54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an (Lubis 1992). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai belahan dunia. Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,dan kosmetika. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. 1

Kelapa Sawit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelapa Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda

pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa

benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara

pada tahun 1870-an (Lubis 1992). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus

meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai

belahan dunia.

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin,

sabun,dan kosmetika. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan

karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan

tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut

lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada

tubuh dalam bidang kosmetik.

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor

yang sangat besar di Indonesia bahkan untuk di Provinsi Riau saat ini Termasuk

pengekspor Crude Palm Oil (CPO) terbesar. Bahkan di Provinsi Riau menjadi

salah satu daerah yang memiliki perkebunan sawit terluas. Banyak Perusahaan

Kelapa Sawit (PKS) swasta maupun milik negara yang luasnya mencapai ribuan

hektar. Seperti di Kabupaten Kuantan Singingi banyak berdiri perusahaan kelapa

sawit. Salah satunya adalah Perusahaan PT. Dutapalma Nusantara.

1

Page 2: Kelapa Sawit

PT. Dutapalma Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

dibidang perkebunan kelapa sawit dengan program pengembangan dan

pembangunan kebun kelapa sawit dilaksanakan dengan pola kemitraan.

PT.Dutapalma Nusantara, Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi

VII A terletak di Sei. Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten

Kuantan Singingi. Untuk itu, penulis tertarik melaksanakan magang di PT.

Dutapalma Nusantara dikarenakan perusahaan tersebut pengembangan teknologi

budidanya cukup bagus, sehingga penulis bisa mengalih ilmu-ilmu mengenai

budidaya tanaman kelapa sawit.

Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini, baik yang dilakukan

perkebunan kelapa besar maupun masyarakat Cukup baik. Hal ini dibuktikan,

bertambahnya luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga mencapai 8

Juta hekter lebih dan tersebar dari yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan .

pulau ini menjadi daerah penghasil kelapa sawit cukup besar dan juga penghasil

CPO terbesar di Indonesia. Namun perkembangan tersebut belum diimbangi

dengan penyediaan bibit Unggul yang bermutu, sehingga banyak petani swadaya

menanam bibit yang tidak memiliki rekomendasi yang jelas, (bibit asalan ).

Karena pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkain kegiatan

Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya

tanaman kelapa sawit yang dilakukan pada PT. Dutapalma Nusantara.

2

Page 3: Kelapa Sawit

1.3 Manfaat Penulisan

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dan dalam rangka

menempuh ujian akhir Diploma III pada Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian

Unggulan Swarnadwipa ( STIP-US) Teluk Kuantan.

2. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pembaca ingin

melakukan budidaya tanaman perkebunan kelapa sawit

3

Page 4: Kelapa Sawit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identitifikasi secara ilmiah, Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini

dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan

sebagai berikut:

Divisi : Embryophtya siphonagma

Kelas : Angiosspermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae ( dahulu disebut palmae )

Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. Elais Guinensis

2. Elais Olaifera(H.B.K ) Cortes

3. Elais Odora (Pahan. I 2010)

Kelapa sawit diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika selatan,

Asia Tenggara, Pasifik selatan serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih

kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika selatan tepatnya

Brasilia( Pahan. I 2010).

4

Page 5: Kelapa Sawit

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

2.2.1 Tanah

Tanah atau lahan merupakan matriks tampat tanaman berada. Tanpa lahan,

tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial.

Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, yaitu

lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah

(Pahan,2007).

Pemilihan Tanah atau lahan yang sesuai dengan tanaman kelapa sawit

merupakan hal yang harus di perhatikan. Tanpa lahan tanaman kelapa sawit tidak

akan ekonomis untuk di usahakan secara kormelsial. Lahan yang optimal untuk

kelapa sawit harus mengacu pada tiga factor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan,

dan sifat kimia tanah. Tanaman Kelapa Sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik

pada tanah ultisols, Entisols, Inceprisols, Andisols, dan Histosols ( Pahan. I,

2010 ).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada banyak jenis tanah,

seperti latosol, aluvial, andosol. Dengan ketinggian tempat maksimum 400 meter

dpl dengan kemiringan lahan 0-12o atau 21%. Tanaman sawit dapat tumbuh pada

pH 4-6,5 dengan pH optimum 5-5,5 (Sunarko, 2009).

2.2.2 Iklim

Iklim merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi

tanaman yang dibudidayakan. Iklim merupakan faktor yang sulit, bahkan tidak

bisa dikendalikan. Iklim yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit terletak

antara 15o LU - 15oLS (Sunarko, 2009).

5

Page 6: Kelapa Sawit

Hadi (2004), menyatakan faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan

dan produksi kelapa, yaitu curah hujan dan penyinaran matahari. Curah hujan

yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2.500 – 3.000 mm/tahun.Lama

penyinaran matahari yang diinginkan kelapa sawit minimum 1.800 jam/tahun atau

6-7 jam/hari.

Untuk Meningkatkan kelapa sawit membutuhkan 1.800 jam penyinaran per tahun,

lama penyinaran optimal 2.200 jam per tahun rata-rata 5-7 jam per hari.

Kelembaban udara optimal 180-190% kelembaban dipengaruhi oleh curah hujan,

sinar matahari, dan suhu. Oleh sebab itu factor iklim penting menjadi

pertimbangan membudidayakan tanaman kelapa sawit (Midjaja.s, 1991).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

2.3.1 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan menanam

kecambah (dari biji) pada suatu media tanam (tanah dalam polybag), sehingga

bibit tersebut siap untuk ditanam secara permanen di areal perkebunan (setelah

berumur 12 bulan). Pembibitan pada umumnya dilakukan dengan dua tahap

(double syage). Tahap pertama disebut prenursery dan tahap kedua disebut

mainnursery (Hadi, 2008).

2.3.1.1 Persiapan Pembibitan

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan,

yaitu memiliki areal yang rata dan berada di tengah kebun, dekat dengan sumber

air, memiliki akses jalan yang baik, dan terhindar dari gangguan hama (Purba, etl,

2008), Hadi (2004).

6

Page 7: Kelapa Sawit

2.3.1.2 Pembibitan Prenursery

Pembibitan prenursery merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam

dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Media yang digunakan berupa tanah

bagian atas (top soil) yang dimasukan dalam polibag berdiameter 14 cm dan

tinggi 22 cm (Purba, 2008).

Tanah Topsoil yang agak gembur dan tidak kedap air dimana tanah

tersebut sebelumnya sudah dicampur dengan pupuk dolomite 1,5-2,0 cm

( Hartonto, 2008 ).

Setelah polibag disiapkan, selanjutnya dilakukan pembuatan bedengan.

Bedengan dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan

berkisar 0,1-0,5 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Pada lahan

prenursery dibutuh kan naungan untuk pelindung. Naungan dapat dibuat dari daun

kelapa atau kelapa sawit. Naungan berfungsi untuk melindungi bibit prenursery

dari sinar matahari dan cura hujan yang berlebihan. Ukuran tinggi tiang 2 meter

dan jarak antar tiang 3 meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun

2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi atau secara bertahap

(Sunarko, 2009).

Pada prinsipnya, setelah kecambah ditanam dilakukan pemeliharaan yang

bertujuan untuk menjaga bibit agar selalu dalam kondisi baik dan tumbuh dengan

baik. Penyiraman merupakan langkah awal dalam pemeliharaan bibit pada

prenursery. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore

hari dengan volume air yang disiramkan 0,25-0,5 L/bibit. Pengendalian gulma

dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut rumpu-rumput menggunakan

tangan dengan rotasi pengendalian 2 minggu sekali. Pemupukan pada pembibitan

7

Page 8: Kelapa Sawit

prenursery dilakukan apabila terlihat gejala kekurangan unsur hara. Pupuk yang

digunakan pupuk urea atau pupuk majemuk dengan diaplikasikan melalui daun

dengan cara disemprotkan. Frekuensi pupuk dilakukan seminggu sekali (Purba,

2008)

2.3.1.3 Pembibitan Utama (mainnursery)

Tanahnya sama dengan sewaktu di Pre Nusery, saat pengisian tanah

polybeg diusahakan diguncang untuk menghilangkan rongga-rongga udara hingga

tanah mencapai 5 cm dari bibit polibeg ( Sunarko, 2009 ).

Setelah semua siap, bibit yang berasal dari pre nursery ditanam kedalam

polybag besar dalam barisan-barisan. Polybag bibit dari pre nursery yang telah

disiapkan dibuka dengan silet atau pisau. Selanjutnya bibit bersama tanahnya

dimasukkan (ditanam) kedalam lubang tanah pada polybag besar. Tanah hasil

pelubangan dikembalikan ke dalam polybag yang baru saja ditanami, kernudian

dipadatkan agar- bibit yang baru ditanam dapat berdiri tegak dan kuat

(Hadi, 2004).

Hama dan penyakit bibit kelapa sawit pada main nursery hanya,

dikendalikan jika terdapat gejala serangan yang dianggap dapat

mengganggu. Apabila gejala serangan tidak tampak, maka tidak perlu dilakukan

pengendalian. pengendalian hama biasanya dilakukan secara manual, yaitu

dengan memungut satu per satu kemudian membunuhnya. Secara kimia

dengan menyemprotkan insektisida yang telah dilarutkan dalam air. Insektisida

yang digunakan antara lain adalah Sevin 85 ES dan Tendion dengan dosis

rekomendasi pada lebel insektisida (Hadi, 2004).

2.3.2 Pembukaan Lahan

8

Page 9: Kelapa Sawit

2.3.2.1 Persiapan Lahan

Lahan atau areal perkebunan merupakan faktor sumber daya alam yang

paling mendasar bagi pembangunan perkebunan karena aktivitas budidaya

tanaman hanya dapat dilakukan jika lahan atau tanah telah tersedia. Persiapan

lahan yang luas memerlukan waktu yang cukup lama. Persiapan lahan juga

tergantung pada kondisi lahan aslinya (sastrosasyono, 2003).

Pembukaan lahan pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu cara mekanis

dan cara kimia. Cara mekanis adalah pembukaan lahan yang dilakukan dengan

menggunakan traktor. Sedangkan cara kimia adalah menggunakan bahan kimia

untuk areal berupa padang ilalang (satyawibawa, 1999).

2.3.2.2 Pengajiran

Pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa

sawit sesuai dengann jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya,

sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur.

System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x

9 m. Dengan system segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara – Selatan tanaman

berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan)

tanaman per hektar adalah 143 pohon (Sastrosayono, 2003).

2.3.2.3 Penanaman Tanaman Penutup Tanah

Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah

pembukaan lahan selesai dilaksanakan.Jenis – jenis tanaman kacangan penutup

tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium

caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria

9

Page 10: Kelapa Sawit

phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna

cochinchinensis (Sastrosayono, 2003)

2.3.3 Penanaman

Penanaman bibit merupakan titik awal dimulainya usaha budidaya kelapa

sawit. Bibit yang di tanam diharapkan akan tumbuh menjadi tanaman yang

produktif. Buahnya diharapkan juga dapat memberikan nilai ekonomi yang

tinggi. Penanaman dilapangan dilakukan setelah bibit berumur 12 bula (hadi,

2004).

Pemindahan dari Pre Nusery ke Main Nusery setelah umur bibit mencapai

3s/d 4 bulan, biasanya daunya berjumlah 4 helai untuk memperkecil terjadinya

stagnasi pada bibit . Untuk mempercepat penanaman cetakan lubang dibuat dari

pipa PVC sepanjang 15 cm (Razaq, dkk , 2011).

Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan sebelum penanaman. Jenis

pupuk yang digunakan sebagai pupuk dasar adalah pupuk yang dapat merangsang

pertumbuhan akar misalnya pupuk RP. Teknik pemberiannya adalah pupuk dasar

dicampur dengan tanah top soil kemudian dimasukan kedalam lubang tanam

(Pahan, 2007).

2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah kelompok umur dimana

tanaman baru ditanam hingga panen untuk pertama kali. Tanaman kelapa sawit

dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada umur 30-36

bulan. Pemeliharaan masa Tanaman Belum Menghasilkan merupakan lannjutan

dan penyempurnaan pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk

mendapatkan tanaman yang berkualitas baik (Purba, 2008).

10

Page 11: Kelapa Sawit

2.3.4.1 Penyulaman

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14 bulan. Populasi hekter

+135-145 pohon agar tidak ada persaingan sinar matahari, penyiagan tanah

disekitar pohon harus bersih dari gulma (Anonim, 2011)

Lebih lanjut Hadi (2004) mengatakan bahwa teknik penyulaman yang

dilakukan sama dengan penanaman bibit biasa, akan tetapi perlu ditekankan

bahwa penyulaman hanya bisa dilakukan pada areal yang umur tanamannya

belum mencapai TM 3 karena pada umur TM 3 keatas daun-daun kelapa sawit

sudah saling bergandeng satu sama lain sehingga sinar matahari tidak dapat

menembus areal dibawahnya. Akibatnya, bibit atau tanaman yang ditanam pada

areal tersebut tidak akan tumbuh secara optimal, bahkan mati.

2.3.4.2 Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada prisipnya merupakan usaha untuk meningkatkan

daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.Keunggulan

tanaman pokok harus di tingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu

mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu

bersamaan dengan tanaman pokok (Pahan, 2007).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

Pengendalian gulma secara manual, yaitu pengendalian gulma dengan

menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya

dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya. Pengendalian

gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida,

baik yang bersifat kontak maupun sistemik. Pengendalian Secara kultur

11

Page 12: Kelapa Sawit

teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman penutup tanah

jenis kacangan (Pahan, 2007).

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, kondisi, yang

tidak diinginkan manusia. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada disekitar

tanaman yang dibudidayakan dan berasosilisasi dengan khas. Gulma mudah

tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya,

Gulma mudah melakukan generasi sehingga unggul dalam persaigan dengan

tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam

hal perolehan ruang,cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia yang

disekresikan (Purba, R.2009).

2.3.4.3 Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan yang sangat

penting. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara didalam

tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan di

lapangan dilakukan atas rekomendasi pemupukan areal tersebut. Rekomendasi

pemupukan disuatu areal didasarkan pada hasil analisis daun dan tanah, hasil

pengamatan dilapangan, potensi produksi, serta percobaan pemupukan pada

tanaman kelapa sawit.Menambahkan pupuk yang diberikan harus tepat jenis

maupun dosisnya. Pemupukan dilakukan dengan cara menaburkan pupuk

dalam piringan yang dibuat melingkar disekitar tanaman. Frekuensi pemupukan

yang dianjurkan adalah dua kali dalam satu tahun, masing-masing setengah dosis.

Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan.

Produksi dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek

pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta

12

Page 13: Kelapa Sawit

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit, bermanfaat

melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman

terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi)yang maksimal (Pahan,

I.2010).

2.3.4.4 Penunasan dan Kastrasi

Penunasan adalah pekerjaan memotong daun-daun tua tanaman kelapa

sawit yang tidak bermanfaat lagi bagi tanaman. Tujuan dari penunasan pada

tanaman belum menghasilkan adalah untuk sanitasi pohon. Peralatan yang

digunakan adalah chisel. Rotasi untuk melakukan penunasan 6 bulan sekali

(Purba, 2008).

Kastrasi dilakukakan pada tanaman yang mengeluarkan bunga yang

buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim kepabrik dan pertumbuhan sangat

kerdil. Kastrasi Merupakan kegiatan membuang bunga muda yang tumbuh pada

ketiak daun, baik bunga jantan maupun bunga betina.Kegiatan ini dilakukan tanpa

melukai batang dan pangkal pelepah daun.

Beberapa tujuan dari kastrasi adalah :

1. Merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman Kelapa Sawit.

2. Kondisi tanaman yang lebih bersih sehingga mengurangi serangan

hama dan penyakit.

3. Untuk mendapatkan buah yang berat / tandan yang relatif seragam

atau sama ( Sunarko, 2006)

2.3.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit yang umum dijumpai pada tanaman belum menghasilkan yaitu

penyakit tajuk (Crown Disease) yang disebabkan oleh faktor faktor keturunan

13

Page 14: Kelapa Sawit

dengan gejalanya ditandai munculnya pelepah yang tidak membuka sempurna dan

membengkok. Pengendaliannya dilakukan dengan tidak memberikan pupuk N

secara berlebihan (Hadi, 2004)

Lebih lanjut Hadi (2004) menjelaskan bahwa penyakit yang sering

dijumpai selanjutnya yaitu penyakit busuk batang (ganoderma). Gejala penyakit

ini adalah daun pucuk layu dan daun tua patah-patah. Penyebabnya adalah jamur

Basidiomycetes. Tanaman kelapa sawit yang mati karena penyakit ini harus

dimusnakan dengan membakarnya sampai habis untuk menhindari terjadinya

penularan kepada tanaman yang lain.

Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit

berpengaruh terhadap hasil produksi. Jika hama dan penyakit akan menyerang

tanaman kelapa sawit tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik

secara kuantitas maupun kualitas. Adapun hama dan penyakit yang menyerang

pada tanaman yang belum menghasilkan adalah, babi hutan, tikus, ulat kantong,

sedangkan penyakitnya tajuk sperti busuk batang. Dimana gejala serangannya

terlihat bila tajuk membuka dan membengkok. Untuk pengendalian penyakit ini

biasanya dibiarkan saja, karena penyakit ini akan sembuh dengan sendirinyaa

dalam waktu 6-12 bulan (Sunarko, 2006).

2.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen

yang menguntungkan secara ekonomis adalah pada saat tanaman berumur 2,5

tahun. Bunga jantan atau bunga betina muncul pada setiap ketiak pelepah daun

dan sebagian bunga ini akan gugur. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi

optimal jika dilakukan pemeliharaan yang baik (Purba, 2008)

14

Page 15: Kelapa Sawit

Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi

(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan

yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal.(anonym.2011).

2.4.1 Pengendalian Gulma

Purba (2008) menambahkan pengendalian gulma pada tanaman

menghasilkan dapat dilaakukan dengan cara manual dan kimia. Secara manual

dilakukan dengan menggunakan cangkul yaitu dengan menyiang gulma

menggunakan cangkul. Sdangkan secara kimia yaitu penggendalian menggunakan

bahan kimia dengan cara menyemprotkan. Bahan kimia yang digunakan berupa

sistemik dan juga kontak.

2.4.1.1 Penunasan pelepah

Penunasan merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi

untuk fotosintesis.selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman

dan sanitasi serta mempermudah pemanenan . Alat yang di gunakan untuk egrek

sedangkan kapak di gunakan untuk memotong pelepah yang telah di pangkas .

Dalam penunasan perlu perhatikan jumlah pelepah yang harus di tinggalkan di

setiap pohon ,guna terpelihara nya jumlah konopi pelepah yang sangat

berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis pada tanaman ,sebagaimana tabel

berikut:

Tabel 1. Klafikasi jumlah pelepah yang tersisa pada penunasan

NO

Umur tanaman Jumlah pelepah / pohon Pusingan

1 < 5 Tahun 57-64 6 Bulan sekali2 5-10 tahun 49-56 6 Bulan sekali

3 >10 tahun 42-48 6 bulan sekali

15

Page 16: Kelapa Sawit

Alat-alat yang digunakan tergantung pada cara penunasan, bisa berupa

dodos, kampak, dan bisa juga egrek. Agar rotasi tunas an dapat terpenuhi

sebaiknya dibuat rencana penunasan setiap bulan. Menurut teori, penunasan

dilakukan pada waktu panen rendah karena saat itu daun yang tidak menyangga

tandan lebih banyak. (sunarko,2009)

2.4.1.2 Pemupukan

Pemupukan kelompok TM merupakan lanjutan dari pemupukan yang

dilakukan saat tanaman masih berumur TBM. Oleh karena itu, jadwal dan

aplikasinya harus berurutan dan salin terkait. Ada satu hal yang membedakan

pemupukan pada TBM dengan pemupukan TM, yaitu pada TBM pemupukan

hanya didasarkan padakebutuhan akan unsurhara untuk pertumbuhan vegetatif,

tetapi pada TM harus mempertimbangkan berat TBS yang akan berproduksi

(Hadi, 2004).

Pemupukan Yaitu sekitar 40%-60% dari total pemeliharaan . oleh karena

itu ,agar tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang di gunakan

harus sesuai dengan rekomendasi yang telah di tetapkan

Jenis pupuk yang di gunakan adalah pupuk majemuk NPK Mg,dengan

rotasi pemupukan di bagi menjadi 3 periode dalam waktu 1 tahun . agar pupuk

yang di berikan hanya dapat di serap oleh tanaman secara maksimal . (Purba.

R,2009).

Waktu pemberian pupuk harus disesuaikan dengan musim. Demikian juga,

dosis pupuk harus disesuaikan dengan umur dan tingkat produksi tanaman. Untuk

pengaplikasian dilakukan dua kali dalam setahun. Teknik pemupukan dilakukan

dengan cara menebar disekeliling pkok tanaman kelapa sawit (Hadi, 2004).

16

Page 17: Kelapa Sawit

2.4.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakekatnya merupakan

upaya untuk mengendalikan suatu kehidupan. Oleh karena itu, konsep

pengendalian dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup

hama/penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus

hidup mata rantai sangat berguna dalam pengendalian hama dan penyakit yang

efektif. Bagian yang di nilai paling lemah dari siklus hama dan penyakit

merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk mengambil

keputusan pengendaliannya(Pahan, 2006).

Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta

waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan di latar belakangi oleh

pemahaman atas siklus hidup hama/penyakit tersebut.Upaya mendeteksi hama dan

penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak harus dilaksanakan. Selain akan

memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian, keuntungan deteksi dini

juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali/terduga.

Secara ekonomis, biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih

renda dari pada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas

(Pahan, 2006).

Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya ulat API

(setora nitens.WIK), ulat kantong (Metisa palna), kumbang (0ryctes rhinoceros),

tikus (Rattus rattus, spp), serta babi hutan (Sus scrofa).Adapun penyakit yang

menjadi masalah pada tanaman kelapa sawit di antaranya yaitu penyakit-penyakit

daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang (ganoderma), penyakit

17

Page 18: Kelapa Sawit

busuk tandan buah (marasmius), dan penyakit busuk pucuk (spear rot) (Pahan,

2006).

Kerugian akibat serangan hama yang cukup berat (explosive) dapat

menurunkan produksi sampai 40%. Oleh karena itu, untuk menjamin keberhasilan

pelaksanaan pengendalian OPT, khususnya hama dan penyakit, maka luar areal

pengendalian harus lebih besar dari luas areal serangan (termasuk areal isolasi)

(Hakim, 2007).

2.4.1.4 Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur

2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan.

Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya.

Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak,

kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah

kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh

tersebut disebut membrondol (Sastrosayono, 2003).

Panen adalah merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang

matang dan mengutip brondolan kemudian selanjut nya di kumpul ke tempat

pengumpulan hasil (TPH)

Sebelum kegiatan pemanenan dilakukan terlebih dahulu mempersiapkan

semua peralatan yang di gunakan . Alat yang di gunakan dalam pemanenan buah

sawit :

18

Page 19: Kelapa Sawit

Tabel 2. Klasifikasi Penggunaan Alat Panen

Umur (tahun)

Tanaman menghasilkan

Tinggi batang (m)

Alat panen

3-45-8<8

123

0-22-45-12

DodosDodosEgrek

Sebelum kegiatan panen di lakukan , para karyawan harus memperhatikan

kriteria kematangan panen seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kreteria Kematangan Panen

Fraksi istilah Criteria00 Mentah

sekaliBrondolan

0 Mentah Brondolan 1-12,5%(buah luar membrondol

1 Kurang matang

Brondolan 12,5-25%(permukiman luarmembrondol)

2 Matang I Brondolan 50-50% (Permukaan Luar Membrondol)

3 Matang II Brondolan 50-75% (Permukaan luar Membrondolan)

4 Lewat matang

Brondolan 75-100% ( Permukaan Luar Membrondol ).

Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya.

Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau karena pengaruh zat

klorofil. Selanjutnya akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh zat

warna beta karoten. (Sunarko, 2009)

Parameter dan kriteria matang panen adalah perobahan warna dan

memberondolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna buah pada tandan

adalah dari hijau berubah ke kehitaman menjadi merah mengkilat/orange. Kriteria

matang panen tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan >10 kg

sebanyak 2 berondolan/kg tandan dan untuk brat tandan <10 kg sebanyak 1

19

Page 20: Kelapa Sawit

berondolan/kg tandan. Mutu buah panen ditentukan oleh fraksi matang panen

yang terdiri dari 7 fraksi (Purba, 2008).

Panen pada kelapa sawit muda dan tua tentu berbeda, karena adanya

perbedaan ukuran tandan dan ketinggian batang.Tandan buah Segar (TBS),

dipotong tandannya, kemudian dilepas dari jepitan pelepah. Pada tanaman muda

daun tidak dipotong, untuk menjaga agar leaf area index (LAI) nya tidak

menurun. Alat yang digunaka adalah chisel untuk sawit yang berumur 3-4 tahun,

kampak untuk umur 6-8 tahun dan egrek untuk umur diatas 8 tahun (Hakim,

2007)

20

Page 21: Kelapa Sawit

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada PT. Dutapalma Nusantara

Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Waktu yang

digunakan untuk kegiatan magang ini selama 2 bulan dimulai tanggal 05

September 2012 sampai dengan 05 November 2012.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan kegiatan magang, ada empat metodepengumpulan data,

yaitu:

3.2.1 Metode Observasi

Mahasiswa Terjun Langsung Kelapangan Untuk Mengamati Serta Melihat

Keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan berpartisivasi dalam setiap

kegiatan di lapangan

3.2.2 Metode Wawancara

Mahasiswa Melakukan Dialog dan Bertanya langsung dengan pihak terkait

yang ada di lapangan serta orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

di lapangan dan bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis dilapangan.

3.2.3 Studi Pustaka

Penulis Menggunakan Berbagai literature yang bisa memperkuat isi tulisan

seperti buku, jurnal dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan tentang Budidaya Kelapa Sawit.

21

Page 22: Kelapa Sawit

3.24 Demonstrasi

Selama melaksanakan kegiatan dilapangan mahasiswa melakukan praktek

tentang Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.

3.2.5 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara statistik deskriptif, dengan cara

membandingkan data dilapangan dengan literatur yang ada.

22

Page 23: Kelapa Sawit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Lokasi divisi VII A

PT Dutapalma Nusantara Divisi VII A merupakan bagian dari perkebunan

Sei. Kuantan yang memiliki luas lahan 684 Ha. Divisi VII A terletak di Sei.

Kuantan estate Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi.

4.1.2 Profil Divisi VII A

Perkebunan Sei Kuantan terdiri dari 8 Divisi yaitu divisi 1, divisi II, divisi

III,divisi IV, divisi V, divisi VI, divisi VII dan divisi VIII. Divisi VII terdiri dari 2

bagian yaitu VII A dan VII B. Setiap divisi di kepalai oleh Askeb, 1 orang asisten,

2 orang staf administrasi, 2 orang mandor panen, 2 orang mandor pupuk, 2 orang

mandor Tim MHS, 2 orang mandor Tim Solo dan 1 orang Krani cek buah. Divisi

VII A dan VII B mempunyai 1 kantor, gudang penyimpanan pupuk, 1 pos satpam,

1 mesjid, perumahan karyawan, dan 2 buah tangki air yang terletak di VII A.

Dengan mempunyai luas lahan yaitu 684 ha, dengan jumlah populasi ± 97.812

pokok.

4.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

4.2.1 Pembibitan

Berdasarkan wawancara,yang laksanakan di lapangan bahwa teknik

pembibitan pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan dua tahap. Tahap

pertama dilakukan pada areal pembibitan prenursery dan tahap kedua dilakukan

pada areal pembibitan mainnursery.

23

Page 24: Kelapa Sawit

4.2.1.1 Pembibitan prenursery

Pembibitan pada prenursery dilakukan dengan beberapa rangkaian

kegiatan yaitu :

4.2.1.1.1 Persiapan lahan pembibitan

Persiapan lahan pembibitan dilakukan untuk meratakan areal agar

mempermudah pembuatan bedengan.Tanah permukaan dibersihkan hingga merata

dan akar-akar serta kayu tunggul dicabut dan dibuang agar lahan bersih serta

terhindar dari berbagai bahan yang menyebabkan sumber penyakit. Setelah

dibersihkan kemudian dilakukan pembuatan bedengan.Bedengan dibuat dengan

lebar 1 m dan panjang 10 serta jarak antar bedengan 60 cm. Pembuatan bedengan

bertujuan agar poly bag tersusun rapi, tidak roboh dan yang terpenting adalah

untuk mempermudah pemeliharaan dan penyusunan.

4.2.1.1.2 Persiapan Media tanam

Kegiatan persiapan media tanam adalah pengisian poly bag. Poly bag

untuk media kecambah di areal prenursery berukuran 15x10 cm. Tanah yang

digunakan adalah tanah top soil, yaitu tanah permukaan yang memiliki banyak

kandungan unsur hara.

4.2.1.1.3 Penanaman Kecambah

Benih (kecambah) yang digunakan untuk pembibitan di PT. Dutapalma

Nusantara berasal dari Pusat Penelitian Marihat Medan, Sumatera Utara dengan

varietas Tenera. Penanaman kecambah harus sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan, baik dari waktu maupun metode penanaman. Kecambah harus segera

ditanam 2×24 jam dari mulai pengiriman sampai tiba di areal prenursary dengan

perlakuan yang baik.

24

Page 25: Kelapa Sawit

Penanaman dilakukan dengan menggemburkan media tanah dengan jari.

Kedalaman lubang pada media poly bag ± 2 cm, posisi plumula yang berwarna

putih berada diatas sedangkan radikula yang berwarna coklat berada

dibawah.Lubang yang telah ditanam ditutup dengan tanah yang gembur agar

plumula tumbuh tanpa hambatan.

4.2.1.1.4 Pemeliharaan Pembibitan Prenursery

Pemeliharaan yang dilakukan pada pembibitan prenursery yaitu :

1. Penyiraman

Setelah semua media telah tertanam oleh kecambah maka barulah

penyiraman dilakukan yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan

dengan intensitas rendah, hal ini dilakukan agar air bisa menyerap sempurna

kedalam poly bag tanpa merusak permukaan media sehingga kecambah tetap pada

keadaan semula.

2. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma

yang berada didalam polibag maupun disekitar polibag.

3. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman diareal prenursery dilakukan setelah satu

minggu tanaman tumbuh. Pupuk yang digunakan adalah jenis NPKyaramila dan

juga urea yang diaplikasikan dengan dua cara berbeda, yaitu disemprot dan

disiramkan (Ekstra Polya).

4. Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang biasanya mengganggu bibit pre nursery adalah semut,

ulat, dan cacing. Pengendalian yang dilakukan dengan menyemprotkan

25

Page 26: Kelapa Sawit

racun serangga (metador dan meizet dengan dosisl masing-masing30 ml per liter

air). Biasanya penyakit di pre nursery jarang dijumpai dan

pengendaliannya dilakukan jika terdapat gejala serangan. Pengendalian

penyakit menggunakan bahan kimia tidak dianjurkan di pre nursery karena

bibit masih muda dan sangat masih peka.

5. Sortir Bibit

Penyortiran dilakukan untuk mencegah adanya bibit abnormal yang ikut

tertanam diareal mainnursery. ciri-ciri bibit yang abnormal adalah, tunas yang

memuntir, daun lalang (tegak dan kecil), daun menggulung, collante (daun seperti

pita), daun keriting dan daun yang berbentuk mangkuk.

4.2.1.2 Pembibitan mainnursery

Pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara dilakukan dengan

beberapa rangkaian kegiatan, yaitu

1. Pemilihan Lokasi Pembibitan

Lokasi pembibitan mainnursery pada PT. Dutapalma Nusantara terletak

satu hamparan dengan pembibitan prenursery. Lokasinya strategis, dekat dengan

sumber air, dekat dengan jalan besar, tempatnya datar dan memudahkan dalam

pengawasan.

2. Penyiapan Media Tanam

Polybag untuk tanaman di mainnursery berukuran 40×50 cm lebih besar

dari ukuran tanaman di prenursary dengan ketebalan 0,12 mm, karenanya

pengisian memakan waktu yang cukup lama dan dipersiapkan jauh-jauh hari agar

penyelesaiannya bersamaan dengan berakhirnya masa usia tanaman di areal

26

Page 27: Kelapa Sawit

prenursery. Tanah yang digunakan adalah tanah top soil yang memiliki banyak

kandungan hara.

3. Penanaman

Kegiatan penanaman di mainnursery  dilakukan setelah tanaman

mencapai usia3 bulan. Dilakukan pengawasan ketat agar proses penanaman

berjalan dengan baik. Penanaman dilakukan dengan caramembuat lubang pada

polybag, kemudian merobek polybag dengan silet, lalu polybag dilepaskan tanpa

harus memotong bagian akar sedikitpun. Bibit kemudian dimasukan dalam

lubang, dan diatur sehingga posisinya tegak, kemudian permukaannya ditutup

dengan media tanam baru.

4.2.2 Pengolahan Lahan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan bahwa kegiatan

pembukaan lahan pada PT. Dutapalma Nusantara meliputi :

1. Pengaturan Rumpukan

Pengaturan rumpukan dilakukan setelah kegiatan penumbangan pohon dan

telah ditentukan titik tanam agar tidak mengganggu kegiatan pemancangan dan

penanaman kelapa sawit. Jarak antar rumpukan 9,2 m.

2. Kegiatan Pemancangan

Kegiatan pemancangan adalah suatu kegiatan untuk menentukan titik tanam

yang menggunakan alat kompas  dan kawat seling agar barisan sawit lurus dan

berbentuk segitiga sama sisi. Apabila posisi panjang dekat parit atau jalan maka

panjang tersebut dianggap pancang Bantu, selanjutnya pancang tanam digeser

dalam barisan.

27

Page 28: Kelapa Sawit

3. Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Leguminosa Cover

Crop)

Penanaman LCC diareal lahan baru boleh dengan sistem larikan atau

dicangkul dengan jarak 1×1 meter.Fungsi dari penanaman LCC adalah untuk

menjaga kelembaban tanah, mengurangi pertumbuhan gulma, menambah bahan

organik tanah dan mencegah erosi.

Tanaman LCC (Leguminora cover crop) yang ditanam PT. Dutapalma

Nusantara jenis CP(Centrocemapubescent) dan PJ ( Pueraria javanica), jenis ini

dpakai karena sifatnya dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan jenis

yang lain. Sistem yang digunakan dalam penanaman kacangan ini adalah dengan

cara penugalan dengan perbandingan 5 : 5 : 1. Setiap satu gawangan dibuat dua

jalur tanam dengan jarak 1 m dari tanaman kelapa sawit dengan jumlah kacangan

yang diperlukan adalah 5 kg/ha.

4. Penanaman Bibit Kelapa Sawit

Kegiatan yang perlu diperhatikan dalam penanaman kelapa sawit adalah

bibit yang ditanam adalah bibit yang terseleksi (bibit produktif).Tidak boleh

merusak pelepah dan tidak boleh merusak akar pada waktu membuka poly

bag.Bibit ditanam pada lubang tanam dengan ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60

cm.

Sebelum penanaman, terlebih dahulu masukkan pupuk rock phosphate

(RP) dengan dosis 0,5 Kg kedalam lubang dan ditaburkan diatas tanah galian

lubang. Bibit ditanam sebatas leher bibit, tidak boleh terlalu dalam atau terlalu

dangkal. Jarak tanam bibit adalah 8 x 9,2 m

28

Page 29: Kelapa Sawit

.

4.2.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, bahwa kegiatan yang dilakukan

pada pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi :

4.2.3.1 Konsolidasi

Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman yang

mati, abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon

yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan

dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali.

4.2.3.2 Penyisipan

Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau

kerdil sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Untuk

penyisipan, pilih bibit yang sehat dan seumur dengan bibit yang mati.

4.2.3.3 Pemeliharaan Piringan Pohon

Penyiangan dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari

permukaan tanah selebar piringan pohon yang telah ditentukan dengan jarak 1,75

meter, sehingga tanah bersih dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara

manual atau cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaru piringan

menggunakan cangkul sedangkan cara kimia dilakukan dengan cara

penyemprotan.

Pengendalian gulma juga dilakukan di sekitar piringan/bokoran.

Pengendalian dapat juga dilakukan dengan cara manual dan secara kimia. Secara

manual dengan menggunakan garuk piringan. Garuk piringan bertujuan untuk

membersihkan daerah sekitar perakaran tanaman dari gulma serta memudahkan

29

Page 30: Kelapa Sawit

panen dan pengutipan brondol. Menurut Setyamidjaja (1991) teknis pelaksanaan

dari garuk piringan adalah dengan membersihkan piringan dari sampah dan

gulma. Penggarukan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dimulai dari

arah tanaman menuju ke luar. Sedangkan secara kimia dengan menggunakan

herbisida Roundup (smart) + Sterin (obat prakuat) dengan konsentrasi 30 cc + air

20/liter = 600 cc/liter air. Alat semprot yamg digunakan adalah MHS (mikron

herbisida sprayer), lebar piringan yang dibersihkan yaitu 1,5 - 2 m.

4.2.3.4 Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah

Pengendalian gulma pada tanaman penutup tanah ini bertujuan untuk

mempertahankan kondisi areal agar tetap murni kacangan, dengan jalan

menyingkirkan semua jenis gulma yang tumbuh di areal kacangan tersebut.

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut dan juga mendokel sejenis

gulma berkayu.

4.2.3.5 Pemupukan

Sebelum dilakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

antara lain piringan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, alang-alang

atau kotoran lainnya. Pada areal yang datar, semua pupuk ditabur merata mulai

0,5 m dari pohon sampai pinggir piringa. Penaburan pupuk dilakukan dengan

sistem 3 M (menabur,melingkar dan merata). Bagian tanaman yang berperan aktif

dalam penyerapan unsur hara adalah akar tanaman yang masih muda (rambut

akar).

4.2.3.6 Kastrasi

Kastrasi dilakukan pada tanaman yang mengeluarkan bungga yang

buahnya belum memenuhi syarat untuk dikirim ke pabrik dan pertumbuhan

30

Page 31: Kelapa Sawit

tanaman kerdil. Kastrasi ialah membuang bunga, baik bunga jantan ataupun bunga

betina yang tumbuh pada tanaman kelapa sawit. Kastrasi dilakukan sejak bunga

jantan/betina mulai keluar dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan

vegetatif. Kastrasi dapat dilakukan dengan memotong bunga yang baru keluar di

ketiak pelepah daun, sebelum membesar dipotong dengan menggunakan alat

dodos tanpa melukai batang kelapa sawit dan pangkal pelepah daun.

4.2.3.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit

Salah satu pembantas produksi pada tanaman kelapa sawit adalah hama

dan penyakit. Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi

kelapa sawit.

4.2.3.7.1 Hama

Hama yang sering menyerang pertanaman kelapa sawit, antara lain ulat

api, penggerek tandan buah, dan tikus.

Ulat api

Species ulat api yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, antara lain

sentora nitens, Darna trima, dan ploneta didukta. Gejalah yang timbulkan oleh

ulat api adalah adanya lubang-lubang pada helaian daun. Pada serangan ringan,

pengendalian dilakukan secara manual yaitu dengan mengambil ulat tersebut pada

daun tanaman yang terserang . Pengendalian secara kimia dapat menggunakan

insektisida yang berbahan aktiftriazopos 242 g/l, karbaril 85% dan klorpirofos

200 g/l. Sementara itu, pengendalian secara biologis menggunakan virus B

nudaurelia.

31

Page 32: Kelapa Sawit

Gambar 1. Hama pengganggu tanaman kelapa sawit

Tikus

Hama tikus ini menyerang bagian buah dan tandan pada tanaman kelapa

sawit. Pemberantasannya dengan memberi umpan yang diberi racun tikus yang

disebar dipinggiran pohon, dan dengan pemeliharaan burung Hantu di areal

perkebunan, dan ada juga dengan pelepasan ular pada lahan tersebut.

Penggerek tandan buah

Jenis ulat pengerek tandan buah yaitu Ttirathaba Mundela. Gejalah yang

ditimbulkan adalah berupa lubang-lubang pada daun muda dan tua. Pengenalian

secara biologis yaitu dengan mengguanakan parasitoid dari para kelompok

Hymenoptera, Famili Braconidae Dan Ichneumonidae. Sedangkan secara kimia

adalah dengan menggunakan insektisida dengan bahan aktif Triklorfon,

Endosulfan Atau Lindane.

32

Page 33: Kelapa Sawit

4.2.3.7.2 Penyakit

a. Penyakit akar

Penyebab penyakit akar, yaitu cendawan Rhizoktonia Lamellifera dan

Phytium Sp. Akibat cendawan ini akar tanaman akan menjadi lunak, daun bibit

menjadi kusam dan berwarna kekunig-kuningan. Pengendalian secara manual

yaitu membuang tanaman yang terserang sedangkan secara kimia dengan

menggunakan fungisida yang berbahan aktif benomyl dan tiram dan juga dapat

dengan menggunakan kapur pertanian untuk meningkatkan tingkat keasaman

tanah sehingga media tanam yang digunakan tidak cocok untuk perkembangan

cendawan

4.2.4 Pemiliharaan Tanaman Menghasilkan ( TM)

Tanaman Menghasilkan adalah tanaman yang telah berproduksi

(menghasilkan) sejak berumur 2,5,-3 tahun keatas, disini diperlukan perawatan

yang baik supaya memperoleh hasil yang maksimal (Anonim.2011).

Adapun tahapan-tahapan pemiliharaan tanaman menghasilkan sebagai

berikut:

1. Cabut Anak Kayu

Kegiatan Mencabut anak kayu/gulma disekitar tanaman kelapa sawit,

pasar pikul atau TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya

persaingan dalam mengambil unsur hara di dalam tanah (Hadi, 2004).

2. Garuk Piringan

Garut piringan adalah kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang

tertinggal dipiringan, dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti

tangan manusia, piringan berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta

33

Page 34: Kelapa Sawit

tempat jatuhnya brondolan, dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH

(Mijja, S.1991)

3. Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit

Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang

menaungi daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-

cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke

bagian Badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi

( Pahan, I.2010).

4. Pembuatan Rorak

Rorak dibuat untuk menampung limpahan air dari jalan dalam kebun dan

dari arah miring, sehingga partikel tanah yang dihasilkan dari proses erosi dapat

ditampung dalam rorak. Fungsinya meningkatkan cadangan air tanah jika terjadi

kemarau atau curah hujan rendah. Pembuatan rorak bisa juga di sebut usaha

konservasi tanah dan air (Hadi, 2004).

4.2.5 Panen

Persiapan Panen

Persiapan panen berkaitan dengan penyediaan tenaga kerja dan alat-alat

panen yang diperlukan. Diantaranya yaitu dodos (tanaman yang masih rendah),

egrek (untuk tanaman yang telah tinggi), kampak, dan angkong. Kegiatan awal

lainnya dalam persiapan penen adalah akses jalan, baik itu jalan penghubung,

jalan produksi, jalan kontrol maupun jalan pasar pikul sudah siap untuk

dipergunakan.

34

Page 35: Kelapa Sawit

Kriteria Matang Panen

Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna.

Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, pengaruh pigmen klorofil.

Selanjutnya, buah akan menjadi merah atau orange akibat pengaruh pigmen beta

karoten. Kondisi tersebut manandakan minyak sawit yang terkandung dalam

daging buah telah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya

(membrondol).

Rotasi Panen

Rotasi panen tergantung dari kecepatan buah matang saat panen

awal,rotasi panen 15 hari, lalu 10 hari dan terakhir 7 hari. Penentuan rotasi panen

terkait dengan kerapatan panen, yakni perbandingan jumlah pohon yang dapat

dipanen di luasan tersebut.

Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 5/7, artinya 5 hari memanen

dengan rotasi 7 hari. Tingkat kematanagn buah menggunakan rotasi panen 5/7

masih

35

Page 36: Kelapa Sawit

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari Pelaksanaan Kegiatan Magang, maka dapat di tarik kesimpulan

bahwa :

1. Pada PT. Dutapalma Nusantara pemeliharaan tanaman lebih di fokuskan

pada pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pemeliharaan jalan

2. Untuk mencapai hasil TM yang maksimal, Pada TBM harus mendapatkan

perhatian khusus, karena pada masa TBM merupakan masa pembentukan

dari TM. Jika pemeliharaan TBM nya bagus maka hasil TM nya akan

maksimal.

5.2 Saran

Hendaknya alat penunasan ( enggerk ) yang di gunakan dalam kondisi

yang baik. Kondisi alat yang agak tumpul akan memperlambat kegiatan

penunasan maupun panen. Sehingga pekerjaan lambat terselesaikan dan

memberikan hasil yang kurang baik pula.

36

Page 37: Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Orgade” Brosur Unit Pelatihan Teknologi Perkebunan ” Bogor

Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003

Muf, Mustafa Hadi. 2004. Teknik Perkebunan Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya Nusantara YogyakartaPurba, A. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Medan.

Midjaja, 1991 Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius Yogyakarta

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Adi Cipta Karya. Yogyakarta.

Purba, Razaq. 2008. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. PPKS. Medan.

Setjamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sunarko. 2008. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit DenganSistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Tangerang.

Suwarto dan Yuke Oktavianty, Budi Daya12 Tanaman Perkebunan

Unggulan(Jakarta:Penebar Swadaya, 2010

Ir. Sunarko, M. Si, Budi Daya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan

Sistem Kemitraan, Jakarta: Agromedia Pustaka, 2009

Barus E., Pengendalia Gulma Di Perkebunan, Yogyakarta: Kansius, 2003

37