Kelainan Refraktif soca3 1

  • Upload
    dinda24

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KELAINAN REFRAKTIFI. PENDAHULUAN Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Seiring dengan bertambahnya usia, maka organ tubuh kita satu persatu akan berkurang kemampuan fungsinya. Begitu juga mata kita, pada bagian lensa mata kita akan mengalami penurunan tingkat elastisitasnya dibanding saat masih muda. Keadaan untuk bisa mencembung dan memipih lensa karena kelenturannya ini disebut Akomodasi. Jika tingkat akomodasi menurun maka akan mengalami kesulitan untuk melihat dekat / baca. Beberapa orang yang mengalami Myopia maka hal ini akan menjadi suatu hal yang terbalik dimana untuk membaca dekat dengan melepas kacamatanya akan terlihat jelas, namun bagi orang Hypermetropia ( + ) untuk kondisi ini akan mengalami kesulitan baca yang hebat. Koreksi yang biasa diberikan adalah kacamata Plus untuk baca atau Bifokal atau dengan memakai kacamata yang lebih rendah ukurannya bagi orang myopia tinggi. II. EPIDEMIOLOGI Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia pada 2005, diperkirakan, terserang "presbyopia", atau gangguan yang berhubungan dengan usia dalam melihat benda pada jarak dekat. Selain itu sebanyak 410 juta orang berada dalam kondisi tak dapat melakukan tugas yang mengharuskan pandangan dekat, demikian satu laporan di dalam jurnal AS Archives of Ophthalmology. Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran yang dilakukan oleh Depkes di 8 Propinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat) berturut-turut pada tahun anggaran 1993/1994,

1994/1995, 1995/1996, 1996/1997, ditemukan kelainan refraksi sebesar 22,1% dan menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia. Sedangkan angka kelainan refraksi pada golongan usia sekolah adalah kurang lebih 5%. Kelainan refraksi ini dapat terjadi pada seluruh golongan umur terutama pada golongan anak sekolah yang berumur dari 6 sampai 18 tahun. Uji coba di 3 kabupaten di Jawa Barat tahun 1994, ditemukan 35% anak sekolah mempunyai tajam penglihatan yang tidak normal, dan dari hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh mereka yang membutuhkan kacamata ternyata tidak mampu membeli, dikarenakan tidak terjangkaunya harga kacamata.

III. ANATOMI MATA Mata adalah alat indra kita yang berfungsi untuk melihat. Bola mata memiliki diameter kurang lebih 2,5 cm. Kita memiliki 2 buah mata agar kita dapat melihat benda dengan tiga dimensi dan juga kita dapat menentukan letak suatu benda tanpa mengukurnya mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi termasuk otot- otot penggerak bola mata, kotak mata (rongga tempat mata berada), kelopak, dan bulu mata.

Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Sklera Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat, berwarna putih buram (tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan. 2. Koroid Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam, merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa. 3. Retina Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan selsel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian

yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta. Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.

1. Cornea Kornea adalah selaput bening mata yang dapat menembus cahaya, dan merupakan jaringan penutup bola mata sebelah depan yang terdiri dari : 1. Epitel, terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih 2. Membrane Bowman, merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti strorma. 3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya.4. Membrane descement, merupakan membrane aseluler, bersifat sangat elastic

5. Endotel, yang berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal.

Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus dan saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrane bowman melepaskan selubung schwannya. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan tempat pembiasan sinar terkuat, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Fisiologi: Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi . Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air sekaligus. 2. Choroid Segmen posterior uvea, diantara retina dan sclera. Choroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid: besar, sedang, kecil. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Khoroid sebelah dalam dibatasi oleh membrane Bruchdan sebelah luar oleh sclera. 3. Ciliary body

Secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang kedepan dari ujung anterior khoroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Terdiri dari suatu zona anterior yang berombakombak, pars plikata, dan zona posterior yang datar,pars plana. 4. Iris Perpanjangan korpus siliare ke anterior. Berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang berada di tengah (pupil). Iris terletak berkesinambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dengan kamera posterior. 5. Pupil Pupil adalah pembukaan di tengah iris. Ukuran pupil menentukan jumlah cahaya yang masuk mata. Ukuran pupil dikontrol oleh otot-otot dilator dan sfingter iris. 6. Retina Retina adalah selaput halus yang melapisi bagian dalam mata belakang. Retina merupakan syaraf yang bersambung dengan otak melalui syaraf kedua atau syaraf optik. Apa yang kita lihat disekitar kita, dihantarkan melalui retina ke otak sehingga kita dapat melihat dan mengerti apa yang di lihat. Jadi retina sangat penting fungsinya dalam proses penglihatan. 7. Macula, Fovea Makula lutea adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat. Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sel batang dan hanya mengan dung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visiul mata, bayangan yang terfokus di sini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak. 8. Optic nerve Saraf utama mata ke otak. 9. Optic disc Titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.

10. Vitreous humor Suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitrous mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina, dan diskus optikus. Vitrous berisi 99% air dan 1 % sisanya meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat banyak air. 11. Aqueous humor Suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior danposterior mata. Volumenya sekitar 250 mL dan kecepatan pembentukkannya, yang bervariasi di urnal adalah 1,5-2 mL/menit. Komposisinya askorbat, piruvat dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. 12. Canal of schlemm Mengumpulkan cairan aqueous humor dari bilik anterior mata dan memindahkannya ke darah dan sistem vaskular. Aqueous humor dipindahkan melalui vena silia anterior. 13. Lens Perpanjangan korpus siliare ke anterior. Berupa suatu permukaan pipih dengan apertura bulat yang berada di tengah (pupil). Iris terletak berkesinambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kameraanterior dengan kamera posterior. 14. Conjunctiva Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaananterior sclera (konjungtiva bulbaris). Bersambung dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

OTOT MATA

IV. FISIOLOGIS Dalam keadaan normal, mata menghasilkan gambaran yang jelas karena cahaya yang masuk dibiaskan oleh kornea dan lensa, sehingga terfokus ke retina. Retina mengirimkan gambaran yang terbentuk ke otak melalui saraf optikus. Bentuk kornea tetap, tetapi bentuk lensa berubah agar terfokus pada objek yang memiliki jarak yang berlainan dari mata.

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. AKOMODASI

Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter. V. JENIS JENIS KELAINAN REFRAKTIF 1. Mata miopi lebih panjang daripada normal, sehingga cahaya terfokus di depan retina. Objek pada jarak pendek tampak jelas, tetapi objek pada jarak jauh terlihat kabur. Pada miopia, objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu panjang dan gambaran terfokus di depan retina bukan tepat pada retina. Miopia merupakan kelainan yang diturunkan dan seringkali ditemukan pada anak-anak ketika mereka berusia 812 tahun. Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, miopia semakin memburuk. Antara usia 20-40 tahun, biasanya terjadi sedikit perubahan. Koreksi:

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik). 2.

Hipermetropia keadaan bayangan mata di yang berakomodasi Hipermetropia

adalah tidak retina. jika

memfokuskan belakang terjadi

kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa). Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa berangsurangsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.

Hipermetropia juga diturunkan. Bayi dan anak-anak cenderung mengalami hipermetropia ringan. Sejalan dengan pertumbuhan dan bertambah panjangnya mata, hiperopia semakin berkurang. Koreksi: Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. 3. Astigmata Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur. Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi: Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.

4. Presbiopia

Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat. Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi: Koreksi dengan kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca biasanya 33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat diberikan. 5. Afakia Jika lensa telah diangkat karena katarak tetapi belum diganti dengan lensa implan, pada jarak berapapun benda terlihat kabur, keadaan dimana tidak ada lensa disebut afakia.

VI. GEJALA DAN TANDA Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan:

Sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi

Mata berair Cepat mengantuk Mata terasa pedas Pegal pada bola mata

Karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina.

Penglihatan kabur Pada anak dapat mengakibatkan seperti penglihatan kabur dan juling.

VII. PEMERIKSAAN REFRAKSI Pemeriksaan Visus

Visus = tajam penglihatan sentral Visus normal = 6/6 PEMBILANG : jarak antara penderita dengan kartu Snellen PENYEBUT : jarak yang tertera pada kartu Snellen,yang menyatakan jarak yang seharusnya dapat dibaca Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada basis yang menunjukan angka 20 berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/20 Visus 6/20 hanya dapat baca huruf pada jarak 6 meter,yang oleh orang normal huruf

tersebut dapat dibaca pada jarak 20 meter

Cara Pemeriksaan Visus : A. Uji Pinhole Dilakukan bila Visus dengan Snellen tidak dapat mencapai 6/6 Untuk membedakan kelainan anatomis atau kelainan refraksi Pinhole diletakan didepan mata pasien , pasien kembali disuruh membaca huruf pada jartu Snellen Bila tidak terjadi perbaikan pada penglihatan pasien (Visus tetap) berarti terdapat kelainan anatomis Bila terjadi perbaikan pada penglihatan pasien (Visus maju) berarti merupakan kelainan refraksi dan pasien dapat diberikan kacamata

B. Pemeriksaan dengan kartu Snellen : 1. Pasien duduk pada jarak 5 6 meter dari kartu Snellen. Periksa satu mata, mata kanan dahulu. 2. Pasien menyebutkan angka/simbol yamg ditunjuk berurutan dari atas ke bawah sampai baris terakhir yang masi bisa dibaca. 3. Visus pasien adalah sesuai dengan angka yang tertera pada kartu Snellen ( baris terakhir yang bisa dibaca ). C. Pemeriksaan dengan hitung jari 1. Snellen 2. 3. 4. 5. 6. 1/60 D. Pemeriksaan dengan lambaian tangan 1. Dilakukan bila pasien tidak dapat menyebut dengan benar jumlah jari yang diacungkan pemeriksa pada jarak 1 meter 2. Pasien diperiksa matanya satu persatu 3. Pemeriksa melambaikan tangan dengan jarak 1 meter dari pasien 4. Pasien dapat menentukan arah lambaian tangan 5. Bila pasien dapat menentukan arah lambaian tangan pada jarak 1 meter berarti Visus adalah 1/300 Pasien diperiksa matanya satu persatu Pemeriksa mengacungkan satu atau lebih jarinya dengan latar belakang putih dari Bila pasien bisa menyebut dengan benar berapa jari yang ditunjukan pemeriksa Pasien menyebutkan berapa jari yang diacungkan pemeriksa Bila pasien dapat menyebutkan jumlah jari dari jarak 1 meter berarti Visus adalah Dilakukan bila pasien tidak dapat menyebutkan huruf /angka terbesar dalam kartu

jarak 1 meter dari pasien, dan pasien menyebutkan berapa jari pemeriksa maka pemeriksa melangkah mundur 1 m dan tetap mengacungkan jarinya

E. Pemeriksaan dengan lampu senter

1. Dilakukan bila pasien tidak dapat menentukan arah lambaian tangan pemeriksa dari jarak 1 meter 2. Pasien diperiksa matanya satu persatu 3. Pemeriksa mengarahkan lampu sorot/senter ke mata 4. Bila pasien dapat melihat sinar berarti Visus adalah 1/-, tentukan proyeksi cahaya dari 4 kuadrat masih oke, n.opticus masih baik5. Bila pasien tidak dapat melihat sinar berarti Visus adalah nol = BUTA

PEMERIKSAAN REFRAKSI

Visus pinhole maju pemeriksaan refraksi ukuran kacamata pasien Pinhole tetap atau Visus 1/300 tidak perlu dilakukan pemeriksaan refraksi kelainan atatomis Pemeriksaan refraksi dilakukan pada setiap mata. Lensa sferis negative memberikan ketajaman penglihatan terbaik bila

penglihatan bertambah baik miopi lensa sferis negative terkecil yang dapat Lensa sferis negative buram lensa sferis positif penglihatan bertambah baik hipermetropia lensa sferis positif yang terbesar yang dapat memberikan tajaman penglihatan terbaik

Lensa sferis negatif atau positif tajam penglihatan tidak 6/6 astigmatisme Dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa sferis negatif atau positif hingga mendapatkan tajam penglihatan terbaik, kemudian dipasang lensa sferis positif yang cukup besar agar penglihatan pasien menjadi kabur Lihat kartu kipas astigmat garis pada kipas yang paling jelas lensa silinder negatif pada aksis 900 dari garis yang terjelas tersebut Setelah pemeriksaan Visus jauh selesai lakukan pemeriksaan Visus dekat dengan kartu Jaeger dengan patokan :

Umur 40 tahun berikan S + 1.00 D Umur 45 tahun berikan S + 1.50 D Umur 50 tahun berikan S + 2.00 D Umur 55 tahun berikan S + 2.50 D Umur 60 tahun berikan D + 3.00 D

Lebih dari 60 tahun tetap berikan S + 3.00 D

PUPIL DISTANCE = PD = jarak sentral kedua pupil Sumber cahaya diarahkan dari sekitar 30 cm kearah pangkal hidung, lihat pantulan cahaya pada tengah pupil Hitung berapa jarak antara kedua pantulan (dalam mm) untuk PD dekat Untuk PD jauh, tambahkan 2 mm dari penghitungan PD dekat

PENGOBATAN Kacamata & Lensa Kontak Kacamata dan lensa kontak memperbaiki kelainan refraktif dengan cara menambah atau mengurangi kekuatan fokus pada kornea dan lensa. Kekuatan yang diperlukan untuk memfokuskan gambaran secara langsung ke retina diukur dalam dioptri. Pengukuran ini juga dikenal sebagai resep kacamata. Pada miopia, kornea dan lensa terlalu banyak memiliki kekuatan fokus, sehingga cahaya yang dibiaskan bertemu pada suatu titik di depan retina. Kacamata dan lensa kontak mengatasi keadaan ini dengan cara mengurangi kekuatan fokus mata yang alami dan memungkinkan cahaya terfokus pada retina. Untuk miopia, resepnya adalah negatif, misalnya -4,25 dioptri. Pada hiperopia, kacamata dan lensa kontak menambah kekuatan fokus, sehingga kebika memasuki mata, cahaya lebih banyak dibiaskan. Proses ini memindahkan titik fokus ke retina sehingga pandangan menjadi jelas. Untuk hiperopia, resepnya adalah positif, misalnya +4,25 dioptri. Pada astigmata, bentuk lensa pada kacamata menggantikan lengkung kornea yang ganjil dan memfokuskan cahaya pada suatu titik di retina. Kacamata Cara yang mudah untuk memperbaiki kelainan refraktif adalah dengan menggunakan kacamata. Lensa plastik untuk kacamata lebih ringan tetapi cenderung meregang, sedangkan lensa kaca lebih tahan lama tetapi mudah pecah. Kedua jenis lensa tersebut bisa diberi warna atau diberi

bahan kimia yang secara otomatis menggelapkan lensa jika penderita berada di bawah sinar. Lensa juga bisa dilapisi untuk mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang sampai ke mata. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini memiliki 2 lensa, yaitu untuk membaca dipasang di bawah dan untuk melihat jarak jauh di pasang di atas. Jika penglihatan jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang dijual bebas. Tidak ada latihan atau obat-obatan yang bisa memperbaiki persbiopia. Lensa kontak Banyak yang mengira bahwa dengan menggunakan lensa kontak maka penglihatan menjadi lebih alami. Lensa kontak memerlukan perawatan yang lebih teliti, bisa merusak mata dan pada orang-orang tertentu tidak dapat memperbaiki penglihatan sebaik kacamata. Lanjut usia dan penderita artritis mungkin akan mengalami kesulitan dalam merawat dan memasang lensa kontak. Macam-macam lensa kontak: Lensa kontak yang kaku (keras) adalah lempengan tipis yang tebuat dari plastik keras Lensa yang dapat ditembus gas terbuat dari silikon dan bahan lainnya, lensa ini kaku tetapi memungkinkan penghantaran oksigen yang lebih baik ke kornea Lensa kontak hidrofilik yang lunak terbuta dari plastik lentur yang lebih lebar dan

menutupi seluruh kornea Lensa non-hidrofilik yang paling lunak terbuat dari silikon.

Lanjut usia biasanya lebih menyukai lensa yang lunak karena perawatannya lebih mudah dan ukurannya lebih besar. Lensa ini juga tidak mudah lepas atau debu atau kotoran lainnya tidak mudah masuk ke bawahnya. Selain itu lensa kontak yang lunak memberikan kenyamanan ketika pertama kali dipakai, meskipun memerlukan perawatan yang cermat. Kebanyakan lensa kontak harus dilepas dan dibersihkan setiap hari. Atau bisa digunakan lensa sekali pakai, ada yang diganti setiap 1-2 minggu sekali atau ada juga yang diganti setiap hari. Lensa sekali pakai tidak perlu dibersihkan dan disimpan karena setiap kali diganti dengan yang baru.

Setiap jenis lensa kontak memiliki resiko yaitu komplikasi yang serius, termasuk ulserasi kornea akibat infeksi yang bisa menyebabkan kebutaan. Resiko ini bisa dikurangi dengan mengikuti aturan pemakaian dari pembuat lensa kontak dan petunjuk dari dokter mata. Jika timbul rasa tidak nyaman, air mata yang berlebihan, perubahan penglihatan atau mata menjadi merah, sebaiknya lensa segera dilepas dan periksakan mata ke dokter mata. Cara membaca resep kacamata Contoh 1. Sferis OD OS +2,50 +1,75 Silindris +1,00 +1,50 Axis 180 180

Resep diatas dibaca sebagai berikut: Mata kanan positif 2,50; positif 1,00; axis 180. Mata kiri positif 1,75; positif 1,5; axis 180.

Kolum sferis menunjukkan miopia atau hiperopia. Kolum silindris menunjukkan astigmata. Kolum axis menunjukkan orientasi dalam derajat dari bidang horisontal. Angka silindris menunjukkan perbedaan dioptri antara lengkung kornea terrendah dan lengkung kornea tercuram. Kekuatan lensa diukur dalam satuan dioptri, yang berdasarkan kepada banyaknya cahaya yang akan dibiaskan melalui lensa. Jika kekuatan lensa meningkat, maka ketebalan lensapun bertambah. Terdapat 3 jenis lensa: Lensa Cembung (konveks)

Lensa

ini

bagian

tengahnya

lebih

tebal,

sedangkan

ujungnya

lebih

tipis.

Cahaya dibiaskan ke 1 titik. Lensa cembung digunakan pada kacamata untuk hiperopia dan pada resep diberi tanda positif (+). Lensa Cekung (konkaf)

Lensa ini memiliki bagian tengah yang lebih tipis dan cahaya dibiaskan secara tersebar. Lensa ini digunakan untuk mengkoreksi kelainan miopia dan memiliki tanda negatif (-).

Lensa Silindris Lensa ini salah satu sisinya lebih melengkung dibandingkan dengan sisi yang lainnya. Lensa silindris digunakan untuk memperbaiki astigmata. Contoh 2. Sferis OD (mata kanan) OS (mata kiri) -1,25 -0,75 Silindris -2,50 -2,25 +1,50 add Resep ini dibaca sebagai berikut: Mata kanan minus 1,25; minus 2,5; axis 90. Mata kiri minus 0,75; minus 2,25; axis 90. Artinya mata kanan menderita miop sebesar 1,25 dioptri, astigmata sebesar 2,50 dioptri dengan orientasi silindris 90. Mata kiri menderita miop sebesar 0,75 dioptri, astigmata sebesar 2,25 dioptri dengan orientasi silindris 90. Diperlukan kacamata bifokus dengan kekuatan lensa sebesar +1,50 untuk membantu membaca. Pembedahan & Terapi Laser Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk memperbaiki miopia, hiperopia dan astigmata. Tetapi prosedur tersebut biasanya tidak mampu memperbaiki penglihatan sebaik kacamata dan lensa kontak. Sebelum menjalani prosedur tersebut, sebaiknya penderita mendiskusikannya dengan seorang ahli mata dan mempertimbangkan keuntungan serta kerugiannya. Pembedahan refraktif biasanya dijalani oleh penderita yang penglihatannya tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak dan penderita yang tidak dapat menggunakan kacamata atau lensa kontak.1. Keratotomi Radial & Keratotomi Astigmatik Keratotomi adalah suatu prosedur

Axis 90 90

pembedahan yang digunakan untuk mengatasi miopia dan astigmata. Pada keratotomi radial (KR), dibuat sayatan radial (jari-jari roda) pada kornea, biasanya sebanyak 4-8 sayatan. Keratotomi astigmatik (KA) digunakan untuk memperbaiki astigmata alami dan

astigmata setelah pembedahan katarak atau pencangkokan kornea. Pada keratotomi astigmatik dibuat sayatan melengkung. Karena kornea hanya memiliki ketebalan 0,5 mm, maka kedalaman sayatan harus ditentukan secara tepat. Lokasi sayatan ditentukan setelah dilakukan analisa terhadap bentuk kornea dan ketajaman penglihatan penderita. Pembedahan bertujuan mendatarkan kornea, sehingga kornea bisa lebih memfokuskan cahaya yang masuk ke retina. Dengan pembedahan ini penglihatan penderita menjadi lebih baik dan sekitar 90% penderita yang menjalani pembedahan bisa mengemudi tanpa bantuan kacamata maupun lensa kontak.

Efek samping: Penglihatan berubah-ubah (kadang jelas, kadang kabur), terutama pada beberapa bulan

pertama setelah pembedahan Kornea menjadi lemah, lebih mudah robek jika terpukul secara langsung

Infeksi Kesulitan dalam memasang lensa kontak

Silau jika melihat cahaya Nyeri yang bersifat sementara.

Komplikasi: Katarak Nyeri yang bersifat menetap

Infeksi serius Robekan akibat sayatan Hilangnya penglihatan

2. Keratektomi Fotorefraktif Prosedur pembedahan laser ini bertujuan untuk kembali membentuk kornea. Digunakan sinar berfokus tinggi untuk membuang sebagian kecil kornea sehingga bentuknya berubah. Dengan merubah bentuk kornea, maka cahaya akan lebih terfokus ke retina dan penglihatan menjadi lebih baik. Masa penyembuhan dari terapi laser ini lebih lama dan lebih terasa nyeri dibandingkan dengan pembedahan refraktif.3. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK)

LASIK tidak terlalu sakit dan penyembuhan penglihatannya lebih baik dibandingkan dengan keratektomi fotorefraktif.