37
OSEANOGRAFI SEBAGAI ILMU ANTAR DISIPLIN MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Oseanografi yang diampu oleh Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si Oleh Kelompok I Kelas AA/K 1. Novita Anis Sholihah 110721435022 2. Nailul Holisah 110721435082 3. Nidya Novita Sari R.E 110721435092 4. Sandy Ramadani 110721435123 5. Dede Gunawan 6. Susi Setyowati N. 208821417462 7. Amidanal Hikmah 110721435028

KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gelombang

Citation preview

Page 1: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

OSEANOGRAFI SEBAGAI ILMU ANTAR DISIPLIN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Oseanografi

yang diampu oleh Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si

Oleh Kelompok I

Kelas AA/K

1. Novita Anis Sholihah 110721435022

2. Nailul Holisah 110721435082

3. Nidya Novita Sari R.E 110721435092

4. Sandy Ramadani 110721435123

5. Dede Gunawan

6. Susi Setyowati N. 208821417462

7. Amidanal Hikmah 110721435028

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

Agustus 2013

Page 2: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah

yang berjudul “Oseanografi sebagai ilmu antar disiplin” dalam rangka

memenuhi tugas matakuliah Oseanografi yang diampu oleh Bapak Bagus

Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah menerima banyak

bimbingan, dorongan, semangat,dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada

kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Bagus Setiabudi Wiwoho, S.Si, M.Si. selaku dosen mata kuliah

Oseanografi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

2. Orangtua kami yang telah memberikan dorongan baik moril maupun

immateriil sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik

3. Teman-teman yang telah banyak memberikan inspirasi dan semangat

dalam pembuatan laporan ini

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini yang

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penulis dapat

menghasilkan karya-karya yang lebih baik kedepannya.

Malang, 29 Agustus 2013

Tim Penulis

ii

Page 3: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………...........………… 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………….......……... 2

1.3 Tujuan ...... …………………….......……………….. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar suhu ….……………………………… 4

2.2 Konsep dasar salinitas ……………………………… 6

2.3 Konsep dasar berat jenis (densitas) ……….……….. 12

2.4 Perkembangan benua sebagai pengantar

oseanografi…............................................................. 14

2.5 Oseanografi sebagai ilmu antar disiplin …………… 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………...............………… 19

DAFTAR RUJUKAN …………………………………. 20

iii

Page 4: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan

graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau

ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek

dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan

sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih

lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan

(eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri

adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian

padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas

yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem

ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke

dalam biosfer.

Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali

dengan dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh

naturalis bernama C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John

Murray (yang berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan

oleh mereka di dalam laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray

menjadi pemimpin dalam studi berikutnya mengenaisedimen laut.

Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan

tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan

studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan

ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang

pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of

the Sea (1901).

Laut merupakan gambaran yang nyata dipermukaan bumi kira-kira 70% -

71% permukaan bumi ditutupi oleh air. Studi tentang laut sangat penting

untuk dimengerti. Disiplin ilmu yang mempelajari proses-proses kelautan

adalah Oceanografi. Tapi proses kelautan sangat banyak dan bervariasi. Laut

memiliki karakteristik yang sama di seluruh penjuru dunia. Beberapa

Page 5: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

ekspedisi memberikan penjelasan bahwa tidak hanya laut saja yang

berhubungan tetapi proses-prosesnya juga berhubungan.

Oceanografi menjadi bagian tersendiri dari ilmu pengetahuan untuk

menjelaskan fenomena di laut. Seluruh proses-proses oceanografi dipengaruhi

prinsip2 geologi, biologi, kimia, dan fisika. Semua proses dalam oceanografi

saling berhubungan, untuk itu perlu memahami salah satu cabang ilmu yang

berhubengan dengan proses tersebut. Contohnya gelombang dan arus laut

yang terbentuk pergerakannya sesuai dengan prinsip2 fisika. Jadi para

Oceanografer fisika tertarik akan hal ini ketika gelombang dan arus

berpengaruh pada distribusi tanaman dan hewan. Ini akan sangat penting

untuk oceanographer biologi. Pengaruh2 yang sama pada gelombang saat

gelombang tersebut memecah garis pantai, sangat penting untuk para geologis

mempelajari proses2 pantai. Adanya sedimen yang berinteraksi dengan air laut

menarik perhatian oceanografi kimia untuk mempelajari. Ketika pergerakan

menyebabkan penyebaran organisme ini sangat penting bagi oceanographer

biologi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa yang dimaksud dengan konsep dasar suhu dalam hubungannya dengan

oseanografi?

1.2.2 apa yang dimaksud dengan konsep dasar salinitas dalam hubungannya

dengan oseanografi?

1.2.3 apa yang dimaksud dengan konsep dasar berat jenis dalam hubungannya

dengan oseanografi?

1.2.4 Bagaimana perkembangan benua sebagai pengantar oseanografi?

1.2.5 Mengapa oseanografi sebagai ilmu antar disiplin?

1

Page 6: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar suhu dalam hubungannya dengan

oseanografi

1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar salinitas dalam hubungannya dengan

oseanografi

1.3.3 Untuk mengetahui konsep dasar berat jenis dalam hubungannya dengan

oseanografi

1.3.4 Untuk mengetahui perkembangan benua sebagai pengantar oseanografi

1.3.5 Untuk mengetahui oseanografi sebagai ilmu antar disiplin

2

Page 7: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Suhu

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu

bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal

sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting

dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses

kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya

berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C,

meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu

mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi

kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas

maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak

heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di

berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.

Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut

bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut

bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub

mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis

menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk

pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera

makan yang lebih baik.

Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :

a. Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang

mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya

dan sumber daya hayati laut pada umumnya.

b. Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut

mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui

suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan

kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.

c. Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu

tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor

3

Page 8: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran

organisme.

Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian

besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi

suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut

sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan

penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara

keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama

yaitu:kutub,tropic,beriklim sedang panas dan beriklim sedang dingin.

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak

mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.

Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada

kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C

menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya

daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005).

Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu

maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya

seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat

ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu

optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan

beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan.

Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih

suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas

lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di

Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan

Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.

4

Page 9: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

2.2 Konsep Dasar Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.Salinitas

didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam 1 liter air,

biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter).

Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air

alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.

Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%.

Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila

konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.

Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam

sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki

kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati

memiliki kadar garam sekitar 30%.

Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan

bahwa halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak

dari elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan

bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand ,

ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap

liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai

‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap

"Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut

dunia.Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical

Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut

terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa

dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan

Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-

bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman

mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku,

dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi

5

Page 10: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak

terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan

oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas)

dan tekanan osmosis.

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida

(55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium

(1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam

borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut

adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-

lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.

Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman

dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk

mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas

dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl).

Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram

ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh

klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk

menentukan kandungan klorida.

Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram

bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat

dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida

dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara

salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar

laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan

dinyatakan sebagai:

S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902)

Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan

garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu

kilogram air laut.

6

Page 11: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar

0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian

dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk

pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO

memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara

klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal

sebagai salinitas absolut dengan rumus:

S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969)

Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan

hasil yang sama dengan definisi sebelumnya.

Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan

salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan

dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu

Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai

rasio dari konduktivitas.

"Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari

konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan

satu standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian

massa KCl adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama.

Rumus dari definisi ini adalah:

S = 0.0080 - 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 - 7.0261 K2 +

2.7081 K5/2

7

Page 12: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut

Air

tawar

Air

payau

Air

salineBrine

<

0.05 %

0.05 -

3 %

3 -

5 %> 5 %

Catatan:

Dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio,

maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35

dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan "psu"

dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari "practical

salinity unit". Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak

memiliki satuan, jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak mengandung

makna apapun dan tidak diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat

ini, pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran

konduktivitas.

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga

mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap

(monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu

daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di permukaan lebih

besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di

kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan

kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di

daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman

akibatnya tingginya presipitasi.

Di perairan samudera, salinitas berkisar antara 340/00 – 350/00. Tidak

semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi garam yang

berbeda. Secara mendasar, ada 2 kelompok organisme laut, yaitu organisme

8

Page 13: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

euryhaline, yang toleran terhadap perubahan salinitas, dan organisme

stenohaline, yang memerlukan konsentrasi garam yang konstan dan tidak

berubah. Kelompok pertama misalnya adalah ikan yang bermigrasi seperti

salmon, eel, lain-lain yang beradaptasi sekaligus terhadap air laut dan air

tawar. Sedangkan kelompok kedua, seperti udang laut yang tidak dapat

bertahan hidup pada perubahan salinitas yang ekstrim.

Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang

mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi

kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan,

jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya

kelangsungan hidup.

Sebaran salinitas di laut

dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut (Nontji, 1993) :

  pola sirkulasi air,

  penguapan,

  curah hujan, dan

  aliran air sungai.

Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan

pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai

kedalaman 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan.Di

lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya homogen, baru di

bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi densitas yang besar yang

menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah. (Nontji,

1993).

Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan

kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis

salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut.

Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas :

1.    Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,

maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat

penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.

9

Page 14: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

2.    Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka

salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah

hujan yang turun salinitas akan tinggi.

3.    Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak

sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan

rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut

tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Distribusi salinitas permukaan juga cenderung zonal. Air laut bersalinitas

lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air

laut lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air

asin di permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang

mencair akan menawarkan salinitas air permukaannya.

Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan

pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen kira-kira

setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas pengadukan. Di perairan

dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan dengan

salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat

lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang

menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya. Di bawah

lapisan homogen, sebaran salinitas tidak banyak lagi ditentukan oleh angin

tetapi oleh pola sirkulasi massa air di lapisan massa air di lapisan dalam.

Gerakan massa air ini bisa ditelusuri antara lain dengan mengakji sifat-sifat

sebaran salinitas maksimum dan salinitas minimum dengan metode inti (core

layer method).

Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi

oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada

keadaan ini ikan melakukan proses osmoregulasi, organ yang berperan dalam

proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang

jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara

lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi

salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu

telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang

10

Page 15: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi

berbagai stadia hidup.

2.3 Konsep Dasar Berat Jenis (Densitas)

Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap

kerapatan air. Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi

kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan air). Berat jenis tidak memiliki

dimensi. Apabila kerapatan suatu benda lebih kecil dari kerapatan air, maka

benda akan terapung. Berat jenis benda yang terapung lebih kecil dari 1.

Sebaliknya jika kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka

berat jenisnya lebih besar dari 1. untuk kasus ini benda tersebut akan

tenggelam.

Perbedaan berat jenis dari massa air yang ada didekatnya dapat

menyebabkan penyebaran yang luas dari air laut selain itu juga karena adanya

perbedaan suhu dan salinitas. Jadi, gerakan air yang luas dapat diakibatkan

oleh perbedaan densitas dari lapisan lautan yang mempunyai kedalaman

berbeda-beda dan timbul juga terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu.

Sebagai contoh, laut mediterania mempunyai salinitas tinggi yang

merupakan hasil dari besarnya penguapan yang tinggi pula. Akibatnya lapisan

permukaan menjadi lebih padat yang kemudian akan tenggelam ke lapisan

yang lebih dalam. Sirkulasi mata air yang ditimbulkan akibat adanya

perbedaan suhu dikenal sebagai thermohaline circulation.

Proses diatas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang

dalam di daerah kutub selatan dan utara ke daerah tropic. Lapisan permukaan

lautan di daerah kutub utara (Artic) dan selatan (Antartic) lebih dingin, maka

mereka akan menjadi lebih padat daripada lapisan perairan yang ada

dibawahnya. Akibatnya massa air yang lebih padat ini akan tenggelam masuk

ke perairan yang lebih dalam sambil membawa massa air yang kaya akan gas

oksigen (O2) dan akan mengakibatkan timbulnya sistem arus-arus utama

lautan.

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh

lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam

11

Page 16: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Peta arus pernah dibuat oleh

Mattheww Fontaine sejak tahun 1840, ia seorang ahli oseanografi kebangsaan

Amerika.

Di daerah kutub, angin yang dingin membentuk massa air yang padat

pada lapisan permukaan daerah-daerah kutub tersebut yang kemudian

tenggelam masuk ke lautan Atlantik dan dari sini massa air tersebut mengalir

kearah equator. Seperti yang sudah dijelaskan, massa air dari kutub selatan

dan utara itu padat, tetapi kutub selatan masih lebih padat daripada massa air

yang ada pada daerah kutub utara. Akibatnya massa air massa air kutub

selatan akan mengalir dibawah massa air kutub utara ketika mass air yang

berasal dari arah yang berlawanan ini bertemu di lautan atlantik utara.

2.4 Perkembangan Benua Sebagai Pengantar Oseanografi

Menurut para ahli geologi sebenarnya gerakan-gerakan benua, pelebaran

alur-alur dasar samudera, pola seismik dunia dan pola kegiatan vulkanik

merupakan bagian dari satu. Permukaan bumi ini terdiri dari enam bentangan

besar lempeng benua yang bersifat keras, tetapi sebenarnya tipis bila

dibanding dengan ukuran bola bumi. Ukuran paling tebal dari bola-bola bumi

ini tidak mencapai 150 km. lempeng-lempeng benua itu saling bergeseran.

Gerakan-gerakan pergeseran kerak bumi ini disebabkan oleh desakan hebat

dari energi yang dikeluarkan oleh perut bumi.

Suatu bukti bahwa di bawah permukaan bumi ini berlangsung aktivitas-

aktivitas yang hebat yaitu dengan terdapatnya gunung berapi dan gempa bumi

yang sering terjadi. Kegiatan hebat tersebut menyebar tidak merata pada

beberapa daerah di muka bumi. Para ahli meyakini daerah-daerah aktif

tersebut mewakili tempat-tempat dimana sering terjadi retakan-retakan besar

di kerak bumi. Retakan-retakan tersebut mencakup seluruh permukaan bumi

dank arena itu mereka membagi kerak bumi menjadi enam bagian lempengan

besar yang dinamakan tectonic plates, dimana tiap lempengan tersebut saling

bersambungan.

Sudah terbukti bahwa lempengan tektonik ini bergerak secara perlahan-

lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa cm setiap

tahunnya. Kecepatan ini tampak tidak berarti bila dipandang dengan jangka

12

Page 17: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

waktu hidup manusia, tetapi akan sangat besar artinya bila ditinjau dari sudut

sejarah bumi. Sebenarnya para ahli geologi sejak sekitar 1900 sudah

mengetahui bumi yang bergerak dengan keraknya yang disebelah luar

mengapung diatas lapisan lebih dalam dan meleleh. Akan tetapi teori-teori

mengenai gerakan-gerakan benua tersebut baru diakui secara luaas sejak

tahun 1960an.

Beberapa teori mengenai perkembangan atau pergeseran benua yaitu oleh

Alfred Lothar Wegener dengan bukti/titik tolak sebagai berikut:

1. Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua

Amerika utara dan selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa dan

Afrika. Kedua garis yang sama tersebut dahulu adalah daratan yang

berimpitan, maka formasi geologi di bagian-bagian yang bertemu itu pasti

harus sama.

2. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan

kecepatan 36 meter setiap tahunnya. Sedangkan kepulauan Madagaskar

menjauhi Afrika Selatan 9 meter/tahun. Menurut Wegener benua-benua

yang sekarang ini dahulunya adalah satu benua yang dahulunya adalah

pangea, benua tunggal yang mulai memecah perlahan. Dengan peristiwa

tersebut, maka terjadilah hal-hal :

a. Terjadi bentangan-bentangan samudera dan benua-benua yang

mengapung sendiri-sendiri.

b. Samudera Atlantik menjadi semakin luas karena Benua Amerika masih

terus melangsungkan gerakannya ke arah barat. Sehingga terjadi

lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara

selatan, yang terdapat di sepanjang pantai baik Amerika Utara maupun

Selatan.

c. Adanya kegiatan seismic yang luar biasa disepanjang St. Andreas Fault,

dekat pantai Barat Amerika Serikat.

d. Batas lautan india makin mendekat ke utara. Anak benua India semula

agak panjang, tetapi karena gerakannya ke utara maka india semakin

menyempit dan makin mendekat ke benua Eurasia. Dalam proses

tersebut menimbulkan lipatan pegunungan Himalaya.

13

Page 18: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

2.5 Oseanografi Sebagai Ilmu Antar Disiplin

Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan

graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau

ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek

darisamudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan

sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih

lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan

( eksplorasi ) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri

adalah bagian dari hidrosfer seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian

padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas

yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan

sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuniplanet Bumi dikelompokkan

ke dalam biosfer.

Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme

laut dan dinamika ekosistem; arus samudera,ombak, dan dinamika fluida

geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat

kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik

beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli

oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan

memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi,meteorologi,

dan fisika.

Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang

membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua

kata (dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara

sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam

arti yang lebih lengkap, oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan

cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia,

matematika dan lain-lain kedalam segala aspek mengenai laut.

Oseanografi adalah adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences

yang mempelajari laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya

14

Page 19: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang ilmu utama yaitu: 

1. Oseanografi kimia (chemical oceanography): mempelajari semua reaksi

kimia yang terjadi dan distribusi unsur-unsur kimia di samudera dan di

dasar laut. Dalam komposisi air laut yang menjadi objek kajian

oseanografi tentunya tak lepas dari komposisi ikatan-ikatan kimia,

komposisi kimia tersebut tak hanya ada dalam air lautnya saja, naming

juga terdapat pada lantai dasar samudra yang mana juga banyak terdapat

mineral-mineral sebagai penyusun benda tersebut. Misalnya kadar garam

yang terdapat dalam air laut, zat- zat kimia yang mencemari, dll. Garam-

garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium

(31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan

sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,

strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah

pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang

hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam.

2. Oseanografi biologi (biological oceanography): mempelajari tipe-tipe

kehidupan di laut, distribusinya, saling keterkaitannya, dan aspek

lingkungan dari kehidupan di laut itu.

3. Oseanografi fisika (physical oceanography): mempelajari berbagai aspek

fisika air laut seperti gerakan air laut, distribusi temperatur air laut,

transmisi cahaya, suara, dan berbagai tipe energi dalam air laut, dan

interaksi udara (atmosfer) dan laut (hidrosfer).

4. Oseanografi geologi (geological oceanography): Oseanografi mempelajari

tentang lautan dari segala macam sisi, baik dari segi sejarah, serta

perkembangan dari bentuk lautan yang diakibat factor-faktor

pendorongnya. Factor-faktor yang dimaksud sperti pergerakan lempeng

yang dapat megakibatkan perubahan pada lapisan kerak bumi, dari hal

inilah tentunya bentuk lapisan dasar laut akan ikut berubah, sehingganya

lautan yang ada diatasnya akan ikut berubah pula. Maka ilmu geology juga

sangat berpengaruh penting terhadap ilmu oseanografi tersebut, misalnya

15

Page 20: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

adanya palung laut, lembah laut, lubuk laut, lembah, dll serta memelajari

terjadinya patahan- patahan yang menyebabkan gempa bumi di laut.

5. Oseanografi meteorologi (meteorological oceanography): mempelajari

fenomena atmosfer di atas samudera, pengaruhnya terhadap perairan

dangkal dan dalam, dan pengaruh permukaan samudera terhadap proses-

proses atmosfer.

16

Page 21: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Oseanografi adalah adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences

yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya

hingga ke kerak samuderanya. Secara umum, oseanografi dapat

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang ilmu utama yaitu: Oseanografi

kimia (chemical oceanography), Oseanografi biologi (biological

oceanography), Oseanografi fisika (physical oceanography), Oseanografi

geologi (geological oceanography), Oseanografi meteorologi (meteorological

oceanography).

17

Page 22: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

DAFTAR RUJUKAN

Hutabarat, Sahala, dan Evans, Stewart M. 1984. Pengantar Geografi. Jakarta;

Universitas Indonesia.

Tsasil, Cindy. 2012. Ruang Lingkup Oseanografi, (online),

(http://cindytsasil.blogspot.com/2012/11/ruang-lingkup-oseanografi.html),

diakses tanggal 27 Agustus 2013.

Samin. 2008. Introduction of Oceanography, (online),

(http://geoscienceum.blogspot.com/2008/11/introduction-of-oceanogrphy-

oceanografi.html), diakses tanggal 28 Agustus 2013.

Adelirusiana. 2009. Massa Jenis dan Berat Jenis, (online),

(http://aderusliana13.blogspot.com), diakses tanggal 28 Agustus 2013.

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/pengertian-salinitas.html

http://mahranzaim.blogspot.com/2012/11/1.html

http://updatecampuran.blogspot.com/2013/07/oseanografi-dan-oseanologi.html

18

Page 23: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

PERTANYAAN DAN KUNCI JAWABAN

1. Jelaskan pengetian suhu, salinitas, dan berat jenis?2. Apakah yang dimaksud dengan ikan dengan sifat eurytem dan stenoterm

dan menurut anda mana yang paling menguntungkan dan berikan contoh ikannya?

3. Sebutkan faktor yang mempengaruhi salinitas dan jelaskan perbedaan

salinitas yang ada di permukaan dan kedalaman daerah subpolar,

subtropics, dan tropis?

4. Apa yang dimaksud dengan thermohaline circulation dan mengapa bisa

menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah

kutub selatan dan utara ke daerah tropic? Berikan penjelasan anda!

5. Apa perbedaan mendasar oseanografi dengan oseanologi?

Jawaban

1.

- Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu dilaut adalah salah

satu factor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan,

karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun

perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut.

- salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat garam yang terlarut dalam

1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram

perliter)

- Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap

kerapatan air. Berat jenis tidak memiliki dimensi.

2. Sifat Euryterm : ikan yang mempunyai toleransi yang besar terhadap

perubahan suhu

sifat stenoterm : Ikan yang mempunyai toleransi kecil terhadap perubahan

suhu

yang paling menguntungkan adalah sifat Euriterm, karena toleransinya

terhadap perubahan suhu kecil. Sehingga ikan-ikan mampu bertahan jika

terjadi perubahan suhu yang ekstrim. Perubahan suhu di bawah 20°C atau

19

Page 24: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti

oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Contoh ikan yang

mampu hidup suhu yang sangat ekstrim dari data satelit NOAA adalah

jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C seperti ikan pelagis.

Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi.

Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir

suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang

hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan

yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih

baik.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas;

- Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah,

maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah

tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar

garamnya.

- Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut

maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin

sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.

- Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin

banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut

tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang

bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis

hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara

tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi

tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas

di permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya

evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter

harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik

20

Page 25: KELOMPOK 1-PENDAHULUAN

terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di

permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya

presipitasi.

4. Sirkulasi mata air yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan suhu dikenal

sebagai thermohaline circulation. Proses diatas menyebabkan timbulnya

aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan utara ke

daerah tropic. Lapisan permukaan lautan di daerah kutub utara (Artic) dan

selatan (Antartic) lebih dingin, maka mereka akan menjadi lebih padat

daripada lapisan perairan yang ada dibawahnya. Akibatnya massa air yang

lebih padat ini akan tenggelam masuk ke perairan yang lebih dalam sambil

membawa massa air yang kaya akan gas oksigen (O2) dan akan

mengakibatkan timbulnya sistem arus-arus utama lautan.

5. - Oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan

ilmu-ilmu pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika dan

lain-lain kedalam segala aspek mengenai laut.

- Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences

yang mempelajari laut, samudra beserta isi dan apa yang berada di

dalamnya hingga ke kerak samuderanya.

21