Qafiyah (Sistem Sajak)

    a. Asas-Asas Kamus Al-Qafiyah

    Penyusunan kamus dengan sistem qafiyah seperti kamus as-shihah, Lisan al-

    Arab (1232-1311), Al-Qamus Al-Muhith (1329-1415), yang berpedoman pada dua

    asas, yaitu:

    1) Kamus Terdiri dari Bab-Bab

    Kamus sistem qafiyah disusun menjadi beberapa bab berdasarkan jumlah

    huruf. Mulai bab hamzah hingga bab ya`. Lalu, semua kata yang memiliki akhiran

    huruf hamzah diletakkan ke dalam bab hamzah dan seterusnya tanpa memperdulikan

    bina` (struktur kata) antara tsunai, tsulasi, ruba`i, atau khumasi. Semua kata yang

    memiliki akhiran yang sama dirujuk pada nama bab (nama huruf). Misalnya, pada

    bab ain, ditemukan kata yang berakhiran huruf ain seperti:

    , , , , ,

    2) Tiap Bab Terdiri dari Pasal-Pasal

    Dalam kamus bersistem qafiyah, setelah semua kata terkumpul dalam satu

    bab tertentu, lalu setiap bab dibagi menjadi pasal-pasal. Nama pasal mengikuti huruf

    pertama dari kata tersebut. Misalnya, kata bisa ditemukan pada bab huruf ain

    pasal huruf ba`. Apabila jumlah kata dalam sebuah pasal terdiri dari beberapa kata,

    dijelaskan dengan keterangan pasal huruf ba`, huruf ra`, seperti:

    , , , , , , ,

    Pada contoh di atas, dapat diketahui bahwa semua kata berawalan dengan

    huruf ba` (pasal) dan diakhiri huruf ra` (bab).

    b. Teknik Pencarian Makna Kata

    Teknik pencarian makna kata dalam kamus-kamus bersistem qafiyah terbilang

    cukup mudah dan cepat, sebab tidak memerlukan pemahaman tentang bina` (struktur

  • kata). Berikut adalah langkah-langkah mencari makna kata dalam kamus bersistem

    qafiyah.

    1) Teknik Tajrid, yaitu semua kata harus dikembalikan ka akar kata dengan

    menghilangkan huruf-huruf tambahan (ziyadah). Misalnya, kata menjadi

    .

    2) Perhatikan huruf terakhir untuk menentukan letak bab. Kata dapat

    ditemukan pada bab huruf ba`.

    3) Perhatikan huruf pertama dari kata yang dicari untuk menentukan letak pasal.

    Kata berada pada pasal huruf kaf sebagai huruf pertama.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Kamus Al-Qafiyah

    Nilai lebih dari kamus bersistem qafiyah antara lain: mempermudah pencarian

    makna kata dan membantu para sastrawan dalam memahami karya sastra atau ingin

    menggubah syair, puisi, dan prosa.

    Adapun kekurangan yang dimiliki kamus bersistem qafiyah adalah masih

    digunakannya teknik tajrid dalam mencari makna kata. Teknik tajrid juga

    memerlukan pemahaman yang benar tentang tata bahasa, terutama ilmu sharaf

    (morfologi), sehingga bagi penutur non-Arab yang tidak menguasai ilmu sharaf akan

    kesulitan untuk mencari makna kata.

    2. MASA MODERN

    Yang termasuk dalam kategori kamus modern adalah kamus yang dibuat

    mulai tahun 1800 sampai saat ini. Pada masa modern, tampilan kamus dapat

    berbentuk cetakan tradisional (kamus kertas) dan dapat pula ditampilkan dalam

    bentuk elektronik (digital). Kamus elektronik dapat disimpan dalam bentuk cd room

    yang dapat memuat memori sangat banyak. Kamus ini menggunakan sistem

    penyusunan berdasarkan lafadz yang meliputi sistem alfabetis umum dan sistem

    artikulasi. berikut akan dijelaskan sistem-sistem tersebut.

  • 2.1 Nidzam AlfabaI Al-Aam (Sistem Alfabetis Umum)

    a. Asas-Asas Kamus Sistem Alfabetis Umum.

    Asa-asas dalam kamus yang bersistem alfabetis umum tidaklah sama dengan

    sistem kamus pada bab sebelumnya. Kalau misalnya sistem kamus pada bab

    sebelumnya memakai asas taqlib al-kalimah, taqsim al-bina maka sistem alfabetis

    umum hanya memakai asas tajrid.

    1. Asas tajrid

    Asas tajrid adalah mengembalikan sebuah kata dasar akar (akar kata) dengan

    cara menghilangan huruf-huruf tambahan yang melekat pada kata itu. Huruf-huruf

    yang perlu ditajrid antara lain:

    a. Dhamir muttashil (kata ganti sambung) seperti:

    ( ) - () -() - () - () - () () - ()

    b. Huruf mudharaah (huruf tambahan dalam fiil mudhari) seperti:

    ))( -)( -)(-)

    c. Alif pada fiil amar, seperti : ( )

    d. Artikel (definite atau ) seperti: ()

    e. Huruf Tatsniyah, seperti: ()

    f. Huruf jamak, seperti: () ()-()()

    g. Huruf nasab, seperti: () -()

    h. Huruf tashgir, seperti: () -()

    2. Asas tadrid;

    Asas tadrid yaitu mengembalikan sebuah kata ke bentuk asal kata (akar kata)

    dengan dua cara, yaitu:

    a. Mengembalikan huruf-huruf asli dalam kata yang telah dibuang, seperti: >,

    >, >.

    b. Mengembalikan huruf asli yang telah diganti, seperti: >, >.

    b. Teknik Pencarian Makna Kata

    Untuk mencari makna kata dalam sistem alfabetis umum, perlu sekiranya

    untuk memperhatikan apakah kata tersebut terdiri dari huruf tambahan apa huruf asli.

  • Jika kata yang akan dicari berupa huruf asli seperti; yang terdiri dari -- maka

    perlu melihat langsung pada huruf awal katanya saja yaitu , untuk melihat di

    kategori huruf apa kata itu terletak. Jika kata itu memiliki huruf tambahan maka perlu

    untuk di-tajrid atau tadrid. Contoh pada kata yang berwazan , untuk

    mengetahui akar katanya perlunya untuk membuang huruf tambahanya ( ) ,

    dengan begitu akan ditemukan kata dasar yang berwazan . Maka untuk

    melihat makna dari dapat dicari pada kategori awal kata dari kata dasarnya

    .

    c. Kelebihan dan Kekurangan Kamus Alfabetis Umum

    Kelebihan dari kamus alfabetis umum, yaitu pertama, dalam pemakaianya

    relatif lebih mudah dalam mencari makna kata. Kedua, kamus yang bersistemkan

    alfabetis umum ini cukup inovatif dan praktis, karena tidak memakai asas-asas seperti

    tartib al-huruf, taqsim al-bina dan taqlib alkalimah dan hanya memakai asas tajrid

    dan tardid yang berfungsi untuk mengetahui asal-usul kata (akar kata).

    Kekurangan dari kamus alfabetis umum ini adalah masih adanya kesulitan

    bagi pengguna kamus untuk mencari makna kata, khusunya bagi orang awam dan

    non-arab, dikarenakan walupun adanya teknik tajrid akan tetapi sulit untuk

    memahaminya jika tidak tahu ilmu sharaf.

    d. Kamus-Kamus Alfabetis Umum

    Kamus-kamus alfabetis umum digolongkan menjadi dua; kamus kuno

    (alqadim) dan kamus baru (aljadid). Kamus-kamus yang tergolong sebagai kamus

    kuno antara lain: Asas al-Balaghah, Mukhtar al-Shihah, al-Mishbah al-Munir

    Selanjutnya kamus-kamus yang tergolong sebagai kamus baru (aljadid) antara

    lain, Muhit al-Muhith (1819-1883), Al-Munjid (1867-1946), aqrabul mawarid

    (1849-1912), Mujam al-Wasith , Mujam al-Lughawi al-Tarikhi., Mujam al-Kabir

    2.2 Nidzam al-Nutqi (sistem artikulasi)

    a. Asas-Asas Kamus Sistem Artikulasi

    Kamus ini berpedoman pada huruf pertama kali yang terucap yang kemudian

    digunakan sebagai kunci pencari pada kamus yang memakai sistem alfabetis huruf

  • hijaiyah, dari huruf alif sampai ya. Kamus ini bersifat selektif, karena lebih

    cenderung kepada kata yang mustamal (populer) daripada muhamal (diabaikan).

    Kamus tersebut juga tidak mengenal al-syartahah al-munhaniyah, yakni tanda (-)

    untuk pengulangan kata atau kalimat, sebab kosa kata yang disusun diperuntukan

    untuk kemudahan dan menghilangkan kebingungan.

    Guna menghilangkan kebingungan maka adanya persamaan alif bagai huruf

    ()-()-() >. Karena itu tidak dibedakan antara hamzah dan alif layinah, baik itu

    hamzah datas alif, waw, atau ya. Begitu juga ta marbuthah () disamakan dengan ta

    mabsuthah (). Yang tergolong kamus dengan sistem artikulasi adalah Kamus al-

    marja (1914) dan Kamus al-Raaid (1930).

    b.Teknik Pencarian Makna Kata

    Guna mencari makna kata dalam kamus siste artikulasi, pengguna cukup

    mengethui urutan alfabetis yang umunya telah diketahui dari alif, ba, hingga ya.

    Huruf pertama dalam kata yang diucapkan menjadi rujukan dalam pencari makna

    kata, tanpa mencari kara kata, hanya saja jika kata tersebut berupa kata kerja maka

    perlu merujuka kapada huruf awal pada kata kerja lampaunya; contoh , kata

    lampaunya adalah , maka huruf pertama dijadikan pedoman untuk mencari

    makna kata.

    c. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Artikulasi

    Kelebihan untuk sistem artkulasi ini terletak pada kemudahan bagi pengguna

    kamus bahasa Arab yang awam walaupun tidak memahami ilmu saharaf. Kamus

    tersebut juga membantu bagi penyusun kamus untuk pengklasifikasian kelompok

    kata secara cepat tanpa harus mengetahui kata dasarnya, dan juga sangat membantu

    bagi progamer untuk membuat perangkat lunak (software). Sedangkan kelemahanya

    terletak pada pengabaian teknik pencarian asal-usul kata. Dalam sudut pandang

    pendidikan bahasa, sistem ini menurunkan kemampuan berbahasa bagi pengguna

    kamus khusus pelajar bahasa Arab. Sistem ini menghiraukan kaidah ilmu nahwu dan

    sharaf.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hadi, Syamsul. 2014. Leksikologi dan Leksikografi Arab. Yogyakarta: Program

    Pasca Sarjana Kajian Timur Tengah, UGM.

    Nishshar, Husain. 1988. Al-Mujamu al-Arbi: Nasya`tuhu wa Tatowwuruhu. Daar

    Misr al-Mutobaah. Kairo.

    Taufiqurrochman. 2008. Leksikologi Bahasa Arab. UIN-Malang Press: Malang.