26
Conflict & Negotiation Nama Kelompok : Brian Permana Putra 12010110141002 Luthfi Hartanto 12010110141038 Adhityo Prabowo 12010110141068 Rensi Eka Prastitya 12010110141120

kelompok konflik & negosiasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

NEGOSOB

Citation preview

Conflict & Negotiation

Nama Kelompok :• Brian Permana Putra 12010110141002• Luthfi Hartanto 12010110141038• Adhityo Prabowo 12010110141068• Rensi Eka Prastitya 12010110141120

KONFLIK

Adalah proses yang dimulai ketika suatu pihak menganggap pihak

lain secara negatif mempengaruhi atau akan mempengaruhi

sesuatu yang menjadi kepedulian dari pihak pertama.

Transisi Dalam Pemikiran Konflik

• Pandangan tradisional

• Pandangan hubungan manusia

• Pandangan interaksionis

Keyakinan bahwa semua konflik membahayakan dan harus dihindari

Keyakinan bahwa konflik merupakan hasil alamiah dan tidak terhindarkan oleh kelompok

konflik menjadi kekuatan positif dalam kelompok dan konflik juga sangat diperlukan agar kelompok berkinerja efektif.

Konflik fungsional dan Konflik disfungsional

vs

Jenis – Jenis Konflik

Konflik fungsional:adalah konflik yang mendukung sasaran kelompok dan dapat memperbaiki kinerja

Konflik disfungsional:adalah konflik yang menghambat kinerja kelompok.

1. Konflik tugas : konflik yang menghubungkan isi dan sasaran pekerjaan

2. Konflik Proses :konflik yang berhubungan dengan caara melakukan pekerjaan.

3. Konflik hubungan : konflik yang berdasarka hubungan interpersonal

Proses Konflik

faktor itu mencakup sistem nilai individu (prasangka, persepsi) dan karakteristik kepribadian serta perbedaan

individu Faktor –

dapat menjadi sumber konflik. Perbedaan

persepsi,semantik,kesalahpahaman penyerapan

informasi,komunikasi yang tidak terstruktur, dan kesalahan

pemilihan saluran komunikasi dapat menyebabkan konflik

Tahap 1 Potensi Oposisi atau ketidakcocokan

struktur di dalam suatu organisasi juga merupakan salah satu penyebab konflik.

a.Komunikasi

b.Struktur,

c. Variabel Pribadi,faktor

Namun konflik itu sendiri akan ada bilamana individu – individu menjadi

terlibat secara emosional (konflik yang dirasakan), sehingga individu –

individu tersebut mengalami kecemasan,ketegangan,frustasi, atau

permusuhan

Tahap kedua ini adalah tahap dimana pihak –pihak yang terlibat

memutuskan mengenai konflik apakah itu.

apabila satu pihak atau lebih sadar atas adanya kondisi yang menciptakan

peluang terjadinya konflik (“konflik yang dipersepsikan”) akan

mendorong terjadinya konflik.

Tahap II : Kognisi dan Personalisasi

Tahap III : Maksud

1. persaingan (tegas dan tidak kooperatif) :Keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan

pihak lain dalam konflik tersebut.

2. kolaborasi ( tegas dan kooperatif) : Situasi yang didalamnya pihak-pihak yang berkonflik sepenuhnya saling memuaskan kepentingan semua pihak

3. penghindaran ( tidak tegas dan kooperatif)Berupaya mengabaikan konflik dan menghindari orang-orang yang

tidak sependapat dengan Anda

4. akomodasi (kooperatif dan tidak tegas)Salah satu pihak bersedia memperlakukan kepentingan pesaing dia

atas kepentingannya sendiri (mengalah).

5. Kompromi (kisaran tengah dalam kekooperatifan dan ketegasan), satu situasi yang didalamnya masing-masing pihak yang berkonflik bersedia

mengorbankan sesuatu

Pada tahap ini konflik dapat dilihat secara nyata. Tahap perilaku ini mencakup

pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat oleh pihak – pihak yang berkonflik.

Perilaku konflik ini biasanya secara terang terangan berupaya melaksanakan

maksud – maksud setiap pihak.

Tahap IV : Perilaku

Manajemen Konflik

• Jika konflik bersifat disfungsional, atau jika konflik

tersebut tingkatnya terlalu rendah atau tinggi maka

diperlukan manajemen konflik.

• Manajemen konflik merupakan penggunaan teknik-

teknik resolusi penanganan konflik dan stimulasi untuk

meraih level konflik yang diinginkan.

Tahap V : Hasil

A. Konflik disfungsional

Konflik yang destruktif dapat menurunkan kinerja

kelompok atau organisasai. Konflik disfungsional dapat

mengakibatkan menurunnya atau bahkan hilangnya kerjasama

dan komunikasi kelompok. Dan lebih ekstrem lagi konflik

disfungsional dapat mengakibatkan pertikaian di dalam

kelompok.

b. Hasil Fungsional

Konflik bersifat konstruktif bila konflik itu memperbaiki kualitas

keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong perhatian dan

keingintahuan dikalangan anggota kelompok, menjadi saluran yang merupakan

sarana penyampaian masalah dan evaluasi diri serta perubahan.

Salah satu bahan baku umum dalam organisasi –

organisasi yang sukses menciptakan konflik fungsional adalah

menghargai perbedaan pendapat dan menghukum penghindar

konflik.

Tahap V : Hasil

Menciptakan konflik fungsional

PERUNDINGAN / NEGOSIASI

Perundingan adalah proses yang di dalamanya dua

pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berupaya

menyepakati nilai tukar barang dan jasa tersebut.

Strategi Tawar-Menawar

Tawar-menawar

Distributive

Tawar- menawar Integratif

Strategi Tawar-

Menawar

negosiasi yang berupaya membagi sumberdaya

yang jumlahnya tetap ; situasi menang-kalah

Ciri yang paling khas adalah berjalan pada

kondisi Menang-kalah

tawar-menawar integrative adalah Perundingan

yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang

dapat menciptakan penyelesaian menang-

menang. Pada metode ini semua pihak yang

melakukan perundingan tidak ada yang merasa

kalah karena semua pihak menyetujui dan tidak

merasa ada yang dirugikan.

Tawar-menawar Distributive Vs Integratif

Proses Perundingan

Persiapan dan

perencanaan

Definisi aturan-aturan dasar

Penjelasan dan

pembenaran

tawar-menawar dan

pemecahan masalah

penutupan dan

pelaksanaan

apakah sifat dasar konflik tersebut ?. bagaimana sejarah

yang memicu perundingan ini ?. siapa yang terlibat

dan bagaimana mereka

mempersiapkan konflik itu ?

menetapkan aturan dasar

dan menyusun suatu strategi, seperti siapa

yang akan melakukan

perundingan, dimana akan

diadakan, apakah waktu akan menjadi

kendala.

Ketika opini para negosiator sudah

saling dipertukarkan,

selanjutnya menerangkan, menegaskan, memperjelas,

memperkuat, dan membenarkan

permintaan asli kita. Ini tidak selalu

bersifat konfrontasional.

Hakikat proses perundingan

adalah proses actual memberi dan menerima sebagai upaya

memperbincangkan

persetujuan, disinilah

kompromi perlu dibuat oleh

kedua pihak.

menformalkan persetujuan yang telah

diwujudkan dan menyusun

setiap prosedur yang diperlukan

untuk pelaksanaan

dan pemantauan.

ISU-ISU DALAM PERUNDINGAN

Peran ciri kepribadian dalam perundingan

• Tidak mempunyai dampak langsung yang mencolok,baik pada proses tawar menawar maupun pada hasil perundingan

Perbedaan jenis kelamin dalam perundingan

• Faktanya jenis kelamin mempengaruhi hasil perundingan, pria ternyata lebih berhasil dalam perundingan daripada wanita

Perbedaan budaya dalam perundingan

Konteks budaya dari perundingan sangat

mempengaruhi jumlah dan tipe persiapan

tawar-menawar,tekanan relatif pada

hubungan tugas lawan antar pribadi,taktik

yang digunakan dan bahkan perundingan

itu hendak dijalankan

Perundingan pihak-ketiga

• Tidak selamanya individu atau wakil kelompok mampu menyelesaikan perbedaan mereka melalui perundingan langsung,mereka mungkin berpaling ke pihak-ketiga untuk membantu mereka menemukan penyelesaian

• Empat peran mendasar: →mediator (penengah) →arbitrator (wasit) →konsiliator (perujuk) →konsultan

Perundingan pihak ketiga

Ringkasan dan implikasi bagi para manajer

Konflik dan kinerja unit

situasi Tingkat konflik Tipe konflik Karakteristik unit internal

Hasil kinerja unit

A Rendah atau tidak ada Tidak berfungsi

-Apatis-tidak ada tanggapan terhadap perubahan-tidak kreatif

Rendah

B Optimal Berfungsi-bersemangat-kritik diri-inovatif

Tinggi

C tinggi Tidak berfungsi-merusak-kacau balau-tidak dapat berkerja sama

Rendah

Gunakan penghindaran, ketika persoalan tentu tidak terlalu penting,atau terdapat persoalan lebih penting yang mendesak

Dalam menyikapi masalah sebaiknya manajer mengetahui tentang pedoman berikut ini :

Gunakan persaingan, bila tindakan cepat dan tegas bersifat vital

Gunakan kolaborasi, untuk menemukan penyelesaian integrative bila kedua perangkat kepentingan itu terlalu penting sehingga tidak dapat di kompromikan

Gunakan akomodasi, bila anda dapati bahwa anda keliru dan bila anda ingin posisi yang

lebih baik untuk di dengar,untuk belajar, dan untuk menunjukan rasionalitas anda.

Gunakan kompromi, bila sasarannya penting tetapi tidak layak mendapatkan upaya

pendekatan-pendekatan yang lebih tegas yang disertai kemungkinan gangguan