3
RENUNGAN KECIL TENTANG MANUSIA ------------------------------------- Bismillaahirrahmaanirrahiim Semua orang di pelosok jagat raya persada ini sudah tahu asal-usul manusia yang terlahir dari Nenek Moyang Nabiyullah Adam Alaihissalaam dan Bunda Siti Hawa. Dalam catatan kecil ini ijinkan saya membuat tulisan singkat mengenai manusia dalam pengertian substansi harfiyah. Kata "manusia" sudah menjadi bahasa asli Indonesia dan Melayu, kata lain untuk menyebut manusia adalah insan. Ternyata ada perbedaan secara harfiyah jika ditelusuri melalui gramatika dan tata kalimat yang dipelajari oleh para penuntut ilmu di banyak pondok pesantren serta perguruan Islam yang tersebar di pelosok nusantara ini. Al-Qur'an tidak penah mengenal kata manusia, yang sering disebut dalam Kitab mulia ini adalah kata insan, nafsun dan an-naas serta al-ladzinna. Insan diterjemahkan sebagai lupa terambil dari kata nasiya-yansaa-nasyan. Nafsun diterjemahkan sebagai diri, terambil dari kata nafisa- yanfasu-nafsan. Sedangkan an-naas dan al-ladzinna adalah bentuk jamak yang sering diberi arti manusia atau orang- orang. Ada sedikit persamaan antara insan dan manusia. Kata "insan" berarti lupa, sementara kata "manusia" terambil dari kata ansaa-yunsii-insaan-munsiyyun-mansiyyan/ Rupanya dari pola (wazan) inilah kata “manusia” diambil dan diserap dari bahasa Arab yang kemudian dijadikan kata baku oleh bahasa Indonesia. Ansaa artinya melupakan, sedangkan munsiyyun adalah yang meluipakan. Jadi secara harfiyyah kata “manusia” adalah pelaku yang sering melupakan. Siapa yang dilupakan oleh manusia, siapa lagi kalau bukan Allah, Sang Pencipta, creator yang membuat manusia dari tidak ada menjadi ada. Sesuai dengan asal usul katanya manusia adalah pelaku kehidupan yang sering melupakan penciptanya, yaitu Allah.

Kembara - 15 Juli 2013 - Renungan Kecil Tentang Manusia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Renungan Kecil Tentang Manusia

Citation preview

RENUNGAN KECIL TENTANG MANUSIA

RENUNGAN KECIL TENTANG MANUSIA-------------------------------------Bismillaahirrahmaanirrahiim

Semua orang di pelosok jagat raya persada ini sudah tahu asal-usul manusia yang terlahir dari Nenek Moyang Nabiyullah Adam Alaihissalaam dan Bunda Siti Hawa. Dalam catatan kecil ini ijinkan saya membuat tulisan singkat mengenai manusia dalam pengertian substansi harfiyah.

Kata "manusia" sudah menjadi bahasa asli Indonesia dan Melayu, kata lain untuk menyebut manusia adalah insan. Ternyata ada perbedaan secara harfiyah jika ditelusuri melalui gramatika dan tata kalimat yang dipelajari oleh para penuntut ilmu di banyak pondok pesantren serta perguruan Islam yang tersebar di pelosok nusantara ini.

Al-Qur'an tidak penah mengenal kata manusia, yang sering disebut dalam Kitab mulia ini adalah kata insan, nafsun dan an-naas serta al-ladzinna. Insan diterjemahkan sebagai lupa terambil dari kata nasiya-yansaa-nasyan. Nafsun diterjemahkan sebagai diri, terambil dari kata nafisa-yanfasu-nafsan. Sedangkan an-naas dan al-ladzinna adalah bentuk jamak yang sering diberi arti manusia atau orang-orang.

Ada sedikit persamaan antara insan dan manusia. Kata "insan" berarti lupa, sementara kata "manusia" terambil dari kata ansaa-yunsii-insaan-munsiyyun-mansiyyan/ Rupanya dari pola (wazan) inilah kata manusia diambil dan diserap dari bahasa Arab yang kemudian dijadikan kata baku oleh bahasa Indonesia. Ansaa artinya melupakan, sedangkan munsiyyun adalah yang meluipakan. Jadi secara harfiyyah kata manusia adalah pelaku yang sering melupakan. Siapa yang dilupakan oleh manusia, siapa lagi kalau bukan Allah, Sang Pencipta, creator yang membuat manusia dari tidak ada menjadi ada.

Sesuai dengan asal usul katanya manusia adalah pelaku kehidupan yang sering melupakan penciptanya, yaitu Allah. Manusia sering melupakan sejarah diciptakannya dirinya oleh Allah melalui proses penciptaan yang teramat panjang, bahkan Allah rela membuat prototype manusia yang gagal dan menciptakan kembali untuk kedua kali periode penciptaan manusia yang diwakili Nabiyullah Adam alaihissalaam. Dalam Al-Quran disebut proses penciptaan sekaligus sejarah ada-nya manusia melalui perdebatan yang cukup a lot dan panjang di hadapan malaikat yang pada saat itu mengajukan protes atas penciptaan Nabiyullah Adam alaihissalaam.

Karena manusia sering melupakan sejarah penciptaannya, Allah mengutus bukan hanya seorang rasul, tapi ribuan rasul dan nabi-nabi yang dalam beberapa sumber disebut 313 Rasul dan 124 ribu nabi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat prinsip yaitu mengingatkan dan mengenalkan Allah sebagai penciptanya. Dalam banyak sejarah yang ditulis berdasarkan wahyu Allah baik dalam Al-Quran maupun kitab-kitab agama yang lain, terlukis kisah perjalanan para nabi dan rasul Allah yang dengan sangat susah payah berjuang penuh perngorbanan tak mengenal waktu dan lelah letih untuk berusaha mengingatkan manusia yang sudah melupakan Allah, penciptanya yang Maha Rahman dan Maha Rahiim.

Wal hasil, walau jerih payah para Nabi dan Rasul Allah, sejak diturunkannya Nabiyullah Adam alaihissalaam sebagai Nabi sekaligus manusia pertama di bumi sehingga Baginda Rasulullah SAW sebagai Rasul pilihan Allah yang terakhir, walaupun tidak semua manusia secara sempurna semuanya mau kembali mengingat dan berserah diri serta bersaksi sebagai pengakuan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, namun para penerus ajaran keesaan Tuhan yang populer dalam Islam disebut Tauhid senantiasa bermunculan, yang tentu saja mengikuti para pendahulunya, berjuang habis-habisan dengan peluh dan keringat serta letih yang berkepanjangan, tidak terhitung pengorbanan waktu, materi dan bahkan mempertaruhkan nyawa untuk mengingatkan manusia yang karena terpesona oleh daya tarik dunia, akhirnya sengaja melupakan Allah. Dzat yang menciptakannya.

Semoga bermanfaat.Bandung, 15 Juli 2013