12
Kelompok 1 b n 2 b 2.1 Intervensi dan Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga Sumber: Diagnosis NANDA diuraikan dalam MCFarland &MCFarland (1997) dan NANDA (2001) Diagnosa Keperawatan Nanda Yang Relevan Dengan Keperawatan Keluarga Duka cita adaptif Keteganggan Peran Pemberi Asuhan Kepedihan kronik Penurunan Koping Keluarga Konflik Pengambilan Keputusan (sebutkan) Ketidakmampua Koping Keluarga Terganggu Disfungsi Proses Keluarga Alkoholisme Duka Cita Maladaptif Perilaku Sehat (sebutkan) Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh Ketidakseimbangan Nutrisi : Lebih dari Kebutuhan Tubuh Gangguan Penyesuaian Gangguan Pemeliharaan Rumah Ketidakmampua Menjadi Orang Tua Kendala Interaksi Sosial Ketidakefektifa Performa Peran Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Ketidakpatuhan (sebutkan) Konflik Peran Menjadi Orang Tua Sindrom Pasca-trauma Ketidakberdayaan Kesiapan untuk Meningkatkan Koping Keluarga Kesiapan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Spiritualitas Resiko Keteganggan Peran Pemberi Asuhan Resiko Ketidak Seimbangan Nutrisi: Lebih Dari Kebutuhan Tubuh Resiko Ketidakmampuan Menjadi Orang Tua Resiko Gangguan Pelekatan antara Orang Tua/Bayi/Anak Resiko Kesepian Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Resiko Ketidakberdayaan Disfungsi Seksual Isolasi Sosial Distres Spiritual

Kelompok 4a (3)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok 4a  (3)

 Kelompok 1 b n 2 b

2.1  Intervensi dan Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Sumber: Diagnosis NANDA diuraikan dalam MCFarland &MCFarland (1997) dan NANDA (2001)

Diagnosa Keperawatan Nanda Yang Relevan Dengan Keperawatan Keluarga

  Duka cita adaptif  Keteganggan Peran Pemberi Asuhan  Kepedihan kronik  Penurunan Koping Keluarga  Konflik Pengambilan Keputusan (sebutkan)  Ketidakmampua Koping Keluarga Terganggu  Disfungsi Proses Keluarga Alkoholisme  Duka Cita Maladaptif  Perilaku Sehat (sebutkan)  Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh  Ketidakseimbangan Nutrisi : Lebih dari Kebutuhan Tubuh  Gangguan Penyesuaian  Gangguan Pemeliharaan Rumah  Ketidakmampua Menjadi Orang Tua  Kendala Interaksi Sosial  Ketidakefektifa Performa Peran  Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik Keluarga  Gangguan Proses Keluarga

 Ketidakpatuhan (sebutkan) Konflik Peran Menjadi Orang Tua Sindrom Pasca-trauma Ketidakberdayaan Kesiapan untuk Meningkatkan Koping Keluarga Kesiapan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Spiritualitas Resiko Keteganggan Peran Pemberi Asuhan Resiko Ketidak Seimbangan Nutrisi: Lebih Dari Kebutuhan Tubuh Resiko Ketidakmampuan Menjadi Orang Tua Resiko Gangguan Pelekatan antara Orang Tua/Bayi/Anak Resiko Kesepian Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Resiko Ketidakberdayaan Disfungsi Seksual Isolasi Sosial Distres Spiritual 

Ini akan meningkatkan kolaborasi dan menunjukan penghargaan terhadap kemampuan keluarga sebagai pengambilan keputusan yang aktif dalam perawatan kesehatan mereka.

Hanya dengan membuat urutan kebutuhan dan prioritas dari prespektif klien, perawat dapat merencanakann intervensi yang mungkin akan berhasil. Berapa perawat membuat penilaian prioritas rendah, sedang, dan tinggi dengan prioritas kebutuhan tinggi adalah kebutuhan yang harus di penuhi sesegera mungkin. Selain itu, untuk keamanan situasi yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas adalah: (1) Rasa keterdesakan klien (itu penting untuk membina hubungan), dan (2)

Page 2: Kelompok 4a  (3)

Tindakan yang akan atau mungkin mempunyai efek terapeutik terhadap prilaku kesehatan klien dan keluaraga di masa mendatang. Masalah ini kemudian akan membentuk landasan untuk menentukan tujuan dan perencanaan intervensi. Perencanaan

Selama tahap proses keperawatan ini. Perawat keluarga terlibat dalam menyusun rencana keperawatan, bekerjasama dengan keluarga, yang menetapkan intervensi dalam rangka mencapai hasil yang diharapkan. Rencana dikomunikasikan kepada semua tim kesehatan untuk meningkatkan pendekatan yang kosisten ketika bekerja dengan keluarga untuk membantu mereka keluarga mencapai hasil yang diinginkan mereka. Menetapkan Tujuan Bersama

Menetapkan tujuan bersama dengan keluarga merupakan tonggak dari suatu perencanaan efektif. Salah satu rumus dasar keperawatan keluarga adalah bahwa klien mempunyai tanggung jawab mutlak untuk mengelola kehidupa mereka (prinsip penentuan diri) da kita menghargai keyakinan mereka (Carey, 1989). Perawat dapat membantu keluarga menentukan tujuan kesehatan mereka sendiri dengan memberikan iformasi yang relevan tentang hal-hal yang menjadi kepedulian/masalah mereka. Ini memungkinkan keluarga untuk membuat keputusan yang masuk akal tetang apa yang menjadi tujuan dan pelayanan yang mereka igin rencanakan. Jadi, penentu utama dan apa yang menjadi tujuan adalah keluarga bukan perawat (Otto, 1973).

Menetapkan tujuan bersama dengan anggota keluarga secara konsisten lebih utama daripada menetapkan tujuan sepihak untuk beberapa alasan:1.    Proses menetapkan tujuan bersama mempunyai efek positif dalam interaksi dengan keluarga.2.    Orang cenderung menolak untuk diperintah apa yang harus dilakukan, tetapi akan lebih suka untuk bekerja terkait dengan tujuan yang mereka pilih dan dukung sendiri.3.    Orang yang membuat keputusan cenderung merasa bertanggung jawab (Carey,1989). Dalam penyusunan asuhan keperawatan harus memperhatikan hal-hal berikut :1.      Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga diarahkan dimana keluarga diarahkan untuk mencapai suatu hasil

Page 3: Kelompok 4a  (3)

2.      Criteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga3.      Tujuan menggambarkan alternative-alternatif pemecahan masalah yang dapat dipilih oleh keluarga.4.      Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks diagnose keperawatan keluarga dan factor-faktor yang berhubungan.5.      Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggungjawab keluarga dalam pemecahan masalah.6.      Penyusunan tujuan harus bersama-sama dengan keluarga.

 Penetapan tujuan semakin diakui sebagai komponen yang sangat

penting dalam perencanaan. Peyusunan tujuan yang jelas, spesifik dan dapat diterima, merupakan hal yag penting. Jika tujuan keluarga tidak jelas maka tidak akan membuat banyak perbedaan apa pun kegiatan yang dilakukan karena hasil akhir yang dicapainya tidak diketahui. Sepanjang pernyataan tujuan didefinisikan dan diterima sebagai sesuatu yang valid oleh keluarga, tindakan yang diinginkan tampak akan mengikuti. Selain tujuan dapat diterima, jelas, dan spesifik, tujuan juga perlu dinyatakan dalam bentuk perilaku sehingga dapat diukur (dievaluasi). Tujuan perlu disebutkan dalam jangka pendek, yaitu spesifik, langsung dan terukur; tujuan tingkat menengah; atau pada akhir lain dari rentang sebagai jangka panjang, lebih umum, tujuan utama yang menunjukan tujuan yang luas diharapkan oleh perawat dan keluarga.

Tujuan kepaerawatan juga harus dilengkapi dengan criteria hasil untuk mengukur keberhasilan keluarga dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun komponen criteria hasil yang harus ada dalam menentukan criteria  adalah:1.      Dalam jangka panjang atau jangka pendek (Time bound)2.      Mempunyai perilaku yang dapat diukur (measurable)3.      Spesifik dalam isis dan waktu4.      Harus dapat dicapai

Kata kerja yang dapat dikur adalah kata kerja yang dapat menguraikan tindakan yang pasti atau perilaku klien yang diharapkan perawat akan terjadi bila tujuan telah tercapai. Contoh kata-kata yang tidak dapat diukur dengan penglihatan dan pendengaran :a.       Menerimab.      Mengetahuic.       Menghargaid.      Mengerti

Page 4: Kelompok 4a  (3)

Contoh kata-kata yang dapat diukur :a.       Menyebutkanb.      Melakukanc.       Mengidentifikasid.      Memperlihatkan penurunane.       Memperlihatkan peningkatanf.       Melaporkan tidak adanyag.      Menguraikanh.      Memberikan

Contoh penulisan tujuan keperawatan pada diagnose keperawatan:Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.a.    Tujuan jangka pendekKeluarga dapat menyebutkan kembali tentang penyakit : pengertian, penyebab, tanda dan gejala setelah diberikan dua kali penyuluhan dengan criteria :1)      Menyebutkan pengertian dengan singkat2)      Menyebutkan tiga factor penyebab3)      Menyebutkan tanda dan gejalab.    Tujuan jangka panjangKeluarga dpaat memelihara kesehatan penderita : merubah gaya hidup, melakukan pencegahan penyakit, melakukan perwatan mandiri dalam waktu 6 bulan.

Tujuan jangka pendek diperlukan untuk memotivasi dan memberikan keyakinan kepada keluarga dan individu bahwa mereka telah membuat kemajuan, dan untuk menuntun keluarga ke tujuan yang lebih luas, dan lebih komprehensif. Proses ini konsisten dengan teori kontemporer utama yang berhubungan dengan perubahan perilaku sehat (Glanz, Lewis, & Rimer, 1997).

Dalam menetapkan tujuan, perawat diharapan untuk bekerja dengan keluarga dengan berbagai masalah yang perlu di atasi melalui intervensi keperawatan, masalah yang dapat diatasi sendiri oleh keluarga sebagai agen perawatan diri, dan masalah yang perlu di rujuk ke anggota tim  pelayanan kesehatan lain atau ditangani secara kolaboratif. Pada kasus sepasang lansia yang memerlukan: (a) bantuan memperoleh Medicaid (Asuransi kesehatan), (b) konseling diet, dan (asuhan keperawatan dasar) bagi suami yang mengalami gangguan mpbilisasi. Perawat dapat memutuskan untuk melakukan konseling diet, merujuk

Page 5: Kelompok 4a  (3)

pasangan kepekerja social untuk mendapatkan Medicaid, dan menyarankan petugas kesehatan membantu di rumah memberikan asuhan keperawatan rutin yang diperlukan bagi suami. Sebagai anggota tim kesehatan yang merawat keluarga, perawat yang berorientasi pada keluarga harus juga secara terus-menerus mewaspadai situasi ketika pertemuan tim (formal atau tidak formal) mungkin bermanfaat bagi klien. Perencanaan kolaboratif dan penetapan tujuan dengan anggota tim kesehatan lain membantu meningkatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan klien, selain itu juga untuk memastikan siapa akan melakukan apa.

Klasifikasi Hasil KeperawatanSelama tahap perencanaan, kriteria hasil spesifik ditetapkan. Kriteria

hasil ini diidentifikasikan sebagai respons klien dapat dicapai dan diinginkan oleh keluarga (Doenges.Moorhouse & Burley, 2000). Klasifikasi hasil hubungan dengan diagnostic dan intervensi keperawatan sudah diteliti dan dikembangkan (Jhonson, Maas, & Moorhead,2001). Klasifikasi hasil keperawatan (Nursing Outcomes Classification, NOC) Dirancang untuk meguraikan status pasien/keluarga yang diinginkan. Setiap hasil disusun dengan daftar indicator terkait yang diukur dengan berbagai Skala Likert khusus. Menggunakan cara standar ini untuk mengevaluasi hasil pasien/keluarga, dapat menjadi metode yang efektif untuk secara kritis mengukur dan menganalisis pengaruh intervensi keperawatan. Dalam kolaborasi dengan menggunakan Diagnosis NANDA, dan Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC) serta system klasifikasi Omaha, kepeawatan mebuat gebraka yang berarti dalam menggambarkan bagaimana proses keperawatan di terapkan dalam bentuk tindakan. Membuat Pendekatan Alternatif dan Mengindentifikasi Sumber

Setelah menetapkan tujuan, profesioal kesehatan dan keluarga perlu membuat cara alternative guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Setelah kebutuhan terdebut digambarkan, sumber yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diidentifikasi. Sumber tersebut mencakup penggunaan kekuatan di dalam  keluarga, yang meliputi sumber perawata diri mereka, system dukugan keluarga, sumber bantuan fisik da komuitas. Keterbatasan rencana perawatan dapat meliputi factor seperti kebijakan agensi dan waktu serta kendala uang. Keterbatasan dalam hal ketersediaan tenaga dan sumber lain dapat juga mempengaruhi pemilihan pendekatan dan identifikasi sumber.

Tindakan atau pendekatan spesifik yang difasilitasi oleh perawat dipilih oleh anggota keluarga dari alternate dan sumber yang tersedia. Hal

Page 6: Kelompok 4a  (3)

ini merupakan pendekatan yang dirasakan sesuai oleh keluarga da perawat, serta diharapkan mempunyai  kemungkinan keberhasilan yang tinggi. Salah satu strategi untuk menigkatkan keyakinan keluarga mengenai kemampuan mereka agar rencana tindakan berhasil adalah membahas keberhasilan mereka dalam situasi lain. Beberapa stategi dapat melibatkan beberapa atau seluruh anggota keluarga, aggota tim kesehatan lain, atau keluarga besar dan tema, juga perawat.

Ketika memikirkan perencanaan pendekatan perawatan, perawat perlu mengajukan pertanyaan berikut :  Apakah rencaa ini di buat dalam kolaborasi dengan keluarga?  Apakah pendekatan yang diusulkan meingkatkan kekuatan keluarga dan kemandirian anggota keluarga?  Apakah ini merupakan tindakan dalam tingkat informasi dan keterampilan anggota keluarga atau sumber mereka sendiri? Apakah mereka mempunyai pengalaman serupa sebelumnya?  Dalam skala 1 sampai 10 (dengan 10 sebagai skala tertinggi), seberapa besar komitmen dan motivasi aggota keluarga untuk menetapkan rencana tersebut?  Apakah tersedia sumber yang memadai untuk melaksanakan rencana?  Bagaimana anggota keluarga menanggapi pertanyaan ini?

Keluarga mempunyai hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan kesehatan mereka sendiri. Karena prinsip keperawatan keluarga, ada tindakan tertentu yang di setujui dan di pilih oleh keluarga tetapi baik secara personal maupun professional mungkin tidak kita setujui. Informasi dan pemahaman klien tentang konsekuensi tindakan (sehingga keluarga dapat membuat keputusan yang benar berdasarkan informasi) sangat penting karea ada ketetapan hukum yang mewajibkan informed consent dan catatan mengenai hak klien yang secara jelas menegaskan perlunya bagi klien dan keluarga untuk terlibat dalam semua aspek keputusan perawatan kesehatan. Beberapa pendekatan yang kita rencanakan dengan keluarga mungkin kurang ideal, tetapi bertujuan memperbaiki situasi klien (keluarga) saat ini. Mencari cara yang tersedia untuk mencapai tujuan adalah hal yang realistic da pragmatic. Kendala dapat meliputi factor suprasistem (sosiopolitik), yang tidak dapat diselesaikan oleh individu keluarga; namun demikian, perawat dapat mempetimbangkan intervensi yang di rancang untuk menigktkan tindakan komuitas pada beberapa kasus tertentu, atau dapat bertindak melalui organisasi profesi keperawatan

Page 7: Kelompok 4a  (3)

untuk memberika advokasi dalam menigkatkan kesehatan lingkungan da sosiopolitik bagi keluarga.

Penempatan rencana asuhan keperawatan keluarga meliputi pilihan bersama akan pendekatan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah rencana asuhan dibuat, implementasi rencana melibatkan penetapan prioritas dan urutan intervensi serta vase dalam koordinasi rencana.

 Intervensi Keperawatan Keluarga

Intervensi keperawatan keluarga di buat berdasarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, pernyataan kekuatan, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas. Intervensi tidak bersifat rutin, acak atau terstandar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja.

Terdapat beberapa definisi intervensi keperawatan dalam literature. Social Policy Statement (1995a) American Nurses Association (ANA) mendefinisikan intervensi perawatan sebagai  “tindakan yang dilakukan perawat untuk pasien, keluarga atau komunitas” dengan tujuan “membantu pasien, keluarga dan komuitas meningkatkan , mengoreksi atau menyesuaikan kondisi fisik, emosi psikososial,spiritual, budaya dan lingkungan sebagai alas an mereka mencari bantuan.” Bulechek dan McCloskey (2000) mendevinisikan intervensi keperawatan sebagai “setiap tindakan, berdasarkan keputusan klinik yang dilakukan perawat untuk menigkatkan kriteria hasil pada pasien/klien. Intervensi keperawatan meliputi baik perawatan langsung maupun tidak langsung ; yang di tujukan kepada individu, keluarga dan komunitas; meliputi penanganan awal perawat, dokter dan penyedia pelayanan kesehata lainya”. Seperti yang di definisikan oleh Wright dan Bell (1994). Intervensi keperawatan adalah:”tindakan atau respon perawat, yang memliputi tindakan terapeutik nyata dari perawat , yang terjadi dalam konteks hubungan perawat klien guna mempengaruhi fungsi individu, keluarga atau komuitas yang menjadi fungsitabilitas perawat”. Dalam kolaborasi dan/atau konsultasi dengan perawat implementasi mungkin dilakukan secara langsung oleh sejumlah orang lain yang ada di dalam jaringan sosial keluarga.

Selama perawat memberikan intervensi keperawatan data baru akan muncul ke permukaan. Setelah informasi ii (respon klien, perubahan situasi, dll) dikumpulka perawat perlu cukup fleksibel dan beradaptasi untuk

Page 8: Kelompok 4a  (3)

pengkajian ulang situasi pada keluarga dan dengan tanpa pesiapan memodifikasi rencana bersama keluarga.

Terdapat berbagai tingkat intervensi keperawatan keluarga terkait dengan kompleksitas intervensi tersebut Wright dan Leahey (2000) mendefinisikan dua tingkat keahlian dalam keperawatan keluarga-umum dan spesialis. Menurut Wright dan leahey. Perawat umum mendefinisikan keluarga sebagai konteks perawat yang bekerja dengan individu pasien.mereka disiapkan di tingkat sarjana. Perawat spesialis mengonsepkan keluarga sebagai unit perawatan dengan kompetensi keterampilan wawancara  dan pengetahuan klinik tentang teori system, penelitian model pegkajian, dan intervensi keluarga; mereka di siapkan pada tingkat pendidikan magister atau doctor. Berlawanan dengan keyakinan wright dan Leagey bahwa lulusan sarjana keperawatan berfungsi sebagai perawat umum (menurut definisi mereka).  Indikasi Intervensi Keperawatan Keluarga

Setelah melakukan pengkajian dan membahas bersama permasalahan keluarga, perawat keluarga dan anggota keluarga perlu memutuskan apakah ada indikasi untuk intervensi keluarga. Kriteria untuk membuat keputusan ini meliputi minat dan motivasi keluarga untuk menerima bantuan dan mengatasi masalah tersebut, tingkat fungsi keluarga, tingkat keterampilan perawat dan sumber yang tersedia. Selain untuk perawatan promotif dan preventif kesehatan rutin, intervensi keluarga diperlukan jika :

         Anggota keluarga mengalami suatu penyakit yang menimbulkan gangguan yang nyata terhadap anggota keluarga lain.         Anggota keluarga menyebabkan  gejala atau masalah individu         Perbaikan pada satu anggota keluarga menimbulkan gejala atau gangguan pada anggota keluarga lain.         Anggota keluarga untuk pertama kali didiagnosis menderita penyakit.         Kondisi anggota keluarga terganggu secara nyata         Anak atau remaja mengalami masalah emosi, prilaku, atau fisik dalam konteks penyakit anggota keluarga         Anggota keluarga yang mengalami pnyakit kronik pindah dari rumah sakit atau pusat rehabilitasi ke komunitas         Pasien yang mengalami penyakit kronik meninggal dunia MODEL/SISTEM INTERVENSI KEPERAWATAN

Page 9: Kelompok 4a  (3)

Model Intervensi Keluarga CalgaryDengan menggunakan model ini, perawat perlu menentukan domain

fungsi keluarga yang perlu berubah dan selanjutnya menentukan intervensi yang paling tepat yang menjadi target untuk domain tersebut. Secara kolaboratif, perawat mencari input dari keluarga tentang intervensi apa yang paling bermanfaat. Apabila masalahnya adalah kurang olah raga, perawat dapat menetapkan bahwa domain perilaku yang penuh berubah dan intervensi yang ditawarkan adalah intervensi yang dapat mengubah pola latihan/ olahraga.

                  Pedoman Intervensi Keperawatan Keluarga

Robinson (1996) menemukan bahwa intervensi yang membuat suatu perubahan pada keluarga adalah intervensi yang meningkatkan dan memperkuat hubungan antara keluarga dengan perawat. Robinson menekankan bahwa hubungan ini bukan pusat asuhan, tetapi adalah asuhan itu sendiri.

Untuk menjaga prinsip dasar bahwa keluarga mempunyai hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan mereka sendiri, keluarga dan perawat perlu membentuk kemitraan guna meningkatkan kesehatan dan memelihara kesehatan keluarga.

Melibatkan sebanyak mungkin anggota keluarga dalam sesi pendidikan dan konseling yg telah direncanakan, termasuk memberikan beberapa saran intervensi yang bertujuan melibatkan seluruh keluarga dan mengurangi stress. Termasuk mengajarkan teknik pemberian asuhan kepada anggota keluarga.

 Model Intervensi Keluarga Calgary: Tiga Domain Fungsi Keluarga

Kognitif: intervensi diarahkan pada domain kognitif fungsi keluarga memberikn ide, pendapat, informasi, atau pendidikan baru tentang masalah atau risiko kesehatan tertentu. Beberapa contoh, antara lain : memberikan informasi/pendapat , menilai ulang kognitif memeberikan pendidikan kesehatan, dan mengeksternalisasi masalah. Selain itu, pertanyaan interventif dapat dirumuskan untuk memicu perubahan di dalam domain kognitif fungsi keluarga.

Afektif: tindakan keperawatan diarahkan pada domain afektif fungsi keluarga yagn ditujukan untuk membantu keluarga yang memiliki respons emosi  yang tinggi sehingga dapat menghentikan upaya penyelesaian masalah mereka. Beberapa contoh antara lain : memvalidasi/ menormalisasi

Page 10: Kelompok 4a  (3)

respon emosi, menceritakan pengalaman sakit dan menggambarkan dukungan keluarga.

Perilaku: strategi keperawatan diarahkan untuk membantu anggota keluarga untuk berinteraksi/ berprilaku secara berbeda antar satu dengan yang lain serta dngan orang lain di luar keluarga. Beberapa contoh, antara lain : mendorong anggota keluarga sebagai pemberi asuhan, mendorong istiraht dan menciptakan kebiasaan. Pertanyaan interventif dapat dianjurkan untuk menimbulkan perubhan di dalam domain prilaku fungsi keluarga.

Wright dan leahey (2000) telah menekankan beberapa konsep berubah yang penting yang mereka rasakan bermanfaat dalam membantu keluarga dengan masalah kesehatan :