40
PENERAPAN KULTUR JARINGAN PADA INDUSTRI PERTANIAN DI MASA KINI Disusun oleh: Kelompok Biologi XI MIPA 9 Alvian Wijayanto XI MIPA 9/01 Audrey Fabian XI MIPA 9/02 Beatrice Angelica XI MIPA 9/04 Excella Junghans XI MIPA 9/15 Margreth Julianto XI MIPA 9/24 Michelle Angelina Ruslie XI MIPA 9/26 Nancy Theresia XI MIPA 9/28 Rafael Albertus N. Kurniawan XI MIPA 9/31 Samuel Jonathan Lauwson XI MIPA 9/33 Sekolah Menengah Atas Katolik St. Louis 1 Jalan M. Jasin Polisi Istimewa 7 Surabaya Telp 031-5676522, 5681758, 5613518 Fax (031) 5681758Email: [email protected]

Kelompok Biologi XI MIPA 9

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok Biologi XI MIPA 9

PENERAPAN KULTUR JARINGAN PADA INDUSTRI PERTANIAN DI MASA

KINI

Disusun oleh:

Kelompok Biologi XI MIPA 9

Alvian Wijayanto XI MIPA 9/01

Audrey Fabian XI MIPA 9/02

Beatrice Angelica XI MIPA 9/04

Excella Junghans XI MIPA 9/15

Margreth Julianto XI MIPA 9/24

Michelle Angelina Ruslie XI MIPA 9/26

Nancy Theresia XI MIPA 9/28

Rafael Albertus N. Kurniawan XI MIPA 9/31

Samuel Jonathan Lauwson XI MIPA 9/33

Sekolah Menengah Atas Katolik St. Louis 1

Jalan M. Jasin Polisi Istimewa 7 Surabaya

Telp 031-5676522, 5681758, 5613518 Fax (031) 5681758Email:

[email protected]

Page 2: Kelompok Biologi XI MIPA 9

i

Lembar Pengesahan Laporan Studi Ekskursi Biologi

Laporan ini disusun oleh Tim Biologi XI MIPA 9

Tahun Ajaran 2020-2021

Tanggal Pengesahan

Menyetujui,

Guru Pendamping Bidang

Biologi

Drs. Michael Aribowo, M.PSi.

Guru Pendamping Bidang Guru Pendamping Bidang

Bahasa Indonesia Bahasa Inggris

Sebastianus Noviyanto, S. Pd. Yohanes Deni Kristanto, S. Pd.

\

dwingga_PC
Stamp
dwingga_PC
Stamp
dwingga_PC
Stamp
Page 3: Kelompok Biologi XI MIPA 9

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan

penyertaanNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Kultur Jaringan

pada Industri Pertanian di Masa Kini” tepat waktu. Laporan ini disusun dengan tujuan untuk

memenuhi tugas ekskursi SMAK St. Louis 1 Surabaya tahun 2020/2021.

Laporan studi ekskursi ini disusun sebagai sarana memperluas pengetahuan mengenai

penerapan kultur jaringan di masa kini yang dihubungkan dengan ilmu biologi dan memenuhi nilai

kognitif bidang studi Biologi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Kami menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

yang terkait. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Sri Wahjoeni Hadi S. selaku kepala SMA Katolik St.Louis 1 Surabaya.

2. Bapak Fransiskus Asisi Subono, S.SI., M.Kes selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum.

3. Drs. Michael Aribowo, M.Si, selaku pembina mata pelajaran Biologi

4. Pihak Universitas Surabaya

5. Bapak Sebastianus Noviyanto, S. Pd. selaku pembina mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

6. Bapak Yohanes Deni Kristantio, S. Pd. selaku pembina mata pelajaran Bahasa Inggris

dan wali kelas XI MIPA 9.

7. Bapak dan Ibu Guru Panitia Ekskursi.

8. Orang tua.

9. Semua pihak pendukung yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dalam segi

penyusunan maupun pemilihan kata. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran guna

menjadi acuan penulis untuk penyempurnaan kedepannya.

Surabaya, 16 Februari 2021

Penyusun

Page 4: Kelompok Biologi XI MIPA 9

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………….……………………………………………………………......iii

DAFTAR GAMBAR.………………………………………………………………………..iv

ABSTRAK …………………………………………………………………………………...v

BAB I: PENDAHULUAN

I. Latar Belakang ……………………………………………………………...……….1

II. Rumusan Masalah …………………………………………………………….......…2

III. Tujuan Masalah …………………………………………………………………..….2

IV. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………....2

BAB II: GAMBARAN UMUM UNIVERSITAS SURABAYA I. Sejarah Universitas Surabaya………………………………………...……………...…3

II. Visi Universitas Surabaya…………………………………………...………………....5

III. Misi Universitas Surabaya.……………………………………………...……………..5

IV. Struktur Keanggotaan………………………………………………………………….6

BAB III: PEMBAHASAN

I. Pengertian kultur jaringan…....……………………………………………………..…7

II. Tahapan - tahapan kultur jaringan …………………………………………………....13

III. Keunggulan dan kekurangan kultur jaringan………………………………….………17

IV. Perbedaan kultur jaringan dan perbanyakan alami …………………………………...17

V. Kendala dalam melakukan kultur jaringan …………………………...………………18

VI. Peluang bisnis di bidang kultur jaringan ……………………………………………..20

BAB IV: PENUTUP

I. Kesimpulan ……………………………………………………………………..…….27

II. Saran ……………………………………..…………………………………………...27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: Kelompok Biologi XI MIPA 9

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Universitas Surabaya .………………………………………………………….3

Gambar 2.2 Fakultas Bioteknologi Universitas Surabaya……..……………………….……4

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Kemahasiswaan…….………...6

Gambar 3.1 Planlet yang Dikulturkan……………………………………………………….8

Gambar 3.2 Alat dan Bahan Kultur Jaringan ……………………………………………....10

Gambar 3.3 Eksplan Daun ……………………………………………………………….…11

Gambar 3.4 Komposisi makronutrie dan mikronutrien Murashige & Skoog …………...….12

Gambar 3.5 Isolasi Eksplan ………………………………………………………………...14

Gambar 3.6 Alat dan Bahan Kultur Jaringan ……..……………………………………..….15

Gambar 3.7 Inkubasi Eksplan ………………………………………………………………16

Gambar 3.8 Ruang Kultur ………………………………………………………..…………16

Gambar 3.9 Kultur Jaringan Tanaman Anggrek ……………………………………………20

Gambar 3.10 Jahe Merah …………………………………………………….…..………….23

Gambar 3.11 Gingseng ………………………………………………………...……………25

Page 6: Kelompok Biologi XI MIPA 9

v

ABSTRACT

Plant tissue culture (micropropagation) is a vegetative propagation technique. This

technique manipulates the somatic tissue by growing plant parts, either in the form of cells, tissues,

or organs in aseptic conditions in vitro. Tissue Culture cultivates plant tissue into a new plant

which possesses the same properties as its parent. In modern times like now, science and

technology have significant roles in the business world. Therefore, tissue culture is an innovation

in biological science with a promising business opportunity. One of the business actors in this field

is the University of Surabaya. This plant tissue culture business is created and developed through

research and cooperation from faculty, students, and university staff. Orchids and ginseng are the

plants developed by the Faculty of Biotechnology in the University of Surabaya through tissue

culture techniques. The seeds of the plants are then sold freely. The purpose of this study is to

discover and study the tissue cultures, such as the processes, advantages and disadvantages,

differences with natural propagation, as well as business opportunities of said cultures. The data

collection process in this report was carried out by using an unstructured interview method. In

this unstructured interview, the authors ask questions in the form of important points that the

respondents want to deepen. The results of this study show that plant tissue culture offers a lot of

advantages or benefits in terms of time, quality, and material obtained. Compared to natural

propagation, tissue culture has several differences in terms of time, method, place, and result. This

comparison also indicates that tissue culture has more advantage than natural propagation. Not

only that, the process itself is quite simple and uncomplicated even though it requires a lot of

money.

Keywords : plant tissue culture, biotechnology, business

Page 7: Kelompok Biologi XI MIPA 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sektor pertanian, penyediaan bibit secara cepat dan dalam skala yang besar menjadi

suatu faktor penting dalam proses produksi. Proses produksi untuk skala besar seperti perkebunan

maupun pertanian, membutuhkan bibit dalam jumlah banyak seperti varietas unggul, bebas hama

serta patogen, seragam, dan dapat disediakan secara kontinu. Dilansir dari medcom.id, Kepala

Badan Penelitian Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry mengatakan bahwa Indonesia dengan

keanekaragaman sumber daya hayati menjadi potensi besar sebagai pendukung ketahanan pangan.

Metode perbanyakan kultur jaringan tanaman dapat menjadi salah satu teknologi yang prospektif

dikembangkan.

Masyarakat pada umumnya masih menerapkan metode perbanyakan tanaman secara

konvensional, misalnya menanam dari biji, stek, cangkok, dan teknik vegetatif buatan lainnya.

Metode-metode perbanyakan tanaman seperti itu memakan cukup banyak waktu dan hasilnya pun

tidak menentu. Teknik perbanyakan tanaman secara konvensional juga menghadapi banyak sekali

kendala mulai dari luasnya lahan, waktu, kualitas, maupun gangguan hama. Sejalan dengan

semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, kendala-kendala tersebut

dapat diatasi dengan menggunakan teknik kultur jaringan.

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan

mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ yang ditumbuhkan

dalam kondisi aseptik. Kemudian bagian-bagian tanaman tersebut akan ditumbuhkan di dalam

sebuah media buatan kecil secara aseptik yang kaya nutrisi dan juga terdapat zat pengatur

tumbuhan sehingga bagian tanaman tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap dalam waktu

yang sangat singkat. Karena pertumbuhan bibitnya dilakukan secara terkontrol, jumlah yang

dihasilkan bisa lebih banyak tanpa harus menghadapi masalah waktu penanaman ataupun panen.

Pada bidang pertanian, kultur jaringan lebih diutamakan adalah mempertahankan

produktivitas tanaman sehingga hasil atau produk pertanian yang dihasilkan dapat maksimal.

Kultur jaringan juga menjadi metode perbanyakan tanaman yang dinilai memberikan jaminan

suplai benih yang berkualitas dalam jumlah banyak dan tidak bergantung pada musim. Kultur

Page 8: Kelompok Biologi XI MIPA 9

2

jaringan memberikan penampilan dengan keseragaman tinggi serta meningkatkan sistem

kekebalan pada tanaman.. Selain itu, mudah ditransportasikan dalam jarak jauh dengan jumlah

yang besar dan biaya yang lebih rendah. Oleh sebab itu, kultur jaringan menjadi pilihan yang tepat

untuk penyediaan bibit tanaman dalam sektor pertanian sekarang ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?

2. Apa saja keunggulan dan kekurangan pada kultur jaringan?

3. Apa saja faktor-faktor yang mendukung keberhasilan kultur jaringan ?

4. Bagaimana peluang bisnis di bidang kultur jaringan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat menentukan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian kultur jaringan

2. Mengetahui keunggulan dan kekurangan penerapan kultur jaringan

3. Mengetahui perbedaan antara perbanyakan alami dan kultur jaringan

4. Mengetahui peluang bisnis di bidang kultur jaringan

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, penulis dapat menentukan manfaat sebagai berikut :

1. Siswa dapat memahami pengertian kultur jaringan

2. Siswa dapat mengetahui keunggulan dan kekurangan penerapan kultur jaringan

3. Siswa dapat mengetahui perbedaan antara perbanyakan alami dan kultur jaringan

4. Siswa dapat mengetahui peluang bisnis di bidang kultur jaringan

Page 9: Kelompok Biologi XI MIPA 9

3

BAB II

GAMBARAN UMUM

UNIVERSITAS SURABAYA

A. Sejarah Universitas Surabaya

Universitas Surabaya (UBAYA) adalah sebuah universitas yang terletak di Surabaya, Jawa

Timur. UBAYA merupakan penerus Universitas Trisakti Surabaya yang didirikan pada tahun 1966.

Namanya diganti menjadi Universitas Surabaya pada tahun 1968.

(diunduh dari https://id.pinterest.com/pin/837177018219085071/16 Februari 2021)

Gambar 2.1 Universitas Surabaya

UBAYA yang merupakan kelanjutan dari Universitas Trisakti Surabaya yang dibentuk

oleh Yayasan Trisakti Surabaya diubah namanya menjadi Universitas Surabaya (UBAYA) oleh

Ketua Umum Yayasan Universitas Trisakti Surabaya Raden Soekotjo yang saat itu menjabat

sebagai wali kota Surabaya. Awalnya UBAYA memiliki 3 fakultas yaitu Farmasi, Hukum dan

Ekonomi dengan jumlah mahasiswa saat itu sekitar 850 orang. Pada tanggal 11 Maret 1968

pembangunan kampus UBAYA di jalan Ngagel Jaya Selatan yang sudah terhenti sekian lama

karena kurangnya dana dilanjutkan kembali dan tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi

Ubaya.

UBAYA mulai berkembang pesat dengan didirikannya LPK AA ( Poltek UBAYA) pada

tahun 1977. UBAYA juga mendirikan Fakultas Psikologi (1982), Fakultas Teknik (1986), program

Pascasarjana untuk Magister Manajemen dan Magister Humaniora (1992), dan jurusan Teknik

Page 10: Kelompok Biologi XI MIPA 9

4

Manufaktur (1993). Pada masa kepemimpinan Rektor Anton Prijatno, SH, UBAYA mulai

menapakan kaki sebagai universitas kelas regional, nasional, dan Internasional. Beberapa Pusat

Studi banyak dibentuk pada zaman Rektor Anton Prijatno, S.H antara lain Pusat Studi HAM

(1995), Pusbangdaya (1995), PSL (1995), Pusbin (1995), Pusat Informasi Obat dan Kefarmasian

(PIOLK ) (1999) dan PIPOT (2001). Lalu pada era Prof. Drs.ec. Wibisono Hardjopranoto, M.S,

UBAYA mendirikan fakultas baru yaitu Teknobiologi (2005) dan membangun UBAYA Training

Center (UTC) di Trawas (2010).

(diunduh dari https://surabayapagi.com/read/gedung-baru-ftb-ubaya-diresmikan-menristek/17 Februari 2021)

Gambar 2.2 Fakultas Bioteknologi Universitas Surabaya

Fakultas-fakultas di UBAYA sekarang, antara lain : fakultas farmasi, fakultas hukum,

fakultas bisnis dan ekonomika, fakultas psikologi, fakultas teknik, fakultas teknobiologi, fakultas

industri kreatif, dan fakultas kedokteran.

Fakultas Teknobiologi UBAYA merupakan fakultas pertama di Indonesia Timur yang

mengkhususkan diri mempelajari ilmu-ilmu bioteknologi. Fakultas ini berdiri pada tahun

akademik 2005-2006, dalam rangka merespon kebutuhan penggunaan bioteknologi. Bidang

industri seperti industri MSG, Makanan fermentasi (yogurt, Keju, Nata, Saus dll), Industri

pembuatan gula cair (high fructose syrup), Industri pakan ternak, Industri minuman dan masih

Page 11: Kelompok Biologi XI MIPA 9

5

banyak lagi. Bioteknologi juga telah memasuki industri pertanian seperti perbanyakan tanaman

menggunakan kultur jaringan, pengembangan tanaman transgenik. Bioteknologi juga memasuki

dunia forensik untuk penentuan korban kejahatan dan identitas orang tua kandung seorang anak.

Pada tahun 2016, Fakultas Teknobiologi UBAYA memperoleh akreditasi A oleh BAN PT.

B. Visi Universitas

Visi dari Universitas Surabaya (UBAYA) adalah menjadikan Universitas Surabaya sebagai

The First University in Heart and Mind. Maksud dari visi The First University in Heart and Mind

adalah untuk menjadikan UBAYA unggul di hati (etika dan moral) dan pikiran (intelektual).

Menurut para penulis, UBAYA sudah cukup mewujudkan visinya tersebut dengan berbagai

kegiatan yang mereka lakukan dan prestasi yang mereka capai.

C. Misi Universitas

Misi dari Universitas Surabaya (UBAYA) adalah memajukan masyarakat bisnis dan industri

melalui pengembangan kegiatan tridharma perguruan tinggi secara berkesinambungan demi

kesejahteraan umat manusia.

Adapun misi ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan lulusan pada jenjang pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi keilmuan,

keterampilan, dan karakter, yang sesuai dengan kebutuhan untuk memajukan masyarakat

bisnis dan industri.

2. Memajukan penelitian, penerapan ilmu dan teknologi, dalam rangka perannya menjadi

mitra masyarakat bisnis dan industri.

3. Memfasilitasi terciptanya komunitas yang menghormati nilai-nilai kehidupan (pro life)

humanisme, dan demokrasi yang diwujudkan dalam bingkai kedamaian dan keadilan.

4. Mengelola sumber daya manusia, dana, sarana, dan prasarana yang diperlukan.

5. Mengembangkan kerjasama dengan lembaga lain yang berasal dari dalam negeri maupun

luar negeri.

Berbagai kegiatan dilakukan oleh UBAYA untuk mencapai misi tersebut. Contohnya yaitu

kegiatan penyuluhan hukum yang dilakukan UBAYA untuk masyarakat Rungkut pada 15

Page 12: Kelompok Biologi XI MIPA 9

6

November silam, pengadaan webinar untuk mengedukasi masyarakat, dan masih banyak lagi.

Dilihat dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh UBAYA, menurut saya mereka sudah cukup

mewujudkan misinya dengan baik. Saya harap kedepannya UBAYA terus mengadakan kegiatan-

kegiatan Tridharma yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

D. Struktur Organisasi

(diunduh dari http://dpk.ubaya.ac.id/statis-3-strukturorganisasi.html /17 Februari 2021) Gambar Bagan 2.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Kemahasiswaan

Page 13: Kelompok Biologi XI MIPA 9

7

BAB III

PEMBAHASAN

I. Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan berasal dari kata “kultur” dan “jaringan”. Kultur sendiri artinya menanam

atau tanaman yang ditanam. Jaringan atau tissue adalah kumpulan sel. Kultur jaringan merupakan

salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan menggunakan teknik

mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ yang ditumbuhkan

dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi

menjadi tanaman yang utuh lagi. Kultur jaringan menggunakan media buatan yang kaya nutrisi

dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya. Dengan kata lain kultur

jaringan merupakan teknik menanam jaringan atau organ tanaman di botol dengan menciptakan

lingkungan aseptic sehingga jaringan atau organ tersebut tumbuh menjadi suatu tanaman utuh atau

bagian tertentu. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman pada media

buatan yang dilakukan pada tempat steril.

Tujuan dilakukannya kultur jaringan adalah memperbanyak tanaman dalam waktu singkat,

memproduksi mutan, memperoleh varietas unggul, memproduksi metabolit sekunder,

memproduksi tanaman haploid, transformasi genetik, menghilangkan penyebab penyakit pada

tanaman,dan konservasi tanaman.

Kultur jaringan menggunakan prinsip dasar teori totipotensi sel. Teori totipotensi sel

merupakan kemampuan setiap sel untuk tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai

dengan membawa karakter masing-masing yang independen. Totipotensi memungkinkan

potongan tumbuhan induk dapat tumbuh menjadi tumbuhan utuh yang memiliki sifat sama dengan

induknya.

Page 14: Kelompok Biologi XI MIPA 9

8

(diunduh dari https://www.kompasiana.com /17 Februari 2021)

Gambar 3.1 Planlet yang Dikulturkan

Dengan sifat totipotensi ini, sel, jaringan, organ yang digunakan akan dapat berkembang

sesuai arahan dan tujuan budidaya in vitro yang dilakukan. Sifat totipotensi lebih banyak dimiliki

oleh bagian tanaman yang masih juvenile, muda, dan banyak dijumpai pada daerah-daerah

meristem tanaman.

Metode kultur jaringan dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak tanpa

memerlukan jumlah induk yang banyak dan waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, teknik

kultur jaringan sangat penting diterapkan dalam sektor pertanian.

Teknik kultur jaringan menuntut sebuah laboratorium dengan sarana-sarana yang lengkap

dan pendukung sehingga mampu tercipta kondisi aseptik terkendali dan fasilitas dasar lainnya.

Alat-alat yang dibutuhkan dalam kultur jaringan, yaitu :

A. Alat untuk pembuatan media kultur jaringan

1. Gelas becker/piala, untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia dan

air aquades dalam pembuatan media. Ukuran gelas piala bervariasi, 100 ml,

300 ml, 1000 ml, 2000 ml.

2. Pipet, alat untuk mengambil cairan.

3. Timbangan, alat untuk menimbang bahan kimia yang diperlukan dalam

pembuatan media kultur.

4. Spatula, untuk mengambil bahan kimia yang diperlukan dalam pembuatan

media kultur.

Page 15: Kelompok Biologi XI MIPA 9

9

5. Indikator pH/ lakmus, untuk mengukur pH media ketika membuat media. pH

normal untuk kultur jaringan adalah 5,5-5,8

6. Sendok kaca, alat untuk mengaduk media saat persiapan dan saat pemanasan.

7. Panci, tempat memasak media.

8. Kompor, alat untuk pemanas saat memasak media.

9. Autoklaf, alat untuk mensterilkan semua peralatan dan media kultur yang

dipakai dalam kegiatan kultur jaringan.

10. Botol kultur, tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.

11. Plastik dan karet tahan panas, alat untuk penutup pada botol kultur dan sebagai

pengikat plastik dengan botol kultur.

B. Alat Penyiapan Eksplan (Inisiasi)

1. Botol kultur, tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.

2. Scalpel, alat untuk pemotongan eksplan

3. Gunting, alat untuk memotong eksplan

C. Alat Penanaman (Inokulasi)

1. Laminar air flow/enkas, alat untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam

kondisi steril.

2. Pinset, alat untuk mengambil eksplan.

3. Spatula, alat untuk mengambil eksplan berupa biji/plb anggrek.

4. Petridish, tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan ditanam dalam

botol kultur.

5. Bunsen burner, alat sterilisasi dengan teknik membakar.

D. Alat Inkubasi

1. Rak kultur, tempat untuk menyimpan botol-botol berisi eksplan hasil inokulasi.

2. Air conditioner (AC), untuk menjaga suhu ruangan agar tetap stabil sesuai

dengan kondisi suhu untuk kultur jaringan.

3. Lampu, untuk memberikan penerangan dan cahaya bagi pertumbuhan tanaman.

4. Timer listrik, untuk mengatur waktu penyinaran pada tanaman kultur.

Page 16: Kelompok Biologi XI MIPA 9

10

5. Termometer suhu ruangan, untuk mengetahui suhu ruangan

E. Alat Aklimatisasi

1. Ember, untuk tempat planlet yang telah dikeluarkan dari botol yang akan dicuci.

2. Gelas becker/piala, tempat perendaman planlet dengan fungisida dan

bakterisida.

3. Pinset, untuk mengeluarkan planlet dari botol kultur.

4. Timbangan, untuk menimbang fungisida dan bakterisida

5. Pengaduk kaca, untuk mengaduk larutan fungisida dan bakterisida.

6. Pot tray, tempat menanam planlet.

7. Kertas koran, sebagai alas untuk mengeringkan tanaman yang sudah direndam.

(diunduh dari https://berbagaialat.blogspot.com/2019/01/sterilisasi-alat-dan

-bahan -kultur.html/17 Februari 2021)

Gambar 3.2 Alat dan Bahan Kultur Jaringan

Page 17: Kelompok Biologi XI MIPA 9

11

Selain itu, bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kultur jaringan yaitu:

1. Eksplan atau bagian tanaman yang digunakan untuk mengawali kultur. Eksplan diambil

tergantung dengan tujuan/objek yang akan dikulturkan. Berikut contoh eksplan yang sering

digunakan :

a. Eksplan daun untuk memproduksi kalus (sekelompok sel yang belum

terdiferensiasi dan aktif membelah)

b. Eksplan berupa nodus dari tanaman untuk modifikasi (ruas pada batang tanaman)

c. Eksplan berupa internodus untuk memproduksi tunas adventif

(diunduh dari https://alponsin.wordpress.com/2019/01/05/kultur-jaringan

-tumbuhan//17 Februari 2021)

Gambar 3.3 Eksplan Daun

2. Media berupa sumber nutrisi tanaman di dalam botol. Media mengandung mikronutrien

dan makronutrien. Selain itu, media juga bisa ditambahkan dengan vitamin, gula (biasanya

disakarida, sukrosa atau gula dapur), dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Untuk mendapatkan

tekstur yang lebih padat, media bisa ditambahkan dengan agar-agar.

Media juga bermacam-macam jenisnya tergantung dengan jenis eksplan yang dipakai. Berikut

jenis media yang sering digunakan :

1. Murashige & Skoog (MS), bersifat universal sehingga dapat digunakan untuk

sebagian besar jenis ekspl

Page 18: Kelompok Biologi XI MIPA 9

12

Gambar 3.4 Komposisi makronutrie dan mikronutrien Murashige & Skoog (MS)

2. Woody Plant Medium (WPM), khusus untuk tanaman berkayu, tetapi sulfat yang

digunakan lebih tinggi dari sulfat pada media tanaman berkayu lain.

3. Knudson, biasanya digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek.

4. Vacin & Went, biasanya digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek.

5. Alkohol 96%, digunakan untuk membakar di dalam laminar air flow

6. Alkohol 70% , digunakan untuk menghilangkan kontaminan di tangan pekerja

dengan cara disemprot. Selain itu, juga digunakan untuk mensterilkan meja pekerja.

7. Spiritus, digunakan untuk mengisi api Bunsen

8. Aquades (air hasil penyulingan). Aquades merupakan pelarut yang sangat baik

untuk membuat media pada kultur jaringan. Hal ini terjadi karena di dalam akuades

hampir tak mengandung mineral maupun bahan lainnya sehingga tidak akan

merusak komposisi.

9. Bahan sterilan, digunakan untuk membersihkan eksplan. Bahan sterilan bisa berupa

Clorox, Bayclin (yang mengandung hipoklorit 5,52% atau kurang dari itu

tergantung dengan jenis eksplan yang diambil). Penggunaan dari bahan eksplan

harus hati-hati dengan penggunaan jumlah atau komposisi dan durasi waktu

sehingga tidak merusak eksplan itu sendiri.

Page 19: Kelompok Biologi XI MIPA 9

13

II. Tahapan-tahapan kultur jaringan

Setiap tahapan dalam kultur jaringan harus dilakukan secara runtut dan hati-hati. Berikut

ini tahapan-tahapan yang diperlukan dalam kultur jaringan :

A. Pembuatan media kultur

Media merupakan faktor yang terpenting dalam pelaksanaan kultur jaringan. Media yang

digunakan biasanya mengandung bahan-bahan pendukung seperti agar, hormon, garam mineral,

vitamin gula, dan zat-zat yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang (zat pengatur

tumbuh). Salah satu contoh media kultur yang sering digunakan adalah Murashige & Skoog (MS).

Berikut ini tahapan-tahapan pembuatan media Murashige & Skoog (MS) 4,43 grams per liter :

1. Siapkan gelas beker dengan pengaduk serta aquades sebanyak 5oo mL.

2. Masukkan Murashige & Skoog (MS) bubuk yang sudah ditimbang.

3. Tambahkan gula dan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

4. Kemudian masukan aquades hingga mendekati 900 mL (tidak boleh mencapai 1L

karena perlu mengatur pH larutan)

5. Atur pH larutan yaitu sekitar 5,5-5,8

6. Pindahkan larutan ke dalam gelas beker lagi dan tambahkan agar-agar supaya

mendapatkan tekstur yang padat

7. Panaskan larutan hingga mendidih dengan sempurna. Hal ini dilakukan agar larutan

menjadi homogen.

8. Selanjutnya, pindahkan media ke dalam botol-botol kultur yang telah disiapkan.

9. Masukkan ke dalam autoclave selama 20 menit

10. Terakhir, media didiamkan selama 2 hari untuk memastikan bahwa sterilisasinya

berhasil (bebas patogen)

B. Isolasi Eksplan atau Sampling

Pada tahap ini dilakukan pemilihan/pengambilan eksplan atau bagian tumbuhan dari

tanaman asalnya. Kontaminasi sering terjadi pada proses ini. beberapa faktor yang menjadi

penyebab utama kontaminasi yaitu :

Page 20: Kelompok Biologi XI MIPA 9

14

1. Keadaan eksplan.

Eksplan yang akan ditanam harus bebas dari penyakit maupun

mikroorganisme lain yang kurang menguntungkan untuk tanaman. Umur tanaman

juga mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman misalnya eksplan yang

digunakan sebaiknya berumur rata-rata (tidak terlalu muda atau terlalu tua)

2. Aseptisitas pekerja atau kebersihan pekerja.

Pekerja yang tidak melewati tahapan sterilisasi memiliki peluang yang

besar untuk mikroba hinggap pada eksplan.

3. Sterilisasi alat dan bahan.

Apabila alat-alat tersebut tidak steril secara keseluruhan, kemungkinan

terjadinya kontaminasi akan semakin besar. Hal ini terjadi karena bekas-bekas

eksplan ataupun media yang tersisa.

(diunduh dari https://www.youtube.com/watch?v=sEbe9ZEodS0/17 Februari 2021)

Gambar 3.5 Isolasi Eksplan

C. Surface Sterilization

Pada tahap ini, permukaan eksplan akan dibersihkan dari mikroba pengganggu

menggunakan bahan sterilan. Ada banyak sekali bahan yang bisa kita gunakan sebagai

bahan sterilan, misalnya sodium hipoklorit. Contoh bahan yang mengandung sodium

hipoklorit adalah Clorox maupun Bayclin. Keduanya harus mengandung hipoklorit 5,52%

atau kurang dari itu tergantung dengan jenis eksplan yang diambil. Penggunaan dari bahan

Page 21: Kelompok Biologi XI MIPA 9

15

eksplan harus hati-hati dengan penggunaan jumlah atau komposisi dan durasi waktu

sehingga tidak merusak eksplan itu sendiri. Jika komposisi hipoklorit terlalu tinggi, eksplan

akan menjadi kering dan rusak.

D. Multiplikasi atau Tahap Mengkultur Eksplan

Pada tahap ini dilakukan pelipatgandaan tanaman yang dipilih dengan menanam

eksplan pada media kultur yang sudah disediakan. Tujuan dari tahap multiplikasi adalah

mendapatkan jumlah planlet uang lebih banyak.

(diunduh dari http://novianinur.blogspot.com/2018/09/kultur-jaringa

n-tanaman.html/17 Februari 2021)

Gambar 3.6 Alat dan Bahan Kultur Jaringan

E. Inkubasi

Pada tahapan ini hasil kultur tadi akan disimpan dalam ruang inkubasi. Ruangan

inkubasi adalah ruangan yang sterilisasinya dijaga. Berikut ini beberapa syarat khusus

ruangan inkubasi :

1. Memiliki fasilitas sumber cahaya yang cukup

2. Suhu diatur kurang lebih 25 derajat Celcius (biasanya dikontrol menggunakan Air

Conditioner atau AC)

3. Kelembaban ruangan sekitar 60-80%

4. Fotoperiodisme (timer untuk mengatur durasi penyinaran dalam satu hari) durasi

12/12 h (untuk tanaman netral, yaitu 12 jam terang dan 12 jam gelap) atau 16/8 h

Page 22: Kelompok Biologi XI MIPA 9

16

(tanaman hari panjang, yaitu 16 jam terang dan 8 jam gelap). Fotoperiodisme

tergantung pada jenis eksplan yang dikulturkan

(diunduh dari http://novianinur.blogspot.com/2018/09/kultur-jaringan-tanaman.html/17 Februari 2021)

Gambar 3.7 Inkubasi Eksplan

(diunduh dari http://novianinur.blogspot.com/2018/09/kultur-jaringan-tanaman.html/17 Februari 2021)

Gambar 3.8 Ruang Kultur

F. Aklimatisasi

Tahapan ini dilakukan apabila eksplan sudah tumbuh menjadi planlet. Planlet

adalah tanaman kecil yang sudah lengkap (memiliki akar, daun, dan batang). Aklimatisasi

adalah proses pemindahan planlet dari botol kultur ke lapangan. Biasanya planlet terlebih

Page 23: Kelompok Biologi XI MIPA 9

17

dahulu ditanam di dalam polybag atau pot-pot berukuran kecil yang tidak terkena sinar

matahari langsung. Apabila proses ini berhasil, maka planlet akan dipindahkan lagi ke

lahan pertanian yang terkena sinar matahari langsung. Pada tahap ini, planlet harus dijaga

kelembabannya yaitu dengan diberi tutup. Kondisi tanah harus selalu lembab dan basah

serta dipastikan sebelum dipindahkan dari pot, akar planlet telah bersih sepenuhnya tanpa

agar-agar.

III. Keunggulan dan kekurangan kultur jaringan

A. Keunggulan

Berikut ini adalah keunggulan dari penerapan kultur jaringan, yaitu :

1. Menghasilkan tanaman anakan yang serupa persis dengan tanaman induk.

2. Menghasilkan tanaman anakan dengan lebih cepat.

3. Menghasilkan tanaman langka yang susah tumbuh dari benih.

4. Dapat mengendalikan kualitas yang dihasilkan.

B. Kekurangan

Berikut ini adalah kekurangan dari penerapan kultur jaringan, yaitu :

1. Tidak ada keragaman genetik pada tanaman anakan.

2. Tidak dapat menghasilkan varietas baru.

3. Akar tanaman dari metode seperti pencangkokan lebih lemah.

IV. Perbedaan kultur jaringan dan perbanyakan alami

A. Kultur jaringan

1. Metode yang dilakukan secara modern.

2. Membutuhkan rumah kaca yang steril.

3. Membutuhkan peralatan khusus.

4. Memerlukan enzim khusus.

Page 24: Kelompok Biologi XI MIPA 9

18

5. Diambil dari satu jaringan tumbuhan.

6. Waktu pertumbuhan singkat.

7. Hasilnya banyak dan berkualitas baik.

8. Bila satu planlet terkena virus, maka dapat menyebar dan mematikan planlet

lainnya.

B. Perbanyakan alami

1. Metode yang digunakan tradisional.

2. Bisa dilakukan tempat terbuka.

3. Tidak membutuhkan peralatan khusus.

4. Tidak memerlukan enzim khusus.

5. Diambil dari biji/bibit tanaman.

6. Waktu pertumbuhannya lama.

7. Hasil sedikit dan kualitasnya tidak terjamin.

8. Kebal terhadap virus (susah untuk mati).

V. Kendala dalam melakukan kultur jaringan

a. Kontaminasi

Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur

jaringan. Fenomena kontaminasi sangat beragam, dapat dilihat dari jenis

kontaminasinya (bakteri, jamur, virus dll).

b. Pencoklatan

Pencoklatan (browning) adalah suatu keadaan dimana muncul warna coklat atau

hitam yang menyebabkan tidak terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.

Pencoklatan umumnya merupakan tanda akan adanya kemunduran fisiologi eksplan

biasanya eksplan akan mati.

Page 25: Kelompok Biologi XI MIPA 9

19

c. Vitrifikasi

Vitrifikasi biasanya ditandai dengan :

1. Terjadinya pertumbuhan yang tidak normal.

2. Tanaman yang dihasilkan pendek atau tidak normal.

3. Pertumbuhan batang cenderung ke arah perbesaran diameter.

4. Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.

5. Daunnya tidak memiliki jaringan palisade.

d. Variabilitas Genetic

Variabilitas Genetic terjadi jika perbanyakan dilakukan untuk perbanyakan bukan

dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Apabila terjadi banyak variasi genetik maka hal

itu akan menjadi kendala. Biasanya hal ini terjadi karena:

1. Laju multiplikasi yang tinggi karena terjadi subkultur berulang yang tidak

terjadinya subkultur yang tidak terkontrol

2. Penggunaan teknik yang sesuai.

e. Pertumbuhan dan perkembangan

Masalah dalam pertumbuhan eksplan adalah apabila tanaman mengalami stagnasi.

Untuk mencegahnya maka menggunakan bahan tumbuh yang tidak juvenile atau tidak

meristematik.

f. Praperlakuan

Praperlakuan dilakukan dalam rangka menghilangkan berbagai hambatan yang

mungkin muncul, seperti hambatan kemikalia, fisis, biologis. Untuk menangani

hambatan yang berupa bahan kimia harus dimulai dengan mengenali senyawa aktif

yang ada dalam media, potensi gangguan, proses reaksi, dan alternatif pengelolaannya.

g. Lingkungan mikro

Lingkungan inkubator harus diperhatikan. Terutama pada suhu lingkungan

inkubator. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan eksplan

pada botol.

Page 26: Kelompok Biologi XI MIPA 9

20

VI. Peluang bisnis di bidang kultur jaringan

a. Anggrek

(diunduh dari https://pertanian.pontianakkota.go.id/berita/109-teknik-kultur-jaringan-alternatif-uptd-agribisnis-

melestarikan-anggrek-hitam-ceologyne-pandurata.html/17 Februari 2021)

Gambar 3.9 Kultur Jaringan Tanaman Anggrek

Tanaman anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai 25.000 –30.000

spesies di dunia. Tanaman anggrek telah menjadi tanaman industri bernilai tinggi di

beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Genus

Dendrobium, Cymbidium, Oncidium dan Phalaenopsis merupakan anggrek yang paling

banyak diminati oleh pasar global. Anggrek termasuk ke dalam famili Orchidaceae Yang

Berdasarkan sifat hidupnya tergolong sebagai anggrek epifit, anggrek semi epifit maupun

anggrek tanah/terestrial. Epifit adalah jenis tanaman yang hidup dengan cara menempel

pada tanaman lain yang tidak merugikan bagi tanaman inang, akarnya menempel dan

memiliki akar udara yang digunakan untuk mencari makan dari tanaman lain. Tanaman

anggrek sangatlah diminati oleh banyak orang sehingga tanaman ini banyak dicari dan

dibeli. Namun sayangnya tanaman ini memiliki pertumbuhan yang sangat lama sampai

memiliki bunga yaitu 4 tahun. Sehingga permintaan dan perkembangan tanaman ini sangat

tidak sebanding. oleh sebab itu, akibat semakin berkembangnya ilmu teknologi pada zaman

modern sekarang ini, banyak orang yang berpikir untuk menemukan metode agar

perkembangan bibit anggrek dapat dilakukan dengan cepat. maka solusinya adalah dengan

Page 27: Kelompok Biologi XI MIPA 9

21

melalui teknik kultur jaringan sehingga dengan adanya teknik ini kebutuhan anggrek yang

sangat tinggi dipasaran dapat terpenuhi dan dapat menjadi bisnis yang sangat

meningkatkan perekonomian.

Pada kultur jaringan pada tanaman anggrek bisa dilakukan pada bagian buah dan

juga biji. Banyak peneliti yang melaporkan bahwa buah anggrek yang dipilih untuk

dikecambahkan secara in vitro tidak harus yang sudah masak (berwarna kuning kecoklatan)

dan sudah membuka atau pecah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemilihan buah

anggrek untuk ditanam dengan menggunakan proses kultur jaringan adalah : lebih mudah

untuk sterilisasi buah yang belum pecah, buah yang belum masak dapat dilakukan

penyelamatan embrio dari hasil persilangan antar spesies atau kultivar yang berkerabat jauh,

mengecambahkan biji yang belum terlalu masak dapat memperpendek siklus budidaya,

serta waktu pengambilan buah yang tepat tergantung tiap spesies.

Kultur jaringan pada tanaman anggrek harus melewati beberapa tahapan atau

proses. Teknik ini juga sangat memerlukan tingkat ketelitian, dan kesabaran dalam

melakukan prosesnya sebab segala kondisi lingkungan sekitar lingkungan harus selalu

dalam kondisi yang steril dan memiliki pencahayaan yang baik untuk mematahkan

dormansi dan memicu perkecambahan, serta membutuhkan kondisi lingkungan yang

menunjang kebutuhan nutrisi tertentu terutama jika biji anggrek masih muda. Nutrisi yang

dibutuhkan perlu didukung dengan pemberian nutrisi secara lengkap karena biji anggrek

tidak mengandung endosperm atau cadangan makanan untuk membantu pertumbuhan

dalam tahap awal sebelum mencapai tahap autotrof. Nutrisi yang harus dipenuhi mencakup

senyawa anorganik, sumber energy (gula pasir), vitamin (misalnya asam nikotinat), pH

yang tepat dan agar sebagai bahan pemadat. Variasi lain adalah penambahan zat pengatur

tumbuh yang dapat digunakan setelah biji berkecambah. Oleh sebab itu, berikut ini adalah

prosedur/tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan teknik kultur jaringan pada

tanaman anggrek :

1. Pembuatan media kultur jaringan tanaman Anggrek : Media pada kultur

jaringan ini harus memenuhi kebutuhan kondisi lingkungan dan nutrisi

tertentu seperti vitamin, pencahayaan, dan juga kadar pH yang tepat.

Page 28: Kelompok Biologi XI MIPA 9

22

Pembuatan media untuk perkecambahan biji anggrek dengan kultur jaringan

dapat dilakukan dengan menggunakan bahan alami seperti pisang dan air

kelapa atau juga bisa menggunakan bahan yang tidak alami seperti aquades

dan botol steril.

2. Melakukan isolasi pada eksplan pada tanaman anggrek : Memilih dan

mengambil eksplan dari tanaman asalnya

3. Melakukan Tahap Sterilisasi Buah Anggrek : Sterilisasi dilakukan untuk

membersihkan buah anggrek dari mikroorganisme yang dapat mengganggu

pertumbuhan biji anggrek saat di kondisi in vitro. Sterilisasi buah anggrek

biasanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan buah yang masih

tertutup atau buah yang sudah pecah. Jika buah masih tertutup maka sterilisasi

lebih mudah dengan menggunakan alkohol dan buah dibakar di atas api

Bunsen. Jika buah sudah pecah maka sterilisasi juga harus dilakukan terhadap

biji yang sudah keluar dari buah tanaman anggrek yang di sterilisasi.

4. Tahap Penanaman atau Penaburan Biji Anggrek : Penanaman biji anggrek

ini dilakukan dengan tujuan untuk membuka buah anggrek di dalam kondisi

steril. Media yang digunakan biasanya berada dalam posisi miring di dalam

botol untuk memudahkan penanaman dan penyebaran biji dalam media.

Metode penanaman dapat beragam sesuai dengan kondisi buah dan jenis

anggreknya.

5. Tahapan Inkubasi : Setelah melakukan penanaman/penaburan biji di dalam

media, media akan dimasukkan kedalam ruangan inkubasi. ruangan inkubasi

ini adalah ruangan yang sterilisasinya dijaga, memiliki fasilitas cahaya yang

cukup, dan suhu telah diatur pada 25 derajat celcius, dan juga kelembaban

yang mencapai 60-80%, serta fotoperiodisme 12/12 h atau 16/8h.

Page 29: Kelompok Biologi XI MIPA 9

23

6. Melakukan Proses Aklimatisasi : Proses pemindahan eksplan yang sudah

tumbuh menjadi planlet keluar dari media dalam hal ini adalah pemindahan

buah atau biji anggrek.

7. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara bertahap supaya tanaman hasil

kultur jaringan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Baik suhu,

kelembaban, cahaya maupun faktor lainnya akan berbeda dan tanaman hasil

kultur jaringan juga memiliki kekurangan dibanding tanaman yang ditanam di

lingkungan alami. Tanaman hasil kultur jaringan memiliki lapisan lilin

(kutikula) yang tidak berkembang sempurna dan akar yang belum bisa

berfungsi dengan baik. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau

dalam media pakis, tanah, atau compost, harus dilakukan secara bertahap dan

menghindari infeksi dari fungi serta bakteri karena tanaman hasil kultur

jaringan belum mampu beradaptasi dengan patogen-patogen yang biasa

ditemukan di lingkungan luar.

b. Jahe Merah

(diunduh dari https://kesehatan.kontan.co.id/news/4-manfaat-jahe-merah-sebagai-obat-herball/17 Februari 2021)

Gambar 3.10 Jahe Merah

Jahe merah adalah jenis jahe yang rasanya paling pedas dan mengandung minyak

atsiri yang cukup tinggi, sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan dasar obat dan jamu.

Jahe merah adalah tanaman herba tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae, dengan

Page 30: Kelompok Biologi XI MIPA 9

24

daun berpasang pasangan dua-dua berbentuk pedang dan rimpang seperti tanduk,

beraroma dengan usia panen 8 -10 bulan. Tanaman jahe merah yang paling banyak

digunakan adalah bagian rimpangnya.

Hal ini didukung oleh rimpang jahe merah yang banyak menyimpan kandungan

senyawa alami dan yang berpengaruh sebagai pemberi rasa pedas yang menjadi rasa khas

pada jahe merah itu sendiri. Kandungan senyawa kimia dari jahe merah terdiri dari gingerol,

zingeron, dan shogaol. Selain itu jahe merah mengandung 1-4 % minyak atsiri dan

oleoresin. Namun karena rizom dipanen dan dikonsumsi yang menyebabkan selalu harus

disediakan bibit dalam jumlah banyak, penyediaan bibit dengan cara lain seperti

tersedianya planlet hasil kultur jaringan sangat diperlukan. Bibit hasil kultur jaringan telah

terbukti mempunyai beberapa keunggulan seperti kontinuitas ketersediaan bibit yang dapat

dijamin, bibit terstandarisasi, dapat diproduksi dalam jumlah banyak, tidak tergantung

musim dan bebas hari hama dan penyakit. Selain itu, teknik kultur jaringan dipilih selain

untuk perbanyakan bibit juga untuk tujuan konservasi secara in vitro.

Untuk proses penanaman kultur jaringan, kita dapat menggunakan media tanam

seperti botol, dll. Bagian eksplan yang biasa digunakan untuk membudidayakan tanaman

jahe merah adalah bagian rimpangnya. Rimpangnya ditanamkan dalam media tanam di

dalam botol saat berumur 3 minggu tanam pada media padat, kemudian membentuk 4 daun.

Selanjutnya tunas dipindahkan ke media multiplikasi tunas pada media MS cair dengan

penambahan 1 mg/l BAP. Pada media ini tunas jahe tunas jahe merah dapat membentuk

tunas majemuk antara 1–7 tunas dalam waktu 4–5 minggu. Daun yang terbentuk antara 4–

6 daun per tunas. Media ini merupakan hasil penelitian terdahulu pada jahe merah. Pada

jahe biasa, media terbaik untuk multiplikasi tunas adalah media MS cair yang mengandung

2,5 mg/l BAP yang dikombinasikan dengan 0,5 mg/l Kinetin. Pada media ini satu tunas

dapat membentuk 22–25 tunas samping dalam waktu 30 hari. Namun hasilnya tidak

berbeda nyata dengan pembentukan tunas majemuk pada media dengan penambahan 1

mg/l BAP

Page 31: Kelompok Biologi XI MIPA 9

25

c. Ginseng

(diunduh dari https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/29/131347120/8-manfaat-ginseng-untuk-kesehatan-apa-

saja?page=all/17 Februari 2021)

Gambar 3.11 Ginseng

Di dalam pengobatan tradisional, ginseng merupakan tanaman herbal yang cukup

terkenal. Ginseng merupakan salah satu tanaman herbal yang mempunyai banyak khasiat.

Akar tanaman ini sudah lama dimanfaatkan sebagai obat herbal dalam pengobatan

tradisional. Biasanya akar ginseng dikonsumsi dengan cara dicampurkan ke dalam

minuman, seperti teh. Minuman teh ginseng ini biasanya dipercaya untuk meningkatkan

kekebalan tubuh, mengatasi kelelahan, dan masih banyak lagi. Ginseng banyak ditemukan

di Amerika Utara dan Asia Timur seperti Korea.

Johan Sukweenadhi percaya tanaman juga membutuhkan "imunisasi" untuk

meningkatkan sistem pertahanan terhadap berbagai kondisi. Salah satu bentuk

imunisasinya yaitu, interaksi bakteri baik dengan tanaman. Ginseng merupakan salah satu

tanaman yang dibudidayakan di Korea Selatan. Namun, dalam masa tumbuhnya banyak

kendala. Kadang usia tanaman ginseng 1-2 tahun sudah dalam kondisi stres dan tidak bisa

tumbuh. Hal itu disebabkan kurangnya sistem pertahanan pada tanaman ginseng sehingga

menghambat pertumbuhan sampai masa panen. Lalu Johan melakukan penelitian dan yang

digunakan dalam penelitian adalah arabidopsis, tanaman yang paling sesuai untuk menjadi

model studi perkembangan tanaman, Yakni, Ginseng. Ia pun berupaya mencari solusi

untuk meningkatkan pertahanan ginseng dengan konsep budidaya secara konvensional

seperti yang dilakukan petani di Korea Selatan. Salah satu caranya, dengan "imunisasi"

Page 32: Kelompok Biologi XI MIPA 9

26

tanaman sejak awal. "Imunisasi" yang dimaksud ialah memberikan bakteri baik kepada

tanaman. Johan menjelaskan, asal bakteri baik yang diberikan tersebut bisa berinteraksi

dengan tanaman, pertumbuhannya akan jauh lebih baik. Menurut dia, bakteri baik pada

tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dapat direspons tanaman untuk meningkatkan

sistem pertahanan. Oleh karena itu ketika bakteri baik tersebut diberikan pada tanaman

sejak awal, dapat mengurangi resiko gagal panen.

Page 33: Kelompok Biologi XI MIPA 9

27

BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian

tanaman seperti rimpang pada jahe merah dan ginseng, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut

dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah

tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi

menjadi tanaman lengkap.

Teknologi kultur jaringan adalah teknologi yang bisa menghasilkan jumlah bibit yang

sangat banyak dalam jangka waktu yang relatif singkat pada lahan yang tidak terlalu luas, seperti

laboratorium, dan hasilnya pun akan relatif identik dengan indukannya. Jika indukannya adalah

indukan yang unggul, maka bibit yang dihasilkan akan unggul, demikian juga sebaliknya.

Pertanian tidak melulu berkutat di lahan dan melakukan aktifitas menanam saja, ternyata

banyak bidang yang harus dilaluinya, seperti pembibitan, pemupukan, dan pemasarannya. Usaha

pembibitan tidak harus dilakukan di lahan yang luas saja, bahkan dalam skala industri maupun

rumahan sudah bisa dilakukan dalam lahan yang tidak harus luas. Terkadang petani tidak bisa

menyediakan bibit unggul sendiri karena kesibukannya mengelola lahan. Tingginya kebutuhan

petani bahkan perusahaan-perusahaan agribisnis akan bibit unggul membuka peluang bagi siapa

saja yang ingin terjun ke bidang usaha kultur jaringan ini.

II. Saran

Menurut pendapat para penulis, alangkah baiknya jika pengetahuan tentang kultur jaringan

ini tidak hanya diajarkan secara teori di sekolah, melainkan juga secara praktek. Dengan

begitu, kultur jaringan dapat secara umum dikenali masyarakat dan tidak menjadi suatu objek

yang masih asing.

Para penulis juga berpendapat bahwa teknik kultur jaringan ada sebaiknya dibawa ke

daerah yang memang merupakan penghasil hasil flora. Dapat juga di daerah tersebut dibangun

suatu pusat praktek kultur jaringan, sehingga tak hanya dapat menghasilkan bibit baik dengan

biaya murah, namun juga dapat membuka lapangan kerja dan pemberian keahlian baru. Oleh

karena itu, penyuluhan tentang kultur jaringan ada baiknya lebih digencarkan.

Page 34: Kelompok Biologi XI MIPA 9

28

Bagi narasumber ada baiknya bila narasumber membagikan pengetahuan tentang kultur

jaringan lebih luaskan dengan membuka workshop untuk umum, atau bisa juga dengan menuju ke

berbagai sekolah untuk praktek langsung kultur jaringan. Harapannya, para penerima bisa lebih

memahami kultur jaringan karena kegiatan praktek dipastikan akan lebih mudah dimengerti.

Page 35: Kelompok Biologi XI MIPA 9

REFERENCES

Ermayanti, T.M., Hafiizh, E.A., & Hapsari, B.W. (2010). Kultur Jaringan Jahe Merah

Pada Media Sederhana Sebagai Upaya Konservasi Secara In Vitro. Berkalahayati.org.

Retrieved from http://berkalahayati.org/files/journals/1/articles/45/submission/45-138-1-

SM.pdf

Fauzan, R. (2016). Jahe Merah. Pertanian.go.id. Retrieved from

http://cybex.pertanian.go.id/artikel/95939/jahe-merah/

Ermayanti, T.M., Hafiizh, E.A., & Hapsari, B.W. (2014). Kultur Jaringan Jahe Merah

Pada Media Sederhana Sebagai Upaya Konservasi Secara In Vitro. lipi.go.id. Retrieved

from http://lipi.go.id/publikasi/kultur-jaringan-jahe-merah-zingiber-officinale-rosc-pada-

media-sederhana-sebagai-upaya-konservasi-secara-in-vitro/6310

Kuswandi, P.C. (2012). Menumbuhkan Semangan Berwirausaha Dengan Memanfaatkan

Bioteknologi Melalui Pengenalan Aklimatisasi Anggrek Hasil Kultur Jaringan.

Staffnew.uny.ac.id. Retrieved from

http://staffnew.uny.ac.id/upload/197810222010122001/pengabdian/kultur-jaringan-

anggrek-makalh-ppm.pdf

Dinas Pertanian dan Pangan, (2013). Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga.

Pertanian.magelangkota.go.id. Retrieved from

http://pertanian.magelangkota.go.id/informasi/teknologi-pertanian/149-kultur-jaringan-

anggrek-skala-rumah-tangga

Prasetyo, C.H. (2009). Teknik Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium sp. Di

Pembudidayaan Aggrek Widorokandang Yogyakarta. Core.ac.uk. Retrieved from

https://core.ac.uk/download/pdf/12348776.pdf

RHIN Biotechnology (2015). Peluang Usaha Bisnis Pembibitan Dengan Teknik Kultur

Jaringan. rhinbiotechnology.com. Retrieved from http://rhinbiotechnology.com/peluang-

usaha-bisnis-pembibitan-dengan-teknik-kultur-jaringan/

Basri, A.H.H. (2016). Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Perbanyakan

Tanaman Bebas Virus. Polbangtanmedan.ac.id. Retrieved from

https://polbangtanmedan.ac.id/pdf/Jurnal%202016/Vol%2010%20No%201/08%20Arie.p

df

Ubaya. (2018). Universitas Surabaya. Ubaya.ac.id. Retrieved from

https://www.ubaya.ac.id/2018/

Dunia Tanaman. (2017, June 5). Alat- Alat Dalam Kultur Jaringan.

Bertanimoderen.blogspot.com. Retrieved from

https://bertanimoderen.blogspot.com/2017/06/alat-alat-dalam-kultur-jaringan.htm

Page 36: Kelompok Biologi XI MIPA 9

LAMPIRAN

Lampiran 01. Gambar Universitas Surabaya

Lampiran 02. Gambar Fakultas Bioteknologi Universitas Surabaya

Lampiran 03. Gambar Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Kemahasiswaan

Page 37: Kelompok Biologi XI MIPA 9

Lampiran 04. Gambar Plantet yang Dikulturkan

Lampiran 05. Gambar Alat dan Bahan Kultur Jaringan

Lampiran 06. Gambar Eksplan Daun

Page 38: Kelompok Biologi XI MIPA 9

Lampiran 07. Gambar Komposisi makronutrie dan mikronutrien Murashige & Skoog

(MS)

Lampiran 08. Gambar Isolasi Eksplan

Lampiran 09. Gambar Alat dan Bahan Kultur Jaringan

Page 39: Kelompok Biologi XI MIPA 9

Lampiran 10. Gambar Inkubasi Eksplan

Lampiran 11. Gambar Ruang Kultur

Lampiran 12. Gambar Kultur Jaringan Tanaman Anggrek

Page 40: Kelompok Biologi XI MIPA 9

Lampiran 13. Gambar Jahe Merah

Lampiran 14. Gambar Ginseng