Kelapa Sawit Cetaak

Embed Size (px)

Citation preview

KATA PENGANTAR

Tanaman kelapa sawit yang saat ini diusahakan petani terus mengalami perkembangan dan berdampak cukup baik dalam perekonomian nasional khususnya didaerah pertanaman dan industri olahannya.Tanaman kelapa sawit bernilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu bahan baku penting industri makanan dan bahan bakar.Menghasilkan kelapa sawit berkualitas tinggi membutuhkan sistem penanganan yang terintegrasi, khususnya budidaya tanaman dan pengolahan produk.Izinkan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Akhir kata kami dedikasikan buku ini kepada semua pihak yang membutuhkan. Makassar, September 2010PenyusunBidang Pasca Panen danSistem Informasi Perkebunan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiSelamat Datang di Sulawesi SelatanA. POTENSI 11. Letak Wilayah12. Luas Areal dan Produksi13. Produktivitas dan Jumlah Petani3B. Visi dan Misi Perkebunan Prov. Sul-Sel4BUDIDAYA TANAMANI. Pendahuluan 6A. Daerah Asal dan Penyebaran 6B. Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia 7C. Kegunaan Kelapa Sawit 8II. Teknik Budi Daya Kelapa Sawit 9A. Pembibitan 9B. Pembukaan Lahan 15C. Rancangan Kebun 18D. Penanaman 18E. Tanaman Penutup Tanah 21F. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan 22G. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan 24III. Pengendalian Hama dan Penyakit Kelapa Sawit 24A. Hama dan Penyakit di Pembibitan 25B. Hama dan Penyakit di Pertanaman 26IV. Panen, Pengolahan dan Industri Hilir 34A. Panen 34B. Pengolahan 38C. Industri Hilir 44DAFTAR PUSTAKA 45

Selamat Datang Di Sulawesi SelatanA. POTENSI1. Letak WilayahSulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain memiliki sumber daya alam yang cukup besar, khususnya di bidang pertanian, dengan letak strategis ditengah-tengah Indonesia dan menjadi pintu gerbang sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan Kawasan Timur Indonesia.Wilayah pengembangan komoditi kelapa sawit di Provinsi Sulawesi Selatan tersebar di beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Pinrang.2. Luas Areal dan ProduksiLuas areal Tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2009, terbagi atas 3 kategori, yaitu kategori Tanaman Belum Berbuah (TBM), Tanaman Menghasilkan (TM) dan Tanaman Tua/Tanaman Rusak (TT/TR). Dari ketiga kategori tersebut, Luas areal Tanaman Menghasilkan tercatat seluas 7.785,5 Ha atau 87,93% dari total jumlah luas areal.Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Tahun 2009LUAS AREAL (HA)PRODUKSI

NO.KABUPATEN TBMTMTR/TTJUMLAH(TON)

1234567

1L u w u18,0052,500,5071,00386,75

2Luwu Utara32,004.134,00-4.166,0034.751,31

3Luwu Timur883,903.589,0075,254.548,1542.584,25

4Pinrang59,0010,00-69,0010,00

J u m l a h992,907.785,5075,758.854,1577.732,31

Tabel 1. Menunjukkan bahwa luas areal tanaman Kelapa Sawit di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8.854.15 Ha dengan produksi sebanyak 77.732,31 Ton. Dari 4 Kabupaten, areal terluas di Kabupaten Luwu Timur seluas 4.548,15 Ha dengan produksi sebesar 42.584,25 Ton, kemudian Kabupaten Luwu Utara seluas 4.166,00 Ha dengan produksi 34.751,31 Ton. Sedangkan kabupaten dengan luas areal terkecil yaitu Kabupaten Luwu dengan luas areal 71,00 Ha dengan produksi sebesar 386,75 Ton.3. Produktivitas dan Jumlah PetaniProduktivitas kelapa sawit tertinggi dihasilkan dari Kabupaten Luwu Timur sebesar 11.865,21 Kg/Ha/Th yang melibatkan 2.736 KK, disusul Kabupaten Luwu Utara sebesar 8.406,22 Kg/Ha/Th yang melibatkan 2.607 KK, sedangkan produktivitas terendah dari Kabupaten Pinrang. Total petani kelapa sawit yang terlibat berjumlah 5.447 KK, data produktivitas dan jumlah petani dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Produktivitas dan Jumlah Petani Tahun 2009JUMLAH

NO.KABUPATEN PRODUKVITASPETANI

(KG/HA/TH)(KK)

1234

1L u w u 7.366,67 53

2Luwu Utara 8.406,22 2.607

3Luwu Timur 11.865,21 2.736

4Pinrang 1.000,00 51

J u m l a h5.447

B. Visi dan Misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2008 20013

VisiTerwujudnya Sulawesi Selatan sebagai wilayah perkebunan terkemuka berbasis kakao

Misi Mengembangkan perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan berbasis Kakao; Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh melalui pemberdayaan di hulu untuk memperkuat di hilir dalam mendukung industri berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; Memberdayakan kelembagaan masyarakat perkebunan untuk mendorong akses penguatan usaha perkebunan melalui pengembangan kerjasama dan kemitraan usaha; Mendorong pengembangan inovasi teknologi dalam mendukung peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk perkebunan yang berbasis unggulan kompetitif.

Tujuan : Meningkatkan produksi/produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan dengan berbasis Kakao yang memiliki keunggulan kompetitif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan; Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk perkebunan. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas jaringan pasar.

BUDIDAYA TANAMANI. PENDAHULUANKelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini, kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budi daya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika.A. Daerah Asal dan PenyebaranMenurut penelitian, daerah asal tanaman kelapa sawit adalah afrika, yaitu kawasan Nigeria di Afrika Barat. Dewasa ini, tanaman kelapa sawit diusahakan di berbagai negara beriklim tropis, terutama di kawasan yang terletak antara 10 derajat Lintang Utara dan 10 derajat Lintang Selatan, dan terdapat beberapa negara penghasil utama kelapa sawit seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, Papua Nugini, RRC, dan India di Asia; Pantai Gading, Ghana, Kamerun, dan Nigeria di Afrika; serta beberapa Negara Amerika Selatan seperti Colombia, Costarika, Honduras, dan Equador.Di Amerika Selatan, kelapa sawit telah lama dikenal dengan jenis kelapa sawit Elais melanococca atau E. oleifera. Namun, tidak berkembang karena produksinya rendah dan banyak mendapat gangguan penyakit. Tanaman kelapa sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848. B. Perkebunan Kelapa Sawit di IndonesiaPerkebunan kelapa sawit di Indonesia dipelopori oleh Adrien Hallet, berkebangsaan Belgia, yang telah mempunyai pengalaman menanam kelapa sawit di Afrika. Penanaman kelapa sawit yang pertama di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit seperti pembukaan kebun di Tanah Itam Ulu oleh Maskapai Oliepalmen Cultuur, di Pulau Raja oleh Maskapai Huilleries de Sumatra-RCMA, dan di Sungai Liput oleh Palmbomen Cultuur Mij. Masa pendudukan Jepang merupakan masa suram bagi tanaman kelapa sawit di Indonesia. Pada tahun 1957 1958, terjadi perubahan kepemilikan perkebunan di Indonesia karena terjadinya proses nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, perusahaan ini direorganisasikan ke dalam perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang kemudian menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) dan kini disebut Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN).

10Saat ini upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit ini dilaksanakan melalui Perusahaan Perkebunan Swasta (PBS), Perkebunan Besar Negara (PTP/PTPN), dan Perkebunan Rakyat. Selain itu, jangkauan daerah penanaman kelapa sawit meluas dengan pesat ke luar dari daerah sentra kelapa sawit terdahulu (Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan), termasuk Provinsi Sulawesi Selatan.C. Kegunaan Kelapa SawitPada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetika, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagaian besar dipenuhi dengan minyak bumi. Apalagi, minyak bumi yang sumbernya tidak dapat dibaharui (non renewable), minyak sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat dibaharui (renewable), sehingga tidak akan pernah habis selama umat manusia mau membudidayakannya secara komersial.a. Minyak sawit (CPO) yang menghasilkan carotene, tocopherol, olein, stearin, soap stock, free fatty acid.b. Inti sawit menghasilkan minyak inti dan bungkil.c. Tempurung menghasilkan arang, tepung tempurung, dan bahan bakar.d. Serat menghasilkan bahan bakar dan sumber selulosa.e. Tandan kosong digunakan sebagai sumber selulosaf. Sludge digunakan sebagai komponen makanan ternak.Produk hilir dapat berupa minyak goring, minyak salad, shortening, sabun, glyserine, margarine, dan sekian banyak lagi produk turunannya termasuk minyak bakar kendaraan bermotor yang saat ini masih belum merupakan produk utama kelapa sawit.

II. TEKNIK BUDI DAYA KELAPA SAWITA. Pembibitan1. Lokasi PembibitanSyarat-syarat lokasi pembibitan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :a. Lokasi sebaiknya datar dan rata, bila tidak datar sebaiknya dibuat teras.b. Lokasi dekat dengan sumber air dan selalu tersedia air untuk penyiraman.c. Lokasi pembibitan sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang akan ditanami.d. Lokasi pembibitan bebas dari kemungkinan gangguan hewan, baik hewan liar maupun hewan piaraan.e. Lokasi pembibitan mudah dikunjungi dan diawasi serta tersedia bangunan bagi pekerja yang melakukan pemeliharaan dan pengawasan.2. Sistem PembibitanSaat ini dikenal pembibitan dengan menggunakan kantong plastik atau polybag. Sistem polybagdapat dengan cara, yaitu pembibitan dua tahap dan satu tahap.a. Pembibitan Dua TahapPembibitan dua tahap terdiri atas pembibitan awal (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery). 1) Pembibitan AwalUrut-urutan kegiatan pekerjaan pembibitan awal adalah sebagai berikut :a) Siapkan bedengan-bedengan pada areal yang telah diolah dengan ukuran lebar 1,6 m, panjang 20 m, dan tinggi 0,2 m. Jarak antar-bedengan 0,80 m yang berfungsi sebagai parit drainase sekaligus sebagai jalan untuk kegiatan di areal pembibitan. Setiap bedengan dapat menampung sekitar 4.000 polybag yang akan ditanami benih kecambah.b) Siapkan polybag (hitam) berukuran 15 cm x 23 cm dan tebal 0,10 mm. Polybag diberi lubang secukupnya di bagian samping dan bagian bawah.c) Isi polybag dengan tanah atas yang telah disaring sampai hampir penuh.d) Sebelum bibit kecambah ditanam, polybag disiram air agar tidak terbentuk rongga di dalamnya.e) Bibit kecambah ditanam di tengah-tengah polybag sedalam 2-3 cm. pastikan bahwa arah plumula ke atas dan arah calon akar ke bawah. Biasanya setelah 7-10 hari plumula sudah akan muncul.f) Siramlah bibit dalam polybag tersebut secara teratur dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari secara hati-hati agar bibit tidak rusak karena siraman air.g) Untuk memperoleh bibit yang tumbuh subur, bibit perlu dipupuk dengan larutan urea 0,20% dengan cara disemprotkan sekali dalam seminggu.h) Untuk menghindari gangguan hama dan penyakit, bibit dapat disemprot dengan pestisida seperti Ditane M-45, Zineb, dan ditaburi serbuk HCH.i) Setelah berumur 2,5-3 bulan, bibit yang tumbuh normal biasanya sudah berdaun 3-4 helai. Bibit tersebut telah siap dipindahkan ke pembibitan utama. 2) Pembibitan UtamaPembibitan utama memerlukan lahan yang luas karena bibit ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar. Di lokasi pembibitan ini harus tersedia sumber air yang mencukupi kebutuhan dan instalasi penyiraman (springkler irrigation). Areal pembibitan harus terbuka, bebas dari gulma, dan terhindar dari gangguan hewan-hewan liar ataupun hewan piaraan. Parit-parit pembuangan air harus dibuat untuk membuang kelebihan air, terutama pada musim hujan.Penyelenggaraan pembibitan utama untuk kelapa sawit adalah sebagai berikut :a) Siapkan polybag (black polythene) berukuran 45 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm dan tebal 0,20 mm. polybag diberi lubang berkeliling mulai dari bagian tengah sebanyak 3 baris berjarak 5 cm dengan diameter 3 mm. lubang-lubang pada polybag ini berfungsi sebagai drainase.b) Siapkan tanah pengisi polybag, yaitu tanah atas yang diayak dengan saringan kawat berdiameter 1,5-2,0 cm. tanah saringan harus gembur dan tidak mengandung butir-butir kerikil, sisa-sisa kayu, atau bahan kasar lainnya.c) Isi polybag dengan tanah saringan hingga 2-3 cm di bawah permukaan polybag dan agak dipadatkan. Sebelum ditanami bibit kelapa sawit, polybag harus disiram selama sekitar 7 hari agar tanah pengisi polybag tidak membentuk rongga-rongga atau kantong air.d) Setiap polybag diatur jaraknya dalam sistem segitiga sama sisi, misalnya dengan jarak 90 cm x 90cm x 90 cm atau 75 cm x 75 cm x 75 cm, tergantung pada umur bibit yang kelak akan dipindahkan ke lapangan.e) Jarak tanam bibit di pesemaian menentukan kapasitas lahan pembibitan atau jumlah bibit yang tersedia untuk kebutuhan bibit di lapangan. Jika jarak tanam bibit 90 cm x 90 cm x 90 cm maka satu hektar pembibitan utama akan mampu mencukupi bibit untuk lahan seluas 68,33 hektar. Jika jarak tanam bibit 75 cm x 75 cm x 75 cm, maka satu hektar pembibitan utama akan mencukupi lahan seluas 80 hektar. Bibit yang tersedia ini adalah bibit siap tanam yang sudah mengalami seleksi (thinning out) dua kali sesuai dengan persyaratan yang berlaku.f) Penanaman bibit di pembibitan utama adalah penanaman bibit dari pesemaian pendahuluan pada polybag bagi ukuran yang lebih besar.Cara menanam bibit pada polybag di pembibitan utama adalah sebagai berikut : a) Buat lubang di tengah polybag besar dengan ukuran sedikit lebih besar daripada ukuran polybag pembibitan pendahuluan (diameter 10-12 cm). pembuatan lubang dapat menggunakan alat sejenis auger yang terbuat dari besi.b) Buang polybag bibit dari pembibitan pendahuluan secara hati-hati, kemudian bibit tersebut ditanam pada lubang yang tersedia. Pangkal bibit berada 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah polybag. Tanah di sekitar bibit ditekan agak sedikit kuat agar bibit dapat berdiri kokoh dan kuat.c) Bibit yang telah ditanam pada polybag agar kelembaban media tanam cukup.d) Bila tersedia serasah (mulch, mulsa), permukaan polybag dapat diberi serasah untuk mengurangi penguapan, menstabilkan suhu tanah, dan mengurangi hilangnya butir-butir tanah karena penyiraman.Pemeliharaan bibit di pembibitan utama terdiri atas kegiatan sebagai berikut.a) Penyiraman yang dilakukan pada pagidan sore hari jika hujan tidak turun. Penyiraman dapat dilakukan dengan menggunakan springkler irrigation.b) Penyiangan gulma yang tumbuh pada polybag dan di sekitar polybag. Penyiangan gulma dapat juga menggunakan herbisida yang cocok, baik herbisida pratumbuh (sebelum bibit ditanam) maupun purna-tumbuh (sesudah bibit berada dalam polybag besar).c) Pemeliharaan jalan dan parit untuk menjaga keadaan lokasi pembibitan tetap baik.d) Pengawasan dan seleksi terhadap keadaan pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama/penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, terjangkit hama/penyakit, mempunyai kelainan genetis dan penyimpangan lainnya harus dibuang. Pembuangan (thinning out) bibit yang cacat tersebut dilakukan pada saat pemindahan ke pembibitan utama dan selama berada di pembibitan utama, serta waktu pemindahan bibit dari pembibitan utama ke lapangan.e) Pemupukan tanaman untuk diperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Sebelum memupuk bibit hendaknya dilakukan: pencabutan rumput/gulma (3-4 hari sebelum pemupukan), penggemburan tanah polybag agar pupuk mudah masuk, dan tidak menabur pupuk dari arah atas agar pupuk tidak mengenai tanaman.f) Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan: untuk memperoleh bibit yang sehat dan tumbuh normal, perlu dilaksanakan pengendalian hama dan penyakit yang suka menyerang bibit di pesemaian. Beberapa hama yang biasa menyerang bibit kelapa sawit di antaranya adalah kumbang Apogonia sp. dan Adoretus sp, kutu daun (Aphids), ulat daun (Setora nitens), dan belalang (Valanga nigricornis). Sedangkan penyakit yang sering menyerang bibit kelapa sawit diantaranya penyakit akar karena jamur Rhizoctonia sp. dan Phythium sp. serta penyakit daun karena jamur Botridiplodia sp, atau Helminthosporium sp.Tabel 3. Dosis dan Jenis Pupuk untuk Pemupukan BibitUmur Bibit(Minggu)Jenis PupukDosisRotasi

4 56 78 1617 2021 2829 4041 48Larutan Urea 0,2%Larutan Urea 0,2%Rustica 15. 15. 6. 4Rustica 12. 12. 17. 2Rustica 12. 12. 17. 2Rustica 12. 12. 17. 2Rustica 12. 12. 17. 2

3-4 liter larutan Per 100 bibit4-5 liter larutan Per 100 bibit1 gr per bibit5 gr per bibit8 gr per bibit15 gr per bibit17 gr per bibit

1 minggu1 minggu1 minggu2 minggu2 minggu2 minggu2 minggu

b. Pembibitan Satu TahapPembibitan satu tahap, pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :1) Siapkan polybag besar berukuran 45 cm x 60 cm (lay fat) dengan tebal 0,11 mm. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase (seperti cara pembibitan dua tahap).2) Siapkan tanah atas untuk bahan pengisi polybag. Tanah sebaiknya diayak halus dan tidak bercampur bahan-bahan kasar seperti batu/kerikil, sisa-sisa akar, dsb.3) Isi polybag dengan tanah sampai hampir penuh. Tanamkan kecambah bibit kelapa sawit di tengah-tengah polybag. Caranya, buat lubang kecil dengan jari tangan sedalam sekitar 2 cm di tengah-tengah polybag. Tanamkan benih kecambah kelapa sawit dengan hati-hati, jangan terlalu dalam ataupun terlalu dangkal, kemudian tekan dengan hati-hati agar tanahnya tidak padat.4) Setelah bibit ditanam, sebaiknya bibit tersebut diberi naungan dari daun kelapa, daun nipah, atau daun kelapa sawit agar tidak terkena sinar matahari secara langsung. Nauangan ini dibuka setelah bibit berumur 1,5-2 bulan.5) Jarak tanam polybag/bibit tergantung pada umur berapa bibit tersebut akan dipindahkan ke lapangan.6) Pemeliharaan bibit dilaksanakan seperti pada sistem pembibitan dua tahap.7) Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur 10-12 bulan, tetapi paling optimal pada umur 12-14 bulan.

c. Pemindahan Bibit ke LapanganBibit kelapa sawit dapat dipindahkan ke lapangan sesuai dengan umur bibit yang dikehendaki. diusahakan agar bibit tersebut tidak mengalami kerusakan dan polybagnya pun tidak rusak atau pecah. Penggunaan truk atau traktor gandengan sebagai alat angkut bibit lebih menjamin keselamatan bibit kelapa sawit. B. Pembukaan LahanTanaman kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi perkebunan kelapa sawit. Cara membuka lahan untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan konisi lahan yang tersedia.1. Bukaan baru (new planting) pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau areal yang ditumbuhi lalang.2. Konversi, yaitu penanaman pada areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet, kelapa, atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.3. Bukaan ulangan (replanting), yaitu areal yang sebelumnya ditanami kelapa sawit.Persiapan lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan jadwal kegiatan yang telah ditetapkan. Luas lahan perkebunan kelapa sawit berkisar antara 600012.000 hektar sudah sesuai dengan kapasitas pabrik yang dibangun untuk pengolahan hasilnya.Mengingat areal kebun kelapa sawit yang cukup luas, pembukaan lahan dapat dilaksanakan sekaligus atau secara bertahap. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan secara mekanis, khemis/kimia, atau manual.1. Pembukaan Lahan secara MekanisPembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri atas beberapa pekerjaan sebagai berikut:a. Babad pendahuluan, yaitu membabad dan memotong pohon kecil dan semak yang tumbuh di bawah pohon-pohon yang besar (terutama pada lahan hutan primer).b. Menumbang, yaitu memotong pohon-pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm, menggunakan gergaji mesin (chain saw) atau kapak. Tinggi tebangan harus diatur agar tunggul yang tersisa tidak mengganggu pekerjaan dan melapuk dengan baik. Tinggi penebangan biasanya di atas 40 cm. Menumbang harus dilakukan sekitar 2-4 bulan sebelum saat pembakaran.c. Merencek, yaitu memotong cabang-cabang dan ranting-ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan pemupukan.d. Merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang kearah utara dan selatan agar mendapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering. Jarak antar rumpukan diatur sekitar 50-100 m.e. Membakar, yaitu membakar rumpukan agar areal bersih dari bahan yang tidak dibutuhkan. 2. Pembukaan lahan secara Khemis/KimiaPembukaan lahan secara khemis biasanya dilakukan pada lahan yang ditumbuhi lalang (padang alang-alang). Namun, pembukaan lahan yang ditumbuhi lalang dapat juga dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat-alat pengolahan tanah secara mekanisasi.Pembukaan lahan secara khemis memerlukan persiapan yang matang, baik penyediaan bahan-bahan kimia (herbisida) yang diperlukan, peralatan-peralatannya, maupun tenaga kerjanya. Selain itu, pembukaan lahan secara khemis harus tersedia sumber air yang cukup karena penyemprotan tumbuhan lalang yang rapat dan tebal membutuhkan air cukup banyak. Berdasarkan pengalaman lapangan, daerah yang curah hujannya tinggi pembukaan lahan secara khemis kurang efektif.3. Pembukaan Lahan secara ManualPembukaan lahan secara manual pada prinsipnya sama dengan pembukaan lahan secara mekanis.. Pembukaan lahan secara manual ini masih dipakai bila keadaan lapangan yang tidak memungkinkan. Misalnya keadaan topografi wilayah terlalu terjal.Pembukaan lapangan untuk perkebunan kelapa sawit harus memperhatikan pula upaya-upaya pengawetan tanah dan air, agar tidak terjadi kerusakan tanah seperti erosi atau tanah longsor yang akan merugikan di masa yang akan datang. Maka dianjurkan dalam pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pembuatan teras, rorak, benteng, parit, atau menanam secara kontur.C. Rancangan KebunRancangan kebun yang penting di antaranya adalah jaringan jalan dan jembatan yang sangat diperlukan untuk kegiatan rutin di kebun dan transportasi ke luar perkebunan. Jembatan-jembatan perlu dibangun pada sungai-sungai yang berada pada lintas jalan yang ada. Jaringan jalan merupakan alat vital bagi perkebunan karena menunjang pelaksanaan berbagai kegiatan kebun. Ada empat jenis-jenis jalan yang ada di areal perkebunan kelapa sawit yaitu Jalan utama, Jalan pengangkutan hasil atau jalan produksi, Jalan Kontrol, dan Jalan pringgan.D. Penanaman1. PengajiranPengajiran atau memancang adalah menentukan tempat-tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam dan hubungan tanaman yang dipakai dalam penanaman kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dari segala arah, dan kelak setip individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. 2. Pembuatan lubang tanamLubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang, baik ukurannya maupun jumlah hektarnya. Pembuatan lubang 1-2 hari sebelum tanam tidak di anjurkan. Ukuran lubang tanam untuk kelapa sawit biasanya 60 cm x 60 cm x60 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh sebelah utara dan tanah bawah sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai, ajir ditancapkan kembali di tengah-tengah lubang.3. Menanama. Mempersiapkan bibit di pembibitan utamaDua minggu sebelum tanam, bibit polybag diputar, yaitu memotong akar-akar menembus polybag agar pada saat pemindahan akar-akar tersebut telah beregenerasi. Sehari sebelum bibit ditanam, bibit dalam polybag disiram air agar kelembapan tanah dan persediaan air cukup sehingga bibit tidak mengalami kekeringan setelah dipindahkan ke lapangan.b. Pengangkutan bibit ke lapanganBibit kelapa sawit dipilah-pilah berdasarkan tipe/varietas dan umurnya. Pada umumnya, bibit dipindahkan ke lap angan pada umur 10-12 bulan, tetapi ada juga yang dipindahkan pada umur di atas 12 bulan bila keadaan di lapangan menghendakinya.c. Menaruh bibit di setiap lubangBibit kelapa sawit yang akan ditanam diletakkan di samping setiap lubang sebanyak satu bibit sesuai dengan varietas/tipe dan umur bibit yang telah direncanakan

d. Persiapan lubangSebelum penanaman dilaksanakan, dasar lubang dipupuk dengan pupuk rock fosfat (CIRP) dan lubang tanam diisi tanah atas secukupnya sampai tercapai kedalaman lubang setinggi polybag. e. Menanam bibit pada lubang1) Bagian dasar kantong polybag disayat dan plastiknya dilepaskan. Kemudian bagian samping dan kanan kiri kantong polybag disayat halus secara tegak lurus sampai sekitar 5-10 cm dari tepi atas polybag.2) Kantong yang telah disayat diletakkan di tengah-tengah lubang secara tegak. Kemudian polybag dilepas secara perlahan-lahan. Tanah atas dimasukkan pada ruang antara bibit dan tepi lubang tanam sambil dimasukkan pupuk dasar bersamaan dengan penimbunan tanah ke dalam lubang. Tanah timbunan dipadatkan dengan tangan sampai lubang tanam tertutup semua dan bibit berdiri dengan tegak. Dosis pupuk dasar yang digunakan per lubang 250-500 gr Rock Phosphate/CIRP, tergantung pada pertimbangan keadaan lapangan.3) Tanah bawah digunakan untuk menutup lubang bagian atas dan kelebihannya disebarkan secara merata disekitar lubang tanam. Sewaktu menanam, leher akar harus tertutup dan pada akhir penanaman permukaan tanah sekitar bibit dalam keadaan rata atau sedikit cembung. Pemberian mulsa/mulch disekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.f. Pemeriksaan areal yang sudah ditanamiSehari setelah penanaman dilaksanakan, pekerja khusus memeriksa areal yang sudah ditanami untuk mengecek hasil penanaman yang telah dilaksanakan. Apabila ada penanaman yang terlalu dangkal, terlalu dalam, miring, tergenang air, atau bibit yang ditanam abnormal, harus segera diatasi agar kelak diperoleh pertumbuhan tanaman yang baik dan normal. Penanaman kelapa sawit sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turan secara teratur dan mencukupi (>250 mm selama periode 30 hari). Kemudian apabila di daerah dijumpai adanya gangguan hama, sebaiknya bibit disemprot dengan insektisida. Penanaman bibit yang umurnya lebih tua (15 bulan) akan lebih tahan terhadap keadaan lapangan.E. Tanaman Penutup TanahPenanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan kelembapan tanah, menekan tumbuhan pengganggu (gulma).

F. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan1. PenyulamanPenyulaman (menyisip) adalah mengganti tanaman yang mati, rusak berat, atau tumbuh abnormal dengan bibit baru. Tujuannya agar kelak di kebun terdapat tanaman yang tumbuh sehat dan tidak mendapat gangguan hama atau penyakit2. Pembuatan dan Pemeliharaan PiringanPiringan atau bokoran adalah lingkungan di sekitar individu tanaman yang dijaga agar keadaan selalu bersih pada radius antara 1,0 1,5 m dari pokok kelapa sawit.3. Pemeliharaan Tanaman Kacangan Penutup TanahTanaman kacangan penutup tanah harus dipelihara dengan baik agar dalam waktu yang tidak terlalu lama telah mulai menutup permukaan tanah. Adapun cara pemeliharaannya yaitu Membuang gulma yang tumbuh diantara kacangan dan memelihara kemurnian LCC. 4. Pemupukan Pemupukan tanaman muda sangat penting agar tanaman tumbuh subur, sehat dan dapat berproduksi normal yaitu sekitar 2,5 3 tahun. Tanaman akan kaya unsur hara yang dibutuhkan, yakni unsur hara makro, sekunder maupun mikro.Jenis buatan yang diberikan mengandung unsur hara N (Urea atau ZA), P (Rock Phosphate), K (Muriate of Potash), Mg (Kieserite), dan B (Borax). Sedangkan pada tanah gambut perlu diberikan unsur mikro Cu dan Zn. 5. Pemangkasan DaunPemangkasan daun atau menunas daun dilaksanakan sesuai dengan umur / tingkat pertumbuhan tanaman. Tujuan pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, jumlah daun yang optimal dalam satu pohon, dan memudahkan pekerjaan panenan bila tanaman sudah berproduksi.6. Kastrasi BungaKastrasi adalah pemotongan atau pembuangan bunga jantan dan bunga betina yang masih muda yang telah tumbuh pada tanaman yang berumur 12 20 bulan. Kastrasi berlangsung selama 6 bulan sebelum panen yang pertama dimulai.Tujuan kastrasi adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetative dan menghemat penggunaan unsur hara, mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan hama, dan memudahkan penyerbukan buatan.7. Penyerbukan BantuanKarena bunga jantan dan bunga betina pada pohon kelapa sawit letaknya terpisah, maka saat masaknya tidak bersamaan waktunya. Penyerbukan secara alami jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit pada setiap tandannya.Untuk memperoleh tandan-tandan dengan jumlah buah yang optimal, penyerbukan dapat dibantu melalui penyerbukan bantuan/buatan. Penyerbukan bantuan ini dimulai 6 bulan sebelum panen perdana dan diteruskan sampai tanaman mencapai umur 7 tahun.

G. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)1. Pengendalian GulmaUpaya pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacangan penutup tanah dan membuat piringan di sekeliling tiap individu tanaman. Jenis-jenis gulma yang tumbuh pada areal perkebunan kelapa sawit banyak macamnya yaitu Gulma berbahaya dan Gulma Lunak. Pengendalian gulma bisa juga dilakukan dengan cara manual, kimia, maupun kultur teknis.2. Pemupukan Pemupukan tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generative. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilakukan analisis tanah dan daun terlebih dahulu. Maka ketersediaan unsur unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga.

III. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT KELAPA SAWITTanaman kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit sejak di pembibitan hingga di kebun pertanaman. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, dan biologis sesuai hama/penyakit yang menyerang.A. Hama dan Penyakit di pembibitanPengendalian hama dan penyakit di pembibitan umumnya dilaksanakan secara kimia dengan menyemprot bibit menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida lebih praktis dan dilakukan dengan jangka waktu relatif pendek. secara optimal.Tabel 4. Daftar Hama dan Penyakit di Pembibitan serta Pestisida yang dipakai dalam pengendaliannya.Jenis hama/penyakitPestisida yang dipakaiKonsentrasi(%)Interval(Minggu)Keterangan

A. Hama1. Kutu (Aphids)2. Spider mites3. Apogonia sp.

4. Belalang5. Jangkerik6. Keong/siput7. Tikus8. Ulat api

B. Penyakit1. Anthracnose

2. Curvularia/ Helminthosporium

3. Pythopho

Perfection 25 ECRogor 40 ECSevin 85 ECSevodol 4/4GSevin 85 SPSevidol 4/4GMetadexUmpanSevin 85 SPBayrusil

Dithane Thiabendazole Captan

DifolatanDelsene MXThiramBenomylManebPropineb

0,10,10,055 g/pk0,055 g/pk5 g/pk2buah0,050,1

0,10,1

0,20,10,20,20,10,1

2223 bln23 bln--22

22

222222

semprotsemprotsemprottabursemprottaburtaburtiap 100 m2semprotsemprot

semprotsemprot

semprotsemprotsemprotsemprotsemprotsemprot

Menurut Lubis (1992), penyakit antracnose adalah infeksi pada daun bibit muda disebabkan oleh 3 jenis jamur, yaitu jamur Botrydiplodia sp., Glomerella, dan Melan conium spp. Jamur Botrydiplodia sp. menyebabkan tepi daun mati dan menyerang batang bibit. Jamur Glomerella merusak epidermis daun dan merupakan infeksi sekunder. Sedangkan jamur Melan conium spp menyebabkan timbulnya bercak-bercak pada daun. Dengan demikian, pengendalian penyakit antracnose perlu diperhatikan secara serius karena jamur penyebab antracnose dapat berjangkit secara luas bila keadaan lingkungan di pembibitan memungkinkan, misalnya kelembapan yang tinggi. B. Hama dan penyakit di PertanamanHama dan penyakit yang sering menyerang pertanaman adalah sebagai berikut : 1. Hama Ada beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit yang dapat menyerang akar, daun, pupus dan tandan buah. a. Hama Perusak AkarHama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala-gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.b. Hama Perusak DaunAda beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman, diantaranya :1) Kumbang tanduk (Oryctes rhynoceros)Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk ke daerah titik tumbuh (pupus) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak. Kumbang akan memakan bagian pupus dan bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman dapat mati atau paling tidak pupus muda keluar menyamping, membengkok, dan kemudian baru tumbuh tegak. Tetapi, bila yang dimakan bakal daun, maka hanya akan mengakibatkan daun dewasa rusak dengan gejala yang khas, yaitu, daun terpotong seperti digunting. Serangan kumbang tanduk pada tanaman muda sering kali menyebabkan kerusakan berat, terutama bila keadaan kebun memungkinkan hama ini untuk berkembang biak.Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut : Membakar sampah-sampah dan biagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar mati. Mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian-bagian batang hasil tebangan pada saat pembukaan lahan yang membusuk di lokasi kebun. Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan).Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan jamur Metharrizhium anisopliae dan Baculovirus ocycetes dapat juga diapilkasikan untuk mengendalikan hama kumbang ini di perkebunan kelapa sawit. 2) Ulat setora (Setora nitens)Ulat setora muda memakan anak-anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang-kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya. Tingkat populasi kritis terjadi bila terdapat 5 ekor ukat per pelepah daun ke-17 pada tanaman muda, atau 8-10 ekor ulat per pelepah pada tanaman dewasa. Di Sumatera Utara, serangan berat hama ulat setora sering terjadi pada bulan Februari-Maret.Pengendalian hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokon yaitu lalat Tachinidae. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa insektisida, misalnya Sevin 85 SP, Bayrusil, Azordin 60 EC, dan lain-lain pada konsentrasi yang sesuai dengan anjuran. 3) Ulat siput (Darna trima Moore)Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit. Pengendalian ulat Darna trima dapat dilakukan secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan insektisida diantaranya, Decis 2,5 EC, Agrothion 50 EC, dan lain-lain. Bila terjadi serangan yang luas pada tanaman yang sudah menghasilkan, penyemprotan dapat dilakukan dengan mesin penyemprot (power sprayer) bahkan bila tanaman telah tumbuh tinggi dapat juga digunakan pesawat udara atau dengan cara fogging.Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah iBroconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.4) Serangga Asinga (Setothosea Asignai)Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9-25 hari. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida Sevin 85 SP yang dapat dilakukan dengan menggunakan penyemprot gendong untuk tanaman yang masih kecil (umur 1 tahun), penyemprot mesin (umur 2-3 tahun), atau penyemprot melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang untuk tanaman produktif yang sudah tumbuh tinggi. Sedangkan pengendalian secara hayati dapat memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur Trichogrammatidae, lalat Tachinidae, dan kepik Pentatomidae. c. Hama Perusak Tandan BuahHama yang sering merusak tandan buah kelapa sawit antara lain sebagai berikut :1) Ngengat Tirathaba (Tirathaba sp.)Ngengat Tirathaba meletakkan telurnya pada tandan bunga jantan dan betina. Karena buah masih lunak, ulat dapat menggerek buah sampai ke intinya, sehingga buah menjadi rusak dan busuk. Serangan yang berat menyebabkan kerugian besar karena buah-buah menjadi rusak, bahkan menyebabkan gagalnya panen.Pengendalian hama ini yang terpenting adalah menjaga kebersihan pokok dan mempertahankan agar musuh alami hama ini, yaitu parasit ulat Braconidae dan parasit pupa Ichneumonidae, dapat berperan mengontrol perkembangan hama Tirathaba. Bila terjadi serangan yang berat, pengendalian dapat dilakukan secara kimia dengan penyemprotan insektisida Dipterex, Thiodan, trichlorfon, dan Acephate.2) Tikus (Muridae)Tikus menyerang dengan memakan bunga, buah muda, buah tua, dan merusak titik tumbuh (umbut) yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Ada beberapa jenis tikus perusak tanaman yaitu tikus belukar, tikus sawah, tikus rumah. dan tikus hama. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan mengembangkan populasi burung hantu (Tyto alba) yang merupakan predator hama tikus. Sedangkan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, yakni rodentisida Klerat, Marrat, Racumin, Warfarin, atau Difenacun.2. Penyakit Beberapa penyakit penyebab kerusakan pada tanaman adalah sebagai berikut :a. Penyakit Akar (Blast Disease)Penyakit akar disebabkan oleh jamur Rhyzoctonia lamellifera dan Phythium sp. penyakit akar yang menyerang bibit di persemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak, sedangkan serangan pada tanaman dewasa menunjukkan gejala daun layu kemudian kering dan akhirnya tanaman mati. Bila perakaran tanaman yang diserang diepriksa, maka akan tampak adanya pembusukan pada akar. Pengendalian penyakit akar sebaiknya dilakukan secara preventif dengan cara membuat persemaian yang baik agar bibit tumbuh sehat dan kuat. Pemberian air irigasi yang mencukupi pada musim kemarau dapat memperbaiki pertumbuhan bibit dan dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit akar (Hartley, 1970).b. Penyakit Garis Kuning pada Daun (Patch yellow)Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Infeksi penyakit bisanya terjadi pada saat daun belum membuka. Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat tumbuhnya konidiosfora, bagian tersebut kemudian mengering. Penyakit ini menyerang tanaman yang secara genetis mempunyai kepekaan terhadap penyakit tersebut.c. Penyakit Busuk Kering Pangkal Batang (Dry Basal Rot)Penyakit ini disebabkan oleh jamur Ceratocyctis paradoxa. Gejala yang tampak dari adanya serangan penyakit ini adalah tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan, pelepah daun yang mudah patah, daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, tetapi pada akhirnya membusuk dan mengering. Ada kalanya daun muda muncul di tengah-tengah tajuk, tetapi kemudian mati dan mengering. Kematian daun ini menjalar ke daun-daun yang lebih tua dan akhirnya tanaman akan mati. Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan oleh pembusukan (busuk kering) yang terjadi pada pangkal batang. Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan menanam bibit yang telah diinokulasi atau menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.d. Penyakit Pucuk Busuk (Spear Rot)Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi berdasarkan hasil isolasi terhadap jaringan yang terserang dijumpai beberapa mikro-oragnisme seperti Marasmius sp., Penicilium sp., dan Erwinia arsidae. Penyakit ini saring menyerang bibit dan tanaman muda, meskipun pada umumnya lebih banyak menyerang tanaman produktif yang telah berumur lebih dari lima tahun. Gejala serangan yang tampak adalah mengeringnya daun pupus, kemudian patah pada pangkalnya karena terjadinya pembusukan. Serangan ringan dimana titik tumbuhnya tidak terkena, tanaman dapat pulih kembali, bila serangan terjadi sampai titik tumbuh, maka tanaman akan mati. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara preventif yaitu dengan memotong/membongkar tanaman yang terserang, kemudian dibakar untuk membasmi sumber penularan. Pada serangan ringan dapat dilakukan dengan menuangkan cairan, yaitu campuran Benomyl 5 gr bahan aktif + 2 gr streptomycyn dalam 1 liter aire. Penyakit Busuk TandanPenyakit ini disebabkan oleh jamur Marasmius palmiporus. Jamur ini tumbuh dan berkembang pada kulit buah yang berada di tandan. Daging buah menjadi berwarna coklat, kemudian hitam karena membusuk. Buah yang busuk akan gugur sehingga terjadi kegagalan masak tandan. Serangan penyakit ini sering terjadi pada tanaman muda yang mulai dipanen sampai tanaman berumur 7 tahun dan terutama berjnagkit bila kelembapan kebun tinggi.Pengendalian penyakit busuk tandan dapat dilakukan dengan cara preventif yaitu dengan melakukan kastarisasi dan sanitasi jika keadaan iklim terlalu lembab. Juga dapat dilakukan dengan membakar atau mengubur tandan buah yang terserang penyakit dan menyemprot tandan dengan fungisida Difolatan 0,2% dengan rotasi 2 minggu sekali.

IV. PANEN, PENGOLAHAN, DAN INDUSTRI HILIRA. PanenDalam keadaan normal dan dengan dilaksanakannya pemeliharaan yang baik, pada tahun kedua tanaman kelapa sawit telah mununjukkan pembungaan, walaupun buah yang bebrbentuk belum dapat diolah karena ukurannya masih terlalu kecil. Memasuki umur sekitar 30 bulan, tanaman kelapa sawit, terutama varietas Tenera (Dura x Pisifera), umumnya telah menunjukkan kesiapan untuk dipanen bila ukuran tandan buahnya telah mencapai berat 3 kg atau lebih. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5,5 bulan sejak terjadinya penyerbukan. Tandan buah yang dipanen disebut tandan buah segar (TBS).Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang. Sehingga minyak yang dihasilkan bermutu baik.1. Kriteria PanenSuatu areal tanam belum menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan (TM) dan mulai dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang panen. Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau 1 buah brondolan untuk tiap kg tandan yang beratnya lebih dari 10 kg. Dengan melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka para pemanen tidak perlu melihat tandan yang bersangkutan,apalagi bila keberadaan tandan sudah sangat tinggi.Panen harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena panen akan menentukan tercapainya kuantitas dan kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Saat panen yang tepat berhubungan dengan proses pembentukan minyak di dalam buah yang prosesnya berlangsung selama 24 hari dan berakhir pada saat berondolan terlepas dari tandannya dan jatuh di piringan. Panen dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan menyebabkan hasil minyak mentah kurang dari yang semestinya. Sedangkan panen yang dilakukan melewati proses pembentukan minyak akan merugikan karena akan banyak buah yang terlepas dari tandan dan jatuh ke tanah. Buah yang lewat masak, maka sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid) yang akan mengakibatkan menurunkan mutu minyak.2. Persiapan PanenAgar panen berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Pada areal kebun yang topografinya miring, bila perlu dibuatkan tangga untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, para pemanen harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti dodos (untuk memanen pokok yang masih rendah) atau egrek yaitu arit bergagang bambu yang panjang (untuk pokok yang sudah tinggi), dan peralatan-peralatan lainnya yang diperlukan.3. Cara Panen dan Pengumpulan BuahCara panen dan pengumpulan buah yang dianjurkan adalah sebagai berikut :a. Semua tandan yang telah matang panen harus dipanen, jangan ada yang ketinggalan (perhatikan brondolannya yang jatuh di piringan)b. Untuk tanaman yang masih rendah, gagang tandan dipotong dengan dodos, sedangkan untuk pokok yang sudah tinggi, gagang tandan dipotong dengan egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong , pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah harus lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potongan miring ke luar. Tandan buah dipotong pada gagangnya spendek mungkin.c. Pelepah daun yang jatuh dipotong tiga dan potongan-potongan ditaruh di gawangan (ruang kosong diantara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.d. Tandan buah hasil panen harus diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya.e. Tandan buah bergagang, maka gagangnya harus dipotong sependek mungkin (mepet), berbentuk V dan pada pangkal gagang ditulis nomor/inisial pemanen.f. Tandan buah dikumpulkan di TPH , disusun 5-10 tandan per baris, dan gagangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung.g. Agar tandan (TBS) tidak kotor dan berpasir, TPH sebaiknya diberi lapisan karung goni/plastik atau anyaman (gedek) bambu.h. Pelukan buah diusahakan seminimal mungkin, baik pada waktu memotong, membawa ke TPH, maupun mengangkut dan menaikkannya ke truk yang akan membawanya ke pabrik. Luka yang terjadi pada buah dapat mempercepat dan meningkatkan terjadinya asam lemak bebas dimana sebelum dipanen hanya sebesar 0,2% - 0,7% dan ketika jatuh di tanah akan meningkat sebesar 0,9% - 1,0% setiap 24 jam, makin cepat diangkut ke pabrik akan semakin baik.4. Kapasitas dan Giliran PanenSetiap pekerja pemanen dalam satu hari dapat memanen antara 400-900 kg, tergantung pada produksi per hektar yang berkaitan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan, dan musim (panen puncak atau panen rendah). Untuk mendorong tercapainya kualitas hasil panen yang baik, pihak pengelola kebun dapat melakukan upaya pemberian premi yang didasarkan pada standar kapasitas pemanen dimana kelebihan kapasitasnya akan dibayar berdasarkan insentif atau premi yang diatur oleh setiap perusahaan. Mengetahui kualitas kerja pemanen dilaksanakan dengan melakukan pengecekan di lapangan oleh petugas khusus, pemeriksaan hasil panen dan pemeriksaan contoh (sampel) hasil panen.Secara umum, perusahaan perkebunan kelapa sawit menggunakan daur panen 5/7 dimana dari 7 hari dalam sepekan (7 hari) digunakan untuk panen 5 hari, sedangkan 2 hari sisanya dimanfaatkan untuk libur dan perbaikan peralatan.

5. Banyaknya HasilBanyaknya hasil panen (TBS) setiap hektar tanaman produktif tergantung pada berbagai faktor, antara lain kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, gangguan hama/penyakit, dan pemeliharaan tanaman. Untuk sekedar memberi gambaran hasil tanaman kelapa sawit per hektar per tahun, pada Tabel 5 disajikan data hasil dari varietas Dura yang pertumbuhannya normal.Tabel 5. Data Hasil Tanaman Varietas Dura dengan Pertumbuhan NormalUmur Tanaman (Tahun)Hasil Minyak(Kg/Ha)Hasil Inti (Kg/Ha)

4567891011125007501000130016001900200022002250100150200260320380400440450

B. PengolahanPengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit mentah (CPO, crude plam oil) dan inti (kernel) yang kualitasnya baik. Untuk mencapai hal tersebut, pabrik pengolahan harus dipersiapkan dengan baik, demikian pula halnya dengan tandan buah segar yang akan diolah. Perlu ditentukan kembali bahwa dalam penyediaan TBS yang akan diolah perlu diperhatikan hal berikut : TBS telah matang panen, mengurangi sekecil mungkin terjadinya jumlah brondolan, pengangkutan dilaksanakan dengan lancar dan baik, mengurangi sekecil mungkin terbawanya pasir dan benda keras, serta dilaksanakannya pengolahan sesegera mungkin (paling lambat 8 jam sejak TBS dipanen).Proses pengolahan minyak dilaksanakan mengikuti urutan pengolahan.1. Pengangkutan dan Penerimaan TBSBuah kelapa sawit hasil panen (TBS) harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi, sehingga berpengaruh kurang baik terhadap kualitas minyak. Untuk menghindarkan terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan buah kelapa sawit harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen. Oleh karena itu, TBS dari kebun diangkut dengan alat angkut yang cepat dan berkapasitas angkut besar, misalnya lori, traktor gandengan, atau truk.2. Perebusan BuahPerebusan atau sterilisasi adalah proses merebus tandan buah yang berada dalam lori di dalam bejana rebusan. Bejana rebusan berukuran panjang 24 m dan lebar 2 m. Pada bagian atas terdapat pipa tempat keluar uap yang dugunakan untuk merebus tandan, dan dibagian bawahnya terdapat pipa pembuangan air kondensat, serta dibagian belakangnya terdapat pipa pembuangan udara. Lori rebusan berdinding dan berlantai yang berlubang-lubang untuk memasukkan uap ke dalam lori dan agar air dapat turun ke bawah. Lama perebusan adalah sekitar 90 menit dimana tandan akan dopanasi dengan uap air pada tekanan 2,5 3,0 atmosfir dan suhu 135oC 150oC.3. Pelepasan BuahTandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (thresher). Mesin pelepas buah ini berbentuk drum berdiameter 2 m, panjang 3,25 4,25 m, berpitar 25-35 putaran per menit. Tandan buah akan terbanting ke dinding sehingga terlepas dari tandannya. Tandan akan terpental keluar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi-kisi, kemudian jatuh ke uliran yang akan membawanya ke stasiun pengadukan (digester). Tandan yang sudah kosong melalui konveyor dibawa ke alat pengabuan (incinerator) untuk diabukan. Abunya dikumpulkan dan digunakan sebagai pupuk kalium bagi tanaman.4. PelumatanPelumatan atau pengadukan dilakukan di dalam mesin pelumat (digester), yaitu bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk memecahkan jaringan sel minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan pemanasan dengan uap pada suhu 85oC 95oC agar minyak tidak menjadi kental, sehingga mudah dikeluarkan pada proses pengeluaran minyak.

5. Pengeluaran MinyakPengeluaran minyak atau pengempaaan adalah mengeluarkan minyak yang terdapat di dalam daging buah yang telah dilumatkan dengan cara dikempa atau dipress sehingga minyak dapat dipisahkan dari ampasnya. Ada beberapa macam cara untuk mengeluarkan minyak (extrac-of oil), tetapi yang umum adalah dengan cara pengepresan menggunakan mesin pengepres yang bekerja secara hidraulik, sentrifugal, atau continous screw press. Dewasa ini, pengepresan kelapa sawit yang banyak memakai cara continous screw press yang menghasilkan tekanan kerja dua aliran yang berputar berlawanan arah. Tekanan ini sangat menentukan keberhasilan proses pengempaan. Tekanan harus dapat mengeluarkan minyak dari ampasnya secara efisien dengan sedikit mungkin adanya biji yang pecah. Tekanan yang normal adalah 50 kg/cm2 yang diatur pada ejector cone, yaitu logam berbentuk kerucut yang terdapat pada outlet. Waktu pengempaan berlangsung antara 6-10 menit dan suhu dipertahankan pada 85oC 90oC. 6. Pemurnian MinyakPemurnian minyak atau klarifikasi adalah proses memisahkan minyak dari bahan-bahan non-minyak seperti serat, kotoran, pasir, air, dan lain-lain. Dalam proses klarifikasi, minyak ditampung dalam bak pengendap yang karena berat jenisnya bahan-bahan non-minyak akan mengendap dibawah dan minyak akan menempati bagian atas. Kemudian, minyak disalurkan ke ayakan getar 20 mesh dan kotoran yang masih terikut akan tersaring oleh ayakan getar. Agar tidak tersumbat, saringan perlu disemprot dengan air panas. Kotoran dialirkan melalui conveyor kembali ke digester, sedangkan minyak yang tersaring dialirkan ke tangki minyak kasar yang berada di bawah ayakan getar. Agar mudah dipompakan ke decanter, maka minyak pada tangki ini dipanaskan dengan uap panas. Di decanter, minyak kasar terpisah dari fraksi padat. Minyak dialirkan ke continuous setling tank untuk memisahkan minyak dari kotoran berdasarkan perbedaan berat jenis. Minyak yang berada dibabian atas dilairkan ke tangki minyak dan selanjutnya minyak yang bekum murni ini akan dimurnikan dalam alat pemurni (purifier). Pada bagian bawah dari continuous setling tank akan terkumpul ampas (sludge) yang kemudian dialirkan ke sludge tank.7. Pengolahan Inti SawitProses pemecahan inti membutuhkan peralatan yaitu nut grading screen (ayakan penyortir biji) dan craker (alat pemecah biji). Nut grading screen adalah drum berputar yang dapat memisahkan biji fraksi kecil (diameter 12 mm) dari biji fraksi besar (diameter diatas 12 mm). Biji kecil yang lolos akan memasuki craker khusus dan fraski besar akan dibawa ke craker biji besar. Pada craker, biji dibanting ke dinding bagian dalam hingga pecah. Biji kecil membutuhkan lemparan yang lebih kuat hingga memerlukan putaran craker 1000-1100 putaran per menit (rpm) atau lebih, sedangkan biji besar cukup dengan putaran 850-900 rpm.Inti dipisahkan dari cangkang dengan hidroksida, yaitu tabung vertikal yang berisi air dan berputar. Pecahan biji bersama air yang berputar pada tabung akan memisahkan biji dari cangkang. Inti yang berat jenisnya lebih kecil akan berkumpul di tengah-tengah tabung, sedangkan cangkang akab berkumpul di bagian tepi. Inti dikeluarkan dari hidrosiklon dan dikeringkan pada silo inti dengan pemanasan secara bertingkat dengan mesin pemanas (heater). Pemanasan dimulai dari bagian atas dengan suhu 40oC 50oC, terus ke bagian tengah dengan suhu 50oC 60oC, dan ke bagian bawah dengan suhu 60oC 70oC. Lama pemanasan adalah 14-16 jam dan pada akhir pengeringan, inti harus memiliki kadar air 6% - 8%. Inti hasil pengeringan dibersihkan dari kotoran (serat) kemudian diwadahi dalam karung-karung goni. 8. Pengolahan Limbah PabrikPengolahan kelapa sawit menghasilkan tiga macam limbah cair yang berasal dari kondensat rebusan, centrifuge sludge, dan pencucian hidrocyclone, dengan jumlah 0,67 ton untuk setiap 1 ton TBS. Jumlah limbah cair ini dapat dikurangi hingga 0,3 -0,4 ton bila pabrik menggunakan decanter. Salah satu teknik pengolahan limbah cair adalah sistem kolam limbah. Pada sistem ini, limbah cair dimasukkan ke dalam kolam yang kondisinya anaerob dan kedalamnya dimasukkan bakteri anaerob (Tomachi, Betagen, dsb) yang telah dipelihara pada kolam yang berdampinagn dengan kolam limbah. C. Industri HilirDewasa ini industri hilir dengan bahan baku minyak sawit telah berkembang dengan sangat pesat. Salah satu produk industri hilir adalah oleokimia. Oleokimia adalah bahan kimia yang berasal atau dikembangkan dari minyak dan lemak nabati dan juga hewani. Minyak sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, dan fatty acid. Olein digunakan untuk pembuatan minyak goreng, stearin untuk campuran lemak makan sepertimentega, sedangkan fatty acid dapat dikembangkan sebagai bahan dasar oleokimia seperti methyl-ester, fatty alcohol, fatty amines, dan sebagainya. Bahkan, dari bahan baku ini dapat dikembangkan berbagai produk hilir lebih luas lagi kegunaannya.Cpo dan inti sawit menjadi bahan baku industri hilir dan telah menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dewasa ini telah diketahui ada sekitar 57 produk yang merupakan komoditas perdagangan yang dapat dibuat dari minyak dan inti sawit. Sebanyak 42 diantaranya merupakan produk oleokimia yang dapat mensubsidi petrokimia.

DAFTAR PUSTAKA

Disbun, 2009. Kelapa Sawit, Data Statistik Perkebunan 2009. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.Fatmawati, A.R Lubis dan G.Ginting, 1995. Proses Kultur Jaringan pada Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.Hartley, C.W.S., 1977. The Oil Palm. Longmans Group Ltd. London.Lubis, A.U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Bandar Kuala Sumatera Utara.Republika, 1999. Sawit untuk Rayat, Mengapa Tidak?. Dalam Republika, 10-10-1999. Jakarta.Setyamidjaja Djoehana, 2006. Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi SelatanJl. Perkebunan No. 7 MakassarSulawesi Selatan IndonesiaTelepon (0411-449918, 449167)Fax (0411-443865)

48