Upload
harimuhammadakbar
View
2
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OMA DAN OMSK
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5
Ridho Romadhon
Isfan Alrik Suganda
Rafiza
Muhammad Hutriadi
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
( STIK )
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Tim Penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
berkat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan
karangan ilmiah ini Tim Penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan, namun berkat
adanya sportifitas dan kerjasama antaranggota kelompok sehingga semua hambatan dapat diatasi
secara prosedural dan lancer.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari pihak-pihak lain yang
sifatnya membangun, untuk itu secara umum Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan dalam pengoreksian dan tuntunan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, izikanlah Tim Penulis mengutip pepatah lama yang berbunyi “Tak ada gading
yang tak retak, taka ada mawar yang tak berduri”. Tim Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini ke depan.
Pontianak 10-04-2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Tujuan .....................................................................
C. Rumusan Masalah ...................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................
1. Defenisi Otitis Media Akut ........................................
2. Etiologi Otitis Media Akut.............................................
3. Manifestasi Klinis ..................................................................
4. Patofisiologi ..............................................................................
5. Komplikasi ..........................................................
6. Pengkajian ......................................................
7. Diagnosa Keperawatan ......................................................................
Otitis Media Supuratif Kronik.....................................................................
1. Pengertian Otitis Media Supuratif Kronik.................................
2. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronik ..................................................
3. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronik...................................................
4. Maninfestasi Klinik ...................................................................................
5. Komplikasi ……………………………………………………….
6. Fokus Interfensi ………………………………………………
7. Pre Operasi ……………………………………………………..
8. Post operasi ……………………………………………………………
BAB III
PENUTUP .......................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan
non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media
akut termasuk kedalam jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis
media spesifik, yaitu otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media
adhesiva.
Otitis media pada anak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluran pernapasan
atas. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami
otitis media akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media
berusia 1 thn sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika
Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum
usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di
Inggris setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh
tahun.
OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
1. Askep Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)2. Etiologi Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)3. Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)4. Kompliksi Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)5. Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut dan OMSK (OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIS)
C. RUMUSAN MASALAH
1.Mengangkat masalah tentang patosifiologi tentang OMA dan OMSK
2.Menentukan diagnosa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Otitis Media Akut adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media akut terjadi karena
faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor
penyebab dari otitis media. Karena fungsi tuba eutachius terganggu, pencegahan infasi
kuman kedalam telinga juga tergangu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah
dan terjadi peradangan.
Otitis media akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak
kecil, lebih sering pada musim dingin dan terutama pada anak-anak yang tinggal di
daerah industri. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering
ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan- 3 tahun.
A.Etiologi
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. Biasanya
penyakit ini merupakan komplikasi dari infeksi saluran pernafasan atas (common cold).
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh
Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA,
walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang
membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran
Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.
Virus atau bakteri dari tenggorokan bisa sampai ke telinga tengah melalui tuba eustakius
atau kadang melalui aliran darah. Otitis media akut juga bisa terjadi karena adanya
penyumbatan pada sinus atau tuba eustakius akibat alergi atau pembengkakan amandel.
B. Manifestasi Klinis
Keluhan yang muncul adalah nyeri telinga, cairan dari telinga, kurang pendengaran,
malaise, dan panas. Nyeri telinga hebat menyebabkan anak terbangun dari tidurnya dan
menjerit. Pada bayi yang membentur kepalanya pada tempat tidur atau menarik-narik
telinganya. Sering disertai panas sampai 38oC , muntah, mencret, dan kadang-kadang
kejang.
Keluarnya mukopus dari telinga akan segera mengurangi nyeri telinga. Ini mungkinn
merupakan keluhan pertama. Ibu penderita melihat bercak kuning pada bantal anaknya
dan karenanya akan melihat telinga anaknya.
Pada pemeriksaan gendang telinga tampak tanda-tanda radang akut dalam telinga
tengah. Pinggiran gendang telinga dan kaki maleus tampak merah. Kemudian seluruh
gendag telinga akan tampak meradang dan kehilangan ciri-ciri normalnya, menonjol, dan
pecah dan diikuti keluarnya mukopus ke liang telinga luar. Keluarnya mukopus
berdenyut-denyut serta memantulkann cahaya secara terpuus-putus yang disebut dengn
lighthouse sign. Prosesus mastoid harus diperiksa akan adanya pembengkakan serta
nyeri tekan.
C. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran
di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami
umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat, cairan yang terlalu
banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media
juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan
75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan
hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya
25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.4 Di negara
tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali
pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan
membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema
pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh
hiperplasi limfoid pada submukosa.Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga
tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari
nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan
menentukan progresivitas penyakit.
D. Komplikasi
1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu
atau dua telinga.
2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat
umum.
3. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya
selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
A.Pengkajian
Beberapa hal yang harus dikaji dari klien dengan OMA antara lain; Kaji adanya perilaku
nyeri verbal dan non-verbal, kaji adanya peningkatan suhu (indikasi adanya proses
infeksi), kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher, kaji status nutrisi dan
keadekuatan asupan cairan kalori, kaji kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran
Berikut ini adalah data yang mungkin muncul pada saat dilakukan pengkajian pada klien
dengan otitis media akut (OMA); Sakit telinga/nyeri. penurunan/tak ada ketajaman
pendengaran pada satu atau kedua telinga, tinitus, perasaan penuh pada telinga, suara
bergema dari suara sendiri, bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelanVertigo,
pusing, gatal pada telinga, klien mengatakan menggunakan minyak, kapas lidi, peniti
untuk membersihkan telinga, penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin,
gentamisin), tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 380 C), demam, kemampuan membaca
bibir atau memakai bahasa isyarat, reflek kejut, toleransi terhadap bunyi-bunyian keras,
cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning, alergi, dengan otoskop tuba eustacius
bengkak, merah, suram, adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga
sebelumnya.
2.2 A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan telinga tengah.
2. Perubahan sensori-persepsi ; Auditoris berhubungan dengan gangguan penghantar
bunyi pada organ.
3. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ;
Miringopalsty/mastoidektomi.
B.Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah.
Tujuan : Penurunan rasa nyeri.
Intervensi : Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme koping klien. Berikan analgetik
sesuai indikasi. Alihkan perhatian pasien dengan menggunakan teknik-teknik
relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing, touching, dll.
2. Perubahan sensori-persepsi : Auditorius berhubungan dengan gangguan penghantar
bunyi pada organ pendengaran.
Tujuan : memperbaiki komunikasi.
Intervensi : Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien,Memandang klien ketika
berbicara, berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak, memberikan
pencahayaan yang baik bila klien bergantung pada gerak bibir, menggunakan tanda-
tanda non-verbal (misalnya; ekspresi wajah, menunjuk, atau gerakan tubuh) dan
komunikasi lainnya,Instruksikan kepada keluarga atau orang terdekat klien tentang
bagaimana teknik komunikasi yang efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi
dengan klien,Bila klien menginginkan, klien dapat menggunakan alat bantu
pendengaran,Gangguan Body Image R/t paralysis nervus fasialis,Kaji tingkat
kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih dahulu,Beritahukan pada klien
kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak lanjut dari penyakit
tersebut,Informasikan bahwa keadaan ini biasanya bersifat sementara dan akan
hilang dengan pengobatan yang teratur dan rutin.
3. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ; miringoplasty /
mastoidektomi.
Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk mengungkapkan kecemasan
serta keprihatinannya mengenai pembedahan. Mendiskusikan harapan pasca
operatif dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal-hal yang tidak
diketahui klien.
2.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
2.2.1 Pengertian
OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)
2.2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba eustachius parsial / total
2. Perforasi membran timpani yang menetap
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan
oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi (timpanosklerosis).
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum, atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
2.2.3 Klasifikasi OMSK
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.
2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak pada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.
2.2.4 Manifestasi Klinik
Perforasi pada marginal atau pada atik.
Abses atau kiste retroaurikuler (belakang telinga)
Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang verasal dari dalam telinga tengah.
Terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum).
Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom)
Terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.
2.2.5 Komplikasi
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasaifikasikan sebagai berikut :
A. Komplikasi di telinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi di telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf
C. Komplikasi di ekstrasdural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
2.3 Fokus Intervensi
Pengkajian
Riwayat Kesehatan :
OMA lebih dari 2 bulan
Pengobatan OMA yang tidak tuntas
Data Subjektif :
Telinga terasa penuh
Vertigo
Data Objektif :
Terdapat abses atau kite retroaurikuler
Terdapat polip
Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano
Ottorhoe
Sekret terbentuk nanah dan berbau
Data Penunjang :
Rontgen : Terlihat bayangan kolesteatoma pada rongga mastoid
CT Scan : Diskontinuitas osikula
Uji Fistula positif
Diagnosa Keperawatan
A. Pre Operasi
1. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :
- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
b. Observasi tanda vital
c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman
d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
e. Penuhi kebutuhan pasien
f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi :
- Pusing berkurang
- Pasien tidak mengalami injuri
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
OMA yang tepat.
Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan OMA meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
b.Berikan informasi berkenaan dengan kebutuhan pasien
c. Susun bersama hasil yang diharapkan dalam bentuk kecil dan realistik untuk memberikan
gambaran pada pasien tentang keberhasilan
d.Beri upaya penguatan pada pasien
e.Gunakan bahasa yang mudah dipahami
f. Beri kesempatan pada pasien untuk bertanya
g. Dapatkan umpan balik selama diskusi dengan pasien
h.Pertahankan kontak mata selama diskusi dengan pasien
i. Berikan informasi langkah demi langkah dan lakukan demonstrasi ulang bila mengajarkan
prosedur
j. Beri pujian atau reinforcement positif pada klien
Evaluasi :
- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi
- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.
3. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan pembedahan
b.Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan
pembedahan
c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
d.Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien
Evaluasi :
- Pasien tidak cemas
- Keluarga mau menemani pasien
B. Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri
d. Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring
e. Beri posisi yang nyaman
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Evaluasi : Nyeri hilang
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
b.Observasi pasien
c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi
d.Kaji keadaan daerah poerasi
e.Ganti tampon setiap hari
f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid
g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu
h.Anjurkan pasien untuk kontrol
i. Kolaborasi pemberian antibiotik
Evaluasi :
- Infeksi tidak terjadi
- Luka operasi dalam kondisi baikk
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Otitis media peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non-supuratif,
dimana masing-masing memiliki bentuk akut dan kronis. Otitis media akut termasuk kedalam
jenis otitis media supuratif. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, yaitu otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitik, dan otitis media adhesiva.
OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang
keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental,
bening, atau berupa nanah. (Nurbaiti, 1997)
3.2 PENUTUP Dengan ini di harapankan mahasiswa memahami materi tentang OMA dan OMSK , saran dan kritik kami harapkan karena sesungguhnya makalah yang kami buat masih terdapat kekurangan .
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC
Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996
Doengoes, Marilyn E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien.ed 3. Jakarta : EGC
Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu
Matorin P.A, “Pathology and Pathogenesis of Otits Media”
http://www.bcm.edu/oto/grand/42194.html
Parry, D., Roland, P., “Middle ear, Chronic Suppuratif Otitis, Medical
Treatment”, http://www.emedicine.com/ent/topic214.htm6.
Soepardi,E.A.,Iskandar,N.,BukuAjarIlmuKesehatanTelingaHidung
Tenggorok Kepala Leher, FKUI: Jakarta, 2008
(Nurbaiti, 1997)