24
KELAINAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI ( Non-Epileptic Seizure (NES) ) Oleh : adhi nugroho latief A. Latar Belakang Kata kejang saat ini sering di hubungkan dengan penyakit epilepsi atau dalam bahasa awam seperti ayan atau sawan, sebenarnya tidak semua kejang adalah epilepsi. Penentuan diagnosa yang keliru pada epilepsi membawa berbagai dampak negative pada penderitanya. Apabila diagnosa epilepsi telah ditegakkan, konsekuensinya penderita harus rutin minum obat anti epilepsi ( OAE ) secara bertahun-tahun dan relative merupakan medikasi yang toksik, dengan berbagai efek samping. Disritmia jantung dan depresi pernapasan dapat terjadi akibat pemberian OAE. Dan sebaliknya, diagnosa yang tidak benar sering penderita mendapatkan penanganan psikiatri yang tidak perlu. Epilepsi merupakan salah satu penyebab morbiditas di bidang saraf anak yang berdampak pada tumbuh-kembang anak. Epilepsi adalah suatu kondisi neurologik yang mempengaruhi sistem saraf. Epilepsi juga dikenal sebagai penyakit kejang. Terdapat banyak perbedaan bentuk kejang dan hal ini berbeda dengan kejang yang lainnya. Setiap orang 1

Kelainan Yang Menyerupai Epilepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Non epileptic seizureUnlike seizurePseudoseizuremerupakan serangan kejang yang bukan epilepsimembahas Ilmu Kesehatan Anak divisi Neuropediatrik

Citation preview

KELAINAN YANG MENYERUPAI EPILEPSI

( Non-Epileptic Seizure (NES) )

Oleh : adhi nugroho latief

A. Latar Belakang

Kata kejang saat ini sering di hubungkan dengan penyakit epilepsi atau

dalam bahasa awam seperti ayan atau sawan, sebenarnya tidak semua

kejang adalah epilepsi.

Penentuan diagnosa yang keliru pada epilepsi membawa berbagai

dampak negative pada penderitanya. Apabila diagnosa epilepsi telah

ditegakkan, konsekuensinya penderita harus rutin minum obat anti

epilepsi ( OAE ) secara bertahun-tahun dan relative merupakan medikasi

yang toksik, dengan berbagai efek samping. Disritmia jantung dan depresi

pernapasan dapat terjadi akibat pemberian OAE. Dan sebaliknya,

diagnosa yang tidak benar sering penderita mendapatkan penanganan

psikiatri yang tidak perlu.

Epilepsi merupakan salah satu penyebab morbiditas di bidang saraf

anak yang berdampak pada tumbuh-kembang anak. Epilepsi adalah suatu

kondisi neurologik yang mempengaruhi sistem saraf. Epilepsi juga dikenal

sebagai penyakit kejang.

Terdapat banyak perbedaan bentuk kejang dan hal ini berbeda dengan

kejang yang lainnya. Setiap orang memiliki bentuk kejang yang berbeda-

beda. Sebagai contoh, setiap 15 dari 100 orang merupakan kelainan yang

menyerupai epilepsi. Epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi

terlihat sama secara kasat mata, sebenarnya terdapat perbedaan antara

epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi dari penyebabnya.1

Kelainan yang menyerupai epilepsi atau di sebut juga serangan kejang

bukan epilepsi ( SKBE) telah lama dikenal dan sering menyulitkan para

pakar di bidang neurologi atau epilepsi. Istilah yang sering digunakan

adalah Nonseizure episode, Nonepileptice seizure, Nonepileptic

paroxysmal disorder, Nonepileptic attack disorder. Serangan tersebut

1

menyerupai epilepsi tetapi tidak disertai letupan muatan listrik abnormal di

otak atau dalam pemeriksaan EEG normal. Gangguan-gangguan tersebut

penatalaksanaannya tidak optimal. Dalam pemberian obat antiepilepsi

sering tidak berespon dengan baik. SKBE diklasifikasikan menjadi

fisiologik dan psikologik. Karena banyaknya pemahaman yang kurang

tepat dan terlalu cepatnya mendiagnosa penyakit epilepsi penulis

bertujuan untuk mengetahui kelainan yang menyerupai epilepsi.2

B. Pembahasan epilepsi dan kelainan yang menyerupai epilepsi

1. Epilepsi

Epilepsi adalah sebuah kondisi dimana terjadi kejang berulang. Kejang

diartikan sebagai adanya gangguan pelepasan muatan listrik abnormal

pada sel saraf diotak yang menyebabkan gangguan sementara pada

fungsi motorik, sensorik dan mental.3

International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau

for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi

yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi

yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis,

kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.

Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik

sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda

dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron

yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.3

Ada banyak tipe kejang, tergantung pada bagian utama otak yang

terlibat. Syarat epilepsi tidak dilihat dari tipe kejang atau penyebab kejang,

hanya menandakan adanya kejang yang terjadi lagi dan lagi.

Epilepsi merupakan diagnosis klinis, pemeriksaan EEG merupakan

neurofisiologi yang diperlukan untuk melihat adanya fokus epileptogenik.

Menentukan sindrom epilepsi tertentu dan kelainan yang menyerupai

epilepsi.

2

Pada penelitian terbaru memperlihatkan bahwa 70% kejang yang

terjadi pada anak-anak dan dewasa yang baru terdiagnosis epilepsi dapat

dikontrol dengan baik oleh pengobatan. Dan 30% orang yang mengalami

kejang tidak memberikan respon yang baik dengan pengobatan yang

tersedia.

2. Kelainan yang menyerupai epilepsi

Kejang pada epilepsi di sebabkan karena adanya ketidakseimbangan

aktivitas listrik pada otak ( kelainan ini berasal dari otak ). Otak kita

mengontrol bagaimana kita berpikir, bergerak dan merasakan. Dengan

cara mengantarkan informasi listrik dari sel otak ke sel otak lainnya.

Kejang pada epilepsi terjadi karena terganggunya aktivitas listrik di otak.

Kelainan yang menyerupai epilepsi tidak terjadi gangguan aktivitas listrik

di otak, sehingga kelainan menyerupai epilepsi merupakan kejang yang

tidak sama dengan epilepsi.1,3

Kelainan yang menyerupai epilepsi atau yang disebut non-epileptic

seizure, unlike epileptic seizure adalah kejang yang sebenarnya

pseudoseizure, para pakar biasanya mendiagnosa dengan “non-epileptic

seizure” dan ada juga para pakar yang mendiagnosa “non-epileptic attack

disorder”, pada pasien yang terlihat memiliki penyakit kejang.4

Seperti yang telah di singgung di atas, setiap serangan/kejadian

paroksismal yang disertai dengan gangguan neurologi sepintas dapat

serupa dengan serangan epilepsi, meskipun kenyatannya tidak sama.

Aicardi membagi kelainan menyerupai epilepsi menjadi tujuh kategori

seperti kejang anoksik, Episode Apnea, Bradikardia pada bayi muda (

Near-Miss-Sudden Death Syndrome ), Vertigo Paroksismal, Manifestasi

psikiatri akut, Migren dan sindroma periodik, Tic dan gerakan/kebiasan

abnormal, Gangguan paroksismal yang terjadi pada waktu tidur. Gestaut

dan Brouhton mengklasifikasikan menjadi empat kategori besar seperti

anoksik, toksik, psikik dan hipnik atau “sleep related”. Pada tahun 1991,

Porter membagi kelainan menyerupai epilepsi menjadi dua bagian besar

3

yaitu psikogenik dan fisiologik. Kedua kejang pada non-epileptic memiliki

perbedaan tingkah laku ketika dibandingkan dengan kejang epilepsi.

Tabel. Serangan Kejang Epilepsi dan Serangan Kejang Bukan Epilepsi

Menurut Jeavons dan Cook ( 1983 ) 20-30 % penderita yang dirujuk ke

klinik karena epilepsi ternyata bukanlah epilepsi dan diantaranya 44%

adalah penderita sinkop, 20% kelainan psikiatrik, 11% serangan menahan

napas ( Breath Holding Spell ), 6% migren, 6% night terror dan lain-

lainnya 11%. Demikian pula yang di laporkan Aicardi ( 1986 ). Perbedaan

yang paling utama antara epilepsi dan non-epilepsi menurut Engel dan

Peddy ( 2002 ) yakni tidak terdapatnya faktor pencetus serangan epilepsi (

unprovoked paroxysmal repeated seizure ) sedangkan pada serangan

non-epilepsi selalu ada.5

2.1. Kelainan yang menyerupai epilepsi Psikologik

Bentuk kelainan yang menyerupai epilepsi yang pertama adalah

kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik, seperti yang tercantum

dalam Epilepsy Foundation, adalah kelainan menyerupai epilepsi

psikologik. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik atau yang di

sebut “kejang psikogenik”. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik

memiliki gejala pada tingkah laku yang berbeda dan lebih berat dari

kejang epilepsi. Kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik biasanya di

mulai pada masa anak-anak atau lebih muda. Kelainan yang menyerupai

epilepsi psikologik, penderita akan kejang ketika ada orang di sekitar.

Berbeda dengan kejang epilepsi, penderita akan kejang tidak memilih

4

Kejang

SKE SKBE

Pembagian ILAE

Fisiologik/Organik

Psikologik

tempat dan keadaan baik ada orang atau dalam ruangan sendiri. Kelainan

yang menyerupai epilepsi psikologik di sebabkan oleh trauma psikologis

atau masalah yang mempengaruhi pola pikir penderita dan kerja otak.

Selim R. Benbadis, M. D., dan Leanne Herriaud, R. N penulis dari artikel

“Psychogenic ( Non-epileptic ) Seizure”, mengatakan kelainan yang

menyerupai epilepsi psikologik mirip kejang grand mal dengan gerakan

kejang yang seluruh badan. Sebagian kecil, mirip kejang parsial komplek

dengan kehilangan perhatian. Karena kelainan menyerupai epilepsi

psikologik, terapi yang diberikan adalah konseling untuk membangun

mental penderita, prognosis baik berkisar 60-70% penderita tidak ada

gejala kejang.4

Kelainan yang menyerupai epilepsi psikogenik terdapat 3 tipe yang

berbeda.1

1. Kejang disosiasi adalah involunter dan terjadi tanpa disadari.

Orang yang tidak dapat mengontrol kelebihan pada ketakutan

dan penderita tidak dapat menghilangkan rasa takut yang

mendalam. Bentuk ini adalah yang paling sering pada kelainan

yang menyerupai epilepsi psikologik.

2. Serangan panik adalah masalah kondisi psikiatrik. Penderita

dapat terjadi pada saat ketakutan, ketika mengingat

pengalaman yang menakutkan, atau dalam situasi tidak

diharapkan menjadi ketakutan. Serangan panik akan

menyebabkan penderita menjadi berkeringat, palpitasi

( merasakan denyut jantung ), gemetaran dan sulit bernapas.

Penderita ada juga yang sampai kehilangan kesadarannya

sampai pingsan dan tubuh bergetar ( kejang ).

3. Kejang tiruan terjadi di bawah kesadaran. Sebagai contoh ketika

kejang bagian dari Munchausen’s syndrome, kejadian psikiatrik

yang langka ketika penderita mengemudi membutuhkan

pemeriksaan menyeluruh dan pengobatan.

5

2.2. Fisiologik/ Organik

Bentuk kedua dari kelainan yang menyerupai epilepsi, seperti yang

tercantum dalam Epilepsi Foundation, adalah kelainan yang menyerupai

epilepsi fisiologik. Kelainan ini tidak sama seperti kelainan yang

menyerupai epilepsi psikogenik, kelainan yang menyerupai epilepsi

fisiologik terjadi karena ada perubahan fungsi pada otak, seperti

perubahan metabolik. Sebagai contoh kelainan yang menyerupai epilepsi

adalah breath holding spell, benign paroksismal vertigo, episode sinkope

dan migraine, National Institutes of Neurogical Disorder and Stroke

menambahkan Narcolepsi dan Tourette sindrom salah satu penyebab

kelainan yang menyerupai epilepsi fisiologik. Perbedaan kelainan yang

menyerupai epilepsi fisiologik dan kejang epilepsi sangat sulit, oleh karena

itu di butuhkan observasi medis yang rutin dan pemeriksaan penunjang

yang berarti.4

2.2.1. Migren dengan aura

Migren dengan aura / migren klasik ditemukan lebih sering pada

orang dewasa, jarang pada anak-anak yang berkisar 2-15%. Migren ini

secara patofisiologi terdiri dari 2 fase yaitu fase konstriksi pada arteri

carotis interna dan vasodiltasai pada arteri carotis eksterna. Pada fase

konstriksi, gejala aura yang timbul terutama gangguan visual dan

kadang-kadang aura sensoris/otonomik. Aura visual berupa

penglihatan yang tiba-tiba kabur, buta sejenak atau cahaya yang

terang-benderang, skotoma, hemianopsia dan halusinasi visual.

Sedangkan aura somato-otonomik antara lain gangguan bicara,

amnesia, perubahan kelemahan motorik yang fokal, opistotonus,

hemiplegic dan oftalmoplegi. Keadaan inilah yang disalah

diagnosiskan sebagai epilepsi. Fase vasokonstriksi ini berlangsung

kurang dari 20 menit.3,5

6

2.2.2. Migren tanpa aura

Migren tanpa aura/ migren umum lebih banyak ditemukan pada

anak-anak dan remaja. Gejala-gejalanya lebih bervariasi, tidak bifasik

dan tidak khas. Gangguan penglihatan tidak menonjol, yang lebih

menyolok ialah perubahan kepribadian seperti irritable dan letargi yang

oleh orang tuanya menggambarkan sebagai pucat, lemas dan terdapat

lingkaran hitam di bawah mata. Nyeri kepalanya bifrontal dan

bitemporal, berdenyut disertai kehilangan nafsu makan, nyeri perut,

mual dan muntah. Anak-anak ini biasanya terganggu oleh cahaya dan

suara atau keributan, lalu mencari tempat tenang untuk tidur dan

setelah sadar keadaannya menjadi lebih baik. Lama serangan

beberapa jam dalam sehari. Kelainan ini mudah dibedakan dengan

epilepsi, karena serangan berlangsung beberapa jam atau beberapa

hari.3,5

2.2.3. Migren kompleks

Migren kompleks yaitu migren yang disertai dengan disfungsi

neurologis antara lain, migren oftalmoplegi, migren hemiplegic, migren

arteria basilaris dan migren konfusional. Pada migren ini defisit

neurologis terjadi akibat vasokonstriksi intrakranial yang menimbulkan

terjadinya iskemi dan edema pada daerah otak/organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Bila iskemi dan

edema ringan, gejala-gejala akan berlangsung singkat dan sembuh

sempurna. Akan tetapi bila vasokonstriksi berlangsung lama akan

terjadi infark serebri dan defisit neurologis akan menetap. Setiap

penderita migren kompleks harus dievaluasi secara lengkap seperti

penderita dengan sindrom neurologi akibat kelainan struktural sampai

terbukti bukan epilepsi. Penderita harus menjalani pemeriksaan seperti

EEG, CT-Scan dan MRI sebelum diagnosis ditegakkan.3,5

7

2.2.4. Migren varian

Migren varian adalah disfungsi neurologis yang bersifat

paroksismal rekuren pada anak dengan riwayat migren dalam keluarga

dan atau kelak akan menderita migren dikemudian hari, contoh migren

varian : Benign Paroksismal Vertigo ( BPV ) dan Benign Paroksismal

Torticolis ( BPT ).3,5

2.2.4.1. Benign Paroksismal Vertigo

Pertama kali dilaporkan oleh Baser. Gejala-gejala kardinal

atau serangan vertigo timbul dengan tiba-tiba dengan faktor provokasi

yang kadang-kadang tidak teridentifikasi, berlangsung singkat,

beberapa detik sampai beberapa menit, serangan disertai ataksia dan

nistagmus. Gejala-gejala tambahan : anak pucat dan berkeringat. Anak

tidak dapat bergerak, duduk atau berdiri tanpa bantuan, kesadaran

tidak terganggu. Usia onset dibawah 4 tahun dengan distribusi kelamin

yang sama. Frekuensi serangan lebih banyak pada bulan-bulan

pertama sesudah onset dan berlangsung beberapa kali, sehari atau

seminggu kemudian semakin jarang dan berhenti spontan sesudah

beberapa bulan atau tahun. Dari penelitian, hubungan antara BPV

dengan migren tidak jelas, hanya sebagian kecil yang kelak akan

menderita migren dan juga tidak ada hubungan dengan riwayat

keluarga yang menderita migren.3,5

2.2.4.2. Benign Paroksismal Tortikolis

Gejala cardinal hampir mirip dengan BPV tetapi lebih jarang.

Gejala utamanya adalah serangan berulang ekstensi kepala disertai

dengan nyeri kepala, mual dan muntah. Hanya terjadi pada bayi-bayi

berusia 2-8 bulan. Diantaranya serangan anak nampak sehat seperti

biasa. Tidak diperlukan pengobatan, hanya bimbingan psikis pada

orang tua dan pemantauan medis selanjutnya untuk menghindari

kelainan pada vertebrae servikal seperti fraktur atau dislokasi.

8

Beberapa bayi dengan benign paroksismal tortikolis akan berkembang

menjadi migren pada remaja.3,5

2.2.5. Serangan Menahan Napas

Serangan Menahan Nafas ( SMN ) atau Breath Holding Spell (

BHS ), serangan menahan nafas tidak jarang dijumpai pada anak-anak

dengan insiden 4,6-4,7% terutama pada usia 6-18 bulan. Pada usia

lebih dari 2 tahun, onset kurang dari 10%. Frekuensi serangan

bervariasi, biasa beberapa kali dalam sehari sampai sekali dalam

setahun.

Dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu SMN biru ( Blue BHS )

dan SMN putih ( Palid BHS ).3,5

2.2.5.1. Serangan Menahan Napas biru

SMN biru ( Blue BHS ) diawali dengan anak menangis oleh

karena rasa takut, dimarahi, frustasi dan rasa nyeri. Tangisannya

makin lama, makin keras dan pada puncak tangis sesudah ± 15 detik,

pernafasan tertahan ( apnea ) yang selalu terjadi pada waktu ekspirasi.

Apnea dengan segera diikuti oleh sianosis, tidak sadar, lemas dan

segera akan sadar kembali. Kadang-kadang dapat juga menjadi kaku

dan diikuti oleh beberapa sentakan ( kejang ) dengan mata membalik

ke atas, kemudian akan bernafas lagi dan sadar. Keadaan ini terjadi,

oleh karena berkurangnya aliran darah ke otak karena peninggian

tekanan dalam rongga dada. Lama serangan biasanya berlangsung 1

sampai 5 menit. Tidak memerlukan pengobatan, hanya konseling dan

bimbingan psikis pada keluarga. Tidak ada komplikasi di kemudian

hari.3,5

2.2.5.2. Serangan Menahan Napas putih

SMN putih ( Palid BHS ) sangat berbeda dengan serangan

SMN biru. Serangan ini terjadi karena trauma ringan benturan kepala.

Anak menjadi frustasi dan marah, kemudian menjadi tidak sadar, pucat

9

dan kaku atau lemas. Peristiwa ini disangka penderita meninggal

dunia. Lama serangan kurang dari 1 menit, lalu anak sadar dan tertidur

kembali selama beberapa jam. Kadang-kadang tidak didahului oleh

menangis atau menangis singkat dan tidak terdapat sianosis dan

terkadang disertai sentakan klonik dengan mata melirik ke bawah.

Peristiwa inilah yang menyebabkan salah diagnosis, sebagai epilepsi.

Mekanisme SMN putih berbeda dengan SMN biru, SMN jenis ini

dikenal dengan refleks anoksik sinkop ( RAS ). Serangan ini terjadi

akibat kegagalan sirkulasi ( bradikardi ) dan asistole oleh karena

pengaruh refleks vasovagal. Hal ini bisa terbukti dengan melakukan

penekanan pada bola mata, dengan segera timbul serangan SMN

putih. Kedua jenis SMN ini sering didagnosis sebagai epilepsi, tetapi

dengan anamnesis yang cermat dan teliti dapat di bedakan dengan

epilepsi.3,5

2.2.6. Sinkop

Sinkop dan sejenisnya, sinkop berasal dari bahasa Yunani

“Sjynkope” yang berarti memotong dan memecahkan. Sinkop adalah

kehilangan dengan tiba-tiba kesadaran dan tonus postural akibat

berkurangnya aliran darah ke otak. Umumnya terjadi pada anak dan

remaja yang sehat. Menurut mekanisme terjadinya sinkop dapat

dibedakan atas sinkop oleh karena gangguan kardiovaskuler (

cardiovascular mediated syncope ) dan neuromediated syncope.

Cardiovascular mediated syncope mempunyai mortalitas dengan

insidensi mati mendadak yang lebih tinggi. Apapun penyebabnya,

sinkop selalu disertai penurunan tekanan darah yang sangat hebat.

Dalam hal demikian otoregulasi pembuluh darah di otak tidak dapat

berfungsi efektif dan mengakibatkan terhentinya atau berkurangnya

aliran darah ke otak. Neuromediated syncope sebelumnya disebut

vasovagal syncope atau sinkop vasodepresi yang biasanya sukar

dibedakan daripada epilepsi. Serangan biasanya terjadi pada anak

10

yang normal dan sehat. Mula-mula terjadi fase prodromal kepala

terasa ringan penglihatan kabur, nyeri daerah epigastrium, rasa mual,

pucat dan berkeringat dingin. Faktor pencetusnya seperti berdiri terlalu

lama, perubahan posisi ( ortostasis ), kerumunan orang banyak,

kepanasan, kelelahan, kelaparan. Faktor emosi atau stress seperti

nyeri dan rasa takut situasi kebingungan ( fight or flight ) juga sering

terindentifikasi sebagai faktor pencetus. Sesudah fase prodromal ini,

diikuti dengan kehilangan kesadaran kemudian penderita jatuh lemas

dan tidak sadar yang biasanya singkat dengan durasi 1-2 menit, lalu

akan pulih kembali secara spontan tanpa ada defisit neurologi yang

menyertai. Selama serangan kadang-kadang pasien memperlihatkan

posisi opistotonus atau sentakan-sentakan singkat dan jarang terjadi

inkontinensia. Pada pemeriksaan EEG, CT-scan dan MRI tidak

terdapat kelainan yang berarti.3,5

2.2.7. Tourette sindrom

Suatu kelainan neurologis dengan karakteristik kebiasaan

pengulangan ( repetitive ), meniru gerakan ( stereotyped ), gerakan

yang tidak sesuai kehendak ( involuntary movement ) dan gejala

kejang fokal yang di sebut tics. Gejala tourette syndrome ditemukan

pada masa anak-anak, rata-rata berusia 3-9 tahun. Anak laki-laki 3-4x

lebih banyak daripada anak perempuan. Pada gejala tics di

klasifikasikan menjadi dua yaitu simpel dan komlpek. Gejala simpel

adalah tiba-tiba, singkat, pengulangan gerakan yang tidak disadari

dengan jumlah yang terbatas pada beberapa otot. Beberapa

melakukan mengedipkan mata berulang dan bola mata bergerak,

muka merintih, bahu diangkat dan kepala atau bahu digerak-gerakan.

Suara yang di keluarkan pada simpel tics antara lain pengulangan

membersihkan tenggorokkan ( berdehem ), mengendus-endus atau

suara merintih. Sedangkan pada komplek tics adalah berbeda,

koordinasi gerakan yang tidak disadari pada banyak otot. Gerakan

11

motorik pada kompleks antara lain muka merintih bersamaan kepala

berputar dan bahu diangkat. Beberapa menunjukkan muka memohon

disertai mengendus-endus atau menyentuh benda, jingkrak-jingkrak,

lompat-lompat, pembengkokkan atau berputar. Dan adanya korprolalia

yang di mulai masa remaja awal dan terjadi pada sepertiga dari semua

kasus. Pada beberapa kasus yang berat, terjadi cedera fisik.

Sampai sekarang penyebab pasti dari tourette syndrome masih

tidak diketahui, beberapa penelitian mengatakan adanya abnormalitas

di region otak ( termasuk ganglia basalis, lobus frontalis dan korteks

serebri ), beberapa bagian saling berhubungan pada region ini dan

neurotransmitter ( dopamine, serotonine dan norepinephrine ) yang

mempengaruhi informasi pada sel syaraf.3,6,7

2.2.8. Gangguan Tidur

Ganggun proksismal selama tidur yang paling sering pada anak

adalah parasomnia. Parasomnia dilukiskan sebagai fenomena motorik,

otonom atau pengalaman yang tidak dikehendaki, yang terjadi selama

tidur. Parasomnia biasanya timbul pada waktu tidur gelombang

lambat.3,5,7

2.2.8.1. Nightmare

Gangguan ini terjadi pada fase tidur yang tidak dalam ( rem

sleep ). Nightmare pada anak memberikan gambaran yang hampir

sama seperti night terror, cuma hanya terjadi pada fase rem sleep.

Serangan berhubungan dengan manifestasi stereotipik automatisme,

altimeter, seperti gerakan menelan atau kecap gigi yang berulang-

ulang pada waktu tidur. Frekuensi nightmare paling sering di pagi hari.

Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun dan lebih sering pada

anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak sadar sepenuhnya dan

member respon bila ditenangkan dan melukiskan dengan jelas sebab-

sebab terjadinya peristiwa tersebut.3,5,7

12

2.2.8.2. Pavor Nocturnus ( Night Terror )

Gangguan ini terjadi pada anak usia 18 bulan-5 tahun dalam

bentuk serangan yang berulang-ulang setelah 1-2 jam tidur, anak tiba-

tiba berteriak dan menjerit, nampak ketakutan, mata terbelalak,

walaupun kelihatan seperti sadar, anak tidak mengenal orang lain dan

terus-menerus menangis, walaupun ditenangkan. Serangan ini

berlangsung beberapa menit dan kemudian anak tidur lelap dan

setelah bangun tidak mengingat lagi peristiwa yang terjadi. Serangan

biasanya terjadi setiap malam, selama beberapa hari, lalu akan

berhenti dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Night terror terjadi

selama tidur non-REM yang dalam, sehingga mereka melupakan

kejadian tersebut. Seringkali night terror berkembang menjadi

somnabulisme ( sleep walking ).5,7

2.2.8.3. Somnabulisme ( Tidur Berjalan )

Ditemukan pada anak berumur 5-12 tahun seperti Night

Terror, peristiwa ini terjadi sesudah 1-2 jam. Penderita bangun dari

tidur, melihat ke sekitar lalu berjalan atau naik tangga, anak nampak

kebingungan tetapi sepenuhnya sadar dan melakukan aktifitas yang

tidak bertujuan jelas. Biasanya penderita tidak menjawab bila disapa.

Serangan berlangsung selama beberapa menit, kadang-kadang bisa

20-30 menit, kemudian anak tidur kembali. Aktifitas yang dilakukan

biasanya anak ke kamar mandi. Penderita biasanya tidak mengingat

peristiwa tersebut walaupun jarang epilepsi parsial kompleks harus

dibedakan dari somnabulisme, hal ini dikarenakan somnabulisme

merupakan non-REM. Perlu dilakukan poli samnografi atau EEG, jika

terjadi serangan di pagi hari atau REM sleep, somnabulisme harus

diragukan. Tidak diperlukan pengobatan, hanya harus diawasi untuk

mencegah terjadinya cedera.3,5,7

13

2.2.8.4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan mekanisme tidur secara

spesifik, mekanisme penghambat REM dan telah dipelajari pada anjing

dan manusia. Gejala paling sering penderita adalah tidak dapat

menghindari serangan tidur. Hampir 50% pada kasus jangka panjang

adalah katapleksi, hilangnya tonus otot secara tiba-tiba seperti “jaw

drop”, “head drop”, kelemahan lutut atau paralisis semua otot rangka

dengan kolaps dan kejang yang merupakan masuknya proses tidur

yang dalam. Penderita tetap terjaga selama episode katapleksi

singkat. Gejala lain adalah halusinasi hipnagogik atau hipnopompik,

baik auditorius maupun visual yang terjadi pada onset tidur atau saat

terjaga. Narkolepsi dapat terjadi pada setiap umur, tetapi paling sering

pada awal masa remaja atau dewasa muda, sebagian besar sebelum

usia 30 tahun. Narkolepsi dapat berbahaya karena dapat

menyebabkan kecelakaan kendaraan bermotor atau kerja.3,7 8

2.2.9. Head Banging ( Bentur Kepala )

Gerakan kepala secara ritmik pada bayi dan anak, biasanya

mulai terjadi sebelum tidur dan pada stadium satu dan dua fase tidur

non-rem. Anak mungkin akan membenturkan kepalanya atau seluruh

tubuhnya pada kasur atau benda keras. Kebiasaan ini dimulai pada

umur 6 bulan dalam bentuk tubuh seperti batu dan 3 bulan kemudian

berubah menjadi BK atau head rolling ( kepala berguling ). Sering

ditemukan pada usia kurang dari 12 bulan dan akan menghilang pada

usia 4 tahun. Lebih banyak ditemukan pada anak lelaki daripada anak

perempuan. Etiologi hingga saat ini tidak diketahui secara pasti. Pada

pantauan yang lebih lanjut, anak dengan BK lebih sering ditemukan

pada mereka yang menderita retardasi mental. Selain mereka,

terdapat pula gejala-gejala lain seperti menarik-narik rambut, memukul,

mencakar, menggigit dan perbuatan lain yang menyakitkan diri sendiri

dan orang lain.5

14

C. Kesimpulan

1. Epilepsi bergejala klinis kejang, namun tidak semua kejang adalah

epilepsi.

2. 15 dari 100 penderita adalah kelainan yang menyerupai epilepsi.

3. Kelainan yang menyerupai epilepsi bisa juga disebut serangan kejang

bukan epilepsi, Nonseizure episode, Nonepileptice seizure,

Nonepileptic paroxysmal disorder, Nonepileptic attack disorder dan

pseudoseizure.

4. Kelainan yang menyerupai epilepsi tidak sama dengan epilepsi, karena

pada kelainan yang menyerupai epilepsi tidak ada letupan listrik yang

abnormal pada otak.

5. Secara garis besar kelainan yang menyerupai epilepsi dibagi menjadi

2, yaitu kelainan yang menyerupai epilepsi psikologik/psikogenik dan

fisiologik/organik.

6. Kejang disosiasi, serangan panik dan kejang tiruan adalah kelainan

yang menyerupai epilepsi psikologik/psikogenik karena berhubungan

dengan mood dan perasaan penderita.

7. Migren, Benign Paroksismal Vertigo, Benign Paroksismal Tortikolis,

Serangan Menahan Napas, Tourette Sindrom, Nightmare, Night

Terror, Somnabulisme, Narkolepsi dan Head Banging adalah kelainan

yang menyerupai epilepsi fisiologik/organik karena berhubungan

dengan perubahan neurotransmitter pada otak namun tidak

mencetuskan letupnya kejang pada sel-sel otak.

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Epilepsy society. Non-epileptic seizure :

http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Associatedconditi

ons/Non-epilepticseizures

2. Children allergy center. Kejang epilepsy, Nonseizure episode,

Nonepileptic seizure, Nonepileptic paroxysmal disorder atau

nonepileptic attack disorder dan alergi-hipersensivisitas makanan :

http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2010/09/22/kejang-

epilepsi-nonsiezure-episode-nonepilepticseizure-nonepileptic-

paraxysmal-disorders-atau-nonepileptic-attack-disorders-dan-

alergi-hipersensitifitas-makanan/

3. Behrman, Kliegman dan Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics 17 th

Edition. Saunders: Philadelphia. 2004

4. Livestrong. Type of Non Epileptic Seizures :

http://www.livestrong.com/article/53281-types-nonepileptic-

seizures/

5. Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Ke-

lainan yang menyerupai epilepsy :

http://pediatric-unhas.com/kelainan-menyerupai-epilepsi-2/

6. Tourette syndrome fact sheet. National Institute of Neurological Dis-

order and Stroke :

http://www.ninds.nih.gov/disorders/tourette/detail_tourette.htm

7. Harold I, Kaplan, Benjamin J, Sadock dan Jack A, Grebb. Sinopsis

Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid 2. Binarupa

Aksara: Tangerang. 2010.

8. Thoracic and Sleep Group. Narcolepsy :

http://www.thoracicandsleep.com.au/sleep/sleep-disorders/narcolep

sy

16