51
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA “KELARUTAN” DOSEN PEMBIMBING : ADE FERDINAN, S. Far, Apt Disusun oleh : Fitri Lestari ( 149044 ) Lea Fitriyana ( 149064 ) Rachma Arinditha Putri ( 149086 ) Ranafida Nur Ardy ( 149088 ) Ronald Diaz ( 149098 ) Riski Utari ( 149102 ) Safarina ( 149104 ) Setri Hapiana Ningsih ( 149106 ) Syahbrani ( 149110 ) Winda ( 149122 ) Yenni Dwi Nurshanty ( 149124 ) Yohanes Abang ( 149026)

Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

  • Upload
    zacky

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas, pengaruh pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam benzoat.

Citation preview

Page 1: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

“KELARUTAN”

DOSEN PEMBIMBING :

ADE FERDINAN, S. Far, Apt

Disusun oleh :

Fitri Lestari ( 149044 )

Lea Fitriyana ( 149064 )

Rachma Arinditha Putri ( 149086 )

Ranafida Nur Ardy ( 149088 )

Ronald Diaz ( 149098 )

Riski Utari ( 149102 )

Safarina ( 149104 )

Setri Hapiana Ningsih ( 149106 )

Syahbrani ( 149110 )

Winda ( 149122 )

Yenni Dwi Nurshanty ( 149124 )

Yohanes Abang ( 149026)

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

2015

Page 2: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Karena hanya

dengan kodrat dan iradat-Nyalah saya dapat menyusun laporan ini dengan sebaik-

baiknya.

Adapun isi dari laporan ini adalah tentang Kelarutan. Kelarutan adalah

kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan

dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada

temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan

dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan

suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,

juga bergantung pada faktor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah

yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

Harapan saya adalah mudah-mudahan dapat berguna, bermanfaat serta

mudah dipahami isi daripada laporan ini. Manakala ada kekurangan dan kesalahan

dalam penyusunan laporan ini, saya mohon maaf. Dan segala kritik-saran yang

yang sifatnya membangun guna perbaikan laporan ini kedepannya. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penyusun pada khususnya dan pada

pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Pontianak, Oktober 2015

Penyusun

Page 3: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling

baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-

kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik,

dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.

Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang

berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur

obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk

sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta

formulasinya.Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat

aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk

mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan

kelarutan zat aktifnya.

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu

pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai

konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan

secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih

zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu

senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut,

juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk

jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

Page 4: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas,

pengaruh pelarut campur yakni air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan

surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni Asam

benzoat.

B. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan kelarutan suatu zat.

2. Menjelaskan pengaruh consolvent terhadap kelarutan zat.

3. Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat.

Page 5: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai

konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan

tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat

melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam

500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas

dan persen. (Tungadi, Robert. 2009).

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh

sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya

obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus,

sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari

sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. (Tungadi,

Robert. 2009).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia

tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).

Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut

dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan

jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap

suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam

bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya

merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.

Page 6: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan

bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,

seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering

diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada

sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.

Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui

untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh

(supersaturated) yang metastabil (Brady, 1999 : 217-218).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara

lain adalah :

1. pH

2. Temperatur

3. jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partilel zat

5. onstanta dielektrik pelarut

Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan

gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus

non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu,

penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk

kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan

uretan dalam pembuatan injeksi khinin.(Tungadi, Robert. 2009).

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul,

atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena

Page 7: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena

susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-

bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas

misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan

logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan

lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut

(solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah

air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.

Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya

larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol

disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak

disebutkan).

Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut

dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya

amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya

alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih

banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air

disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut

larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut

larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan

gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air).

Page 8: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa

molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka

molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju

ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak

seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk

permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul

gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan

molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal

ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang,

maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut

jenuh.

Kristal gula + air ⇔ larutan gula

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam

jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang

terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam

pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh

disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan

dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut

pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram

per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).

Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya

disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang

Page 9: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut

lebih banyak dari kelarutannya.

a. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan

Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih

tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-

gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut

dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat

kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada

beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang

lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan

jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses

pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka

proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka

sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936)

kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses

pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada

temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat

eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.

Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat.Bayangkan dalam

gedung bioskop yang banyak penonton sedang asyik menonton film

dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti keadaan orang-orang

tersebut akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling berdesakan

dan menyebar. Demikian pula pada suhu tinggi partikel-partikel akan

Page 10: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya

kontak antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan

efektif.Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut

pada suhu tinggi.

Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka

kelarutan gas berkurang bila suhu dinaikkan, karena gas menguap dan

meninggalkan pelarut.Ikan akan mati dalam air panas karena kelarutan

oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO2 lebih banyak

bila disimpan dalam lemari es dibandingkan di udara terbuka.

b. Pengadukan

Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin

banyak jumlah pengadukan, maka zat terlarut umumnya menjadi lebih

mudah larut.

Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat

dipengaruhi juga oleh luas permukaan (besar kecilnya partikel zat

terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat di diperbesar

melalui proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula

halus lebih mudah larut daripada gula pasir. Hal ini karena luas bidang

sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih

mudah berinteraksi dengan air.

c. Pengaruh tekanan pada kelarutan

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair

atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah

Page 11: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas

sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry

(William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah

tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang

dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam

kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam

air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5

kali.Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut,

misalnya HCl atau NH3 dalam air.

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam

sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan

dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta).

Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar(M), molal

(m) atau normal (N).

a) Molaritas (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap

liter larutan.

b) Molalitas (m)

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap

kilo gram (1 000 gram) pelarut.

c) Normalitas (N)

Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam

setiap liter larutan.

Page 12: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk

menangkap atau melepaskan 1 mol elektron dalam reaksi (reaksi

redoks). Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-

molekul senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan

CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan

arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan

CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa larutan elektrolit lemah daya hantar listriknya kurang

kuat.

Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak

terion, sehingga partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah

molekul-molekul senyawa yang terlarut. Dalam larutan tidak terdapat

ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa

nonelektrolit, misalnya: C6H12O6, CO(NH2)2, CH4, C3H8,

C13H10O.

d. Sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit

Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat

empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada

banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis zat

terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan.

Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut.

Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan

Page 13: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap,

titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku,

dan titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan

konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum

sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati

ideal hanya jika sangat encer.

Sifat-sifat Fisik Larutan :

Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif

dan konstitutif. Dalam bidang termodinamika, sifat termodinamika dari

sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumah zat

dalam sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif , yang

tidak bergantung jumlah zat dalam sistem (misalnya temperatur,

tekanan kerapatan, tegangan permukaan, dan viskositas dari cairan

murni).

1. Sifat koligatif

Terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan.

Sifat koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan

uap, penurunan titik beku, dan kenaikan titik didih. Harga sifat

koligatif kira-kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai

zat nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat

kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat koligatif dari

larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat tidak menguap

dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.

Page 14: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Sifat-sifat koligatif :

1) Tekanan Uap Larutan

Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap

pelarut murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult,

tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang

sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.

Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah

menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya

disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai

tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.

2) Titik Didih Larutan

Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat

terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih mudah menguap

daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka

titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih

pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya

larutan etil alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari

100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol

78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak

mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) dari pada

pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih

larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau

dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh larutan etil

Page 15: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil

alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih

larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar

hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari

titik didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas

larutan.

3) Titik Beku Larutan

Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku

larutan menjadi lebih rendah dari titik beku pelarut murninya.

Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan

berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun

tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan

titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding

lurus dengan molalitas larutan.

2. Sifat Aditif

Bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada

jumlah sifat konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu

senyawa adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom

konstituen. Massa dari komponen suatu larutan juga bersifat aditif,

massa total dari larutan adalah jumlah massa masing-masing

komponen.

Page 16: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

3. Sifat Konstitutif

Bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih

sedikit, pada jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini

memberikan petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal, dan

kelompok molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian

aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan cahaya, sifat listrik, sifat

permukaan dan antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-

tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan sebagian sifat aditif.

Tipe-tipe Larutan:

Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya

zat terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat

kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran homogen

antara zat terlarut dan pelarut. (Martin, A. 1990)

Zat Terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara

Zat Cair Gas Air dalam oksigen

Zat Padat Gas Uap iodium dalam udara

Gas Zat Cair Air berkarbonat

Zat Cair Zat Cair Alakohol dalam air

Zat Padat Zat Cair Larutan NaCl dalam air

Gas Zat Padat Hidrogen dalam paladium

Zat Cair Zat Padat Minyak mineral dalam parafin

Zat Padat Zat Padat Campuran emas-perak,

campuran alum

Page 17: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam

kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut).Larutan tidak jenuh atau

hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam

konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan

sempurna pada temperatur tertentu.Larutan lewat jenuh adalah suatu

larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak

daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga

zat terlarut yang tidak larut (Martin, A. 1990),

B. URAIAN BAHAN

1. Aquades (FI III : 96)

Nama Latin : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling, H2O

Pemerian : Cairan jenih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik

2. Alkohol (FI III : 65)

Nama Latin : AETHANOLUM

Sinonim : Etanol, Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak ; bau khas ; rasa panas ; mudah terbakar ; dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Mudah larut dalam air ; dalam kloroform P dan

eter P.

Page 18: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya ; di tempat sejuk ; jauh dari nyala api.

Khasiat : Zat tambahan.

3. Propilenglikol (FI III : 534)

Nama Latin : PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim : Gliserol, Gliserin

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau;

rasa agak manis; higroskopik.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol

(95%) P dan dengan kloroform P ; larut dalam 6 bagian eter P ;

tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak

lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan; pelarut

4. Asam Salisilat (FI III : 56)

Nama Latin : ACIDUM SALICYLICUM

Sinonim : Asam Salisilat

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk

berwarna putih ; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian

etanol (95%) P;mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P;

larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat

P, kalium sitrat P dan natrium sitrat.

Page 19: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Keratolitikum, anti fungi

5. Tween 80 (FI III : 509)

Nama Latin : POLYSORBATUM-80

Sinonim : Polisorbat-80

Pemerian : Cairan kental seperti minyak ; jernih, kuning ; bau

asam lemak, khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P ;

dalam etil astetat P dan dalam metanol P ; sukar larut dalam parafin

cair dan dalam minyak biji kapas P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

Page 20: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat :

1. Buret

2. Gelas ukur 100ml

3. Batang pengaduk

4. Klem dan statif

5. Erlenmeyer

6. Gelas kimia

7. Corong

8. Pipet gondok

Bahan :

1. Asam salisilat

2. Alkohol 70%

3. Propilenglikol

4. Tween 80

5. NaOH 0,1M 200 ml

6. Indikator PP

7. Kertas saring

B. Cara Kerja

a) Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Zat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Buat 30 ml campuran pelarut seperti tertera pada table dibawah ini

Air

% v/v

Alkohol

% v/v

Gliserin

% v/v

60 0 40

60 10 30

60 20 20

Page 21: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

60 40 0

3. Larutkan asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing

campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh

4. Kocok larutan dengan batang pengaduk magnetic selama 15 menit,

jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi

asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali

5. Saring larutan. Tentukan kadar asam salisilat dengan cara pipet

10ml larutan kemudian tambahkan 3 tetes indicator PP lalu titrasi

dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda

6. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut

yang ditambahkan.

b) Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Zat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Buatlah 30ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 5; 10; 15.

3. Larutkan asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-

masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh.

4. Kocok larutan dengan batang pengaduk magnetic selama 15

menit, jika ada endapan yang larut selama pengocokan

tambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang

jenuh kembali.

Page 22: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

5. Saring larutan. Tentukan kadar asam salisilat dengan cara pipet

10ml larutan kemudian tambahkan 3 tetes indicator PP lalu

titrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda.

6. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut

yang ditambahkan.

Page 23: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB IV

PERHITUNGAN DAN HASI PENGAMATAN

A. PERHITUNGAN

1. Pembuatan NaOH 0,1 M sebanyak 200 ml

2. Campuran Pelarut

Campuran A

Air = 60/100 x 30 = 18 mL

Alkohol = 0

Propilenglikol = 40/100 x 30 = 12 mL

Campuran B

Air = 60/100 x 30 = 18 mL

Alkohol = 10/100 x 30 = 3 mL

Propilenglikol = 30/100 x 30 = 9 mL

Campuran C

Air = 60/100 x 30 = 18 mL

Alkohol = 20/100 x 30 = 6 mL

Propilenglikol = 20/100 x 30 = 6 mL

Page 24: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

Campuran D

Air = 60/100 x 30 = 18 mL

Alkohol = 40/100 x 30 = 12 mL

Propilenglikol = 0

3. Penambahan Surfaktan

a) Surfaktan A

Tween 0 mL 0 mg

b) Surfaktan B

Tween 5 mL 3x5 = 150 mg

c) Surfaktan B

Tween 10 mL 3x10 = 300 mg

d) Surfaktan B

Tween 15 mL 3x15 = 150 mg

4. Penetapan Kadar Asam Salisilat

a) A (%) = = 0,212 %

b) B (%) = = 0,148 %

c) B (%) = = 0,196 %

d) B (%) = = 0,184 %

Page 25: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

B. HASIL PENGAMATAN

TABEL

1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat.

Air (v/v) Alkohol (% v/v)Propilenglikol

(% v/v)

Volume Tritasi

(mL)

60 0 40 5,3

60 10 30 3,7

60 20 20 4,9

60 40 0 4,6

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat.

Air (v/v) Konsentrasi Tween (mL) Volume Tritasi (mL)

30 0 1,5

30 5 2,9

30 10 3,6

30 15 4,3

Page 26: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

GRAFIK

1. Pengaruh campuran pelarut terhadap kelarutan zat.

2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat.

Page 27: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Campuran Pelarut terhadap Kelarutan Zat

Pada percobaan ini, akan dilihat pengaruh pelarut campur terhadap

kelarutan zat. Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah

kelarutan asam salisilat pada pelarut campur yaitu air, alcohol dan

propilenglikol.Masing-masing pelarut campur telah ditentukan

konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada hasil pengamatan di

atas.Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada beaker glass

yang masing-masing telah diberi label.Kemudian dilarutkan asam salisilat

sedikit demi sedikit kedalam masing-masing beaker glass tersebut.Lalu

diaduk larutan tersebut dengan menggunakan batang pengaduk hingga

larutan jenuh, tetapi jika ada endapan yang larut selama pengadukkan

maka tambahkan lagi asam salisilat hingga larutan jenuh kembali.Larutan

yang telah jenuh tersebut disaring dengan menggunakan corong dan kertas

saring.Hasil penyaringan tersebut dititrasi sedangkan sisanya dibuang.

Filtrat yang telah di dapat kemudian di titrasi dengan larutan basa

yaitu NaOH 0,1M. Larutan NaOH tersebut dimasukkan kedalam buret

50ml. Larutan yang akan di titrasi tadi diambil sebanyak 10ml

menggunakan pipet gondok dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Untuk

mengamati titik ekivalen ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP).

Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir titrasi bukan titik ekivalen

(cara ini digunakan sebagaimana teori dari syukri,1999 : 428). Titrasi

Page 28: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu merah muda.

Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,

1999 : 217-218).

Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar atau konsentrasi

dari asam salisilat, yaitu dengan menghitungnya menggunakan rumus :

Dan dari masing-masing konsentrasi asam salisilat dan % pelarut

yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa

semakin banyak % alcohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang

konstan maka konsentrasi asam salisilat semakin sedikit.Namun

sebaliknya, jika semakin banyak % gliserin dan 0 % alcohol dengan % air

yang konstan maka konsentrasi asam salisilat semakin banyak.Jadi pelarut

campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

B. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Zat

Sebagaimana halnya pelarut campur, pada percobaan ini pun akan

dilihat pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Kelarutan

zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah asam salisilat pada pelarut

air dengan menambahkan surfaktan yaitu Tween 80. Masing-masing

konsentrasi tween telah ditentukan yaitu 0g : 0,15g : 0,3g : 0,45g dalam

30ml air. Pencampuran air dengan Tween 80 tersebut dilakukan pada

beaker gelas yang masing-masing telah diberi label.Kemudian dilarutkan

asam salisilat sedikit demi sedikit kedalam masing-masing beaker glass

Page 29: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

tersebut.Lalu diaduk larutan tersebut dengan menggunakan batang

pengaduk hingga larutan jenuh, tetapi jika ada endapan yang larut selama

pengadukkan maka tambahkan lagi asam salisilat hingga larutan jenuh

kembali.Larutan yang telah jenuh tersebut disaring dengan menggunakan

corong dan kertas saring.Hasil penyaringan tersebut dititrasi sedangkan

sisanya dibuang.

Filtrat yang telah di dapat kemudian di titrasi dengan larutan basa

yaitu NaOH 0,1M. Larutan NaOH tersebut dimasukkan kedalam buret

50ml. Larutan yang akan di titrasi tadi diambil sebanyak 10ml

menggunakan pipet gondok dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Untuk

mengamati titik ekivalen ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP).

Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir titrasi bukan titik ekivalen

(cara ini digunakan sebagaimana teori dari syukri,1999 : 428). Titrasi

diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu merah muda.

Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,

1999 : 217-218).

Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar atau konsentrasi

dari asam salisilat, yaitu dengan menghitungnya menggunakan rumus :

Dan dari masing-masing konsentrasi asam salisilat dan Tween 80

yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa

semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka semakin

Page 30: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

banyak konsentrasi Asam salisilat yang didapatkan. Jadi penambahan

surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

Page 31: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin banyak % alkohol dan 0% gliserin dengan % air yang

konstan maka konsentrasi Asam Salisilat semakin sedikit. Namun

sebaliknya, jika semakin banyak % gliserin dan 0% alkohol dengan

% air yang konstan maka konsentrasi Asam salisilat semakin

banyak. Jadi, pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu

zat.

2. Semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka

konsentrasi Asam salisilat semakin banyak yang didapatkan. Jadi,

penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

B. Saran

Saran untuk laboratorium, sebaiknya dibangun laboratorium

khusus Farmasi Fisika dan dengan alat-alat yang memadai agar praktikum

lebih lancar.

Saran untuk percobaan, sebaiknya percobaan ini digunakan bahan

lainnya yang bersifat asam dan kemudian dititrasi dengan bahan basa lain

serta pelarut campuran dan surfaktan yang berbeda.

Page 32: Kela RutanDalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada

DAFTAR PUSTAKA

Tim Revisi, (2015). “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. Jurusan Farmasi

Akfar Yarsi. Pontianak

Tungadi, Robert. (2009).“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“. Jurusan Farmasi

Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo

Martin, A., (1990), “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta

Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins

http:////tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri