17
1

Kelor Hapsari 1 - repositori.unud.ac.id file2 laporan penelitian potensi daun kelor (moringa oleifera) untuk meningkatkan produktivitas dan daya tahan babi terhadap infeksi bakteri

Embed Size (px)

Citation preview

1

2

LAPORAN PENELITIAN

POTENSI DAUN KELOR (Moringa oleifera) UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA TAHAN BABI

TERHADAP INFEKSI BAKTERI INTESTINAL

Peneliti : Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP.

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDYANA

NOPEMBER 2014

3

KATA PENGANTAR

Penelitian ini bertujuan mengangkat potensi dan kearifan local serta sebagai

wujud Pola Ilmiah Pokok Kebudayaan yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.

Penelitian diharapkan ini nantinya tidak hanya bisa menggeliatkan ekonomi

masyarakat petani kecil dengan budidaya Kelor dan ternak babi, namun juga

mewarnai khasanah keilmuan, bagi mahasiswa dan masyarakat.

Peneltian ini adalah kegiatan penelitian yang melibatkan mahasiwa

pascasarjana sebagai tugas akhir yang harus dilaksanakan. Selain itu pendanaan

penelitian ini adalah dari dana Hbah Unggulan Perguruan Tinggi Keberlanjutan

penelitian untuk tahun ke 2 merupakan hal yang sangat penting untuk bisa

mewujudkan impian terwujudnya produk feed suplemen serta dukungan nyata

terhadap program Go green di Bali yang mampu menghijaukan dan memberikan nilai

ekonomi bagi masyarakat lokal, khususnya bagi masyarakat petani di daerah Bukit

Jimbaran.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Dirjen Dikti melalui dana Hibah

Desentralisasi Unggulan Perguruan tinggi, Rektor Universitas Udayana, Kepala

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unud atas kepercayaan

yang telah diberikan serta kepada pihal-pihak yang telah banyak membantu,

khususnya Laboratorium Mikrobiologi FK unud, Laboratorium Bioteknologi

Pascasarjana, Laboratorium di lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian yang telah

membantu jalannya penelitian ini.

Demikian kiranya laporan ini disusun agar bisa disebarkan kepada pihak-

pihak yang berminat untuk mempelajari lebih dalam. Sudah tentu tidak ada gading

yang tak retak, untuk ini sangat diharapkan adanya saran atau masukan bagi

penyempurnaan ke depan

Nopember 2014

4

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bali tidak terlepas dari keberadaan

usaha ternak Babi. Bali merupakan salah satu wilayah dengan jumlah populasi babi

terbesar di Indonesia yaitu sekitar 1 juta ekor lebih pada tahun 2008. Hal ini tidak

terlepas dari kebutuhan masyarakat Bali terhadap komoditas Babi yang terus

meningkat dari tahun ke tahun.

Dengan semakin sempitnya wilayah yang mendapat ijin masyarakatnya untuk

beternak babi maka ke depan Bali berpotensi menjadi pusat peternakan babi dan

penelitian tentang babi khususnya di universitas Udayana. Oleh karenanya sangat

penting dilakukan penelitian tentang berbagai aspek pada Babi selain bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi juga merupakan bagian dari implementasi Pola Ilmiah

Pokok Kebudayaan yang dicanangkan oleh Universitas Udayana.

Ternak babi mempunyai banyak kelebihan diantaranya beranak banyak,

pertumbuhan cepat, sumber makanan bervariasi mulai limbah dapur, hasil pertanian

dan pakan jadi berupa pellet. Hal ini terkait susunan organ pencernaannya yang

merupakan peralihan antara monogaster dan poligaster, sehingga mampu mencerna

berbagai jenis pakan. Kebanyakan peternakan babi yang ada di Bali merupakan

peternakan rakyat yang berskala kecil, hanya sebagai tabungan yang dipelihara secara

rumahan dengan jumlah 2 – 6 ekor, meskipun ada beberapa yang sudah berbentuk

peternakan Babi intensif. Babi juga merupakan jenis ternak yang sangat rentan

terhadap penyakit terutama penyakit yang disebabkan infeksi bakteri dan parasit.

Pada umumnya usaha terapi yang dilakukan adalah dengan pemberian preparat

antibiotik dan anthelmintik.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang banyak tumbuh

di kebun, halaman rumah, pinggir ladang atau sawah yang telah dikenal oleh nenek

moyang masyarakat Bali sebagai tanaman yang mempunyai khasiat sebagai; obat

tradisional terutama kulit batangnya dan daun serta buahnya dimanfaatkan sebagai

5

sayur. Selain itu di beberapa daerah tanaman kelor digunakan untuk memandikan

jenasah orang yang meninggal dan dimitoskan sebagai tananam yang bisa mengusir

roh-2 jahat. Dari cerita-cerita tersebut maka dapat disimpulkan bahwa daun kelor

mempunyai khasiat tertentu yang tidak dijelaskan oleh nenek moyang. Tanaman

Kelor justru banyak diteliti oleh peneliti dari Eropa, India, dan Amerika namun masih

sangat sedikit diteliti oleh peneliti di Indonesia. Menurut Reyes,.( 2006) daun kelor

mempunyai kandungan nutrisi yang sangat tinggi yang mampu meningkatkan

produksi susu pada sapi perah yang sangat signifikan yaitu sampai 50 % dari

produksi awal. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman et al (2009) menunjukkan

bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai antibakterial terhadap bakteri pathogen

yang menyerang manusia.

BAB II. STUDI PUSTAKA

Babi merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai komoditas yang sangat

tinggi di Bali, Selain itu Babi mempunyai tempat tersendiri bagi masyarakat bali

terkait dengan adat, budaya dan kehidupan sosial sebagian besar masyarakatnya.

Sehingga kebutuhan babi cenderung meningkat dari waktu ke waktu sesuai dengan

peningkatan daya beli masyarakat. Oleh karenanya maka sudah menjadi kebiasaan

khususnya disebagian besar masyarakat di pedesaan selalu memelihara babi sebagai

tabungan untuk menghadapi hari raya keagamaan maupun upacara-upacara perayaan

perkawinan bahkan kematian.

Kendala yang muncul pada usaha peternakan Babi adalah adanya serangan penyakit,

terutama pada babi muda. Penyakit yang berdampak pada kerugian ekonomi akibat

penurunan berat badan, biaya pengobatan dan kematian terutama adalah penyakit

yang menyerang saluran cerna. Penyakit saluran cerna yang diakibatkan oleh adanya

infeksi bakteri yang sring menyerang babi adalah Kolibasilosis.

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Escherichia coli strain pathogen. Penyakit ini tidak saja menyerang Babi tetapi juga

6

unggas, sapi, ruminansia lainnya bahkan strain Escherichia coli tertentu bisa bersifat

zoonosis atau mampu menular dan menyerang manusia (Casey, et al. 2005; Rodney,

et al. 1999; Montagne et al. 2005). Umumnya kolibasilosis yang menyerang babi

mempunyai angka morbiditas antara 30-40 % dan mortaliatasnya cukup tinggi

terutama pada anak babi yang baru lahir.

Kolibasilosis atau diare neonatal disebabkan oleh infeksi bakteri

enterotoxigenic E coli(ETEC) yang mempunyai antigen perlekatan K88, K99, F41

atau 987P merupakan salah satu penyebab utama kematian anak babi pada umur dua

minggu. ETEC berada pada lingkungan kandang induk babi beranak. Anak babi

terinfeksi oleh ETEC melalui mulut dengan masa inkubasi 6-18 jam. Anak babi

neonatal yang terinfeksi oleh ETEC akan menderita diare terus-menerus, tinja encer

seperti air berwarna kekuning-kuningan. Anak babi neonatal yang menderita diare

akan mengalami dehidrasi, asidosis, dan cepat mati (Hailton, et.al 2000). Vu-Khac et

al (2004) melaporkan bahwa didapatkan beberapa isolat strain E. coli pathogen

penyebab diare pada anak babi umur 28 hari berdasarkan metode PCR$ terhadap gen

fimbrie yaitu F4, F5, F6, F18 dan F41, enterotoxins (STa, STb and LT), verotoxin

(VT2e or Stx2e) dan enteroaggregative heat-stable enterotoxin 1 (EAST1). Hal ini

menunjukan bahwa ada suatu mobilitas terhadap strain atau gen baru yang muncul

pada strain E. coli.

Pengobatan yang dilakukan biasanya dengan pemberian antibiotik seperti

tetracycline, penstrep, preparat sulfa dll. Obat-obatan yang diberikan tanpa

mengindahkan aturan baik dosis maupun waktu pemberian akan berdampak pada

timbulnya kasus resistensi obat (Tzipori, 1985 dalam Supar, 1992). Rensistensi

terhadap antibiotik selain merugikan pada ternak babi secara langsung karena

penggunaan antibiotik yang sudah resisten tidak lagi bisa dipakai sebagai tindakan

terapi, juga kejadian resistensi akan bisa berdampak pada kesehatan konsumen. Oleh

karenanya maka perlu dicari alternative pengobatan yang murah, ramah lingkungan

dan dampaknya minimal. Ali et al ( 2009). Mendapatkan bahwa dampak resistensi

antibiotic pada unggas sudah sangat meresahkan

7

Tanaman Kelor(Moringa oleifera) merupakan tanaman perdu yang mampu

tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sejak jaman dulu tanaman kelor

dipercaya mempunyai banyak khasiat sebagai obat tradisional yang sampai saat ini

masih sangat sedikit laporan ilmiah dari potensi daun kelor.Makkar and Becker,

(1996) melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada daun yang diekstrak dan

yang tidak diekstrak adalah 43.5 dan 25.1%. daun Kelor (Moringa oleifera )

mengandung tannins dan saponin yang sama banyaknya yang terkandung pada

tepung kedelai . Daun Kelor tidak mengandung inhibitor trypsin dan tidak ditemukan

adalanya kandungan lectin. Sonia et al (2010). Mendapatkan bahwa ternyata

pemberian serbukdaun kelor pada anak babi sebanyak 10 % dari total konsentrat yang

diperlukan mampu meningkatkan berat badan sebanyak 6.42 %.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan satu-satunya anggota

family dari Moringaceae yang ditemukan mampu tumbuh diberbagai wilayah seperti

di wilayah Himalaya, india, Pakistan, banglades dan di Afganistan (Fahey,2005)

Tanaman Kelor digunakan secara luas untuk mengobati infeksi bakteri, infeksi jamur,

antiinflamasi, penyakit menular kelamin, malnutrisi dan diare pada manusia. Moringa

oleifera sudah sejak jaman dulu kala dikenal sebagai bahan obat tradisional yang

yang dipercaya dapat dipakai untuk pengobatan tumor (Ramachandran et al.1980).

Hasil penelitian Rahman et al. (2009) mendapatkan bahwa daun Kelor mampu

menghambat bakteri pathogen pada manusia seperti S. aureus dan Streptococcus-B-

haemolytica. Penggunaan daun kelor sebagai pakan sapi perah ternyata berdampak

sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dan kualitas susu yang

dihasilkanPenelitian tentang daun kelor di berbagai negara sebenarnya sudah banyak

dilaporkan namun masih sangat sedikit yang dilakukan di Indonesia meskipun

manfaat daun kelor sudah menjadi mitos dari beratus tahun yang lalu. Mahajan dan

Mehta (2008) mendapatkan bahwa ternyata biji Kelor mampu menghambat reaksi

alergi yang umum pada manifestasi asma.

8

BAB III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diketahui secara ilmiah

khasiat daun kelor terutama kemampuan sebagai pemacu pertumbuhan dan

antibakteri serta anthelmintik sehingga nantinya bisa dipakai sebagai pengganti

penggunaan obat kimia yang berdampak buruk pada kesehatan konsumen khususny

manusia. Hasil akhir dari penelitian ini adalah produk feed suplemen untuk pakan

ternak khususnya babi

Keutamaan Penelitian :

Penelitian tentang potensi daun kelor sangat penting dilakukan karena daun

kelor merupakan salah satu keanekaragaman flora yang tercatat juga pada usada Bali

sehingga dapat dijelaskan secara ilmiah potensi yang dimiliki. Penelitian ini juga

merupakan penelitian yang berpotensi untuk mendapatkan paten karena sampai saat

ini belum pernah dilakukan penelitian pemanfaatan daun Kelor (Moringa

Oleifera)sebagai suplemen pakan pada ternak. Selain itu hasil kegiatan penelitian ini

diharapkan bisa menambah informasi pada matakuliah I. Managemen Penyakit

Babi yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa FKH Unud.

Selain itu penelitian ini merupakan penelitian yang sangat terkait dengan Pola

Pokok ilmiah Kebudayaan yang telah dicanangkan oleh Unud, yakni melestarikan

dan meningkatkan potensi lokal daerah yaitu Babi dan daun kelor. Penelitian ini

juga berpotensi untuk menghasilkan produk yang aman,

ramahlingkungan,murah dan bernilai konservasi alam sehingga dapat berperan

pada penyelamatan lingkungan dan kampanye tentang Global warming dengan

menanam Kelor sebagai usaha sampingan yang mendukung ekonomi masyarakat

pedesaan. Penelitian ini nantinya merupakan kegiatan penelitian yang akan

9

melibatkan beberapa mahasiswa sebagai penelitian untuk penulisan desertasi dan

skripsi.

BAB IV. METODE PENELITIAN

Pengumpulan isolat lapang yang diperoleh dari peternakan Babi yang diduga

terinfeksi Kolibasilosis dan peternakan Babi yang menderita kecacingan. Sampel

yang diambil sekitar 50 sampel tinja untuk mengkoleksi beberapa strain E. coli dan

beberapa spesies cacing yang menyerang saluran cerna.

a. Isolasi dan Identifikasi Strain E. coli

Penelitian dilakukan dengan mengacu pada metode Jawetz et al. (1998) Usap

rectal dari babi yang dicurigai kemudian dipupuk ke dalam media Eosin Blue agar

dan diinkubasi pada 37 0 C selama 24 jam. Bakteri yang diduga Escherichia coli akan

tumbuh dengan koloni berwarna hijau metalik dengan diameter 2 – 5 mm. Kemudian

dilakukan identifikasi dengan INVIC (Indol, MR VP dan Citrat ) E. coli akan

memberikan reaksi Indol positif, MR dan VP negative dan Citrate negative.

Selanjutnya untuk menguji patogenitasnya maka isolat ditanam pada Blood agar,

diinkubasi pada 37 0 C selama 24 jam. Adanya reaksi hemolisis akan ditandai dengan

adanya zona hemolisa. Isolat terpilih kemudian dimurnikan pada biakan agar miring

untuk dipakai sebagai stok pada saat perlakuan. Selain itu dilakukan uji serotiping

terhadap E. coli isolat lapang yang telah dikumpulkan baik dengan metode serulogis

b. Ekstraksi daun Kelor

Ekstraksi daun kelor dilakukan di Laboratorium Analitik F MIPA dan

dilanjutkan dengan analisis komponen yang terkandung dalam daun kelor.

c. Uji Daya Hambat ekstrak daun kelor terhadap pertumbuhan bakteri secara

Invitro

10

Uji daya hambat dilakukan dengan memakai metode Kirby Bouer dengan

memakai cakram antibiotic dan dengan metode difusi. Pertama media padat Muller

Hinton dibuat lubang dengan diameter 3 mm, sebanyak 6 lubang, satu di sentral dan

lima lubang mengelilinginya. Kemudian pada permukaan agar secara swab dilakukan

penanaman bakteri isolate murni E. coli yang telah dikoleksi sebelumnya. Media

diinkubasi dalam incubator pada temperature 37 0C selama 15 menit atau sampai

seluruh suspensi bakteri terserap semua. Kemudian pada lubang yang telah dibuat

dimasukan sebanyak 0,5 ml larutan ekstrak daun kelor konsentrasi 0%, 20%, 40%,

60%, 80% dan 100%.Sebagai kontrol positif dipakai antibiotik Chlorampenicol.

Setelah semua selesai maka petridish diinkubasi dalam inkubator pada temperatur

370C selama 18 jam dan dihitung diameter hambatan yang terbentuk.

Uji Daya Anthelmintik daun kelor terhadap cacing/ telur cacing dari berbagai spesies

yang ditemukan pada feses babi sebagai sampel.dengan berbagai tingkat konsentrasi

yang dilakukan secara invitro.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Koleksi strain E. coli pathogen isolat lapang pada peternakan Babi di 5

wilayah Kabupaten di Bali

Koleksi strain E.coli pathogen penyebab infeksi saluran cerna pada babi

dilakukan pada beberapa wilayah di seluruh kabupaten yang ada di Bali, meliputi

Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem dan Jembrana. Jumlah

specimen dari babi yang dicurigai penderita Colibacillosis adalah sebanyak 50

specimen dengan rincian masing-2 wilayah 10 sampel specimen. Kegiatan ini

dilaksanakan mulai April 2012 sampai dengan Agustus 2012. Dari seluruh wilayah

yang dilakukan sampling, ternyata tidak semuanya ditemukan isolat yang pathogen

dan bersifat zoonosis. Hampir semua menunjukkan gejala diare, dehidrasi bahkan

kematian, namun setelah dilakukan isolasi dan identifikasi terhadap bakteri penyebab

ternyata dari 11 isolat E. coli pathogen yang didapat 3 diantaranya yang berpotensi

11

sebagai agen zoonosis. Isolat tersebut berasal dari peternakan babi di wilayah

Jembrana dan Tabanan.

Gambar 1 Isolat-isolat E. coli pathogen yang berasal dari babi penderita

Kolibasilosis

Adapun hasil identifikasi kecurigaan sebagai agen zoonosis yang dilakukan terlihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Isolat E.coli yang ditanam pada berbagai media pertumbuhan selektif

12

IV. 2. Ekstraksi daun Kelor

Daun kelor ( Moringa oliefera ) yang dipakai sebagai bahan penelitian

diambil dari wilayah sekitar kampus Jimbaran, sebagai lokasi percontohan lahan

kritis, berkapur dan relatif miskin unsur hara bagi pertumbuhan tanaman lain. Hal ini

didasarkan pada tujuan penelitian ini untuk mengoptimalkan lahan-lahan kritis

dengan menghijaukan dengan tanaman kelor yang mampu bertahan dan tumbuh

subur di wilayah tersebut, yang nantinya diharapkan akan bisa diterapkan untuk

wilayah Nusa Tenggara Timur yang mempunyai kondisi sangat mirip dengan wilayah

Bukit Jimbaran, sehingga bisa sebagai salah satu alternatif sumber suplemen bagi

peternakan-peternakan selain babi, seperti sapi dan unggas.

IV. 3. Uji Daya Hambat ekstrak daun kelor (Moringa oliefera) terhadap

pertumbuhan bakteri secara Invitro

Uji Daya Hambat ekstrak daun Kelor terhadap pertumbuhan isolat bakteri

E.coli pathogen berpotensi zoonosis menunjukkan bahwa ekstrak air Moringa

Oliefera mempunyai daya hambat rata-rata adalah 11 mm. Hasil penelitian Vieiraet

al. (2010) menunjukkan bahwa diameter daya hambat ekstrak Moringa oliefera

terhadap E. coli yang berasal dari ikan adalah 13 mm. Penelitian Oluduro et al.

(2012) menunjukkan bahwa ekstrak daun Moringa oliefera mampu membentuk zona

hambat dengan diameter rata-rata adalah 1.00 mm terhadap E. coli yang diisolasi dari

luka pada manusia. Hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan diameter

hambatan yang terbentuk dari penelitian Viera et la. (2010). Hal ini kemungkinan

adalah disebabkan oleh komposisi zat aktif Moringa Oliefera berbeda dari setiap

wilayah. Namun hal ini belum bisa menunjukkan bahwa Moringa oliefera yang

berasal dari Bukit lebih rendah kualitasnya, karena perlu pembuktian secara invivo.

Ogbe and Affiku (2012) melaporkan berdasarkan penelitian tentang analisis proximat

Moringa oliefera mempunyai potensi sebagai pakan ternak unggas untuk

menggantikan peran konsentrat yang relatif mahal khususnya bagi negara-negara

miskin.

13

Tabel 2. Diameter Hasil Uji Hambat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oliefera) Terhadap E.coli penyebab colibacillosis pada Babi .

Konsentrasi (%)

Ulangan ke 1

(mm)

Ulangan ke 2 (mm)

Ulangan ke 3

(mm)

Ulangan ke 4 (mm)

Rerata

100 2 0 0 0 0,5 75 7 10 11 8 9 50 5 6 5 4 5 25 4 5 6 4 4,8 0 0 0 0 0 0

Gambar 3. Uji daya hambat ekstrak daun kelor

14

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa ;

Ekstrak daun Kelor (Moringa oliefera) mempunyai kemampuan menghambat bakteri

pathogen Escherichia coli penyebab Colibacillosis yang berpotensi sebagai zoonosis

mulai pada konsentrasi 25 % sampai 75 %. Namun tidak pada konsentrasi 100%.

Ekstrak air ternyata mempunya daya antibacterial yang lebih baik daripada dektrak

etanol terhadap Escherichia coli pathogen yang diisolasi dari babi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk melakukan penelitian

lebih mendalam tentang potensi ekstrak daun kelor (Moringa oliefera) secara invivo

untuk membuktikan potensi bagi peningkatan performan dan produktifitas ternak

khususnya babi sebagai model agar nantinya siap untuk diproduksi sebagai feed

suplement.

15

DAFTAR PUSTAKA

Ali AM., Alam S.,Hassan SMR and Shirin M. 2009. Antibiotic Resistance of Escherichia Coli Isolated From Poultry and Poultry Environment of Bangladesh . Journal of Food Safety, Vol.11. p. 19-23

Blanco M, Blanco J E Gonzalez, E A, Mora A, Jansen W Gomes, T A, Zerbini L F, Yano T, de Castro A F, and Blanco 1997. Genes coding for enterotoxins and verotoxins in porcine Escherichia coli strains belonging to different O:K:H serotypes: relationship with toxic phenotypes . J Clin Microbiol.35(11): 2958–2963

Francis, D.H. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod. 1999;7(5):241-244.

Hong, TTT, 2006. Dietary Modulation to Improve Pig Health and Performance.Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Makkar, H.P.S.and Becker, K. 1996.Nutritional value and antinutritional components of whole and ethanol extracted Moringa oleifera leaves. Animal Feed Science and Technology. Vol. 63. P. 1 -4.

Mahajan, SG.and Mehta, AA. 2008. Effect of Moringa oleifera Lam. seed extract on ovalbumin-induced airway inflammation in guinea pigs. Inhal Toxicol. Aug;20(10):897-909.

Montagne*L., Cavaney JR. 2004. Effect of diet composition on postweaning colibacillosis in piglets. J. Anim. Sci. 2004. 82:2364-2374, FS., Hampson DJ., Lallès PJ. and Pluske

Narayanan Rita, Ronald BSM., Krishnakumar N., Gopu P., Bharathidasan A., Prabhakaran R.2008Effect of citric acid as feed additive in swine starter diet. Indian Journal of Animal Research Vol. 42, p. 4

Ogbe, A.O. And. Affiku, JP. 2011. Proximate Study, Mineral And Anti-Nutrient Composition Of Moringa Oleifera Leaves Harvested From Lafia, Nigeria: Potential Benefits In Poultry Nutrition And Health. Journal Of Microbiology, Biotechnology And Food Sciences Vol :12 : 1 (3) 296-308

Peter, W. and Deogracious, O. 2006. The In-vitro ascaricidal activity of selected

indigenous medicinal plants used in ethno veterinary practices in Uganda.

16

African J of Traditional Complementary and Alternative Medicine. Vol:3

No. 2.

Rahman, MM., Sheikh, MI., Sharmin, SK., Islam, MS., Rahman, MA., Rahman,MM.2 and Alam, MF. 2009. Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria. CMU. J. Nat.Sci. vol. 8(2) p. 912.

Sads, PR. and Bilkei,G 2003. The effect of oregano and vaccination against Glässer’s disease and pathogenic Escherichia coli on postweaning performance of pigs. Irish Veterinary Journal Volume 56 (12): 611

Sánchez NR. 2006. Moringa oleifera and Cratylia argentea: Potential Fodder Species for Ruminants in Nicaragua. Doctoral thesis Swedish University of Agricultural Sciences Uppsala

Sengupta ME, Keraita B, Olsen A, Boateng OK, Thamsborg SM, Pálsdóttir GR, Dalsgaard A 2012. Use of Moringa oleifera seed extracts to reduce helminth egg numbers and turbidity in irrigation waterWater Res. 2012 Jul;46(11):3646-56.

Sonia PA., Hazel GD., Masilungan, Babylyn A.M. 2010. Partial Substitution Of Commercial Swine Feeds With Malunggay (MoringaOleifera) Leaf Meal Under Backyard Conditions. Philippine Journal of Veterinary and Animal Sciences, Vol 36, No 2

Supar, Hirst RG and Patten BE. 1991. The importance of enterotoxigenic Escherichia coli containing the 987P antigen in causing neonatal colibacillosis in piglets in Indonesia. Vet Microbiol. 15;26(4):393-400.

WHO Scientific Working Group. 1980. Escherichia coli diarrhoae. Bull. WHO. 36 (1). 23 -30

Vieira,G.H.F., Mourão, A.J., Ângelo, A.M., Costa, R.A. And Vieira, R. H. S. F.

2010. Antibacterial Effect (In Vitro) Of Moringa Oleifera And Annona Muricata

Against Gram Positive And Gram Negative Bacteria. Rev. Inst. Med. Trop. Sao Paulo 52(3):129-132

Vu-KhacH., Holoda E. and E.Pilipčinec 2004. Distribution of Virulence Genes in

Escherichia coli Strains Isolated from Diarrhoeic Piglets in the Slovak Republic J. of Vet Med. Vol. 57. No. 7.

17

UMAR D. 1998. Antimicrobial Activity of Moringa oleifera Leaves Journal of Islamic Academy of Sciences 11:1, 27-32,