Upload
int3n
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
salmonella
Citation preview
Mikrobiologi
Salmonellosis
Kelompok 6
Sandra Sekarsari (1411105035)
I Gede Arie Mahendra Putra (1411105036)
Almadea Sela Gracia Ginting (1411105037)
Nidya Elvira (1411105038)
Ni Made Inten Kusuma Dewi (1411105039)
Ferdinandus Otniesl Sahilatua (1411105040)
Dewa Gede Eka Prayoga (1411105041)
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
2015
Salmonellosis (Penyakit yang Timbul Akibat Bakteri Salmonella)
1. Ciri-Ciri Morfologi, Fisiologi dan Biologis Bakteri Salmonella
Salmonella sp. merupakan bakteri famili Enterobacteriaceae adalah bakteri gram
negatif, berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel
feritrik (fimbrae). Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana
(Jawet’z,dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa,
membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi
hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8
milimeter, bulat agak cembung, jernih, licin, dan pada media BAP tidak menyebabkan
hemolisis, pada media Mac Conceykoloni Salmonella sp. tidak memfermentasi laktosa
(NLF), konsistensinya licin. (WHO, 2003)
Salmonella sp. dapat hidup dalam kondisi aerobik (membutuhkan O2) dan
anaerobik fakultatif (dapat menggunakan O¬2, tapi bisa juga tumbuh tanpa O¬2)1.
Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 – 470C, dengan suhu optimum 35 – 370C.
Beberapa sel tetap dapat hidup selama penyimpanan beku. Salmonella sp. dapat tumbuh
pada pH 4,1- 9,0 dengan pH optimum 6,5-7,52.
Dalam larutan asam asetat dengan pH 5,4 dan asam sitrat pH 4,05 bakteri
Salmonella sp. masih dapat tumbuh. Perubahan pH yang sangat ekstrim menyebabkan
bakteri akan mati. Kondisi pH optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan dengan
menggunakan asam laktat dan asam asetat.
Salmonella sp. dapat diisolasi dari beberapa sumber termasuk limbah peternakan,
limbah manusia dan air. Bakteri ini dapat bertahan pada bagian permukaan kotoran dan
feses kering yang tidak terkena sinar matahari. Salmonella sp. akan mati karena sinar
matahari atau pada pemanasan dengan suhu 600C selama 15 – 20 menit, juga dapat
dibunuh dengan cara pasteurisasi, pendidihan dan klorinasi serta pada keadaan kering.
Disamping itu dapat hidup subur pada medium yang mengandung garam metil, tahan
terhadap zat warna hijau brilian dan senyawa natrium tetrationat dan natrium
deoksikolat1. Senyawa-senyawa ini menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
koliform sehingga senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan didalam media untuk
isolasi Salmonella dari tinja (Gupte, 1990).
Pada sampel feses. Klasifikasi bakteri Salmonella Salmonella sp. sangat
kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksi biokimia, serotipe yang
diidentifikasi menurut struktur antigen O, H, dan Vi yang spesifik (Jawet’z, dkk, 2005 ;
Bennasar, A.,et al , 2000). Menurut reaksi biokimianya, Salmonella sp.dapat
diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis, disebut
bagan kauffman-white (Irianto, 2006). Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi
empat serotipe yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S. Paratyphi B (Serotipe group
B), S. Paratyphi C (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawet’z, 2005).
Gambar 1. Salmonella sp. Gambar 2. Koloni Salmonella sp.
Identifikasi Bakteri Salmonella
Kingdom : Bakteria
Philum : Proteobakteria
Class : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : S. typhi, S. enteritidis, S.cholerasuis
Struktur dan tipe antigen Salmonella
Salmonella menpunyai tiga jenis antigen utama, yaitu sebagai berikut :
1. Antigen somatik atau antigen O
Antigen ini adalah bagian dinding sel bakteri yang tahan terhadap pemanasan
100 0 C, alkohol dan asam. Struktur antigen somatik mengandung lipopolisakarida.
Beberapa diantaranya mengandung jenis gula yang spesifik. Antibodi yang
terbentuk terhadap antigen O adalah IgM.
2. Antigen Flagel atau antigen H
Ditemukan dalam 2 fase, yaitu fase 1 spesifik dan fase 2 tidak spesifik.
Antigen H dapat dirusak oleh asam, alkohol, dan pemanasan diatas 60 0 C. Antibodi
terhadap antigen H adalah IgG.
3. Antigen Vi atau antigen kapsul
Antigen ini merupakan polimer polisakarida bersifat asam yang terdapat pada
bagian yang paling luar badan bakteri. Antigen Vi dapat dirusak oleh asam, fenol,
dan pemanasan 600 C selama 1 jam.
2. Jenis Toksin yang Dihasilkan
a. Endotoksin
Kemampuan Salmonella yang hidup intra seluler diduga karena memiliki
antigen permukaan (antigen Vi). Simpai sel Salmonella mengandung kompleks
lipopolisakarida (LPS) yang berfungsi sebagai endotoksin dan merupakan faktor
virulensi. Endotoksin dapat merangsang pelepasan zat pirogen dari sel-sel
makrofag dan sel-sel polimorfonunuklear (PMN) sehingga mengakibatkan demam.
Selain itu, endotoksin dapat merangsang aktifasi sistem komplemen, pelepasan
kinin, dan mempengaruhi limfosit. Sirkulasi endotoksin dalam peredaran darah
dapat menyebabkan kejang akibat infeksi.
b. Enterotoksin dan sitotoksin
Toksin lain yang dihasilkan oleh Salmonella adalah enterotoksin dan
sitotoksin. Kedua toksin ini diduga juga dapat meningkatkan daya invasi dan
merupakan faktor virulensi Salmonella.
3. Mekanisme Kerja Toksin
Pola penyebaran bakteri Salmonella melalui saluran cerna (mulut, esofagus,
lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). S typhi,paratyphi A, B, dan C masuk ke
tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar. Saat bakteri
Salmonella masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian bakteri Salmonella mati
oleh asam lambung dan sebagian bakteri Salmonella masuk ke usus halus. Dari usus
halus bakteri Salmonella beraksi sehingga bisa ”menjebol” usus halus dengan cara
mengeluarkan toksin yang bernama enterotoksin (merusak dinding-dinding usus halus).
Setelah berhasil melampaui usus halus, bakteri Salmonella masuk ke kelenjar getah
bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu,
dan lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bias mengandung bakteri Salmonella S.
typhi, S. paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan
atau minuman yang tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier bakteri Salmonella
Salmonella dapat ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun.
Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C mulai
melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan
pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut
kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri juga akan
menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini
kemudian berkembangbiak. Perkembangbiakan bakteri ini mengivasi sel inangnya dan
membentuk toksin sehingga sel inang menjadi lisis dan bakteri Salmonella dapat
menyebar namun sulit dideteksi oleh antibodi karena terlihat mirip dengan sel inangnya.
Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah
yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini bertanggung jawab
sebagai penyebab terjadinya demam dan penyakit klinis.
Secara rinci, Salmonella masuk ke tubuh manusia melalui media perantara
seperti bahan pangan maupun air yang telah terkontaminasi, hingga sampai ke individu.
Pada tubuh manusia, sel Salmonella akan menempel melalui mucosa (mucus) pada
flagella yang dimilikinya ke sel epitel pada usus. Hal ini akan menyebabkan membrane
sel mengkerut. Selanjutnya, sel bakteri ini akan melepaskan protein effektor melalui
system sekresi Tipe III. Dan terjadilah proses endositosis. Endositosis adalah proses
masuknya cairan atau mikro molekul ke dalam sel. Sistem sekresi Tipe III atau Type III
Scretion System (TTSS) merupakan jalur utama dari Salmonella untuk mengantarkan
factor virulensi ke sel host (inang). Sistem ini terbentuk atas 20 protein, yang berkumpul
dalam tahap urutan yang benar. PrgI adalah struktur yang berbentuk seperti jarum yang
diperpanjang atau diperluas oleh basa protein sehingga membentuk jalan atau jalur
(channel) menuju sel inang (host).Maka, bakteri ini dapat melakukan penetrasi ke dalam
sel tubuh manusia. Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid
intestinal dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan
nekrosis intestinal ataupun sel hati
4. Gejala Intoksikasi Salmonellosis
1. Panas badan semakin hari bertambah tinggi, terutama pada sore dan malam hari.
2. Terjadi selama 7-10 hari, kemudian panasnya menjadi konstan dan kontinyu.
3. Berak-berak (diarrhea), sakit kepala, muntah-muntah, pusing bagian bawah, demam
dan kadang-kadang didahului sakit kepala dan menggigil.
4. Hilangnya nafsu makan.
5. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14 hari.
Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan
peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal.
Pada minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul
penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada
minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi.
Pada minggu ke empat terjadi perbaikan klinis.
Tingkat kematian kurang dari 1%, tetapi jumlah ini meningkat pada anak-anak,
orang tua atau orang yang lemah. Tempat terdapatnya jenis mikroorganisme ini
adalah pada alat-alat pencernaan hewan dan burung.
Gambar :Salmonella nontipoid Gambar :Salmonella thypi
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika
Serikatdan Salmonella typhimurium merupakan penyebab awal penyakit dengan gejala
demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah, dan kejang abdomen.Occult
blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung biasanya kurang dari 7 hari.
Terapi pada Salmonellanontipoid tanpa komplikasi dengan hidrasi adekuat.
Penggunaan antibiotik rutin tidak disarankan, karena dapat meningkatan resistensi
bakteri. Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi salmonellosis, usia ekstrem ( bayi
dan berusia > 50 tahun), immunodefisiensi, tanda atau gejala sepsis, atau infeksi fokal
(osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik adalah trimetoprim-sulfametoksazole atau
fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7
hari atau Sephalosporin generasi ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat
diberi oral.
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid.
Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium,
nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit
sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi.
Jenis Salmonella yang tidak kalah berbahaya adalah S. choleraesius. Jenis ini
dapat menyebabkan penyakit septicemia atau bakterimia. Septicemia atau bakterimia
merupakan penyakit yang disebabkan akibat masuknya bakteri ke pembuluh darah.
Orang atau pasien yang masih dalam kondisi pra- penanganan medis dan kekebalannya
masih lemah, misalnya pasien yang akan mengalami operasi adalah orang yang rentan
terkena penyakit septicemia atau bakterimia ini. Orang yang sedang menderita diabetes
melitus, sakit gigi akut, penyakit jantung, gangguan hati dan yang lainnya yang
menyebabkan orang itu memiliki system imun yang rendah akan rentang terkena
penyakit ini.
5. Pencegahan Kontaminasi
Salmonella peka terhadap panas dan akan terbunuh dengan pemanasan yang merata (di
atas 70°C). Sumber utama infeksi bakteri ini adalah makanan mentah, makanan yang
kurang matang dan kontaminasi silang, yaitu apabila makanan yang sudah dimasak
bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas
pemotong). Karena itu, pemasakan dengan benar dan penanganan makanan secara
higienis dapat mencegah infeksi Salmonella.
Untuk menghindari masuknya bakteri salmonella, banyak cara yang digunakan. Salah
satu adalah
1. Selalu Digunakan Alat – Alat Yang Bersih (steril).
2. Cuci Alat Sebelum Dan Sesudah digunakan.
Suhu tempat penyimpanan dan pemasakan juga berpengaruh pada pertumbuhan bakteri.
Bakteri Salmonella sp peka terhadap panas dan akan terbunuh dengan pemanasan yang
merata (di atas 70 °C)
Sejumlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri seperi kelompok
Salmonella dapat ditularkan dari individu ke individu lainnya melalui makanan.Oleh
karena itu penanganan bahan pangan perlu dilakukan sebaik mungkin terutama dalam
hal sanitasi dari semua pihak yang terlibat dalam bahan pangan. Penanganan bahan
pangan yang baik dapat mencegah infeksi bakteri, antara lain:
1. Jangan mencicipi makanan menggunakan jari tangan, gunakan sendok dan usai
mencicipi sendok tersebut langsung dicuci dengan air hangat
2. Bahan pangan yang tidak dikemas, jangan langsung diletakkan pada rak refrigerator
(kulkas)
3. Simpan bahan pangan mentah di bagian bawah rak kulkas, dan sebaiknya dipisahkan
dari bahan pangan yang sudah masak atau matang
4. Gunakan penyimpanan, preparasi dan area peletakkan yang masing-masing terpisah
antara bahan pangan mentah dengan bahan pangan yang sudah dimasak. Miliki
peralatan masak yang berbeda seperti papan pemotongan (talenan) untuk bahan
pangan mentah dan yang sudah dimasak.
5. Bahan-bahan yang didinginkan (dalam refrigerator) harus disebar dan mendapatkan
sirkulasi udara yang cukup dan pendinginan yang cepat walaupun dalam periode
puncak
6. Lakukan thawing pada bahan pangan beku pada refrigerator atau di bawah air dingin
yang mengalir
7. Jaga suhu makanan yang hangat agar di atas 600 C dan makanan dingin di bawah 50C.
8. Makanan yang baru selesai dimasak dan masih panas, harus segera didinginkan
sejenak terlebih dahulu.Untuk mencegah spora pada bakteri menjadi aktif, sebab
spora suka hidup pada suhu yang ekstrem.
9. Jangan gunakan peralatan yang sama untuk bahan pangan mentah dan yang sudah
dimasak atau unggas
10. Cuci sebaik-baiknya peralatan makan dan masak dengan air yang sangat panas dan
deterjen
11. Besihkan dapur hingga sedetail-sedetailnya
12. Hindari penggunaan talenan berbahan kayu
13. Pelihara standar higienis yang tinggi pada tiap individu. Hindari kontak dengan
bahan pangan menggunakan jari tangan, namun gunakan sarung tangan atau
penjepit makanan (tongs)
6. Produk Makanan dan Minuman yang dapat Tercemar bakteri Salmonella
Infeksi salmonella sering terjadi pada musim panas karena bakteri ini berkembang biak
pada suhu hangat. Sumber utama penyebab infeksi salmonella adalah bahan makanan
yang tidak dipanaskan secara baik seperti ayam, telur, daging atau susu. Faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya Salmonellosis adalah:
Penggunaan bahan makanan mentah yang sudah terkontaminasi atau mengandung
salmonella.
Kontaminasi silang misalnya penggunaan pisau untuk ayam mentah tanpa dicuci
dahulu sama dengan untuk memotong ayam matang.
Penyimpanan makanan pada temperatur yang tidak cocok.
Pada ayam, dapat menginfeksi telur sebelum terbentuk kulit. Jadi meskipun kulit
telur ayam dibersihkan hingga bersih, telur segar mungkin menjadi tempat berlabuhnya
Salmonella. Gejala terkena bakteri ini adalah kram perut, demam, dan diare 12 hingga 72
jam setelah paparan. Penyakit ini biasanya berlangsung 4 hingga 7 hari. Untuk
mengatasinya, jangan makan telur mentah atau yang dimasak sebentar. Masaklah daging
unggas hingga 74oC. Jauhkan daging unggas mentah terpisah dari makanan lain. Cucilah
tangan, talenan, peralatan, dan apapun yang bersentuhan langsung dengan daging
unggas. Bukan hanya daging unggas penyebab infeksi Salmonella.
Bakteri ini ternyata juga terlacak pada sayuran seperti tomat, cabai, selada, dan
pepaya. Kecambah juga mungkin menjadi tempat hidup Salmonella karena hangat,
kondisi lembab, dan sering dimakan mentah atau dimasak sebentar. Infeksi berat bahkan
fatal terjadi pada orang dengan risiko tinggi, termasuk bayi, dan orang tua yang
kekebalan tubuhnya lemah. Untuk itu, cucilah sayuran dan keringkan, simpanlah dalam
lemari es pada suhu di bawah 4oC.
Salmonella juga terdapat pada makanan olahan seperti keripik, kerupuk, sup, selai
kacang, bahkan makanan beku. Pada tahun 2009, Salmonella dikaitkan dengan selai
kacang dan makanan kemasan yang terbuat dari kacang, termasuk granola bar dan
biskuit. Dalam kasus seperti ini, bakteri salmonella pada pabrik pengolahan dapat
mencemari banyak produk. Oleh karena itu, jangan pernah menggunakan produk
makanan yang telah ditarik. Segera kembalikan ke toko semula atau sebaiknya dibuang
saja, jangan dikonsumsi. Pemanasan makanan hingga 74oC dapat membunuh bakteri
salmonella.
Daging mentah juga berisiko terkontaminasi salmonella. Kita biasanya tidak bisa
mengatakan makanan terkontaminasi karena terlihat dan baunya normal. Masaklah
daging sapi, setidaknya 63oC dan daging unggas setidaknya 74oC. Hindari kontaminasi
silang dengan mencuci tangan dan semua permukaan dengan air sabun hangat setelah
kontak dengan daging mentah.
Keracunan salmonella yang sering terjadi adalah dari makanan yang mengandung
telur mentah (tidak diolah), seperti mayonaise, es krim dan pudding. Bila makanan yang
mengandung telur mentah tidak disimpan secara baik (tidak didinginkan, sudah disimpan
terlalu lama atau tidak dipanaskan sama sekali) besar kemungkinan salmonella akan
berkembang biak dengan pesat. Mayonaise biasanya sudah bersifat asam (pH dibawah 4,
salmonella hidup pada pH 4-9). Pada Mayonaise ditambahkan asam asetat sebagai cuka.
asam asetat pada mayonaise akan membunuh salmonella. Setiap telur segar belum tentu
mengandung salmonella. Tetapi bila telur segar atau makanan yang mengandung telur
mentah dibiarkan pada suhu ruang dalam beberapa hari, barulah bakteri ini dapat
berkembang dan membahayakan tubuh manusia.
Sumber kontaminan bisa juga berasal dari lingkungan, udara, tanah, air, peralatan,
pekerja, serangga, lalat, tikus, kecoa. Udara sekitar ruang pengolahan sering
terkontaminasi mikroba yang berasal dari debu dan bisa juga dari udara yang dikeluarkan
oleh penderita penyakit saluran pernapasan. Peralatan pengolahan yang tidak dicuci
bersih seperti pisau, talenan dan peralatan lain yang berhubungan langsung dengan bahan
pangan dapat menjadi sumber kontaminan (Buckle, dkk., 1985).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Makanan dan Salmonella sp
http://www.acehclick.com/2012/05/31/makanan-dan-salmonella-sp/. Diakses tanggal
10 November 2015
Anonim. 2014. Salmonellosis. NSW Government Health (dalam Bahasa Indonesia): Australia
Al furqan, M. Juni Mirzal. 2013. Cegah Salmonella, Waspadai Makanan Ini. http://intisari-
online.com/read/cegah-salmonella-waspadai-makanan-ini. diakses tanggal 10
November 2015
Marelita, Wike. -. Salmonella.
https://www.academia.edu/9743865/MAKALAH_SALMONELLA . Diakses tanggal
13 November 2015
Poeloengan, Masniari. Iyep Komala Dan Susan M. Noor -. Bahaya Salmonella Terhadap
Kesehatan. Balai Penelitian Veteriner: Bogor