34
PAPER ILMIAH (Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal) Oleh : SULASMI ATLINDAWATI 060/G/13

Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pada Perawatan di bagian Prostodonsia

Citation preview

Page 1: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

PAPER ILMIAH(Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal)

Oleh :

SULASMI ATLINDAWATI

060/G/13

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2016

Page 2: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

I. KELAINAN DARAH1.1 Anemia

1.1.1 Definisi

Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai punurunan jumlah eritrosit

sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang

cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar

hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah

kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Pada keadaan tertentu ketiga parameter

tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti dehidrasi, perdarahan akut dan

kehamilan (Bakta, 2006).

1.1.2 Etiologi

Terdapat tiga kategori utama penyebab anemia adalah :

1. Gangguan pembentukan sel darah merah :

a) Penyakit defisiensi

b) Anemia hipoproliferatif (sumsum tulang yang secara fungsional berkurang)

c) Eritropoiesis yang tidak efektif

2. Kehilangan sel darah merah yang berlebihan :

a) Perdarahan

b) Hemolisis

3. Kelainan distribusi sel darah merah.

1.1.3 Klasfikasi

Klasifikasi Anemia dapat diklasifikasi menurut Hb dan faktor-faktor

morfologik sel darah merah dan indeks-indeksnya (Price, 2005). Berdasarkan

gambaran morfologi dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi dalam

klasifikasi ini anemia di bagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Anemia hipokromik mikrositer, bila Mean Corpuscular Volume (MCV) <80fl

dan Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) <27pg,

2. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80 – 95fl dan MCH 27- 34pg c,

3. Anemia makrositer bila MCV >95fl.

Page 3: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Tabel 1.1 Klasifikasi berdasarkan morfologi (Bakta, 2006)

Hipokromik Mikrositer Normokromik Normositer Makrositer

1. Anemia defisiensi besi

2. Thalasemia

3. Anemia sideroblastik

1. Anemia pasca perdarahan

akut

2. Anemia aplastik

3. Anemia hemolitik

4. Anemia pada gagal ginjal

kronik

5. Anemia penyakit kronis

1. Anemia defisiensi besi

2. Anemia defisiensi B12

3. Anemia pada penyakit

hati

4. Anemia pada

hipotirodisme

1.1.4 Gejala Klinis

Secara klinis didapati keluhan-keluhan seperti lemah, pucat, mudah pingsan,

mata berkunang-kunang, walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Ayu

Wuryanti, 2010).

1.1.5 Diagnosis

1. Anamnesis

a. Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :

1) Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa pertumbuhan

yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis.

2) Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak

adekuat (malabsorpsi besi).

3) Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit

Crohn, colitis ulserativa).

b. Pucat, lemah, lesu, gejala pika (gangguan makan yang biasanya didefinisikan

sebagai konsumsi terus menerus zat non nutritive) (Bakta, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multi

sistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu

memperhatikan:

a. Adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.

b. Pucat dapat di lihat pada telapak tangan, kuku, wajah, dan konjungtiva.

c. Ikterus menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik.

Page 4: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

d. Penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia.

e. Atrofi papil pada anemia defisiensi Fe.

f. Limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri

tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti

pada leukemia mielositik kronik), lesi litik (pada myeloma multipel atau metastasis

kanker).

g. Petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.

h. Kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi besi.

i. Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia

sideroblastik familial).

j. Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun (Oehadian, 2006).

3. Laboratorium

a. Hemoglobin, hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC).

b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik normokrom,

makrositik.

c. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat.

d. Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.

1.1.6 Jenis- jenis Anemia

1. Anemia Pendarahan

Yaitu anemia yang disebabkan karena pendarahan, baik yang sedikit demi sedikit

seperti pada infeksi cacing tambang atau pendarahan yang tidak berhenti secara

spontan misalnya pada kecelakaan lalulintas maupun cidera oleh benda tajam.

2. Anemia Defesiensi

Adalah anemia karena kekurangan faktor-faktor pematang sel darah merah seperti :

a. Anemia Kekurangan Gizi

Biasanya karena kekurangan bahan pematang sel darah merah yang semuanya

berasal dari protein calory malnutrition seperti vitamin C,vitamin E, dan asam

folik.

Page 5: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

b. Anemia Defesiensi Besi

Anemia karena kekurangan bahan mineral besi sebagai bahan pematangan

sitoplasma dan sebagai pembentuk Hb yang berguna mendistribusikan oksigen

keseluruh tubuh.

c. Anemia Megaloblastik

Disebabkan karena kekurangan vitamin B12 sebagai bahan pematangan inti

sel. Biasanya terjadi pada pasien dengan gizi kurang atau infeksi dengan diare.

3. Anemia Aplastik

Anemia jenis ini dikarenakan kerusakan sumsum tulang belakang mengalami

penurunan fungsi atau sama sekali tidak mampu memproduksi sel darah (eritrosit,

leukosit, dan trombosit). Kerusakan sumsum tulang belakang ini dapat disebabkan

oleh obat – obatan seperti chlorampenikol dan phenylbutazone atau bahan kimia

seperti benzene.

4. Anemia Hemolitik

Anemia ini disebabkan karena eritrosit dihancurkan secara berlebihan. Anemia

jenis ini biasanya bersifat bawaan turun menurun misalnya seperti penyakit

thalassemia.

1.2 Leukemia

1.2.1 Definisi

Leukemia adalah suatu keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang

dengan ditandai adanya peningkatan sel darah putih (leukosit) abnormal. Karena

banyaknya sel darah putih yang diproduksi, kanker ini juga dikenal dengan sebutan

kanker sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu kanker yang banyak menyerang

anak-anak.

Pada orang sehat sumsum tulang memproduksi sel darah putih, sel darah

merah dan trombosit dalam jumlah yang seimbang. Namun pada leukemia, sumsum

tulang memproduksi sel leukosit jauh lebih banyak hingga menekan produksi sel-sel

lainnya, sehingga produksi sel darah merah (eritrosit) dan keping darah (trombosit)

menjadi berkurang. Penyebab pasti leukemia belum diketahui, namun hasil studi

mengarah ke faktor genetik, lingkungan, radiasi paparan elektromagnetik, maupun

aktivasi oleh virus.

Page 6: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

1.2.2 Tanda dan Gejala

1. Anemia

Anak biasanya mudah cepat lelah, pucat dan kadang disertai sesak. Penderita sesak

karena jumlah eritrosit dibawah normal sehingga kadar oksigen dalam tubuh

berkurang. Apabila sesak terjadi, maka penderita harus segera mendapat pertolongan

medis.

2. Pendarahan

Perdarahan yang sering terjadi disebabkan karena kadar trombosit dalam darah yang

rendah. Perdarahan seringkali terjadi pada gusi atau dibawah jaringan kulit kadang

kala disertai dengan mimisan. Akan sering ditemukan memar pada tubuh anak.

3. Infeksi

Pada leukemia walaupun jumlah leukosit meningkat tetapi leukosit tersebut tidak

bisa berfungsi melawan kuman sebagaimana mestinya. Jumlah leukosit yang dapat

melawan kuman sangat sedikit dibandingkan dengan yang leukosit yang abnormal.

Sehingga anak yang menderita leukemia akan lebih mudah mengalami infeksi

seperti demam yang sering kambuh dan tidak akan sembuh total meskipun telah

mendapatkan pengobatan demam.

4. Nyeri perut dan penurunan nafsu makan

Sel leukemia dari sumsum tulang yang keluar bersama aliran darah dapat bersarang

di ginjal, hati dan limpa yang mengakibatkan pembesaran organ sehingga timbul

rasa nyeri. Karena rasa nyaman di perut anak mungkin kehilangan nafsu makan dan

mengalami penurunan berat badan.

5. Pembengkakan kelenjar limfa

Sel leukemia juga dapat terkumpul di kelenjar limfa misalnya di bawah leher, dada,

ketiak dan pangkal paha yang menyebabkan kelenjar limfa menjadi membesar. Jika

menginvasi sampai kelenjar getah bening di dada mungkin anak akan kesulitan

bernafas, mengeluhkan rasa sakit di dada atau batuk.

Page 7: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

6. Nyeri pada tulang dan sendi

Pertumbuhan berlebih dari sel darah putih di sumsum tulang dapat menyebabkan

nyeri. Hal tersebut mungkin mengakibatkan anak berjalan pincang atau mengeluh

kesakitan pada tulang dan sendinya.

Bila seorang anak memiliki semua gejala tersebut atau paling tidak ada dua

diantaranya, maka anak tersebut dapat dicurigai terkena leukemia. Untuk itu perlu

dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosa dapat segera ditegakkan dan penangan

lebih cepat dilakukan.

Gambar 1.2 Gejala Kanker Darah

1.2.3 Jenis – Jenis Leukemia

Secara sederhana leukemia dapat dikelompokkan berdasarkan asal sel dan maturasi sel.

1. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Jenis leukemia ini berasal dari sistem limfopoetik. Biasanya leukemia jenis ini lebih

banyak menyerang anak-anak (82%) daripada orang dewasa (18%). LLA seringkali

mengakibatkan organomegali (pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ.

Gejala yang diperlihatkan menggambarkan kegagalan sumsum tulang misalnya

anemia (mudah lelah, sesak, dan pusing), infeksi dan perdarahan. Ditemukan pula

nyeri pada tulang dan sendi terutama pada tulang dada, tulang kering dan tulang

paha.

2. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

Page 8: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Leukemia jenis ini berasal dari sel stem hematopoetik yang akan menjadi sel

mieloid. Leukemia ini lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibanding

anak-anak (15%). Perjalanan penyakit sangat cepat sekitar 3 sampai 6 bulan dan jika

tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Gejala klinis yang diperlihatkan

biasanya berupa perdarahan baik berupa bintik (petechie) atau bercak (purpura)

dengan kadar leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3). Penderita

biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada, priapismus dan

gangguan metabolisme yaitu hiperuresemia dan hipoglikemia.

3. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik berasal dari sel limfosit B dengan gejala yang

ditimbulkan cenderung lebih ringan dari LLA dan LMA. Perjalanan penyakit ini

biasanya perlahan dan biasanya menyerang individu yang berusia 50–70 tahun.

Sering kali penderita LLK mengalami pembesaran kelenjar getah bening

menyeluruh, penurunan berat badan dan kelelahan yang kadang disertai dengan

demam dan berkeringat di malam hari.

4. Leukemia Mielositik Kronik (LMK)

Leukemia ini ditandai dengan produksi sel mieloid dewasa yang berlebihan dan

paling banyak menyerang usia pertengahan (40-50 tahun). LMK memiliki 3 fase

yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase blast. Pada fase kronik biasanya

ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan

lambung disertai dengan penurunan berat badan. Pada fase akselerasi keluhan

anemia akan bertambah berat, dijumpai pula pendarahan bawah kulit (petechie dan

echimosis) serta demam yang disertai dengan infeksi. Penderita LMK akan sulit

diobati jika sudah memasuki fase akhir yang dikenal dengan nama fase krisis blastik

(produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblast yang disertai

dengan penurunan produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah).

Page 9: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Gambar 1.2.3 Leukemia Mieloid Akut

1.2.4 Diagnosa Dini

1. Pemeriksaan Fisik

Pembesaran limpa ditemukan di hampir semua jenis leukemia. Anemia, gejala-

gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan tahap

lanjut dari penyakit ini. Pada LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah

kadang-kadang disertai gangguan penglihatan yang disebabkan karena pendarahan

fundus okuli.

2. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan darah tepi

Pada LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%).

Pada LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK

ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3/ sedangkan pada LGK/LMK

ditemukan leukositosis lebih dari 50000/mm3.

b) Pemeriksaan sumsum tulang

Pemeriksaan sumsum tulang atau disebut juga dengan bone marrow puncture

adalah suatu tindakan untuk mengambil sampel massa dari sumsum tulang

belakang dengan cara mengebor pada ruas tulang tertentu di vertebrae. Hasil

pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan

hiperselular dengan gambaran hampir semua sel sumsum tulang diganti sel

leukemia (blast). Jumlah sel blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum

tulang.

1.2.5 Penanganan Leukemia

Page 10: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

1. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan jenis pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan

anti kanker. Saat ini dapat dijumpai lima kelompok besar obat-obatan anti kanker

tersebut, yaitu kelompok alkaloid vinca, antimetabolit, antibiotik, enzim, dan

miscellaneous agent. Obat-obat ini dapat diberikan dengan cara ditelan maupun

disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah, otot, di bawah kulit, di ruang antara

dua ruas tulang belakang, maupun langsung ke organ tubuh yang terkena kanker.

Kerugian kemoterapi adalah obat-obatan tersebut tidak bisa membedakan antara sel

kanker dan sel yang masih sehat.

2. Radiasi

Radiasi digunakan untuk membunuh sel leukemia yang berakumulasi di berbagai

bagian tubuh, seperti otak dan saraf (leukemia akut) dan saluran limfa (leukemia

kronik). Radiasi menggunakan sinar gamma dengan dosis tinggi yang

dilokalisasikan pada tempat berkumpulnya sel leukemia.

3. Transplantasi stem cell

Pada pasien yang masih muda bila kemoterapi tidak berhasil atau menimbulkan

kekambuhan, maka dapat dilakukan transplantasi sel dengan donor sumsum dari

saudara kandung atau keluarga dekat.

1.3 Hemofilia

1.3.1 Definisi

Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu

haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia

adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada

anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

Hemofilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara x-linked resesif

berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini terjadi

akibat kelainan sintesis salah satu faktor pembekuan, dimana pada hemofilia A terjadi

kekurangan F VIII (Antihemophilic factor), sedangkan pada hemofilia B terjadi

kekurangan F IX (Christmas factor). Hemofilia A mencakup 80-85% dari keseluruhan

penderita hemofilia.

Page 11: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Secara klinis hemofilia dapat dibagi menjadi hemofilia ringan, hemofilia

sedang dan hemofilia berat berdasarkan derajat kekurangan faktor pembekuan yang

bersangkutan.

1.3.2 Patofisiologi

Dasar abnormalitas pada hemofilia A adalah defisiensi/abnormalitas protein

plasma yaitu faktor anti hemofili (AHF = anti hemophilic factor/VIII). Dalam keadaan

normal, dalam plasma F.VIII bersirkulasi dalam bentuk ikatan dengan faktor von

Willebrand (vWF). Faktor vWF disebut juga F.VIII Antigen (F.VIIIAg) berfungsi

sebagai pembawa F.VIII. Fungsi F.VIII dalam proses koagulasi dinamakan F.VIII C.

Produksi vWF dikode oleh gen otosomal. Pada hemofilia A, vWF diproduksi dalam

kualitas normal dengan jumlah normal atau meningkat.

Pada hemofilia A didapatkan gangguan pada proses stabilisasi sumbat

trombosit oleh fibrin. Mutasi genetik yang ditemukan pada hemofilia A :

Transposisi basa tunggal : codon arginin menjadi stop codon yang menghentikan

sintesis F.VIII yang menyebabkan hemofilia berat.

Substitusi sam amino tunggal : menyebabkan hemofilia ringan.

Delesi beberapa ribu nukleotida : menyebabkan hemofilia berat Demikian

banyaknya mutasi terjadi pada gen F.VIII kira-kira 30% penderita baru hemofilia

tidak ada riwayat keluarga karena telah terjadi mutasi spontan.

1.3.3 Gejala Klinis dan Diagnosis

1. Riwayat Penyakit

Hemofilia dapat timbul saat lahir dimana terjadi : pemanjangan waktu

perdarahan dari tali pusat atau perdarahan intra kranial, sefalhematom, perdarahan

saat sirkumsisi. Pada anak yang lebih besar biasanya didapat riwayat adanya salah

seorang laki-laki anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama/gangguan

perdarahan. Namun perlu diingat bahwa 30% kasus tidak menunjukkan ada riwayat

perdarahan yang sama. Beratnya perdarahan bervariasi namun biasanya berat

ringannya perdarahan adalah sama pada satu keluarga. Acapkali seorang penderita

hemofilia ringan diagnosis baru dapat ditegakkan bila penderita mengalami suatu

tindakan pembedahan atau tindakan lain yang menyebabkan perdarahan.

Karena kelainan perdarahan dimulai sejak kecil/lahir sehingga perdarahan

sendi (hemarthrosis) sebagai akibat jatuh saat mulai belajar berjalan merupakan

Page 12: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

gejala yang paling sering dijumpai. Demikian juga laserasi lidah, bibir sering

dijumpai pada usia 11-12 bulan. Dalam anamnesis mungkin diperoleh keterangan

tentang pernah/seringnya transfusi darah dalam mengatasi perdarahan. Riwayat

keluarga sangat penting untuk kelainan yang diwariskan secara sex linked ini.

Selalu harus mencurigai kemungkinan adanya hemofilia A pada anak laki- laki

yang disertai perdarahan abnormal disamping kemungkinan hemofilia B karena

defisiensi faktor IX memang lebih jarang ditemukan.

2. Pemeriksaan Fisik

Derajat berat hemofilia secara klinis ditentukan oleh derajat berat defisiensi

faktor pembekuannya, bila kurang dari 1% disebut hemofilia berat, kadar Faktor

VIII (FVIII) 1-5% disebut hemofilia sedang dan bila kadar FVIII 5-25% disebut

hemofilia ringan. Tanda klinis dari hemofilia berat yang khas adalah terjadinya

perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang disertai nyeri dan gejala ini

mulai nampak ketika anak mulai belajar merangkak. Kadang penderita

menunjukkan perdarahan gastrointestinal, hematuria dan perdarahan otak.

Perdarahan sendi yang berulang menyebabkan menimbulkan atropati

hemofilia dengan penyempitan ruang sendi, kista tulang dan gerakan sendi yang

terbatas. Pseudokista hemofilik bisa terjadi pada tulang sebagai akibat dari

perdarahan berulang pada subperiosteal dengan destruksi tulang dan terbentuk

tulang baru.

3. Diagnosis

Laki-laki dengan riwayat perdarahan spontan atau setelah trauma, ada

riwayat keluarga. Pada pemriksaan faal hemostasis APTT memanjang, kadar

Faktor VIII menurun. Dapat juga dipastikan dengan pemerksaan TGT

(thromboplastin generation time).

1.3.4 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan hemofilia klasik, antara lain :

1. Pengobatan dasar

- Tindakan saat terjadi perdarahan

- Tindakan saat perdarahan artifisial

Page 13: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

- Pengobatan pencegahan

- Pengobatan di rumah

2. Perawatan komprehensif

3. Inhibitor terhadap faktor VIII

4. Deteksi karier dan diagnosis prenatal

II. TEKANAN DARAH2.1 Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah terhadap dinding

pembuluh darah arteri. Tekanan itu diukur dalam satuan milimeter mercury (mmHg)

and direkam dalam dua angka-tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap

tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). Kedua angka ini penting.

Dengan setiap denyut jantung, darah dipompa keluar dari jantung ke dalam

pembuluh darah, yang membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah merupakan

ukuran tekanan atau gaya di dalam arteri dengan setiap denyut jantung.

2.2 Pengukuran Tekanan Darah

Seorang dokter atau perawat dapat mendengar tekanan darah seseorang dengan

menempatkan stetoskop di arteri dan memompa sabuk yang dilingkarkan di lengan.

Tekanan darah dibaca pada meter khusus. Tercatat sebagai dua angka : 120

(Sistolik) 80 (Diastolik). Tekanan darah sistolik – angka pertama; jumlah tekanan

terhadap dinding arteri setiap waktu jantung berkontraksi atau menekan darah keluar

dari jantung. Tekanan darah diastolik – angka kedua; jumlah tekanan di dalam arteri

sewaktu jantung beristirahat, dan di antara denyut jantung.

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer. Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur

tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit

yang disebut milimeter air raksa (mm Hg).

Manset ditaruh mengelilingi lengan atas dan dipompa dengan sebuah pompa

udara sampai dengan suatu tekanan yang menghalangi aliran darah di arteri utama

(brachial artery) yang berjalan melalui lengan. Lengan kemudian di taruh disamping

Page 14: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

badan pada ketinggian dari jantung, dan tekanan dari manset pada lengan dilepaskan

secara berangsur-angsur. Ketika tekanan didalam manset berkurang, seorang dokter

mendengar dengan stetoskop melalui arteri pada bagian depan dari sikut. Tekanan pada

mana dokter pertama kali mendengar denyutan dari arteri adalah tekanan sistolik

(angka yang diatas). Ketika tekanan manset berkurang lebih jauh, tekanan pada mana

denyutan akhirnya berhenti adalah tekanan diastolik (angka yang dibawah).

2.3 Jenis- jenis Tekanan Darah

1. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan

darah lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga

menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan. Sebenarnya tubuh

mempunyai mekanisme untuk menstabilkan tekanan darah, kestabilan tekanan

darah ini penting sebab tekanan harus cukup tinggi untuk mengantarkan oksigen

dan zat makanan ke seluruh sel di tubuh dan membuang limbah yang dihasilkan jika

tekanan terlalu tinggi, bisa merobek pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan

di dalam otak (stroke hemoragik) atau komplikasi lainnya jika tekanan terlalu

rendah, darah tidak dapat memberikan oksigen dan zat makanan yang cukup untuk

sel dan tidak dapat membuang limbah yang dihasilkan sebagaimana mestinya dari

sekian banyak penyebab hipotensi maka hipotensi karena perubahan posisi tubuh

atau hipotensi ortostatik lah yang paling sering terjadi kapan pasien dikatakan

menderita hipotensi jenis ini.

Bila dijumpai penurunan tekanan darah sistolik yang menetap di bawah 80

mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg yang diikuti oleh

gejala klinis saat perubahan posisi tubuh dari tidur ke berdiri secara tiba tiba gejala

klinis yang terjadi cukup bervariasi acapkali keluhan yang disodorkan penderita

lebih merupakan keluhan neuropati autonom seperti mudah lelah, pusing, pingsan,

sering menguap, tutur kata yang kabur, penglihatan kabur, wajah pucat, keringat

dingin, mual, perasaan tak nyaman di perut, sensasi terceki keluhan yang muncul ini

kadang tidak berhubungan erat dengan kualitas penyakit ada kecenderungan

peningkatan kualitas gejala saat pagi hari ketika bangun tidur, makin reda bila hari

telah siang atau penderita kembali berbaring lalu, apa yang sebenarnya menjadi

penyebab dari hipotensi.

Page 15: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Penyebab dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :

a) Curah jantung berkurang, penyebabnya irama jantung abnormal, kerusakan atau

kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung, emboli pulmoner.

b) Volume darah berkurang, penyebabnya perdarahan hebat, diare, keringat

berlebihan, berkemih berlebihan.

c) Meningkatnya kapasitas pembuluh darah, penyebabnya syok septik, pemaparan

oleh panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium,

penghambat ACE).

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala hipotensi antara

lain :

a) Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur seperti berjalan cukup mampu

mengurangi timbulnya gejala.

b) Tidur dengan posisi kepala terangkat ± 30 cm dan alas tidur dapat memperbaiki

hipotensi ortostatik melalui mekanisme berkurangnya tekanan arteri ginjal yang

selanjutnya akan merangsang pelepasan renin dan meningkatkan volume darah.

c) Menggunakan obat obatan yang dapat menaikan tekanan darah.

2. Tekanan Darah Normal

Tekanan darah normal adalah tekanan darah yang berkisar kurang dari 120

mmHg untuk systolic dan kurang dari 80 mmHg untuk diastolic (bagi dewasa, usia

18 tahun dan lebih, serta tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan

tidak menderita penyakit serius dalam waktu dekat).

Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam

pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat

jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis

kosong). Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi

tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya

tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan

pembuluh darah.

Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan

darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan

bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai

tersebut disebut sebagai normal-tinggi (batasan tersebut diperuntukkan bagi

individu dewasa diatas 18 tahun).

Page 16: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah naik turun sepanjang hari. Tetapi, ketika tekanan darah terus

naik dalam masa tertentu, inilah yang disebut dengan tekanan darah tinggi

(hipertensi). Tekanan darah tinggi berbahaya karena membuat jantung bekerja

terlalu keras, dan tekanan yang kuat dari aliran darah dapat melukai pembuluh

darah arteri dan organ-organ seperti jantung, ginjal, otak, dan mata. Tekanan darah

tinggi seringkali tidak menunjukkan tanda atau gejala. Ketika tekanan darah tinggi

terjadi, biasanya akan berlangsung seumur hidup. Jika tidak dikontrol, dapat

menyebabkan penyakit jantung dan ginjal, stroke, dan kebutaan.

Tekanan darah naik turun sepanjang hari. Tetapi, ketika tekanan darah terus

naik dalam masa tertentu, inilah yang disebut dengan tekanan darah tinggi

(hipertensi). Tekanan darah tinggi berbahaya karena membuat jantung bekerja

terlalu keras, dan tekanan yang kuat dari aliran darah dapat melukai pembuluh

darah arteri dan organ-organ seperti jantung, ginjal, otak, dan mata. Tekanan darah

tinggi seringkali tidak menunjukkan tanda atau gejala. Ketika tekanan darah tinggi

terjadi, biasanya akan berlangsung seumur hidup. Jika tidak dikontrol, dapat

menyebabkan penyakit jantung dan ginjal, stroke, dan kebutaan.

III. GANGGUAN HORMONAL3.1 Definisi Hormon

Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke

dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di

dalam sel-sel, begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju

berbagai jaringan sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari

rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid,

yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.

1. Hormon Wanita

Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium. Baik pria maupun wanita, pada

dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya kadarnya yang

berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen.

Page 17: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan

hidupnya termasuk pada keindahan kulit.

Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita :

a) Hormon Estrogen

Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan

struktur normal kulit agar tetap lentur,menjaga kolagen kulit agar

terpelihara dan kencang serta mampu menahan air.

Hormon ini berfungsi untuk:

- Mempertahankan fungsi otak.

- Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.

- Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel

jaringan (kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).

- Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita

yang feminin.

- Produksi sel pigmen kulit.

b) Hormon Progesteron:

Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan

kulit tetapi sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan

pengembangan estrogen dan kompetitor androgen.

Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita,

yaitu:

- Mengatur siklus haid.

- Mengembangkan jaringan payudara.

- Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.

- Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.

c) Hormon Androgen

Hormon ini berfungsi untuk:

- Merangsang dorongan seksual.

- Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel

darah merah.

2. Hormon Pria

Saat hormon LH mencapai zakar melalui aliran darah, sel-sel yang ada di sana

mulai menghasilkan suatu hormon bernama testosteron. Sel-sel yang

Page 18: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

menghasilkan testosteron mengetahui bahwa waktunya telah tiba bagi tubuh

yang ditempatinya untuk meninggalkan masa kanak-kanak menjadi laki-laki

dewasa. Rumus kimia testosteron yang dihasilkannya akan mengubah seorang

anak di dalam masa perkembangan menjadi laki-laki.

Molekul testosteron menyebar ke seluruh bagian tubuh dan molekul testosteron

menyebabkan perkembangbiakan sel-sel otot. Karena itu, tuuh laki-laki lebih

berotot dan kuat daripada tubuh perempuan. Peningkatan jumlah otot

menghasilkan penampakan tubuh khas laki-laki. Pada saat yang sama, molekul-

molekul testosteron mempengaruhi sel-sel pada akar rambut, menyebabkan

munculnya Janggut dan kumis. Testosteron mempengaruhi pita suara,

menyebabkan suara laki-laki lebih rendah daripada perempuan. Selain itu,

molekul testosteron memberikan pada tubuh laki-laki kemampuan membuahi

telur perempuan

Fungsi hormon utama :

Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang lebih sempurna

dengan mengawal dan memastikan fundsi dan koordinasi setiap organ.Hormon

mengawal proses metabolisme dan membolehkan pencapaian kesehatan yang

lebih baik. Setelah manusia mencapai umur 25 tahun, produksi hormon mulai

menurun.

Hormon-hormon utama dalam sistem endoktrin :

- Human Growth Hormone (HGH)

- Melatonin

- Thyroid gland hormone

- Insulin

- DHEA

- Oestrogen

- Corpus luteum hormone

- Testis hormone

3.2 Kelainan Pada Sistem Hormon

1. Penyakit Addison

Page 19: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat

terjadi misalnya karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab

autoimun.

Gejala – gejalanya berupa :

a) Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan

volume air dari cairan tubuh.

b) Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga

penderita mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress

kecil saja misalnya flu atau kelaparan.

c) Lesu mental dan fisik.

2. Sindrom Cushing

Kumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi berlebihan

dari glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat disebabkan

oleh pemerian obat – obatan kortikosteroid yang berlebihan.

Gejalanya berupa :

a) Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein.

b) Osteoporosis.

c) Luka yang sulit sembuh.

d) Gangguan mental misalnya euphoria (terasa segan).

3. Sindrom Adrenogenital

Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya

akibat kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal.

Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk

mensekresi androgen yang menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan

sekunder pria pada seorang wanita yang disebut virilisme yang timbulnya

janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot tubuh seperti pria,

perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis dan

kadang – kadang kebotakan.

Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda –

tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas

tertutup oleh tanda – tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh

testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari estrogen dan

Page 20: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder wanita antara lain yaitu

ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).

4. Peokromositoma

Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan

noradrenalin dengan akibat sebagai berikut :

a) Basa metabolisme meningkat

b) Glukosa darah meningkat

c) Jantung berdebar

d) Tekanan darah meninggi

e) Berkurangnya fungsi saluran pencernaan

f) Keringat pada telapak tangan

Kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan tubuh lemah.

Pengobatanya melalu operasi.

5. Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan pembenjolan pada leher

bagian depan. Penyebab struma antara lain peradangan, tumor ataupun

defisiensi yodium. Pada defisiensi yodium, struma terjadi karena kadar T4 dan

T3 menurun, kadar TASH meningkat, hal ini menrangsang sel – sela folikel

untuk hipertropi dan hyperplas.

6. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh kalainan

hormon yang mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat menyerap

glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketika dalam darah tidak terdapat cukup

insulin. Pada kedua hal tersebut, sel – sel tubuh tidak mendapat cukup glukosa

dari darah sehingga kekurangan energi dan akhirnya terjadi pembakaran

cadangan lemak dan protein tubuh. Sementara itu, system pencernaan tetap

dapat meyerap glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah

menjadi sangat tinggi dan akhirnya diekskresi bersama urin. Penderita DM

dapat meninggal karena penyakit yang dideritanya atau karena komplikasi yang

ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan

gangguan saraf.

Page 21: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Pada penderita DM, sering disertai kelainan-kelainan dalam rongga mulut,

seperti peradangan pada jaringan mukosa dan penyakit peridontal serta mudah

terjadi abses periapikal. Pada penderita DM perlu ditekankan mengenai

pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Bila keadaan mulut penderita sehat

(kedaan gula darah penderita terkontrol), maka pembuatan gigi tiruan sudah

dapat dilakukan, prognosa gigi tiuan pada penderita DM adalah gigi tiruannya

longgar.

7. Hipotiroidea

Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila terjadi pada masa

bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi

pendek karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran

mental karena sel – sel otak kurang berkembang.

8. Hipertiroidea

Keadaan dimana hormone tiroid disekresikan melebihi kadar normal.

Gejala – gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu

makan besar, jantung berdebar dan BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.

Page 22: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

DAFTAR PUSTAKA

Danis, Difa. Kamus Istilah Kedokteran: Gitamedia Press.

Anonim. 2014. Leukemia. Diakses melalui https://www.lippoinsurance.com/leukemia/.html

pada tanggal 10 Maret 2016.

UPT – Balai Informasi Teknologi LIPI. 2009. Tekanan Darah.

Kopriyanti, Nopa. 2010. Makalah Kelaianan Pada Sistem Hormon. Indramayu: Tugas dan

syarat mengikuti UTS Universitas Wiralodra.

Permono, Bambang dan I Dewa Gede Ugrasena. Tatalaksana Terkini Hemofilia Klasik

(Recent Advance On Hemophilia A Treatment). Surabaya: Divisi Hematologi –

Onkologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak.

Page 23: Kelainan Darah, Tekanan Darah dan Gangguan Hormonal

Nurlitasari, Dewi Farida, dkk. 2014. Buku Pedoman Kepaniteraan Klinik Kurikulum

Berbasis Kompetensi Perawatan Rehabilitasi (Prostodonsia). Denpasar: Program

Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.