1
Dari lima isu MAMPU, ada tiga isu yang sangat dominan di Kecamatan Baguala; peningkatan akses perempuan terhadap jaminan sosial pemerintah, kesehatan reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan. BETTY RANGKOLY Ketua Forum Kecamatan Baguala Kelompok Konstituen Pertanyakan Data Penerima Layanan Sosial l 25 Kelompok Konstituen dan 5 Forum Kecamatan Terbentuk WARGA yang layak menerima bantuan beras miskin (raskin), bantuan langsung tunai, ataupun Jamkesmas dan Jamkesda masih ada yang luput dari pendataan pemerintah. Keluh kesah ini diungkapkan sejumlah perwakilan warga yang tergabung dalam Kelompok Konstituen dalam pertemuan rutin Forum Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, Leitimur Selatan, Baguala, dan Teluk Ambon medio Maret-April 2014. Bisik-bisik tentang akurasi data layanan sosial pemerintah yang kerap diperbicangkan di kantong- kantong permukiman warga pun dikemukakan dalam forum. Pertemuan yang difasilitasi Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur) dan mitra daerah Yayasan Arika Mahina lewat Program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) ini digelar secara simultan di lima kecamatan di Kota Ambon. ‘’Saya mau bicara soal data. Data yang sebenarnya data yang mana untuk penerima bantuan raskin? Kira- kira kriteria apa saja yang membuat keluarga mendapat bantuan?’’ ujar Sherly Laures dalam pertemuan Forum Kecamatan Teluk Ambon. Sekretaris Kelompok Konstituen Kole-Kole, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Noni Soleman, mengungkapkan, sekitar 20 persen dari sekitar 100 kepala keluarga di Desa Poka belum mendapat jatah raskin. Data kelompok sasaran yang dikeluarkan pihak Kantor Badan Pusat Statistik tidak terlalu banyak mengalami pengurangan. “Saat kami bertanya pada staf Desa, katanya sudah dimasukkan nama- nama yang layak menerima raskin, namun ketika ada pengumuman jatah raskin banyak yang tidak masuk namanya sebagai penerima raskin,” kata Noni. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Maluku Nomor 38 Tahun 2013 yang diterima Bulog Maluku, tercatat 21.568.500 kg jatah raskin Provinsi Maluku tahun 2013 yang disalurkan kepada 119.825 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/ penerima manfaat di 11 Kabupaten/ Kota. Jembatani Warga dan Wakil Rakyat Diskusi Forum Kecamatan adalah seri kegiatan pembentukan Kelompok Konstituen yang difasilitasi MAMPU. Forum ini menjembatani aspirasi warga dengan pemerintah daerah, wakil rakyat, dan Forum Media. Yayasan Arika Mahina sebagai mitra pelaksana Program MAMPU di Kota Ambon secara rutin memfasilitasi pertemuan Kelompok Konstituen di 5 kecamatan se-Kota Ambon: Nusaniwe, Sirimau, Leitimur Selatan, Baguala, dan Teluk Ambon. Januari – Maret 2014 tercatat 25 Kelompok Konstituen dari 25 Desa/ Kelurahan di 5 Kecamatan se-Kota Ambon telah terbentuk. Program Officer MAMPU- BaKTI, Junardi Jufri, menuturkan pembentukan Kelompok Konstituen dan Forum Kecamatan merupakan bagian dari penguatan kapasitas masyarakat. Penguatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai konstituen dari anggota DPRD. Melalui Forum Kecamatan, Kelompok Konstituen dapat menyalurkan aspirasinya kepada anggota parlemen dan berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan, sosialisasi, dan penerapan kebijakan responsif gender dan berpihak pada masyarakat miskin. Anggota kelompok telah mengidentifikasi masalah-masalah di Desa/Kelurahan dan Kecamatan, khususnya yang terkait 5 isu MAMPU: meningkatkan akses perempuan terhadap program perlindungan sosial pemerintah, meningkatkan akses perempuan pada pekerjaan dan menghapus diskriminasi di tempat kerja, meningkatkan kondisi buruh perempuan dalam bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja, memperkuat kepemimpinan perempuan untuk mencapai kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi yang lebih baik, dan memperkuat kepemimpinan perempuan dalam mengurangi kekerasan terhadap perempuan. Dalam diskusi Forum Kecamatan, isu yang diangkat masyarakat beragam. ''Dari lima isu MAMPU, ada tiga isu yang sangat dominan di Kecamatan Baguala; peningkatan akses perempuan terhadap perlindungan jaminan sosial pemerintah, kesehatan reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan,'' ujar Betty Rangkoly, Ketua Forum Kecamatan Baguala. Menurutnya, isu yang diungkap masyarakat itu akan dilihat bersama dan dicari solusinya. Perjuangkan Kebijakan Responsif Gender Dalam tahun pertama program, MAMPU-BaKTI bekerja di tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia; Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone), Maluku (Kota Ambon), dan Nusa Tenggara Barat (Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur) lewat mitra pelaksana daerah LPP Bone, Yayasan Arika Mahina Ambon, dan LBH APIK NTB. Program Penguatan Kapasitas Anggota Parlemen Perempuan dalam Memperjuangkan Kebijakan Responsif Gender ini didukung oleh Pemerintah Australia selama delapan tahun, 2012-2020, dengan tahap pertama berakhir pada tahun 2016. Di tahun pertama, MAMPU melakukan penguatan kelembagaan mitra daerah, membentuk Kelompok Konstituen dan Forum Kecamatan, membentuk Forum Media, dan pengembangan kapasitas. ‘’Program MAMPU memberi penguatan kapasitas kepada anggota parlemen, khususnya Anggota Parlemen Perempuan guna memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan masyarakat miskin,’’ ujar Lusia Palulungan, Program Manager MAMPU- BaKTI. KASUS Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Ambon mendapat perhatian dari Dinas Kesehatan (Dinkes). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di kota ini telah menyediakan layanan KDRT. Jemmy Talakua, Senior Program Officer MAMPU-BaKTI Arika Mahina menuturkan, layanan konseling bagi korban KDRT ini masih perlu sosialisasi karena masih banyak masyarakat yang belum tahu. Adanya kebutuhan untuk pos pelayanan konseling KDRT ini terungkap dalam diskusi- diskusi Kelompok Konstituen di Forum Kecamatan yang menghadirkan pihak Dinas Kesehatan Kota Ambon. Dari hasil diskusi Kelompok Konstituen diketahui, rata-rata 20 persen dari jumlah penduduk di masing-masing kelurahan di Ambon mengalami KDRT. Sayangnya hanya segelintir saja yang melaporkan kasus itu ke lembaga hukum. Sebagian besar korban KDRT menganggap kasus KDRT sebagai aib keluarga. Kondisi ini membuat korban kerap enggan bahkan takut melaporkan kasusnya karena mendapat ancaman, baik dari pelaku maupun keluarga. Akibatnya jumlah kasus KDRT yang dilaporkan ke Polisi dapat dihitung jari. Pada kwartal pertama 2014, hanya ada dua kasus KDRT, tiga kasus pemerkosaan, delapan kasus pencabulan, masing-masing dua kasus pembunuhan dan penganiayaan. Kondisi ini dibenarkan Claudia F. Parera dari kelompok konstituen “Marawai” Desa Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan. Diakui, karena masih enggan mengangkat kasus KDRT di ranah hukum formal, akibatnya puluhan perempuan di Hatalai masih mendapatkan pelakuan kekerasan secara berulang. Dengan terbentuknya Kelompok Konstituen di Hatalai, sejumlah permasalahan terkait perlindungan sosial maupun KDRT dapat dibahas bersama dan dicari solusinya. Lewat dukungan peningkatan kapasitas kelembagaan yang dilakukan Arika Mahina bersama MAMPU – BaKTI, kini sebanyak 25 Kelompok Konstituen yang sudah terbentuk di Kota Ambon sudah mampu menyampaikan berbagai persoalan yang dialami melalui Forum Kecamatan yang menjembatani mereka dengan SKPD dan anggota parlemen. Mereka kini juga bisa meminta pertanggungjawaban kepada para penentu kebijakan dan pelaksana program pembangunan, ketika perlindungan sosial yang dinanti-nantikan tak kunjung datang. Dinkes Siapkan Layanan KDRT FOTO: Arika Mahina/BaKTI KELOMPOK Konstituen Kelurahan Nusaniwe, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, mengiden- tifikasi sejumlah permasalahan di wilayah mereka. Kelompok Konstituen jadi penyampai aspirasi warga ke parlemen dan instansi terkait.

Kelompok Konstituen Pertanyakan Data Penerima Layanan Sosialmampu.or.id/staging/wp-content/uploads/2018/04/5b.iklan... · katanya sudah dimasukkan nama-nama yang layak menerima raskin,

Embed Size (px)

Citation preview

Dari lima isu MAMPU, ada tiga isu yang sangat dominan di Kecamatan

Baguala; peningkatan akses perempuan terhadap jaminan sosial pemerintah, kesehatan

reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan.

Betty rAngKolyKetua Forum Kecamatan Baguala

Kelompok Konstituen Pertanyakan Data Penerima Layanan Sosial

l 25 Kelompok Konstituen dan 5 Forum Kecamatan terbentukWARGA yang layak menerima bantuan beras miskin (raskin), bantuan langsung tunai, ataupun Jamkesmas dan Jamkesda masih ada yang luput dari pendataan pemerintah. Keluh kesah ini diungkapkan sejumlah perwakilan warga yang tergabung dalam Kelompok Konstituen dalam pertemuan rutin Forum Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, Leitimur Selatan, Baguala, dan Teluk Ambon medio Maret-April 2014.

Bisik-bisik tentang akurasi data layanan sosial pemerintah yang kerap diperbicangkan di kantong-kantong permukiman warga pun dikemukakan dalam forum. Pertemuan yang difasilitasi Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur) dan mitra daerah Yayasan Arika Mahina lewat Program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) ini digelar secara simultan di lima kecamatan di Kota Ambon.

‘’Saya mau bicara soal data. Data yang sebenarnya data yang mana untuk penerima bantuan raskin? Kira-kira kriteria apa saja yang membuat keluarga mendapat bantuan?’’ ujar Sherly Laures dalam pertemuan Forum Kecamatan Teluk Ambon.

Sekretaris Kelompok Konstituen Kole-Kole, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Noni Soleman, mengungkapkan, sekitar 20 persen dari sekitar 100 kepala keluarga di Desa Poka belum mendapat jatah raskin. Data kelompok sasaran yang dikeluarkan pihak Kantor Badan Pusat Statistik tidak terlalu banyak mengalami pengurangan.

“Saat kami bertanya pada staf Desa, katanya sudah dimasukkan nama-nama yang layak menerima raskin, namun ketika ada pengumuman jatah raskin banyak yang tidak masuk namanya sebagai penerima raskin,” kata Noni.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Maluku Nomor 38 Tahun 2013 yang diterima Bulog Maluku, tercatat 21.568.500 kg jatah raskin Provinsi Maluku tahun 2013 yang disalurkan kepada 119.825 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)/penerima manfaat di 11 Kabupaten/Kota.

Jembatani Warga dan Wakil RakyatDiskusi Forum Kecamatan adalah

seri kegiatan pembentukan Kelompok Konstituen yang difasilitasi MAMPU. Forum ini menjembatani aspirasi warga dengan pemerintah daerah, wakil rakyat, dan Forum Media.

Yayasan Arika Mahina sebagai mitra pelaksana Program MAMPU di Kota Ambon secara rutin memfasilitasi pertemuan Kelompok Konstituen di 5 kecamatan se-Kota Ambon: Nusaniwe, Sirimau, Leitimur Selatan, Baguala, dan Teluk Ambon.

Januari – Maret 2014 tercatat 25 Kelompok Konstituen dari 25 Desa/Kelurahan di 5 Kecamatan se-Kota Ambon telah terbentuk.

P rog ram Of f i c e r MAMPU-BaKTI, Junardi Jufri, menuturkan pembentukan Kelompok Konstituen dan Forum Kecamatan merupakan bagian dari penguatan kapasitas masyarakat. Penguatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sebagai konstituen dari anggota DPRD.

Melalui Forum Kecamatan, Ke lompok Konst i tuen dapat menyalurkan aspirasinya kepada anggota parlemen dan berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan, sosialisasi, dan penerapan kebijakan responsif gender dan berpihak pada masyarakat miskin.

A n g g o t a k e l o m p o k t e l a h mengidentifikasi masalah-masalah di Desa/Kelurahan dan Kecamatan, khususnya yang terkait 5 isu MAMPU: meningkatkan akses perempuan terhadap program perlindungan sosial pemerintah, meningkatkan akses

perempuan pada pekerjaan dan menghapus diskriminasi di tempat kerja, meningkatkan kondisi buruh perempuan dalam bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja, memperkuat kepemimpinan perempuan untuk mencapai kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi yang lebih baik, dan memperkuat kepemimpinan perempuan dalam mengurangi kekerasan terhadap perempuan.

Dalam diskusi Forum Kecamatan, isu yang diangkat masyarakat beragam. ''Dari lima isu MAMPU, ada tiga isu yang sangat dominan di Kecamatan Baguala; peningkatan akses perempuan terhadap perlindungan jaminan sosial pemerintah, kesehatan reproduksi, dan kekerasan terhadap perempuan,'' ujar Betty Rangkoly, Ketua Forum Kecamatan Baguala. Menurutnya, isu yang diungkap masyarakat itu akan dilihat bersama dan dicari solusinya.

Perjuangkan Kebijakan Responsif Gender

Dalam tahun pertama program, MAMPU-BaKTI bekerja di tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia; Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone), Maluku (Kota Ambon), dan Nusa Tenggara Barat (Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Timur) lewat mitra pelaksana daerah LPP Bone, Yayasan Arika Mahina Ambon, dan LBH APIK NTB.

Program Penguatan Kapasitas Anggota Parlemen Perempuan dalam Memperjuangkan Kebijakan Responsif Gender ini didukung oleh Pemerintah Australia selama delapan tahun, 2012-2020, dengan tahap pertama berakhir pada tahun 2016.

Di tahun pertama, MAMPU melakukan penguatan kelembagaan mitra daerah, membentuk Kelompok Konstituen dan Forum Kecamatan, membentuk Forum Media, dan pengembangan kapasitas.

‘’Program MAMPU memberi penguatan kapasitas kepada anggota parlemen, khususnya Anggota Parlemen Perempuan guna memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan masyarakat miskin,’’ ujar Lusia Palulungan, Program Manager MAMPU-BaKTI.

KASUS Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Kota Ambon mendapat perhatian dari Dinas Kesehatan (Dinkes). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di kota ini telah menyediakan layanan KDRT. Jemmy Talakua, Senior Program Officer MAMPU-BaKTI Arika Mahina menuturkan, layanan konseling bagi korban KDRT ini masih perlu sosialisasi karena masih banyak masyarakat yang belum tahu.

Adanya kebutuhan untuk pos pelayanan konseling KDRT ini terungkap dalam diskusi-diskusi Kelompok Konstituen di Forum Kecamatan yang menghadirkan pihak Dinas Kesehatan Kota Ambon.

Dari hasil diskusi Kelompok Konstituen diketahui, rata-rata 20 persen dari jumlah penduduk di masing-masing kelurahan di Ambon mengalami KDRT.

Sayangnya hanya segelintir saja yang melaporkan kasus itu ke lembaga hukum. Sebagian besar korban KDRT menganggap kasus KDRT sebagai aib keluarga. Kondisi ini membuat korban kerap enggan bahkan takut melaporkan kasusnya karena mendapat ancaman, baik dari pelaku maupun keluarga. Akibatnya jumlah kasus KDRT yang dilaporkan ke Polisi dapat dihitung jari. Pada kwartal

pertama 2014, hanya ada dua kasus KDRT, tiga kasus pemerkosaan, delapan kasus pencabulan, masing-masing dua kasus pembunuhan dan penganiayaan.

Kondisi ini dibenarkan Claudia F. Parera dari kelompok konstituen “Marawai” Desa Hatalai, Kecamatan Leitimur Selatan. Diakui, karena masih enggan mengangkat kasus KDRT di ranah hukum formal, akibatnya puluhan perempuan di Hatalai masih mendapatkan pelakuan kekerasan secara berulang.

Dengan terbentuknya Kelompok Konstituen di Hatalai, sejumlah permasalahan terkait perlindungan sosial maupun KDRT dapat dibahas bersama dan dicari solusinya.

Lewat dukungan peningkatan kapasitas kelembagaan yang dilakukan Arika Mahina bersama MAMPU – BaKTI, kini sebanyak 25 Kelompok Konstituen yang sudah terbentuk di Kota Ambon sudah mampu menyampaikan berbagai persoalan yang dialami melalui Forum Kecamatan yang menjembatani mereka dengan SKPD dan anggota parlemen. Mereka kini juga bisa meminta pertanggungjawaban kepada para penentu kebijakan dan pelaksana program pembangunan, ketika perlindungan sosial yang dinanti-nantikan tak kunjung datang.

Dinkes Siapkan Layanan KDRT

fOtO: Arika Mahina/baKtI

KELOMPOK Konstituen Kelurahan Nusaniwe, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, mengiden-tifikasi sejumlah permasalahan di wilayah mereka. Kelompok Konstituen jadi penyampai aspirasi warga ke parlemen dan instansi terkait.