Upload
muhammad-asyari
View
16
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
prak.A
Citation preview
Latihan
1. Melengkapi lampiran
Lampiran 2a
KAP Adi Susilo dan Rekan
ANALISIS KEWAJIBAN HUKUM POTENSIAL
Klien Potensial : PT. Maju Makmur
Tipe Perikatan : Audit atas Laporan Keuangan
Formulir Diisi Oleh : Arief Effendi Tanggal: 29/9/2015
1. Apakah klien potensial merupakan perusahaan pribadi atau perusahaan publik?
Perusahaan pribadi
2. Evaluasi kewajiban potensial pada klien sebagai konsekuensi yang timbul jika
perikatan diterima oleh KAP AS&R.
Klien wajib untuk menaati segala peraturan dan syarat-syarat perikatan audit, serta
membuat surat konfirmasi tentang representasi perusahaan dengan membuat surat
penerimaan perikatan audit.
3. Buatlah daftar pihak ketiga yang saat ini memiliki hubungan finansial dengan klien
potensial yang laporan keuangannya diharapkan dapat dilihat. Pihak tersebut disebut
primary and foreseen beneficiaries.
Pihak ketiga yang memiliki hubungan finansial:
a. Perusahaan Samsang, produsen alat elektronik yang produknya menjadi barang
dagang utama PT. Maju Makmur
b. Bank Mandiri
c. Bank BNI
4. Diskusikan kemungkinan bahwa pihak ketiga lain terlibat dalam suatu posisi dimana
mereka dapat mengakses laporan keuangan klien potensial. Pihak tersebut disebut
foreseeable beneficiaries.
Pihak ketiga lain terlibat dalam suatu posisi dimana mereka dapat mengakses laporan
keuangan adalah tujuh pemegang saham PT. Maju Makmur dengan persentase
kepemilikan saham 6% sampai dengan 22%.
5. Evaluasi kewajiban hukum yang dapat timbul berkaitan dengan pihak ketiga baik
yang saat ini maupun yang potensial, ketika KAP AS&R menerima perikatan audit.
Pihak ketiga harus menunjukkan dokumen dan bukti kepemilikan saham, bukti
transaksi utang piutang PT. Maju Makmur dengan pihak ketiga.
Lampiran 2b
KAP Adi Susilo dan Rekan
INFORMASI DARI AUDITOR PENDAHULU
Klien Potensial : PT. Maju Makmur
Formulir Diisi Oleh : Arief Effendi
Auditor Pendahulu : KAP Umar dan Rekan
Tanggal Wawancara : 15 Juni 2010
1. Diskusikan evaluasi auditor pendahulu mengenai integritas manajemen klien
potensial.
KAP Umar dan Rekan memberi informasi bahwa PT. Maju Makmur memiliki
integritas yang tinggi, namun masih keberatan dengan fee audit yang dianggap terlalu
tinggi
2. Apakah auditor pendahulu mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan manajemen
perusahaan mengenai prinsip akuntansi, prosedur audit, atau masalah signifikan yang
serupa? Jika iya, deskripsikan dengan lengkap mengenai ketidaksetujuan tersebut!
a. PT. Maju Makmur menggunakan prinsip biaya historis dalam menghitung nilai
aset tetapnya, sedangkan menurut KAP Umar dan Rekan prinsip tersebut tidak
sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia, sehingga akan menyebabkan
salah saji material dalam laporan keuangan PT. Maju Makmur.
b. PT. Maju Makmur tidak menghendaki adanya revaluasi aset toko keenamnya
yang berada di Sidoarjo karena dianggap tidak ada kerusakan yang nampak,
padahal revaluasi perlu dilakukan dan jika tidak, akan menyebabkan salah saji
material.
3. Bagaimanakah pemahaman auditor pendahulu mengenai alasan penggantian auditor?
KAP Umar dan Rekan beranggapan bahwa penggantian auditor disebabkan oleh
ketidakpuasan PT. Maju Makmur atas hasil opini audit yang diberikan KAP Umar dan
Rekan (karena opini yang diberikan bukan wajar tanpa pengecualian), sehingga akan
mempersulit perusahaan untuk menjadi perusahaan publik.
4. Apakah auditor pendahulu memberikan indikasi permasalahan audit tertentu yang
signifikan terkai tdengan klien potensial tersebut?
Ya, permasalahannya adalah fee audit yang dianggap terlalu besar oleh PT. Maju
Makmur.
5. Apakah ada indikasi permasalahan dengan auditor pendahulu dalam pemberian izin
melakukan proses review dokumentasi audit potensial klien tahun sebelumnya? Jika
“iya”, jelaskan.
Ya, KAP Adi Susilo dan Rekan harus memberikan perrhatian lebih atas hal-hal yang
menjadi penyebab KAP Umar dan Rekan memberikan opini wajar dengan
pengecualian.
6. Apakah auditor pendahulu memberikan keterbatasan respon dalam hal apapun itu?
Tidak, KAP Umar dan Rekan tidak memberikan keterbatasan dan bersedia merespon
pertanyaan dalam diskusi dan akan memberikan dokumentasi yang diperlukan atas
pengujian yang telah dilakukan.
2. Daftar dokumentasi audit KAP Umar dan Rekan atas laporan keuangan PT.
Maju Makmur yang perlu dievaluasi KAP Adi Susilo dan Rekan!
Dokumen-dokumen yang harus dievaluasi mencakup data permanen dan data tahun
berjalan. Selain itu perlu juga dievaluasi kembali hal-hal sebagai berikut:
a. Sistem pengendalian intern, untuk mengetahui seberapa kuat pengendalian intern
sehingga dapat menentukan tingkat kepercayaan dan keandalan data akuntansi.
b. Perhitungan kembali, untuk memeriksa kembali ketelitian penghitungan
matematis yang dilakukan perusahaan.
c. Konfirmasi, untuk memastikan keadaan suatu transaksi dengan pihak yang
bertransaksi dengan perusahaan.
d. Bukti fisik, untuk mengetahui keadaan sebenarnya suatu aktiva yang dimiliki
perusahaan.
e. Analisis dan perbandingan, untuk mengetahui kondisi perusahaan mengenai
akun-akun yang diperbandingkan.
Dokumentasi audit dilakukan untuk membuktikan bahwa prosedur serta pelaksanaan
audit yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur dan standar audit yang berlaku.
Evaluasi bukti audit juga dilakukan dengan hati-hati karena perusahaan diduga
mengganti auditor karena ketidakpuasannya terhadap auditor lama.
3. Asumsikan KAP AS&R melakukan audit atas laporan keuangan PT Maju Makmur tahun 2010 dan berhasil mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten (sesuai dengan SA seksi 150) serta memberikan opini wajar tanpa pengecualian tanpa ada paragraf tambahan mengenai penurunan nilai aset tetap (bangunan toko keenam milik PT Maju Makmur yang ada di Sidoarjo).
Asumsikan PT Maju Makmur di kemudian hari memilih mengeluarkan laporan komparatif tahun 2009 dan 2010. Tuliskan laporan audit tunggal yang dapat memberi informasi pada para pembaca laporan keuangan mengenai kedua opini yang berbeda dan penjelasan yang disusun oleh auditor pendahulu!
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
ADI SUSILO DAN REKAN
LAPORAN AUDIT INDEPENDENNomor: 00x/KAMD-GA/xx/xx
Kepada Yth:
Sdr. Direktur Utama PT Maju Makmur
Surabaya
Kami telah mengaudit neraca PT. Maju Makmur per tanggal 31 Desember 2010 serta laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit yang kami lakukan.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar tanpa pengecualian, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. Maju Makmur per tanggal 31 Desember 2010, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika adanya perbedaan pernyataan pendapat dengan tahun 2009 yang telah diaudit oleh KAP Umar & Rekan dengan pendapat wajar dengan pengecualian,yang laporannya telah diserahkan kepada kami, dan pendapat kami sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk PT. Maju Makmur , semata-mata hanya didasarkan atas laporan audit kantor akuntan publik tersebut.
Jakarta, xx Maret 2010
Pimpinan,
Adi Susilo, SE, MBA, id.CPA, Ak.
4. Berdasarkan kasus 1, PT Maju Makmur tengah mempertimbangkan untuk menjual sahamnya kepada publik dalam rangka mendanai ekspansi usaha dan pertumbuhan yang diharapkan. KAP AS&R saat ini tidak memiliki klien audit yang merupakan perusahaan terbuka. Menurut anda, bagaimana dampak yang timbul dari ketentuan yang ada dalam Sarbanes-Oxley Act pada keputusan KAP AS&R dalam menerima PT Maju Makmur menjadi klien auditnya? Syarat tambahan apa yang harus dipenuhi oleh KAP AS&R untuk bisa terdaftar di Bapepam-LK? Menurut pendapat anda, apakah KAP AS&R mampu memenuhi persyaratan tersebut?
Berdasarkan SOA title 2 seksi 209, dampak yang timbul pada keputusan KAP AS&R dalam menerima PT Maju Makmur menjadi klien auditnya, adalah ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai standar independensi dengan mempertimbangkan ukuran dan sifat bisnis KAP serta ukuran dan sifat bisnis dari klien KAP. Sedangkan, KAP AS&R baru pertama kali mengaudit perusahaan terbuka. Maka, KAP AS&R pun harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di OJK sebagai KAP yang bisa melayani perusahaan terbuka.
Adapun syarat dari OJK mengenai KAP yang bisa melayani perusahaan terbuka;
a. Wajib memiliki keahlian dalam bidang pasar modal, dengan mengikuti pendidikan profesi yang diselenggarakan FAPM IAPI minimal 30 satuan kredit profesi
b. Menjadi anggota IAPIc. Terhindar dari benturan kepentingan dan menjaga independensi
Sehingga, menurut saya, KAP AS&R dirasa belum mampu memenuhi persyaratan dari OJK. Hal ini dengan alasan bahwa KAP AS&R belum pernah mengaudit perusahaan terbuka. Selain itu, KAP AS&R juga belum memiliki partner yang mengaudit klien yang bergerak dalam bidang pasar modal.
SUMBER http://riosidauruk.blogspot.co.id/2013/03/dari-bapepam-ke-ojk.html
5. Sarbanes-Oxley Act mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi apapun dan semua pada entitas tujuan khusus dan efeknya saat ini atau masa depan kondisi keuangan perusahaan.
Dalam SOA Title 3 seksi 301 dijelaskan bahwa salah seorang komite audit harusalah yang menguasai bidang keuangan.
Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
Menurut SOA title 4 section 404, perusahaan publik wajib mengevaluasi laporan pengendalian internal.
Tanggung jawab manajemen untuk mempertahankan struktur pengendalian internal yang memadai dan prosedur pelaporan keuangan dan berisi tahun fiskal penerbitan, efektivitas struktur pengendalian internal dan prosedur keuangan e miten.
Masalah yang harus diwaspadai perusahaan dalam mengambil keputusan menjadi perusahaan publik
Berbagi KepemilikanMaksudnya adalah perusahaan akan menjadi perusahaan terbuka dan otomatis saham yang akan dilepas ke pasar modal menyebabkan perusahaan menjadi perusahaan yang kepemilikannya menjadi milik bersama
Laporan keuangan yang bermanfaatLaporan harus bisa dipertanggungjawabkan dan harus bisa memberi kejelasan kepada seluruh stakeholder dan stockholder
GCGBagaimana perusahaan mengatur seluruh operasional perusahaan agar bermanfaat bagi seluruh karyawan dan juga lingkungan kerja.
Riset Kelompok
1. Tujuan dari peer review, pentingnya peer review, dan tipe pengujian yang dilakukan.
Peer review dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian dan review yang
dilaksanakan oleh rekan sejawat yang setara guna mendapatkan keyakinan yang memadai
bahwa organisasi audit yang di review telah patuh terhadap sistem pengendalian mutu dan
pelaksanaan kegiatan audit telah sesuai dengan standar audit yang berlaku. Menurut
Rikawati (2012) peer review dilakukan untuk menilai seberapa luas kantor akuntan publik
telah mengembangkan kebijakan prosedur dan pengendalian mutu yang sesuai dengan
standar auditing yang berlaku.
Dikutip dari Rikawati (2012), Zandjani (2002) dalam Agoes (2004) menyebutkan bahwa
pengujian peer review meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Review mutu atas Kantor Akuntan Publik, bertujuan untuk mengevaluasi:
1) Keadaan kantor dan dampak terhadap kinerja anggota
2) Sistem administrasi, pemeliharaan arsip, sumber daya manusia seperti rekruitmen,
dan struktur organisasi.
3) Evaluasi atas pedoman pengendalian mutu dan daya terapannya.
4) Penelaahan dan evaluasi atas ketaatan pada kewajiban kantor, antara lain:
peraturan keprofesian.
b. Pelaksanaan jasa yang telah diatur dalam standar profesional akuntan publik,
bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan apakah praktik kantor akuntan publik
(anggota) telah memenuhi tujuan standar pengendalian mutu.
Pelaksanaan:
1) Cakupan review mutu ketaatan antara praktik dan standar pengendalian mutu.
2) Bagaimana ketaatan Kantor Akuntan Publik (KAP) atas standar pengendalian
mutu 100, melalui kuesioner dari Badan Quality Review (BQR) dan bagaimana
untuk KAP kecil.
3) Uji kepatuhan dapat diperluas bila diperlukan dan KAP diberikan kesempatan
untuk menyampaikan tanggapan sebelum closing conference.
4) Program harus disetujui sebelumnya oleh BQR, pengujian kepatuhan, penghentian
dan lingkup review.
5) Pemilikan KAP dan kantor yang di-review.
6) Pemilihan perikatan dan evaluasi kinerja anggota.
c. Pelaksanaan jasa yang tidak diatur dalam standar profesional akuntan publik, tujuan
review untuk mendapatkan/mengungkapkan keyakinan terbatas, bahwa pelaksanaan
pemberian jasa yang tidak diatur dalam standar profesi akuntan publik, tidak
menyimpang dari norma-norma profesi yang bersangkutan, maupun norma umum.
Pelaksanaan Review:
1) Pemilihan Perikatan
Berdasarkan jawaban atas kuesioner, jenis perikatan yang tidak diatur dalam
standar profesi akuntan publik ditentukan sampel yang akan dipilih dengan
mengutamakan yang berkaitan dengan kepentingan publik.
2) dalam pelaksanaan review, dibatasi pada:
a. Penelaahan atas kompetensi pelaksana.
b. Jenis pemekerjaan tenaga ahli.
c. Penelaahan kertas kerja secara tidak mendalam kecuali jika terdapat indikasi
penyimpangan norma yang ada.
Agoes (2004) dalam Rikawati (2012) mengemukakan bahwa peer review sangat bermanfaat
bagi profesi akuntan dan KAP. Dengan membantu KAP memenuhi standar pengendalian
mutu, profesi akuntan publik memperoleh keuntungan dari peningkatan kinerja dan mutu
auditnya.
Disebutkan pula dalam Rikawati (2012) pendapat dari Elder dan Beasley (2008) bahwa peer
review menguntungkan KAP karena membantu mengetahui standar pengendalian mutu yang
selanjutnya, menguntungkan profesi melalui peningkatan kinerja para praktisi dan
peningkatan mutu audit. KAP yang menjalani peer review dapat memperoleh manfaat lebih
jauh jika review itu meningkatkan praktik KAP, sehingga memperbaiki reputasi dan
efektivitasnya, sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya tuntutan hukum.
2. KAP Umar dan Rekan harus mengambil keputusan mengenai tingkat materialitas suatu masalah. Tulislah sebuah uraian dalam bentuk laporan riset yang mendeskripsikan metode yang digunakan oleh auditor dalam melakukan penilaian tentang materialitas tersebut!
Menurut FASB 2, materialitas adalah besarnyasuatu penghapusan dan salah saji informasi yang dengan memperhitungan suatu situasi yang menyebabkan seseorang yang mengandalkan informasi tersebut akan mungkin berubah atau terpengaruh dengan adanya penghapusan atau salah saji tersebut (Arens et al., 2008).
Sedangkan menurut PSAP konsep materialitas mengakui beberapa hal, baik secara individual ataupun secara keseluruhan adalah penting bagi kewajaran penyajian akuntansi yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Frase dalam laporan audit “menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia” menunjukkan bahwa keyakinan auditor akan laporan keuangan secara keseluruhan tidak mengandung salah saji material (IAPI, 2011)
Auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah laporan keuangan perusahaan yang diauditnya, terdapat kesalahan saji secara material atau tidak. Melakukan audit terhadap laporan keuangan, jika auditor menemukan salah saji yang material, maka auditor tersebut harus menyampaikan temuannya kepada kliennya agar bisa dilakukan tindak lanjut seperti koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada seberapa signifikan salah saji tersebut.
Dalam menentukan materialitas, auditor dapat mempertimbangkannya melalui; keadaan yang berhubungan dengan satuan usaha, dan informasi yang diperlukan oleh mereka yang mengandalkan laporan keuangan yang telah diaudit. Hal ini dikarenakan, jumlah material
bagi satu perusahaan, bisa saja tidak material bagi perusahaan lainnya, yang berbeda ukuran maupun sifatnya. Tingkat materialitas pun dapat berubah dari periode ke periode berikutnya.
Auditor jelas sangat berkepentingan terhadap persoalan materialitas. Menurut SA seksi 312, “Risiko dan Materialitas Audit Dalam Pelaksanaan Audit”. Sehingga, mengharuskan auditor menentukan materialitas dalam 2 jenis aktivitas proses audit, yakni;
a. Perencanaan audit dan perancangan prosedur audit
Dalam perencanaan audit, auditor melakukan pertimbangan awal terhadap materialitas, dalam 2 tingkatan, yaitu;
Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan
Pada umumnya, ada 2 cara yang digunakan auditor dalam menerapkan materialitas, yakni;
1. Penggunaan materialitas dalam perencanaan audit
2. Penggunaan materialitas dalam evaluasi bukti audit pada pelaksanaan audit
Pertimbangan yang digunakan menyangkut pertimbangan kuantitatif dan pertimbangan kualitatif. Namun, untuk pertimbangan kuantitatif, sampai saat ini belum ada pedoman resmi terkait pengukuran materialitas secara kuantitatif. Sedangkan untuk pertimbangan kualitatif, berkaitan dengan penyebab dari salah saji. Ketika terdapat salah saji, bila secara kuantitatif mungkin tidak dianggap tidak material, tapi bila secara kualitatif bisa saja dianggap material. Misalnya, salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan atau tindakan melanggar hukum oleh klien, maka penemuan ini bisa menyebabkan auditor menyimpulkan bahwa ada resiko yang signifikan atas salah saji tambahan yang serupa.
Materialitas pada saldo akun
Materialitas pada saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun, dan dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukkan dengan istilah saldo akun material.
b. Evaluasi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
Pertimbangan materialitas pada saat perencanaan audit mungkin berbeda dengan pertimbangan materialitas pada saat evaluasi laporan keuangan karena alasan;
Keadaan yang melingkupi berubah Adanya informasi tambahan selama proses audit Keduanya
Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menerapkan materialitas adalah sebagai berikut;
a. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
Pertimbangan pendahuluan adalah jumlah maksimum atas salah saji yang diyakini oleh auditor tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai. Pertimbangan pendahuluan merupakan salah satu keputusan yang paling penting bagi auditor karena untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bukti yang tepat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan adalah;
Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif Adanya sejumlah dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas Adanya faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
b. Mengalokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen
Alokasi pertimbangan pendahuluan ini penting karena auditor mengumpulkan bukti per-segmen, bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena jika auditor memiliki pertimbangan pendahuluan materialitas untuk per-segmen, maka akan membantu auditor sendiri untuk memutuskan dan mengumpulkan bukti audit yang tepat.
Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan materialitas ke saldo akun, maka materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu, dalam SAS 107 disebut sebagai salah saji yang dapat ditoleransi. Tujuan pengalokasian ini adalah untuk membantu auditor memutuskan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan bagi setiap akun dalam neraca maupun laba rugi. Salah satu sasaran pengalokasian ini adalah meminimalkan biaya audit tanpa mengorbankan mutu audit.
c. Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu;
Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
Salah saji yang mungkin (likely misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun. Jenis kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Berbagai salah saji ini dipergunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang terkandung dalam persediaan. Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji audit yang sebenarnya,
Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah dengan membuat suatu proyeksi langsung dari sampel yang ada pada populasi, serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling error.
Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan sampling error yang akan membuat nilai salah saji maksimum ini akan masuk dalam pertimbangan auditor.
Metode yang digunakan dalam penilaian materialitas
Meskipun penilaian materialitas, aslinya, memang berdasarkan uji kuantitatif (dengan persentase), keadaan yang melingkupi suatu transaksi atau item dalam laporan keuangan bisa mempengaruhi penentuan apakah transaksi/item tersebut dinilai material atau tidak material. Misalnya; Suatu transaksi, jika dicatat, dapat mengubah kondisi “laba” menjadi “rugi” atau mengubah rasio terhadap utang dari tidak-patuh mejadi patuh (atau sebaliknya), dianggap material, meskipun secara kuantitatif tergolong tidak material.
Faktor berikutnya yang mempengaruhi material/tidak material adalah “aktivitas rutin atau khusus”. Suatu transaksi mungkin dianggap tidak material ketika itu menyangkut operasional rutin sehari-hari, tetapi manjadi material ketika jenis transaksi yang sama timbul dari aktivitas khusus untuk maksud tertentu. Misalnya; Transaksi yang mengakibatkan manajemen bisa mencapai target (atau bonus) mungkin dianggap material meskipun secara kuantitatif tidak material.
Faktor lainnya adalah “tingkat persisi estimasi” yang digunakan. Misalnya; Estimasi “utang” biasanya bisa diestimasi dengan lebih persis dibandingkan potensi rugi atas kewajiban penarikan suatu aset, sehingga suatu salah-saji yang ketika berhubungan dengan utang dianggap material mungkin tidak material ketika berkaitan dengan kewajiban penarikan aset.
Beberapa contoh transaksi dimana menggunakan faktor kuantitatif saja adalah tidak cukup, sehingga perlu disertai dengan pertimbangan faktor-faktor kualitatif, antara lain;
Membeli atau menjual aset yang harganya lebih atau kurang dari nilai buku aset. Proses litigasi terhadap keinginan manajemen perusahaan untuk mengubah harga dalam
kontrak yang telah disepakati atau kasus yang berhubungan dengan tuntutan antitrust. Negosiasi aktif mengenai penyelesaian utang-piutang
Di Indonesia, khususnya bagi perusahaan berstatus publik, pihak BAPPEPAM telah mengeluarkan peraturan khusus mengenai uji materialitas yang harus ditempuh oleh perusahaan berstatus publik (Tbk), khususnya Per IX.E.2.
Sesuai dengan peraturan tersebut, perusahaan berstatus publik di Indonesia dihimbau untuk menempuh 2 tahapan uji materialitas, sebagai berikut;
1. Uji Jenis Transaksi: Perusahaan diminta untuk memperhatikan jenis-jenis transaksi berikut ini;
Pembelian saham (termasuk dalam rangka pengambilalihan) Penjualan saham Penyertaan dalam badan usaha, proyek, dan/atau kegiatan usaha tertentu Pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar atas segmen usaha atau aset selain
saham Sewa menyewa aset Pinjam meminjam dana Menjaminkan aset Memberikan jaminan perusahaan.
2. Uji Terhadap Batasan Nilai Material: Perusahaan diminta membandingkan nilai transaksi secara keseluruhan (baik terhadap transaksi yang dilakukan hanya satu kali maupun transaksi yang dilaksanakan dalam suatu rangkaian untuk tujuan atau kegiatan tertentu) dengan ekuitas Perusahaan. Adapun, nilai ekuitas yang dipakai sebagai perbandingan adalah nilai ekuitas sebagaimana terdapat pada; Laporan keuangan tahunan yang diaudit Laporan keuangan tengah tahunan yang disertai laporan Akuntan dalam rangka
penelaahan terbatas paling kurang untuk akun ekuitas Laporan keuangan interim yang diaudit selain laporan keuangan interim tengah
tahunan, dalam hal Perusahaan mempunyai laporan keuangan interim.
Apabila setelah perbandingan tersebut dilakukan ternyata ditemukan bahwa total nilai transaksi mencapai 20% dari ekuitas perusahaan atau lebih maka transaksi perusahaan merupakan transaksi material.
3. Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis. Lebih lanjut Palmrose dalam Huanakala dan Shinneka menjelaskan bahwa litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut. Kewajiban hukum dapat terjadi ketika seorang auditor memberikan jasa professional dalam bentuk apapun. Dalam hal ini beberapa kewajiban hukum auditor antara lain:
KEWAJIBAN MENURUT COMMON LAW
Common law seringkali diartikan sebagai hokum yang tidak tertulis. Hukum ini berdasarkan atas keputusan pengadilan dan bukan atas hokum yang dibuat dan disahkan oleh pihak legistatif. Prinsip-prinsip common law ditentukan oleh kebutuhan sosial masyarakat.
A. KEWAJIBAN KEPADA KLIENJasa-jasa spesifik yang akan diberikan sebaiknya disebutkan dalam surat perikatan. Istilah hubungan pribadi dalam kontrak (privity of contract) menunjuk pada hubungan kontraktual yang ada antara dua atau lebih pihak yang terlibat dalam
kontrak. Sesuai dengan SPAP tentang standar umum. Hukum Kontrak (Contract Law)
Syarat-syaratnya adalah:a. menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit sesuai
dengan GAAS. Tidak sesaui dengan SPAP standar pelaporan.b. tidak mengirimkan laporan audit sesaui dengan batas waktu yang telah
disepakati.c. melanggar hubungan kerahasian klien. Tidak sesuai dengan kode etik
peraturan 301. Hukum Kerugian (Tort Law)
Tindakan yang merugikan: 1. kelalaian yang biasa, yaitu kelalaian untuk menerapkan tngkat kecermatan
yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama.
2. kelalaian kotor, kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang paling ringan pada suatu kondisi tertentu.
3. kecurangan, yaitu penipuan yang direncanakan. Tidak sesuai dengan SPAP standar pelaporan.
B. KEWAJIBAN KEPADA PIHAK KETIGAKewajiban auditor kepada pihak ketiga menurut common law merupakan hal yang penting dalam setiap pembahasan tentang kewajiban hukum auditor. Pihak ketiga disini dapat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui tetang pihak-pihak yang ada dalam kontrak. Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :
Doktrin ultramares, Kewajiban dapat timbul jika pihak ketiga primary beneficiary atau orang yang harus diberikan informasi audit
Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan keputusannya pada laporan keuangan .
Foreseeable user’s, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan pemakai laporan keuangan yang mepunyai hubungan kontrak . GOLONGAN YANG TELAH DIKETAHUI SEBELUMNYA
Konsep golongan yang telah diketahui sbelumnya tidak meliputi semua investor, pemegang saham, kreditor yang ada sekarang maupun yang akan datang. Putusan pengadilan tidak meminta pihak-pihak dirugikan harus diidentifikaasikan secara spesifik, namun kelompok orang-orang yang akan menjadi bagian para pihak yang harus dibatasi dan diketahui pada saat auditor memberikan informasi.
PIHAK YANG DAPAT DIKETAHUI SEBELUMNYAPerorangan atau entitas yang diketahui ataupun yang akan diketahui auditor akan mengandalkan laporan audit dalam membuat keputusan bisnis dan investasi digolongkan sebagai pihak-pihak yang dapat diketahui sebelumnya. Sehingga auditor
harus sesuai dengan SPAP standar umum dan standar pelaporan selain itu juga dengan kode etik peraturan 102, 201, 202, dan 203.
C. KEWAJIBAN MENURUT UNDANG-UNDANG SEKURITAS SECURITIES ACT TAHUN 1933
Undang-undang ini dirancang untuk mengukur penawaran sekuritas kepada public melalui pos atau melalui interstate commerce. Mengajukan Gugatan Menurut Undang-undang Tahun 1933Penggugat:
1. setiap orang yang membeli atau mengakuisisi sekuritas seperti yang diuraikan dalam laporan pendaftaran, tanpa memandang apakah ia merupakan klien auditor atau tidak.
2. harus mendasarkan gugatannya pada dugaan pemalsuan yang material atau laporan keuangan yang menyesatkan yang ada dalam laporan pendaftaran.
3. apabila pembelian sekuritas dilakukan sebelum penerbitan laporan laba-rugi yang meliputi periode setidaknya 12 bulan setelah tanggal efektif laporan pendaftaran, penggugat tidak harus membuktikan adanya ketergant ungan pada keandalan laporan yang diderita diperkirakan sebagai akibat laporan keuangan tersebut.
4. tidak harus membuktikan bahwa auditor telah melakuakn kelalaian atau kecurangan dalam emngesahkan laporan keuangan terkait.
Tergugat:1. memiliki beban untuk menegakkan kebebasan dari kelalaian dengan cara
membuktikan bahwa ia telah melakukan investigasi yang memadai dan sesuai dengan itu memiliki dasar yang memadai untuk percaya, dan memang percaya bahwa laporan keuangan yang disahkan adalah benar pada tanggal la poran tersebut serta pada saat laporan pendaftaran menjadi efektif
2. melalui pembelaan harus menunjukkan bahwa kerugian penggugat secara keseluruhan atau sebagian disebabkan oleh hal lain di luar laporan yang dianggap tidak benar atau menyesatkan tersebut. SECURITIES EXCHANGE ACT TAHUN 1934
Undang-undang tahun 1934 ini mewajibkan perusahaan-perushaan yang termasuk dalam lingkup undang-undang ini untuk (1) mengarsipkan laporan pendaftaran apabila sekuritas tersebut diperdagangkan secara terbuka kepada masyarakat melalui pasar bursa efek atau pasar di luar bursa efek dan (2) menjaga agar arsip laporan pendaftaran tersebut tetap muktahir dengan cara mengarsip laporan tahunan, laporan kuartalan, dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan SEC.
o Kewajiban dalam Pasal 18
Kewajiban dalam pasal 18 ini secara relatif memilki lingkup yang sempit karena hanya berkaitan denagn laporan yang tidak benar atau menyesatkan dalam dokumen yang diarsipkan pada SEC menurut undang-undang ini.
o Kewajiban dalam Pasal 10
Tindakan-tindakan yang tidak sah:1. menggunakan setiap alat, skema, atau tipu daya untuk menggelapkan.
2. membuat setipa laporan yang tidak benar dari fakta yang material ataumengabaikan untuk menyatakan fakta material yang diperlukan agar laporan dapat menjadi jelas sesaui dengan lingkungan yang ada sehingga tidak menyesatkan.3. terlibat dalam tindakan, praktik, atau uasah yang digunakan sebagai bentuk kecurangan atau kebohongan kepada setiap orang kaitan dengan pembelian atau penjualn sekuritas apapun.
o Kewajiban dalam Pasal 32
Pasal 32(a) menetapkan kewajiban kejahatan yang dikukan ”dengan sengaja” atau ”cerdik” membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan dalam laporan yang diarsipkan sesuai dengan Undang-undang tahun 1934. Mengajukan Gugatan Menurut Undang-undang Tahun 1934Penggugat:1. dapat terdiri dari setiap orang yang membeli atau menjual sekuritas.2. harus dapat membuktikan adanya pernyataan yang secara material tidak benar atau menyesatkan.3. harus membuktikan ketergantungan untuk mengandalkan laporan tersebut serta kerugian yang timbul karena mengandalkan laporan tersebut.Tergugat:1. telah bertindak denga jujur2. tidak mengetahui tentang pernyataan tidak benar atau menyesatkan.
PRIVATE SECURITIES LITIGATION REFORM ACT TAHUN 1995Undang-undang ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko litigasi yang ceroboh bagi auditor, perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada publik dan para pihak yang berafiliasi dengan penerbit sekuritas.
o Kewajiban Proposional
Reform Act ini memperkenalkan dan memulai suatu system kewajiban proposional dimana sesorang tergugat yang tidak “mengetahui tindak pelanggaran” atas hokum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasarkan persentase tanggung jawab.
o Menutup Kerugian Aktual
Reform Act meutup kerugian katual yang timbul menurut undang-undang sekuritas dan harga perdangan rata-rata selama periode 90 hari setelah tanggal informasi diterbitkan yang mengoreksi adanya salah saji dan pengabaian dalam laporan keuangan.
o Tanggung Jawab untuk Melaporkan Tindakan Melanggar Hukum
Reform Act ini menetapkan persyaratan pelaporan baru kepada auditor yang mendeteksi atau menyadari adanya tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh pihak yang menerbitkan sekuritas.Perubahan Lain yang Diberikan oleh Reform Act Kelonggaran lain bagi profesi akuntan:
1. mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak bagi penasehat hukum yang digunakan oleh tergugat yang secara langsung terkait dengan litigasi yang diputuskan oleh pengadilan sebagai ceroboh dan tidak benar.
2. memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah yang ada, sehingga dapat mengurangi biaya yang seringkali mendorong pihak yang tidak bersalah untuk mengajukan gugatan classaction.
3. membatasi kerugian akibat tindakan hukum.4. membatasi hak pihak ketiga untuk menggugat.5. perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat dalam
suatu classaction.D. Kewajiban KriminalPemerintah federal menuntut auditor karena mengetahui bahwa laporan audit yang
diterbitkan auditor tidak benar. Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan 1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminal .
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan.
Alasan hubungan auditor dengan kewajiban hokum semakin meningkat:Salah satu alasan yang paling mendasari adalah kurangnya independensi auditor dalam menyajikan kualitas jasa audit. Dimungkinkan auditor semakin banyak terlibat kewajiban hokum karena tidak mampu mempertahankan independensinya dalam memberikan jasa audit. Selain itu, kelalaian auditor terhadap kepatuhan standard SPAP juga berkontribusi dalam alasan ini.MEMINIMALKAN RISIKO LITIGASI:
1. menggunakan surat perikatan untuk semua jenis jasa professional. Sesuai dengan SPAP standar umum dan kode etik peraturan 102.
2. melakukan investigasi yang emnyeluruh atas klien prospektif. Sesuai dengan SPAP standar pekerjaan lapangan
3. lebih menekankan mutu jasa daripada pertumbuhan4. mematuhi sepenuhnya ketentuan professional5. mengakui keterbatasan ketentuan profesional.6. menetapkan dan menjaga standar yang tinggi atas pengendalian mutu. Sesuai
dengan SPAP standar umum.7. memperhatikan tindak pencegahan dalam perikatan tentang keterlibatan klien
dalam kesulitan keuangan.8. mewaspadai resiko audit.9. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas10. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan
pantas11. Mempertahankan independensi12. Memahami usaha klien13. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
14. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan 15. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia 16. Perlunya asuransi yang memadai; dan Mencari bantuan hukum
References
Situs Resmi BPKP http://www.bpkp.go.id/ diakses 1 Oktober 2015
Rikawati. 2012. ‘Pengaruh Peer Review dan Penerapan Standar Pengendalian Mutu
KAP terhadap Kinerja Auditor (Survei pada 11 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung)’.
Skripsi. Universitas Pasundan
http://akuntansi-teori-praktek.blogspot.co.id/2014/05/essay-materiality-and-risk.html
https://www.academia.edu/9836103/Materialitas_dan_Risiko_Auditing_1_