Upload
ahmad-luthfi-lubis
View
61
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kelapa sawit
Citation preview
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI
PROPINSI RIAUJln. Jenderal Sudirman-SimpangTiga-PekanbaruTelp.0761-26991, 26992, Faxcimile.0761-26993
KEBIJAKAN ENERGI BARU-TERBARUKAN
POTENSI, PENGEMBANGAN DAN TARGETIMPLEMENTASI ENERGI TERBARUKANDI PROPINSI RIAU
(Kebijakan –Potensi - Investasi – Teknologi)
Ir. Eddon M. Moenif, MTInspektur Ketenagalistrikan
Distamben - Riau
Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP - Indonesia
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Finlandia
Di Hotel Pangeran Pekanbaru, tanggal 30 Oktober 2012
KONDISI PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN ENERGI LISTRIK DI PROPINSI RAIAU
1. Dominasi Pemanfaatan Sumber Energi Fosil
(BBM) untuk Pembangkit Tenaga Listrik cukup
tinggi (Prop.Riau : 49,75% ; PT.PLN-Riau : 67%),
dapat menyebabkan :
a. Menipisnya cadangan migas
b. Tingginya HPP, sehingga meningkatnya subsidi
2. Pertumbuhan permintaan Energi Listrik mencapai
15% per-tahun, disebabkan pertumbuhan penduduk
dan ekonomi serta prilaku dan pola konsumsi yang
cenderung boros, sehingga menyebabkan semakin
menigkatnya subsidi
3. Ratio elektrifikasi perdesaan oleh PLN masih
rendah yaitu 58,79% (per-September 2012), sehingga
menyebabkan Lambatnya pengembangan ekonomi
perdesaan.
KONDISI PEMANFAATAN SUMBER ENERGI UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LSITRIK DI PROP.RIAU
KAPASITAS TERPASANG
Sumber : Distamben Riau
POTENSI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI PROP.RIAU
Sumber : Distamben Riau
POTENSI ENERGI DARI LIMBAH PENGOLAHAN PABRIK KELAPA SAWIT DI PROP. RIAU
Luas Lahan Sawit di Propinsi Riau 2.103.175,
dan 146 PKS dengan Total Kapasitas Produksi
Pengolahan 6.137 Ton/jam TBS. Dari total
kapasitas produk si PKS dapat mengasilkan
Fiber dan Shell sebesar 13.010Ton/jam dan
Limbah cair 37.822 m3/jam
Tenaga listrik yang dapat dihasilkan dari Fiber
dan Shell sebesar 1.099,3 MW dan dari
Limbah (Biogas) 114,9 MW. Penggunaan Fiber
dan Cangkang untukkebutuhan PKS sebesar
193,5 MW (tersisa 905,8 MW), sedangkan
penggunaan Biogas (limbah cair) sebesar
2,9 MW (tersisa 112 MW.
Dihitung berdasarkan :
- Total Kapasitas Produksi PKS (6.137 to/jam),
dengan asumsi rata-rata produksi 10 jam/hari.
- Capacity Factor = 80%
- Fiber = 12% x Ton TBS x 19.055 kJ/kg x 0,2778 x 10-3 kWh/kJ
- Shell = 9,2% x Ton TBS x 20.093 kJ/kg x 0,2778x 10-3 kWh/kJ
- Biogas = 60% x Ton TBS x 60 kWh
POTENSI ENERGI DARI LIMBAH PENGOLAHAN PABRIK KELAPA SAWIT DI PROP. ROAU
PELEPAH KELAPA SAWIT
Mengoptimalkan pemanfaatan potensi SEBT dari limbah hasil
pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk pengembangan
listrik perdesaan, sebab :
a. Tersedianya potensi Limbah sawit yang cukup besar
b. Umumnya PKS berada di perdesaan (Remote Area)
c. Biaya produksi (HPP) relatif murah.
SEHINGGA LEBIH REALISTIS UNTUK MENCAPAI SASARAN :
1. Percepatan pertumbuhan Ratio elektrifikasi
2. Menurunkan HPP listrik rata-rata wilayah Propinsi Riau
3. Menurunkan Pemakaian BBM dan subsidi
4. Memperbaiki tegangan sistem, bila tersambung dengan
sistem 20 Kv PLN.
STRATEGI DAN SASARAN
DASAR HUKUM1. Pasal 20 ayat (4) dan Pasal-21 ayat (2) UU. No.30 Tahun 2007 :
Penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan wajib ditingkatkan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Pasal 20 ayat (2) UU. No.30 Tahun 2007 :
Penyediaan energi oleh Pemerintah dan / atau pemerintah daerah diutamakan
di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil dan daerah perdesaan
dengan mengutamakan sumber energi setempat, khususnya sumer energi
terbarukan.
STARATEGI DAN SASARAN
Pemanfaatan Limbah Pengolahan Kelapa Sawit
seperti Biomasa (Fiber dan Shell) dan Biogas (Limbah cair) lebih
REALISTIS untuk meningkatkan Ratio Elektrifikasi melalui program
listrik perdesaan, sebab :
1. Tingginya Potensi Limbah sebagai sumber Energi.
Sisa Limbah Sawit yang tidak digunakan oleh PKS dapat
mengasilkan Tenaga Listrik sebesar 905,8 MW (Shell dan Fiber)
dan 112 MW (Limbah cair / Biogas).
2. Umumnya PKS berada di perdesaan (Remote area), sehingga
lebih realistis dan lebih ekonomis untuk mengangkat Ratio
Elektrifikasi di perdesaan . Penggunaan 50% potensi limbah
sawit dapat meningkatkan ratio elektrifikasi sebesar 4,4% dari
pemanfaatan limbah cair (Biogas) dan 35,67% dari pemanfaatan
Biomasa (Fiber & Shell). (Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga di Riau 1.420.574 KK, dan 1300 VA
atau 1.000 watt per-KK).
3. Dapat mengurangi penggunaan BBM dan Biaya Produksi PLN,
sebab listrik perdesaan umumnya menggunakan PLTD.
STRATEGI DAN SASARAN
4. Secara ekonomis, pembangunan PLTMG-Biogas (Green Energy)
lebih menguntungkan. Periode Pengembalian (Payback Periode)
lebih kurang 6 tahun, dihitung berdasarkan :
- Biaya Investasi USD. 2.500 per-kW
- Biaya Operasi USD.0,26 per-kWh
- Harga Jual Rp.975 per-kWh (sesuai Permen ESDM No.04/2012)
- Capacity Factor 80%.
- Own-use 5%
- Pajak-pajak dan lain-lain 15%.
-Biaya depresiasi, diabaikan
- Derating Factor, diabaikan
4. Mendapat kemudahan/ insentif dari pemerintah, sesuai dengan
PERMEN ESDM Nomor 04 Tahun 2012, dan mendapat insentif
dari Protokol Kyoto, bila menggunakan Biogas (green energi)
akibat pengurangan emisi CO2 di udara.
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP EBT
2. PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 04 TAHUN
2012 TENTANG :
Harga Pembelian Tenaga Listrik oleh PT.PLN (Persero) dari
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi
terbarukan skala kecil dan menengah atau kelebihan tenaga
listrik.
Pasal-1, Pasal-2 dan Pasal-3 :
IMPLEMENTASI
Kebijakan dan Strategi Pemerintah untuk mendorong Pengembangan
pemanfaatan SEBT dalam rangka meningkatkan Ratio Elektrifikasi di Propinsi
Riau adalah :
1. Melakukan inventarisasi SEBT secara menyeluruh dan akurat.
2. Melakukan Kerjasama dengan Perguruan Tinggi dalam Penelitian
Pemanfaatan SEBT (Pasal-29 dan 30 UU.N0.30 Tahun 2007), meliputi :
a. Kajian Potensi SEBT
b. Kajian Pemanfaatan :
- Tekno-ekonomi
- Lingkungan
- Litbang Teknologi Konversi energi
- Kajian kelembagaan
3. Melakukan sosialisasi Kebijakan Pemerintah tentang SEBT
4. Melakukan Publikasi Potensi dan Teknologi SEBT
5. Koordinasi Pemerintah untuk mendorong Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit
melaksanakan Program CSR / CD bidang ketenagalistrikan melalui
penjualan kelebihan tenaga listrik ke PT.PLN untuk disalurkan, terutama ke
masyarakat sekitar PKS.
6. Memfasilitasi kerjasama antara Investor, Perusahaan PKS, dan PT. PLN
untuk pemanfaatan Limbah Kelapa sawit melalui pembangunan
Pembangkit Tenaga Listrik dalam rangka meningkatkan ratio elektrifikasi
dan pelaksanaan program konservasi / penghematan BBM.
IMPLEMENTASI
PEMERINTAH : Sebagai Fasilitator
INVESTOR DAN : PKS, PLN atau Investor Lain.
OPERATOR Bila pihak selain PKS dan bahan bakar gratis, dapat
diplih sistem BOT / BOO dengan pihak PKS.
Bila wilayah di sekitar PKS belum ada PLN, Investor dapat langsung
menjual Tenaga Listrik ke Masyarakat, dengan Izin Usaha.
IMPLEMENTASI