Upload
maria-woda
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PERILAKU ANAK
REMAJA BERISIKO MEROKOK, PENGGUNA NAPZA,
DAN SEKS BEBAS
A. Konsep remaja berisiko
1. Pengertian remaja
Seseorang yang berusia antara 10 – 19 tahun. Sebagai masa khusus dan
penting, karena periode pematangan organ reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari
masa anak ke masa dewasa (DepKes, 2008).
Tahap ini di mulai ketika anak pertama berumur l3 tahun dan berakhir
saat anak berumur 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada
dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun
perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya.
Pada tahap ini sering kali ditemukan beda pendapat antara orang tua dan
anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada
hubungan selanjutnya. Tugas perkembangannya adalah memberikan
perhatian lebih pada anak remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang
rencana sekolah atau kegiatan diluar sekolah, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.
Tugas perkembangan keluarga dengan remaja
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Berkomunikasi secara
terbuka antara orangtua dan anak-anak
Kondisi remaja
Masa transisi (fisik: matang tetapi emosi belum) adanya gejolak emosi,
peka terhadap stres, frustasi, dan konflik internal dan eksternal
Ciri dan tuntutan perkembangan: ingin tahu, protes terhadap orang tua,
sangat memperhatikan badan sendiri, setia kawan dengan kelompok
sebaya, perilaku labil.
Sikap orangtua: mengamati, ikut serta dalam permainan, bercakap,
mendampingi dan membimbing, dapat mengatasi kebingungan (pemimpin
yg baik)
Yang harus diperhatikan: pengaruh teman sebaya, beri tugas rutin, latih
berani, belajar bersama, mengisi waktu luang, rekreasi wajar dan sehat,
pendidikan seks yang sesuai
Menyelaraskan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja
menjadi matang dan mengatur diri sendiri (Duvall, 1977)
Orangtua belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak
(Friedman, 1957). Orangtua menerima remaja apa adanya, menerima
peran mereka pada tahap perkembangan tanpa konflik atau sensitivitas
yang tidak pantas, membentuk pola penerimaan diri yang sama, orangtua
merasa produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka
sendiri (Kidwell et al,1983) Dan orangtua berfungsi secara fleksibel
(Preto, 1988)
2. Faktor risiko untuk remaja berperilaku berisiko
Proses transisi yang dialami oleh masa remaja menimbulkan dampak
positif dan negatif. Namun kecenderungannya adalah dampak negatif,
dikarenakan rasa keingintahuan yang tinggi dari remaja. Beberapa hal
berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami perilaku
berisiko yaitu ;
a. perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah
menangis, cemas, frustasi dan sekaligus tertawa.
b. Perubahan intelegensia, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah
berfikir abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja
juga mudah untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan
perilaku ingin mencoba-coba.
c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan
reproduksi remaja, mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang
merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat yang
sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja
putri.
d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja
antara lain adalah :
1) masalah gizi,
2) masalah pendidikan,
3) masalah lingkungan dan pekerjaan,
4) masalah seks dan seksualitas dan
5) masalah kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.
3. Perilaku remaja berisiko
a. Selalu ingin menang sendiri
b. Selalu memaksakan kehendaknya
c. Kebiasaan merokok
d. Agresif
e. Curiga
f. Mudah marah dan mudah tersinggung
g. Suka mencari alasan yang tidak logis
h. Sering pulang larut malam, bahkan terkadang suka menginap di rumah
teman dengan alasan yang cenderung di buat-buat.
i. Berpenampilan tidak rapih, acuh tak acuh sampai tidak peduli terhadap
perawatan diri sendiri.
j. Ada perubahan emosi atau mental secara tiba-tiba.
4. Dampak perilaku remaja berisiko yang tidak diatasi
a. Dapat terjadi perilaku seks bebas pada remaja.
b. Terjadinya kehamilan diluar nikah
c. Dapat menjadi pengguna atau pengedar NAPZA
d. Perokok berat
e. Berperilaku kriminal yang menyebabkan konflik dalam keluarganya.
f. Cedera fisik
Gangguan yang dapat terjadi
Kekaburan identitas diri
Usulan identitas negatif
B. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku remaja
berisiko
Tantangan perawat
Perubahan perkembangan yang dialami remaja dalam batasan perubahan
kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kinwell et al,
1983).
Emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan
hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai
dan norma-norma antara orangtua dan remaja) (Adams, 1971)
1. Pencegahan
a. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya
memelihara kesehatan reproduksi pada remaja.
b. Pelibatan remaja dalam kelompok sebaya seperti peer kounselor atau
peer educator. Pelibatan remaja dalam berbagai kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah dan di masyarakat.
c. Pelatihan remaja dalam keterampilan perilaku hidup sehat tentang
pencegahan masalah kesehatan remaja.
2. Perawatan
1. Pelibatan remaja dalam alternatif solusi masalah yang dihadapi.
2. Pelatihan keterampilan perilaku hidup sehat tetang penanganan
masalah yang dihadapi remaja.
3. Bimbingan dan konsultasi terhadap keluarga tentang alternatif solusi
berdasarkan kemampuan dan kebutuhan keluarga.
4. Konseling keluarga dan atau dengan remaja tentang masalah yang
dihadapinya.
5. Bimbingan antisipasi berbagai kejadian yang dapat terjadi pada remaja
dan keluarganya
6. serta cara menghadapinya.
C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA
Pengkajian
Nama klien :
Umur :
Nama KK :
Alamat :
Data pendukung :
Data dasar keluarga :
Riwayat dan tahan perkembangan keluarga : kurang harmonis / harmonis
Data lingkungan rumah : sehat / kurang sehat
Data struktur keluarga : terorganisir / ada keterbatasan
Data peran dan fungsi keluarga : sesuai / kurang sesuai
Data stress dan koping keluarga : adaptif / mal adaptif
Data subjektif :
Pemahaman keluarga tentang remaja sehat : baik / sedang / kurang
Pemahaman keluarga tentang perilaku remaja berisiko : baik / sedang / kurang
Pemahaman keluarga tentang pencegahan terhadap perilaku remaja berisiko :
baik / sedang/ kurang
Pemahaman keluarga tentang perawatan terhadap perilaku remaja berisiko :
baik / sedang /kurang
Pemahaman keluarga tentang dampak dari perilaku remaja berisiko : baik /
sedang / kurang
Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah dengan perilaku
remaja berisiko :
baik / sedang / kurang
Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sumber yang ada di masy untuk
merubah
perilaku remaja berisiko : baik / sedang / kurang
Kebiasaan keluarga yang tidak sehat terkait perilaku remaja berisiko seperti
perilaku
merokok, pengguna NAPZA, broken home dan lain-lain.
Data objektif :
Adanya remaja dengan perilaku berisiko.
Respon non verbal dari keluarga terhadap perawat seperti kurang menerima,
dll.
Respon keluarga tampak kecewa/murung/sedih/dll.
Hasil pemeriksaan fisik & pemeriksaan penunjang :
BB : TB : Status gizi :
Diagnosa Keperawatan keluarga :
1. Risiko terjadinya perubahan proses keluarga b/d ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan remaja berisiko .....
2. Kecemasan keluarga b/d ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi
remaja dengan perilaku berisiko.
3. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal tugas perkembangan keluarga dengan usia remaja.
N
oDK Tujuan Rencana tindakan
Tindakan Evaluasi
Tgl/prf Tgl/prf Hasil
1 Risiko
terjadinya
perubahan
proses
keluarga
b.d
ketidakma
mpuan
keluarga
dalam
merawat
anggota
keluarga
dengan
remaja
berisiko
Tujuan
umum
Tidak terjadi
perubahan
proses
keluarga.
Tujuan
khusus
1.Keluarga
mampu
mengenal
remaja
berisiko.
1. Bersama keluarga
diskusikan tentang kriteria
remaja berisiko.
2. Latih keluarga mengenali remaja
berisiko.
3. Motivasi keluarga untuk selalu
mengenali remaja berisiko.
4. Berikan kesempatan bertanya hal
yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang
sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan
keluarga selama interaksi.
2.Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
terhadap
remaja
berisiko.
1. Bersama keluarga diskusikan
tentang akibat dari remaja
berisiko.
2. Latih keluarga mengenali akibat
dari remaja berisiko.
3. Motivasi keluarga untukbselalu
mengenali akibat remaja
berisiko.
4. Berikan kesempatan bertanya hal
yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang
sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan
keluarga selama interaksi.
3. Keluargamampu
merawat
keluarga
dengan
remaja
berisiko.
1. Bersama keluarga diskusikan
tentang cara mencegah dan
merawat remaja berisiko.
2. Latih keluarga cara mencegah
dan merawat remaja berisiko.
3. Motivasi keluarga untuk selalu
mencegah dan merawat remaja
berisiko.
4. Berikan kesempatan bertanya hal
yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang
sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan
keluarga selama interaksi.
4. Keluarga
mampu
memodifik
asi remaja
berisiko.
1. Bersama keluarga diskusikan
tentang cara memodifikasi
lingkungan rumah remaja
berisiko.
2. Latih keluarga cara
memodifikasidari remaja
berisiko.
3. Motivasi keluarga untuk selalu
melakukan modifikasi remaja
berisiko.
4. Berikan kesempatan bertanya hal
yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang
sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan
keluarga selama interaksi.
5.Keluargamampu
menggunak
an sumber
daya untuk
penangana
n remaja
berisiko
1. Bersama keluarga diskusikan
tentang penggunaan sumber daya
masy untuk remaja berisiko.
2. Latih keluarga menggunakan
sumber daya untuk remaja
berisiko.
3. Motivasi keluarga untuk selalu
menggunakan sumber daya untuk
remaja berisiko.
4. Berikan kesempatan bertanya hal
yang belum mengerti.
5. Evaluasi kembali hal-hal yang
sudah didiskusikan.
6. Berikan pujian atas keberhasilan
keluarga selama interaksi.
*) Berilah tanda (√) pada kolom implementasi jika tindakan keperawatan tersebut dilakukan.Untuk tindakan keperawatan yang belum tercapai, maka tindakan keperawatan harus di ulang.
Kategori keberhasilan diisi dengan score : 1 = tidak teratasi atau 2 = teratasi sebagian atau 3 = teratasi.
Kepala keluarga,
( .....................................)NIP.
Kepala Seksi KesmasKelurahan,
( .....................................)NIP.
Petugas Perkesmas PuskesmasKecamatan/Kelurahan ................
( .....................................)NIP.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum1. Nama Kepala keluarga (KK) : Tn. S
2. Usia : 47 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Petani
5. Alamat : Kendal
No Nama Umur Jenis Kelamin Hub dgn KK Pendidikan Pekerjaan
1234
Tn. SNy. STH
47 thn46 thn26 thn22 thn
LPPL
KKIstriAnakAnak
SMASMASMASMA
PetaniPedagang--
6. Genogram
Keterangan:
: Laki- laki :Meninggal
: Perempuan :tinggal serumah
7. Tipe keluarga
Keluarga Tn. S termasuk tipe keluarga inti atau nuclear family.
8. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa. Tn. S adalah penduduk jawa asli
dan berasal dari suku jawa. Mengikuti ajaran agama dan budaya jawa.
9. Agama
Semua anggota keluarga beragama islam, taat menjalankan shalat 5 waktu.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Tn. S bekerja sebagai petani, dengan penghasilan rata–rata tiap bulan Rp.
1.400.000,00. Sedangkan Ny. S sebagai seorang pedagang yang
berpenghasilan Rp. 600.000,00. Dari penghasilan tersebut akan dibagi untuk
kebutuhan sehari – hari dan sisanya ditabung untuk mengantisipasi jika ada
kebutuhan yang tidak terduga.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga melakukan rekreasi yaitu dengan menonton TV bersama keluarga,
mengobrol bersama keluarga, dan tetangga sekitar.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Mempersiapkan anak untuk dilepas ke masyarakat
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Tn.S, beliau mengatakan tugas
perkembangan menghadapi anak usia dewasa awal belum terpenuhi semua,
Tn.S belum bisa menyiapkan anak–anaknya untuk mandiri dan tanggung
jawab karena kesibukannya sebagai petani.
3. Riwayat keluarga inti
Tn. S dan Ny. S berasal dari lingkungan yang sama, mereka berpacaran sekitar
± 2 tahun. Kedua anaknya merupakan anggota keluarga yang direncanakan,
mereka menyayangi semuanya.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga dari pihak bapak dan ibu saat ini hubungannya baik, dan saudara–
saudaranya tinggal berjauhan dengan keluarga, tidak ada konflik dalam
berhubungan.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati merupakan rumah milik sendiri, terdiri atas 3
kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur dan 1
kamar mandi/WC. Rumah tampak bersih. Keluarga menggunakan septic
tank yang terletak di depan rumah. Kondisi air jernih tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa, menggunakan PDAM. Kebiasaan keluarga
dalam merawat rumah setiap hari yaitu; menyapu dan mengepel 1 kali
sehari, membersihkan bak mandi 1 minggu sekali. Cahaya masuk
kedalam rumah dan terdapat jendela diruang tamu dan dikamar–kamar.
Keluarga mengenal masalah yang ditimbulkan dari lingkungan yaitu jika
lingkungannya kotor maka akan mudah terserang penyakit. Misalnya jika
bak mandi jarang dikuras maka menjadi sarang nyamuk akibatnya dapat
terserang demam berdarah atau malaria. Ukuran rumah 6 x 12m
: jendela
: pintu
1 = kamar tidur
2 = kamar tidur
3 = kamar tidur
4 = ruang tamu
5 = ruang keluarga
6 = ruang makan
7 = dapur
8 = wc
8 7
3
2
1 4
5
6
2. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan rumah tangga banyak yang berasal dari jawa jadi mempunyai adat kebiasaan
yang sama. Pergaulan dengan lingkungan cukup baik, meskipun Tn. S dan Ny. S sibuk
bekerja dan jarang sekali ngobrol dengan tetangganya.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. S sering mengikuti pengajiam di RT . Ny. S sehari–harinya bekerja sebagai pedangan
di pasar dekat rumah mereka.
4. Sistem pendukung keluarga
Dalam keluarga, baik dari pihak Tn.S, Ny.S, dan anak-anaknya sering kali membantu jika
salah satu anggota keluarga ada yang mengalami masalah. Jarak keluarga dengan
tetangga sangat dekat, dan antar tetangga saling membantu dan mengajak bertukar pikiran
saat dibutuhkan.
IV. Struktur keluarga
1. Pola komunikasi Keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka. Setiap anggota
keluarga bebas menyampaikan keluhan ataupun anggapan, hal ini dapat terlihat dari
pembicaraan anggota keluarga saat perawat berkunjung.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn.S, semua keputusan ada ditangan Tn.S karena Tn.S sebagai kepala
keluarga. Dan kalau ada pendapat dari anggota keluarga maka akan dibicarakan bersama.
Dalam menyelesaikan masalah atau memutuskan sesuatu harus berdasarkan hasil
keputusan bersama.
3. Nilai dan norma budaya
Menurut Tn.S, semua anggota keluarganya berusaha menyesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya, nilai yang ada dikeluarga merupakan gambaran nilai dari agama yang dianut,
tidak terlihat adanya konflik dalam nilai dan tidak ada yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga dalam menggunakan nilai yang diyakini oleh keluarga dan
juga tidak bertentangan dengan masyarakat sekitarnya.
V. Harapan Keluarga
Keluarga berharap perawat dapat memberikan informasi kesehatan sehingga anggota
keluarga dapat memelihara kesehatannya.
Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1 DO :
Anak T usianya 26 tahun, berat badan 55 Kg, tinggi
badan 160, masih terlihat manja, bingung ketika
mendapat masalah.
DS:
Tn.S mengatakan anak T masih manja dan belum
mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Tn.S mengatakan anak T untuk keperluan sehari-
hari masih tergantung pada Ibunya.
Kecemasan orang tua
terhadap pelepasan anak
dewasa b.d kurangnya
kemandirian anak
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kecemasan orang tua terhadap pelepasan anak dewasa awal b.d kurangnya kemandirian anak
Skoring dan Prioritas Masalah
Kecemasan orang tua terhadap pelepasan anak dewasa awal b.d kurangnya kemandirian anak
No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1.
2.
3.
4.
Sifat masalah
aktual
Kemungkinan
masalah dapat
diubah:sebagian
Potensi untuk
dicegah: cukup
Menonjolnya
masalah, tetapi
tidak harus segera
1
2
1
1
3/3x1=1
1/2x2=1
1/3x1=2
/3
1/2x1=1
/2
Masalah aktual adalah sudah terjadi untuk itu perlu
tindakan perawatan, sehingga tidak berdampak pada
masalah lain.
Masalah dapat dicegah untuk lebih parah, dan
membutuhkan peran serta keluarga yang amat besar,
dalam merubah tingkat kecemasan ibu, ada tenaga
kesehatan yang akan membina.
Masalah belum berat, dan membutuhkan waktu agak
lama mengubah kebiasaan keluarga.
Anggapan keluarga: tingkat kecemasan adalah masalah
yang biasa dan sering terjadi pada orang tua yang akan
melepaskan anak dewasa awal
31/6
Prioritas diagnosis keperawatan
1. Kecemasan orang tua terhadap pelepasan anak dewasa awal b.d kurangnya
kemandirian anak
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi
Kecemasan
orang tua
terhadap
pelepasan anak
dewasa awal
b.d kurangnya
kemandirian
anak
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 6 minggu
pada keluarga
Tn.S, khususnya
Ny.S diharapkan
kecemasan ibu
terhadap pelepasan
anaknya berkurang
Setelah dilakukan
tindakan 2 x 30
menit dalam satu
minggu keluarga
dapat:
Keluarga
mampu mengatasi
kecemasan
Keluarga
mengetahui
pelepasan anak usia
dewasa awal
Berikan ibu
kesempatan untuk
mengamati bagaimana
anak hidup mandiri
Berikan anak
penyuluhan tentang
pentingnya kemandirian
Berikan penyuluhan
tentang tingkat
kecemasan