13
MEMBANGUN WISATA ADALAH MEMBANGUN SEGALA SEKTOR (Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pertanian Berbasis Desa Wisata Dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kota Batu) A. Latar Belakang Kota Batu (112°17'10,90"-122°57'11" Bujur Timur dan 7°44'55,11"- 8°26'35,45 Lintang Selatan) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia terbentuk pada tahun 2001 sebagai pecahan dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah Kota Batu merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Rerletak 15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat. Wilayah kota ini berada di ketinggian 680 -1.200 meter dari permukaan laut dan diapit oleh 3 buah gunung yang telah dikenal yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Arjuna (3.339 meter), Gunung Welirang (3.156 meter). Kodisi topografi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit menjadikan Kota Batu bersuhu udara rata- rata 15-19 derajat Celsius. Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol, selanjutnya secara berurutan kambisol, 1

Kelompok Mawar

Embed Size (px)

Citation preview

MEMBANGUN WISATA ADALAH MEMBANGUN SEGALA SEKTOR(Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pertanian Berbasis Desa Wisata Dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kota Batu)A. Latar Belakang Kota Batu (11217'10,90"-12257'11" Bujur Timur dan 744'55,11"-826'35,45 Lintang Selatan) adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia terbentuk pada tahun 2001 sebagai pecahan dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah Kota Batu merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Rerletak 15 km sebelah barat Kota Malang, berada di jalur Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Kota Batu berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di sebelah utara serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan, dan barat.

Wilayah kota ini berada di ketinggian 680 -1.200 meter dari permukaan laut dan diapit oleh 3 buah gunung yang telah dikenal yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Arjuna (3.339 meter), Gunung Welirang (3.156 meter). Kodisi topografi yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit menjadikan Kota Batu bersuhu udara rata-rata 15-19 derajat Celsius.

Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakanandosol, selanjutnya secara berurutan kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi, sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi.

Dengan dukungan Topografi Sarana dan Prasarana yang memadai menjadikan Kota Batu sebagai salah satu tujuan untuk menghabiskan waktu libur, sehingga Kota Batu dijuluki sebagai the real tourism city of Indonesia oleh Bappenas.

Penduduk Kota Batu sebagian besar bekerja sebagai petani dimana hasil pertanian utama dari Kota Batu adalah buah, bunga dan sayur-mayur. Hasil perkebunan andalan yang menjadi komoditi utama dari Kota Batu adalah buah apel. Apel Batu ini memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome beauty, anna, dan wangling.

Kota Batu sebagai daerah otonom baru, di Provinsi Jawa Timur memiliki luas wilayah 202,30 km2 yang terdiri dari 3 Kecamatan yang dibagi lagi menjadi 19 Desa dan 5 Kelurahan. Pembagian daerah atministratif tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Batu :

Desa Oro-oro Ombo.

Desa Pesanggrahan.

Desa Sidomulyo.

Desa Sumberejo.

Kelurahan Ngaglik.

Kelurahan Sisir.

Kelurahan Songgokerto.

Kelurahan Temas.

2. Kecamatan Bumiaji :

Desa Bulukerto.

Desa Bumiaji.

Desa Giripurno.

Desa Gunungsari.

Desa Pandanrejo.

Desa Punten.

Desa Sumbergondo.

Desa Tulungrejo.

Desa Sumber Brantas.

3. Kecamatan Junrejo :

Desa Beji.

Kelurahan Dadaprejo.

Desa Junrejo.

Desa Mojorejo.

Desa Pendem.

Desa Tlekung.

Desa Torongrejo.

Pelaksanaan otonomi daerah yang berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah pada hakekatnya agar proses pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah dapat lebih efektif dan efisien dilaksanakan, dengan mengedepankan pemberdayaan pada masyarakat..

Paradigma pemberdayaan memberikan arti penting dalam membangkitkan potensi, kreativitas, dan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan melalui proses belajar bersama yang berbasis pada budaya, politik, dan ekonomi lokal.Sasaran akhir otonomi atau desentralisasi adalah kemandirian daerah dan masyarakat. Dalam konteks ini, otonomi daerah memberi ruang gerak berkreasi lebih besar bagi daerah dalam menyelenggarakan pelayanan publik, peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan daya saing.

Di sektor publik, diakui atau tidak, dengan penerapan otonomi daerah dan semakin nyata serta meluasnya trend globalisasi saat ini, daerah pun harus saling berebut satu sama lain dalam hal:

1. Perhatian (attention)

2. Pengaruh (influence)

3. Pasar (market)

4. Tujuan Bisnis & Investasi (business & investment destination)

5. Turis (tourist)

6. Tempat tinggal penduduk (residents)

7. Orang-orang berbakat (talents), dan

8. Pelaksanaan kegiatan (events)

Mempertimbangkan delapan hal tersebut diatas, sebuah daerah membutuhkan brand yang kuat. Pemerintah daerah harus membangun brand (brand building) untuk daerahnya, tentu yang sesuai dengan potensi, kekuatan, dan kekurangan maupun posisi kedudukan yang menjadi target daerah tersebut.Dinamika pembangunan di Kota Batu dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan semakin maraknya pembangunan fisik, baik perumahan, perkantoran, perhotelan, usaha, obyek daya tarik wisata, dan sebagainya. Kota Batu dituntut untuk melakukan lompatan-lompatan pembangunan yang strategis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sebagai daerah yang mandiri.

Terkait dengan peningkatan pembangunan di Kota Batu, beberapa permasalahan yang timbul yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:

Meningkatnya arus wisatawan ke Kota Wisata Batu, berdampak pada kemacetan lalu lintas;

Bertambahnya pusat-pusat pariwisata yang baru, belum di imbangi dengan sarana prasana penunjang yang memadai (jalan, jembatan, sanitasi, area parkir) berdampak pada ketidak nyamanan wisatawan yang berkunjung;

Belum adanya subterminal agribis yang representatif

Masih tingginya angka kemiskinan masyarakat desa

Belum terkoordinasi dan terintegrasinya sistem pariwisata yang memanfaatkan potensi unggulan desa

Masih rendahnya pemberdayaan masyarakat desa dalam pembangunan pariwisata

Mesih belum maksimalnya sinergi birokrasi dalam melayani masyarakat

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terkait dengan potensi, kekuatan maupun kekurangan dan ancaman yang dimiliki oleh Kota Batu, sebagai berikut:

1. Alternatif strategi perencanaan pembangunan apa yang dapat dipilih oleh seorang Kepala Daerah untuk Kota Batu dewasa ini?

2. Bagaimana pelaksanaan strategi perencanaan pembangunan tersebut dikaitkan dengan pembenahan unsur birokrasi? C. Analisis dan Pembahasan

Strategi adalah berisi tentang penyusunan rencana strategi organisasi secara sistematis, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan / organisasi dengan cara memperhatikan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal organisasi.

Melalui penyusunan strategi yang dirumuskan berdasarkan atas kekuatan dan kelemahan serta dipadukan dengan prediksi peluang dan ancaman yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan eksternal diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.Penilaian terhadap sumber daya internal dan kemampuan maupun berbagai peluang dilingkungan eksternalnya disebut dengan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan alat analisis umum mengenai strategi perencanaan, dimana dalam analisis SWOT dibagi ke dalam dua perbedaan unsur yakni konsentrasi analisis internal atau dalam kelembagaan dan analisis eksternal di luar lembaga. Tujuan analisis sendiri adalah mengkaji dan menambah kekuatan (S), mengurangi kelemahan (W), memperluas peluang (O), dan mengeliminasi ancaman dari luar(T).

Isu-isu strategis tentang penilaian atas faktor internal dan faktor eksternal terhadap kekuatan dan kekurangan Kota Batu, yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan

Pemandangan alam dan suasana sejuk

Kesiapan Penduduk Desa

Homestay sebagai tempat penginapan

Prasarana jalan desa memadai

Tanah subur

Potensi pertanian unggulan desa

b. Kelemahan

Kualitas Pendidikan Penduduk

Penguasaan bahasa asing

Belum terbentuk kelompok masyarakat pariwisata

Promosi kerja pariwisata rendah

Cara bertani masih belum efektif dan produktif

Belum terbangun cluster komoditi pertanian

Belum terbangun jaringan kerjasama pariwisata

c. Peluang

Anggaran Pembangunan Desa Wisata

Banyak terdapat Pengusaha Wisata

Waktu Luang Masyarakat

Kecenderungan Wisata kembali ke suasana alam back to nature d. Ancaman

Wisatawan dikelola secara parsial

Perubahan rumah penduduk

Perubahan lahan pertanian

Lemahnya sinergi pengembangan kawasan

Dari analisis SWOT diatas dapat dirumuskan suatu strategi besar yaitu : Memberdayakan Masyarakat Melalui Pertanian Berbasis Desa Wisata Dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kota Batu, yang ditempuh melalui pendekatan :

a. Pendekatan pembangunan untuk memenuhi hak masyarakat (Right Based Development).

b. Pembangunan desa dengan titik berat pada desa wisata untuk pemerataan dan kesejahteraanc. Pembangunan yang berpusat kepada manusia (Centered People Development)Dari perumusan strategi melalui pendekatan analisis SWOT tersebut, maka pemberdayaan masyarakat melalui pertanian berbasis desa wisata, contoh program yang dapat dilakukan adalah:a. Program Jangka Pendek1. Pelatihan Pelayanan Wisata Bagi Penduduk Desa

2. Sosialisasi pelestarian obyek warisan wisata yang ada

3. Pelatihan usaha pariwisata berbasis pertanian unggulan

b. Program Jangka Menengah

1. Pelatihan pertanian produk unggulan

2. Pelatihan industri olahan produk pertanian maupun pendukung pariwisata

3. Pembinaan Kelompok masyarakat sadar wisata

4. Peningkatan kerjasama atau jejaring wisata antara pelaku usaha pariwisata

5. Pengembangan kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam pembinaan desa wisata berbasis pertanian.

Disamping strategi jangka pendek dan jangka menengah diatas,Kota Batu perlu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan pemerintah, yaitu :

1. Pemerintahan (birokrasi) yang kompetitif. Tujuan besar yang ingin dicapai dari visi membangun sebuah daerah, sangat membutuhkan dukungan birokrasi yang kompetitif, sehingga perlu didorong terjadinya adanya iklim kompetisi di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Keuntungan dari adanya iklim kompetisi didalam organisasi pemerintah adalah : munculnya efisiensi yang lebih besar sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar; mendorong adanya inovasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan; serta membangkitkan rasa harga diri dan semangat juang pegawai. Memerlukan reformasi manajerial birokrat dan birokrasinya. Oleh karena, perlu diimplementasikan dengan menginternalisasi 4 cara berpikir kepada jajaran birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Batu, sebagai berikut :

a. From top down to partnership/ participatory Prinsip ini berarti menekankan partisipasi stakeholder dibandingkan perintah dari pemerintah saja.

b. From bureaucratic style to entrepreneurial mindset Cara berpikir ini menekankan pola berpikir kreatif di antara para SKPD dan pro aktif mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat;

c. From procedural attitude to end-result oriented Perubahan dari cara berpikir yang lambat dan berbelit, kepada pola pikir yang responsif terhadap peluang dan berorientasi pada hasil dan kemanfaatan yang diterima masyarakat;

d. From partial handling to integrative solution Perubahan dari cara berpikir yang sektoral, parsial, kepada pemikiran yang komprehensif, sinergis.

2. Pemerintahan Katalis:Derap laju pembangunan di Kota Batu selama ini terutama di sektor pariwisata dan usaha pendukungnya, tidak terlepas dari peran serta piha swasta, pemerintah Kota Batu harus mengembangkan iklim yang kondusif untuk iklim investasi, melaui regulasi regulasi yang mempermudah masuknya penanaman modal, mendorong terjadinya bentuk-bentuk kemitraan antara masyarakat dan sektor privat pemilik modal dalam mengembangkan usaha pariwisata semisal melalui konsesi ataupun kepemilikan saham bersama atas suatu usaha pariwisata. 3. Pemerintahan milik masyarakat: Prinsip ini juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mampu melakukan usaha swadaya sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada pemerintah, sehingga tidak terjadi masyarakat batu menjadi tamu di rumahnya sendiri. Masyarakat di dorong untuk aktif melakukan investasi di daerahnya sendiri sesuai dengan kapasitas kemampuan dan peluang peluang usaha yang di desain sesuai dengan nilai lokal Kota Batu.4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi. Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang berorientasi pada kegiatan. Aturan-aturan tidak kaku dan tidak mengganggu pada misi. Visi menjadi titik pancang kebijakan pengembangan kota. Visi dipancangkan terutama untuk tiap bidang krusial yang memiliki spread effect atau multiflier effect besar.

5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil. Organisasi pemerintah lebih terfokus pada pencapaian kinerja yang lebih baik. Dalam hal ini, prosedur kerja yang berbelit-belit harus dihilangkan.. Perlakuan yang sama di dalam menarik sebanyak mungkin investasi tidak hanya dari masyarakat pemilik modal dari luar, tetapi juga masyarakat Kota Batu sendiri. Dalam konteks pelayanan publik, baik rakyat biasa maupun kalangan investor sama2 harus dilayani dengan prinsip kesamaan dan keadilan tidak boleh rakyat tak bermodal didiskriminasi oleh kalangan pemodal. 6. Pemerintah Wirausaha. Dalam kaitan ini, fungsi umum pemerintahan dan pelayanan yang biasanya tidak menghasilkan pendapatan, perlu diarahkan untuk menjadi fungsi usaha publik yang menghasilkan pendapatan. Adapun fungsi usaha publik ini dibagi kedalam tiga kategori, yaitu aktivitas yang dirancang untuk menghasilkan laba; aktivitas yang dibentuk untuk mendapatkan modal kembali (impas) tetapi tidak menghasilkan laba ; serta aktivitas yang secara parsial dapat mendukung mereka sendiri.7. Pemerintah antisipatif. Kristalisasi keinginan dalam visi, harus dapat dijabarkan dituangkan dalam menjadi Rencana Strategis Pembangunan yang matang, terukur, dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu. Ada target yang jelas, serta memperhitungkan dinamika perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat.8. Pemerintahan desentralisasi. Prinsip desentralisasi ini mendorong partisipasi aktif kelompok-kelompok masyarakat di dalam mengembangkan visi membangun Kota Batu.9. Pemerintahan yang berorientasi pada pasar. Iklim investasi yang kondusif telah mendorong peran sektor swasta untuk melakukan usaha di Kota Batu, penciptaan pasar pasar baru dalam sektor pariwisata telah mendorong peningkatan taraf hidup kesejahteraan masyarakat di Kota Batu. D. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan diatas, maka dapat dirumuskan simpulan terkait dengan strategi pembangunan Kota Batu, sebagai berikut:

1. Alternatif strategi perencanaan pembangunan apa yang dapat dipilih oleh seorang Kepala Daerah untuk Kota Batu dewasa ini, adalah Memberdayakan Masyarakat Melalui Pertanian Berbasis Desa Wisata Dalam Usaha Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa di Kota Batu yang ditempuh melalui pendekatan :

a. Pendekatan pembangunan untuk memenuhi hak masyarakat (Right Based Development).

b. Pembangunan desa dengan titik berat pada desa wisata untuk pemerataan dan kesejahteraanc. Pembangunan yang berpusat kepada manusia (Centered People Development)2. Pelaksanaan strategi pembangunan tersebut, sangat membutuhkan dukungan birokrasi yang kompetitif, sehingga perlu didorong terjadinya adanya iklim kompetisi di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Memerlukan reformasi manajerial birokrat dan birokrasinya, yang diimplementasikan dengan menginternalisasi 4 cara berpikir kepada jajaran birokrasi di lingkungan Pemerintah Kota Batu, sebagai berikut :

a. From top down to partnership/ participatory Prinsip ini berarti menekankan partisipasi stakeholder dibandingkan perintah dari pemerintah saja.

b. From bureaucratic style to entrepreneurial mindset Cara berpikir ini menekankan pola berpikir kreatif di antara para SKPD dan pro aktif mengembangkan kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat;

c. From procedural attitude to end-result oriented Perubahan dari cara berpikir yang lambat dan berbelit, kepada pola pikir yang responsif terhadap peluang dan berorientasi pada hasil dan kemanfaatan yang diterima masyarakat;

d. From partial handling to integrative solution Perubahan dari cara berpikir yang sektoral, parsial, kepada pemikiran yang komprehensif, sinergis.

8