57
0 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl. Sidoluhur 12, Surabaya Telp. (031)3540189, Fax. (031)3528847, E-mail : [email protected]

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

0

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl. Sidoluhur 12, Surabaya Telp. (031)3540189, Fax. (031)3528847, E-mail : [email protected]

Page 2: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

i

KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Tahunan BBTKLPP Surabaya tahun 2018 ini merupakan pedoman

dasar dalam penyusunan rencana kerja anggaran tahun 2018 untuk proses pembahasan

selanjutnya sesuai peraturan perundangan yang mengaturnya.

Dasar penyusunan RENCANA KERJA BBTKLPP SURABAYA TAHUN 2018 ini

adalah draft RAK tahun 2015-2019, Tugas dan Fungsi BBTKLPP Surabaya sebagaimana

Permenkes RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit,

Indikator Kinerja Utama, Indikator Kinerja Kegiatan, dan Output sebagaimana dalam draft

Petunjuk Perencanaan (Jukren) Tahun 2016.

Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya tahun 2018 memuat analisis situasi kejadian

penyakit dan masalah kesehatan lainnya, perencanaan kinerja, indikator kinerja, besaran

target yang harus dicapai, dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan BBTKLPP Surabaya

selama tahun anggaran 2018.

Kami menyampaikan terima kasih atas segala masukan yang positif dari bidang dan

bagian di lingkungan BBTKLPP Surabaya dalam penyusunan Rencana Kerja BBTKLPP

Surabaya tahun 2018 ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-

Nya kepada BBTKLPP Surabaya. Aamiin.

Surabaya, Januari 2018 Kepala

Dr. Hari Santoso, SKM, M.Epid MH. Kes NIP.195906181983031001

Page 3: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II ANALISIS SITUASI ..................................................................................... 3

A. Masalah Kesehatan di Wilayah Layanan ................................................. 3

B. Ketersediaan Sumber Daya .................................................................... 3

BAB III PERENCANAAN KINERJA ........................................................................ 7

A. Indikator Kinerja ...................................................................................... 7

B. Rencana Kegiatan .................................................................................. 9

BAB. IV RENCANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI ............................................. 10

A. Rencana Pemantauan ............................................................................ 10

B. Rencana Evaluasi ................................................................................... 10

Lampiran ................................................................................................................... 11

Page 4: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah tahun 2015 – 2019 telah disusun

sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.02/MENKES/52/2015

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode 2015 - 2019. Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan merupakan dokumen negara yang berisi upaya-upaya pembangunan

kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk program/kegiatan, indikator, target, sampai dengan kerangka

pendanaan dan kerangka regulasinya. Renstra ini menjadi dasar dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 ini digunakan sebagai acuan dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan dalam kurun waktu periode 2015 - 2019,

serta dilaksanakan oleh seluruh stakeholders serta jajaran kesehatan baik di pusat maupun daerah

termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha. Selanjutnya renstra Kementerian Kesehatan Tahun

2015-2019 dijabarkan dalam bentuk Rencana Aksi Program (RAP) di tingkat Eselon I dan Rencana Aksi

Kegiatan (RAK) di Eselon II.

Dalam Rencana Strategis Pembangunan Bidang Kesehatan tertuang arah kebijakan, strategi,

tujuan dan sasaran serta program-program dan tata cara penyelenggaraan, pemantauan dan penilaian

yang dilengkapi dengan indikator kinerja yang merupakan bentuk dari akuntabilitas kinerja Kementerian

Kesehatan. Salah satu programnya adalah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit. Program ini diarahkan agar

berbagai penyakit menular, penyakit tidak menular dan faktor risikonya dapat terkendali dan diupayakan

tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

BBTKLPP Surabaya sebagai unit pelaksana teknis Ditjen P2P, melaksanakan surveilans

epidemiologi berbasis laboratorium dalam program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagaimana Permenkes RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit.

Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya Tahun 2018 disusun dalam rangka melaksanakan tugas dan

fungsi sebagaimana tertuang dalam draft RAK 2015-2019, serta mendukung pencapaian indikator kinerja

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Kerja BBTKLPP Surabaya Tahun

2018 digunakan sebagai acuan penyusunan rencana tahun 2018 sesuai pagu anggaran indikatif,

sementara, dan definitif

B. Tujuan

Tersusunnya pedoman penyusunan rencana kerja tahun 2018 yang sesuai dengan situasi masalah

kesehatan wilayah layanan dan rencana jangka menengah Satker BBTKLPP Surabaya

Page 5: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

4

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Masalah Kesehatan di Wilayah Layanan

Sejalan dengan dinamika situasi kondisi lingkungan strategis, maka upaya dan program-program serta

kegiatan pembangunan bidang kesehatan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan

kependudukan, epidemiologi, ilmu pengetahuan dan teknologi, gaya hidup serta kondisi lingkungan

hidupnya. Arah pembangunan kesehatan juga semakin didorong untuk mampu mendukung upaya

perkuatan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan bahkan kehidupan politik yang sangat dinamis,

mengingat kesehatan merupakan salah satu hak azasi manusia yang dijamin dalam peraturan

perundangan maupun konvensi internasional.Beberapa isu strategis yang perlu dicermati oleh BBTKLPP

Surabaya meliputi :

1. Triple Burden Penyakit yaitu penyakit infeksi, penyakit tidak menular, serta munculnya penyakit baru

dan munculnya kembali penyakit endemik lokal (new and re-emerging disease)

2. Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah penyakit

3. Situasi matra yang berdampak terhadap kesehatan

4. Potensi rawan bencana baik alam maupun buatan manusia

5. Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap pola kejadian penyakit.

6. Kualitas kesehatanlingkungan seperti sanitasi dasar dan akses terhadap air minum berkualitas

7. Belum optimalnya aksesibilitas dan jangkauan pelayanan

8. Keterbatasan kompetensi SDM, sarana, dan prasarana

B . Ketersediaan Sumber Daya

1. Organisasi BBTKLPP Surabaya

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya

merupakan Unit Pelaksana Teknik di bidang teknis kesehatan lingkungan dibawah dan bertanggung jawab

kepada Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) yang mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian

dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan,

pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di bidang

pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

Dalam melaksanakan tugasnya, BBTKLPP mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan surveilans epidemiologi

2) Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)

3) Pelaksanaan laboratorium rujukan

4) Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna

5) Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi

6) Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan

bencana

7) Pelaksanaansurveilans faktor risiko penyakit tidak menular

8) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

Page 6: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

5

9) Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan

dan kesehatan matra

10) Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP

Struktur organisasi Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

Surabaya adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BBTKLPP Surabaya

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya yang dimiliki oleh BBTKLPP Surabaya mencakup sumber daya manusia, sarana dan

prasarana dan pembiayaan dengan gambaran sebagai berikut :

Sumber daya manusia BBTKLPP Surabaya tahun 2018 berjumlah 101 orang, dengan kualifikasi/ jenis

pendidikan meliputi; SLTP berjumlah 1 orang, SLTA berjumlah 15 orang, DIII berjumlah 17 orang, S1

berjumlah 50 orang, S2 berjumlah 22 orang yang tersebar pada instansi.Peta jabatan struktural sebanyak

13 orang; jabatan fungsional tertentu 33 orang; jabatan fungsional umum sebanyak 59 orang. Gambaran

selengkapnya sebagaimana tabel di bawah ini :

INSTALASI KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

Ka. BBTKLPP Surabaya

Ka. Bagian Tata Usaha

Ka. Sub Bagian Umum Ka. Sub Bagian Program dan

Laporan

Ka. Bidang Surveilans Epidemiologi

Ka. Seksi Lingkungan Biologi

Ka. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium

Ka. Seksi Lingkungan Fisik dan Kimia

Ka. Bidang Analisis Dampak Kesling

Ka. Seksi Advokasi Kejadian Luar Biasa

Ka. Seksi Pengkajian & Diseminasi

Ka. Seksi Teknologi Laboratorium

Ka. Seksi Teknologi Pengendalian

Penyakit

Page 7: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

6

a. PNS diangkat dalam jabatan

b. Peta Jabatan Fungsional Tertentu

c. PNS berdasarkan pendidikan

Grafik 2. Distribusi SDM BBTKLPP Surabaya Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan Tahun 2016

PNS (105 PEGAWAI)

Struktural (13) Fungsional (92)

Umum (72)Khusus/Tertentu

(33)

Sanitarian 14 Pegawai

Epidemiolog 2 Pegawai

Entomolog 2 Pegawai

Pranata Lab Kes 14 Pegawai

Pranata Humas 1 Pegawai

PNS (105 PEGAWAI)

Magister S2 (24) Sarjana S1 (45)

Diploma (14) SLTA (15)

SMP (1)

Page 8: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

7

Distribusi jumlah pegawai BBTKLPP Surabaya berdasarkan golongan antara lain : 2 orang gol IV/b,

11 orang gol IV/a, 15 orang gol III/d, 19 orang gol III/c, 15 orang gol III/b, 21 orang gol III/a, 4 orang gol II/d,

8 orang gol II/c, 8 orang gol II/b, dan 2 orang gol II/a.

IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a

2

11

15

19

15

21

4

8 8

2

Distribusi pegawai BBTKLPP berdasar golongan

IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a

Page 9: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

8

BAB III

RENCANA KERJA TAHUNAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan

Unit Organisasi BBTKLPP Surabaya

Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program yang Didukung : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta

meningkatnya kesehatan jiwa

Sasaran Kegiatan yang Didukung : 1. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit I yang dapat dicegah dengan imunisasi, peningkatan surveilans dan karantina kesehatan.

2. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.

3. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular langsung

4. Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian serta meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

5. Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Kegiatan

: 1. Surveilans dan Karantina Kesehatan 2. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan

Zoonosis 3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung 4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 5. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Page 10: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

9

1 Sasaran Kegiatan (output) dan pendanaan

No. Sasaran Kegiatan ( output) lndikator Kinerja

Kegiatan

Target Tahun

2018

Alokasi 2018

{Rp1.000) 1 Kabupaten/kota yang melakukan

pemantauan kasus penyakit

berpotensi kejadian luar biasa

(KLB) dan melakukan respon

penanggulangan terhadap sinyal

KLB untuk mencegah terjadinya

KLB

1. Persentase respon Sinyal Kewaspadaan Dini (SKD), KLB dan bencana di wilayah layanan BTKL

90% 229.219.

2. Jumlah sertifikat hasil uji laboratorium dan kalibrasi

12.000 sertifikat 324.713

3. Jumlah rekomendasi

surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium

20 rekomendasi

4. Jumlah Teknologi Tepat Guna bidang P2P yang dihasilkan

9 unit 187.858

2 Meningkatnya pencegahan dan

pengendalian penyakit tular vektor

dan zoonotik

5. Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik

13 rekomendasi 4.443.000

3 Menurunnya penyakit menular

langsung

6. Jumlah rekomendasi surveilans atau kajian faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium pengendalian penyakit menular langsung

2 rekomendasi 650.000

4 Menurunnya angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit tidak

menular; Meningkatnya

pencegahan dan penanggulangan

penyakit tidak menular

7. Jumlah laporan penilaian implementasi KTR oleh B/BTKLPP

1 laporan 167.940

5 Meningkatnya Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Pada

Program Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

8. Jumlah dokumen dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya

14 dokumen 17.973.595

9. Jumlah peningkatan kapasitas SDM bidang P2P

8 jenis 81.056

10. Jumlah pengadaan sarana prasarana

2 pengadaan 5.224.000

Page 11: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

1

Rincian Kegiatan

A. Perhitungan Pendanaan (Tahun berjalan dan Prakiraan Maju) No Output/Komponen Tahun 2018 Prakiraan maju

Volume Satuan Alokasi

(000)

Volume Alokasi (000)

2019 2020 2021 2019 2020 2021

2058

Surveilans dan

Karantina Kesehatan 2.140.070

2058.004

Layanan kewaspadaan

dini penyakit

berpotensi KLB 10 Layanan 1.910.851

9 Layanan 9 Layanan 9 Layanan

2.656.762 2.671.762 2.686.762

2058.005

Layanan Respon KLB

dan Wabah 5 Layanan 229.219.

3 Layanan 3 Layanan 3 Layanan

476.490 491.490 506.490

2058.007

Layanan

Kekarantinaan

Kesehatan

2 Lokasi 2 Lokasi 2 Lokasi

723.670 738.670 753.670

2059

Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

Tular Vektor dan

Zoonotik 4.443.000

2059.005

Layanan Pengendalian

Penyakit Malaria 1 Layanan 853.000

2 Layanan 2 Layanan 2 Layanan

1.314.322 1.329.322 1.344.322

2059.006

Layanan Pengendalian

Penyakit Arbovirosis 1 Layanan 682.649

2 Layanan 2 Layanan 2 Layanan

1.718.128 1.733.128 1.748.128

2059.007

Layanan Pengendalian

Penyakit Zoonosis 4 Layanan 1.917.351.

2 Layanan 2 Layanan 2 Layanan

3.773.884 3.788.884 3.803.884

2059.008

Layanan Pengendalian

Penyakit Filariasis dan

Kecacingan 1 Layanan 990.000

1 Layanan 1 Layanan 1 Layanan

492.913 507.913 522.913

2059.009

Layanan Pengendalian

Vektor dan Binatang

Pembawa Penyakit

3 Layanan 3 Layanan 3 Layanan

95.488 110.488 125.488

2060

Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

Menular Langsung 650.000

2060.502

Layanan Pengendalian

Penyakit TB 1 Layanan 100.000

3 Layanan 3 Layanan 3 Layanan

427.632 442.632 457.632

Page 12: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

2

2060.503

Intensifikasi

Penemuan Kasus

Kusta 1 Layanan 550.000

3 Layanan 3 Layanan 3 Layanan

318.101 333.101 348.101

2060.506

Layanan Pencegahan

dan Pengendalian

Penyakit Penyakit ISP

2 Layanan 2 Layanan 2 Layanan

606.036 621.036 636.036

2060.508

Norma Standar

Prosedur Kriteria

(NSPK) Penyakit

Menular Langsung

1

Dokumen

1

Dokumen

1

Dokumen

84.968 99.968 114.968

2061

Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

Tidak Menular 167.940

2061.517

layanan pengendalian

konsumsi rokok 1 Layanan 167.940

2 Layanan 2 Layanan 2 Layanan

223.361

238.361 253.361

299.614 314.614 329.614

2063 Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya

pada Program

Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit

23.278.651

2063.053

Layanan internal (over

head) 2 Layanan

6.564.324.

12

Layanan

12

Layanan

12

Layanan 16.988.452 17.003.452 17.018.452

2063.994 Layanan Perkantoran 1 Layanan 16.714.327

12

Layanan

12

Layanan

12

Layanan 21.763.276 21.778.276 21.793.276

Page 13: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

3

B. Sumber Pendanaan

No Output/ Komponen Pendanaan Tahun 2018

Rupiah PNBP PHLN Jumlah Lokasi

2058

Surveilans dan Karantina

Kesehatan 1.240.070.000

900.000.000 2.140.070.000

Surabaya

2058.004

Layanan kewaspadaan dini

penyakit berpotensi KLB 1.010.851.000

900.000.000 1.910.851.000

Surabaya

2058.005

Layanan Respon KLB dan

Wabah

229.219.000

229.219.000

Surabaya

2059

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tular Vektor dan

Zoonotik 4.443.000.000 4.443.000.000

Surabaya

2059.005

Layanan Capaian Eliminasi

Malaria

853.000.000

853.000.000

Surabaya

2059.006

Layanan Pengendalian Penyakit

Arbovirosis

682.649.000

682.649.000

Surabaya

2059.006.004

Layanan Pengendalian Penyakit

Arbovirosis di BTKL

682.649.000

682.649.000

Surabaya

2059.007

Layanan Pengendalian Penyakit

Zoonosis 1.917.351.000 1.917.351.000

Surabaya

2059.008

Layanan Pengendalian Penyakit

Filariasis dan Kecacingan

990.000.000

990.000.000

Surabaya

2060

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Menular Langsung

650.000.000

650.000.000

Surabaya

2060.502

Layanan Pengendalian Penyakit

TB

100.000.000

100.000.000

Surabaya

2060.503

Intensifikasi Penemuan Kasus

Kusta

550.000.000

550.000.000

Surabaya

2061

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit Tidak Menular

167.940.000

167.940.000

Surabaya

2061.517

Layanan Pengendalian

Konsumsi Rokok

167.940.000

167.940.000

Surabaya

2063

Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya pada Program

Pencegahan dan Pengendalian

Penyakit

23.278.651.000

23.278.651.000

Surabaya

2063.053 Layanan internal (over head) 6.564.324.000 6.564.324.000 Surabaya

2063.994 Layanan Perkantoran

16.714.327.000

16.714.327.000

Surabaya

Page 14: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

4

BAB IV

PERENCANAAN KINERJA

A. Indikator Kinerja

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 2349/PER/MENKES/XI/2011 dan Petikan DIPA Nomor

DIPA-024.05.2.560127/2018 pada tahun anggaran 2018, BBTKLPP Surabaya telah

melaksanakan pokok kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1. Indikator Kinerja Berdasarkan RAK 2015 – 2019

NO SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET

2018

1 Meningkatnya kinerja surveilans epidemiologi

1. Jumlah kegiatan surveilans epidemiologi penyakit menular dan tidak menular yang dilaksanakan di wilayah layanan

135

2. Jumlah respon kejadian SKD dan KLB Wabah/Bencana dan kondisi matra di wilayah layanan

22

3. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan kajian kesehatan lingkungankesehatan matra, dan pengendalian penyakit

43

4. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan diseminasi informasi, kesehatan lingkungan, kesehatan matra, dan pengendalian penyakit

20

5. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan kemitraan dan jejaring kerja bidang surveilans epidemiologi

75

6. Jumlah SDM di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.

90

2 Meningkatnya kinerja analisi dampak kesehatan lingkungan

1. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan analisis dampak lingkungan fisik dan kimia

19

2. Jumlah e kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan analisis dampak lingkungan biologi

22

3. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan jejaring kerja dan kemitraan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan

69

4. Jumlah kabupaten/kota di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan di bidang analisis dampak kesehatan lingkungan

47

3 Meningkatnya kinerja pengembangan teknologi dan laboratorium

1. Jumlah pengembangan dan penapisan teknologi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra;

16

2. Presentase pengembangan laboratorium pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra;

100 %

3. Jumlah Kabupaten/kota di wilayah layanan yang dilaksanakan jejaring kerja dan kemitraan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium

10

4. Jumlah Kabupaten/kota di wilayah layanan yang ditingkatkan kompetensi tenaganya melalui pendidikan dan pelatihan di bidang pengembangan teknologi dan laboratorium bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra

20

4 Meningkatnya dukungan manajemen an pelaksanaan tugas teknis Lainnya

1. Jumlah dokumen program 4

2. Jumlah dokumen laporan 15

3. Jumlah dokumen keuangan 3

4. Jumlah dokumen kepegawaian 3

5. Jumlah dokumen urusan umum 7

Page 15: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

5

Pada pelaksanaan kegiatan BBTKLPP Surabaya berpedoman pada tugas pokok dan

fungsi yang terdiri dari fungsi sebagai berikut :

Tabel 3. Indikator Pelaksanaan Berdasarkan Tupoksi (Kepmenkes 266 Tahun 2004)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1 Tercapainya

peningkatan

kinerjasurveilans

epidemiologi

Meningkatnya KLB yang direspon < 24 jam

10 Kejadian

Meningkatnya kemampuan pengamatan faktor risiko penyakit potensial wabah, penyakit menular/ tidak menular prioritas pada kab/kota

120 Kali

Meningkatnya kemampuan jejaring dan advokasi SKD, penanggulangan KLB dan kejadian bencana pada kab/kota

40 Kali

2 Tercapainya

peningkatan

analisisdampak

kesehatan lingkungan

Meningkatnya kemampuan kajian dan evaluasi dampak kesehatan lingkungan pada kawasan

120 Kali

Meningkatnya kemampuan kajian dan evaluasi pengendalian penyakit dan faktor risikonya

28 Kali

3 Tersedianya akses

masyarakat dalam

pemanfaatan

kemampuan uji

laboratorium dan

kalibrasi

Meningkatnya kemampuan uji laboratorium penyakit potensial wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risikonya

2200 Sampel

Meningkatnya kemampuan uji kendali 160 Jenis

Meningkatnya kemampuan kalibrasi 80 Jenis

Meningkatnya kemampuan rancang bangun model pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

11 Model

Meningkatnya teknologi tepat guna pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

8 Set

4 Terselenggaranya

dukungan administrasi

dan manajemen

Tersusunnya dokumen perencanaan dan anggaran

5 Dokumen

Tersusunnya laporan keuangan 3 Dokumen

Tersusunnya laporan BMN 2 Dokumen

Tercapainya layanan administrasi kepegawaian

2 Dokumen

Terselenggaranya kegiatan kehumasan, protokol, dan pemberitaan

2 Laporan

Tersusunnya akuntabilitas kinerja pemerintahan

2 Laporan

Terselenggaranya tenaga kesehatan terlatih

31 Orang

Terpenuhinya penyelenggaraan layanan perkantoran, peralatan esensial dan sarana penunjang operasional

12 Bulan

Layanan

Page 16: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

6

B. Rencana Kegiatan

Dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah layanan sesuai tugas dan

fungsi serta target indikator kinerja tahun 2018, maka disusunlah rencana kegiatan tahunan

yang akan didanai dari anggaran masing-masing direktorat di lingkungan Ditjen

P2P Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 sebagai berikut :

Tabel 2. Rencana Kegiatan Tahun 2018

NO KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN

1. Layanan kewaspadaan dini penyakit berpotensi KLB

10 Layanan 1.910.851.000

2. Layanan Respon KLB dan Wabah 5 Layanan 229.219.000

3. Layanan Capaian Eliminasi Malaria 1 Kab/Kota 853.000.000

4. Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis 1 Layanan 682.649.000

5. Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis 4 Layanan 1.917.351.000

6. Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

5 Kab/Kota 990.000.000

7. Layanan Pengendalian Penyakit TB 1 Layanan 100.000.000

8. Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta 1 Kab/Kota 550.000.000

9. Layanan Pengendalian Konsumsi Rokok 1 Kab/Kota 167.940.000

10. Layanan internal (over head) 12 Layanan 6.564.324.000

11. Layanan Perkantoran 12 Bulan 16.714.327.000

Jumlah 30.679.661.000

Page 17: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

7

BAB IV

RENCANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Rencana Pemantauan

Pemantauan pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara kontinyu selama hari efektif

tahun 2018.

Pemantauan dilaksanakan dengan fokus pada identifikasi hambatan secara dini dan

pemecahan masalah secara cepat dan tepat.

B. Rencana Evaluasi

Evaluasi sumatif dilaksanakan secara berkala setiap bulan, tri bulan, dan semester

sedangkan evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan selama hari efektif tahun

2018.

Evaluasi difokuskan pada pencapaian target kegiatan baik kualitas maupun kuantitas.

Page 18: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

8

KERANGKA ACUAN KERJA LAYANAN KEWASPADAAN DINI PENYAKIT BERPOTENSI KLB

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Surveilans dan Karantina Kesehatan

Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase respon penanggulangan terhadap

sinyal kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah

terjadinya KLB

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Kewaspadaan Dini Penyakit Berpotensi KLB

Volume Keluaran (Output) : 8

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

Page 19: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

9

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Bidang kesehatan memiliki beban ganda dalam penanggulangan penyakit menular

berpotensi KLB/Wabah dimana penyakit lama muncul kembali (re emerging diseases) dan

penyakit baru (new emerging diseases) mulai bermunculan. Selain munculnya re emerging

diseases dan new emerging diseases, Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap

bencana baik bencana alam maupun akibat ulah manusia. Kejadian bencana selalu

berpotensi menimbulkan krisis kesehatan dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah

penyakit menular karena rusaknya kondisi lingkungan hidup dan menurunnya kualitas

kesehatan lingkungan. Selain itu kejadian bencana dan KLB/Wabah penyakit tidak mengenal

batas wilayah administrasi baik kabupaten / kota, provinsi, maupun negara sehingga jumlah

kerugian yang ditimbulkan sangat besar termasuk adanya korban yang sakit maupun yang

meninggal.

Peningkatan kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini memegang peranan yang penting

karena dapat mencegah atau meminimalisasi terjadinya Kejadian Luar Biasa. Sementara

untuk meminimalisir dampak pasca kejadian bencana, mengurangi angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit berpotensi KLB / wabah perlu penanggulangan saat kejadian

berlangsung maupun pasca kejadian. Respon cepat KLB melalui penyelidikan epidemiologi <

24 jam pada wilayah yang mengalami bencana maupun KLB/wabah penyakit perlu dilakukan

untuk menentukan upaya penanggulangan selanjutnya.

Deteksi dini dan respon cepat KLB merupakan salah satu tugas tugas pokok Balai

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan & Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dalam

bidang Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan serta Kesehatan Matra.yang

diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan 2349/MENKES/SK/III/2010. Tahun 2013 BBTKL

PP Surabaya melakukan deteksi dini dan respon cepat KLB sebayak 31 kejadian, 71%

Page 20: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

10

diantaranya disebabkan karena penyakit sedang sisanya karena bencana baik bencana alam

maupun akibat ulah manusia.

Identifikasi adanya ancaman KLB beserta kondisi rentan yang memperbesar risiko

terjadinya KLB dapat dilakukan peningkatan kewaspadaan dan kesiap siagaan menghadapi

kemungkinan terjadi KLB serta respon cepat dalam menanggulangi kejadian KLB sebelum <

24 jam.

Penyebaran penyakit berpotensi KLB/Wabah tidak mengenal batas wilayah

administrasi baik kabupaten / kota, provinsi, maupun negara. Jumlah korban yang ditimbulkan

baik yang sakit maupun yang meninggal juga besar. Untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit berpotensi KLB / wabah perlu dilakukan penanggulangan baik pada

saat kejadian berlangsung maupun pasca kejadian.

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit berpotensi KLB /

wabah perlu dilakukan penanggulangan baik pada saat kejadian berlangsung maupun pasca

kejadian.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Surveilans faktor risiko penyakit berbasis lingkungan

2 Pelatihan/workshop petugas B/BTKL

3 Kajian dampak kesehatan

lingkungan

4 Pelaksanaan Surveilans

kesehatan pada situasi khusus

5 Pelaksanaan Pembuatan Model dan Teknologi Tepat Guna dalam

Page 21: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

11

rangka Kewaspadaan Dini dan

Respon KLB

6 Pengadaan alat dan bahan untuk surveilans laboratorium

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2018 sebesar Rp 1.910.851.000,-

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 22: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

12

KERANGKA ACUAN KERJA

LAYANAN RESPON KLB DAN WABAH TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Surveilans dan Karantina Kesehatan

Indikator Kinerja Kegiatan : Presentase respon penanggulangan terhadap

sinyal kejadian luar biasa (KLB) untuk mencegah

terjadinya KLB

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Respon KLB dan Wabah

Volume Keluaran (Output) : 5

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

B. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

Page 23: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

13

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Pada tahun 2005, WHO menerapkan International Health Regulation yang mengikat

bagi negara anggotanya. IHR 2005 mengusung issue Public Health Emergency of

International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan yg meresahkan dunia, yang

merupakan suatu kondisi luar biasa yang berisiko menimbulkan kedaruratan kesehatan

masyarakat bagi negara lain melalui penyebaran penyakit, berpotensi menganggu

perdagangan dan perjalanan internasional, dan berpotensi membutuhkan koordinasi respon

internasional. Terhitung tanggal 15 juni 2007 semua negara anggota WHO harus sudah

menerapkan IHR 2005. Setiap negara harus memberi notifikasi kepada WHO jika terjadi

kasus penyakit cacar (variola), poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio liar, influenza

yang disebabkan oleh strain virus baru, dan kasus severe acute respiratory syndrome (SARS).

Selain itu, juga dilakukan notifikasi terhadap kasus-kasus yang dianggap berpotensi

menimbulkan kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia, seperti kolera, pes

pneumoniae, demam kuning, ebola, meningococcus, dan lain-lain yang dinilai berdasarkan

suatu algoritme.

Implementasi IHR 2005 ini mensyaratkan setiap negara anggota untuk mampu

melakukan dua fungsi utama, yaitu fungsi surveilans untuk mendeteksi, menilai, mengirimkan

notifikasi dan laporan sesuai dengan tingkatannya dan mampu melancarkan respon yang

tepat dan efektif terhadap risiko kesehatan masyarakat dan kedaruratan kesehatan yang

meresahkan dunia. Untuk itu perlu dikembangkan beberapa kapasitas utama, salah satunya

adalah kesiapsiagaan, yang meliputi pengembangan rencana kontijensi di tingkat nasional,

intermediet, maupun primer untuk bahaya biologis, kimiawi, radiologis, dan nuklir yang

relevan.

Page 24: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

14

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) adalah kejadian kesehatan masyarakat

yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian

yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia (NUBIKA),

dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah

atau lintas negara. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah suatu kondisi yang dapat

diantisipasi sebelumnya, jika faktor risiko KKM dapat terpantau oleh Sistem Surveilans yang

ada. Oleh karena ancaman terhadap kesehatan masyarakat dapat terjadi dari luar maupun

dalam negeri, surveilans di pintu masuk negara dan program karantina kesehatan merupakan

suatu komponen penting untuk mengantisipasi KKM.

Untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat dan kedaruratan

kesehatan yang meresahkan dunia khususnya di Indonesia, perlu dilakukan koordinasi dan

kerjasama lintas sektor. Peran BBTKLPP dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

adalah membantu kesiapsiagaan di daerah dengan menyediakan alat untuk mengidentifikasi

dan menilai faktor risiko KKM sehingga dapat dilakukan pemetaan risiko kedaruratan

kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Berdasarkan pemetaan tersebut, daerah dapat

mengembangkan suatu rencana kontijensi yang sesuai dengan potensi bahayanya. Hal ini

sesuai dengan tupoksi BBTKLPP berdasarkan Permenkes RI nomor

2349/Menkes/Per/XI/2011 yaitu pelaksanaan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa,

wabah dan bencana kegiatan deteksi dini dan respon KKM terintegrasi dengan pintu masuk

negara.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

Page 25: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

15

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Verifikasi rumor penyakit berpotensi KLB

2 Pelaksanaan respon cepat dan penanggulangan KLB/wabah

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2018 sebesar Rp 229.219.000,-

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso

NIP. 197109251995031001

Page 26: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

16

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN CAPAIAN ELIMINASI MALARIA

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Dan Zoonotik

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah kabupaten/kota dengan API kurang dari 1 per 1000 penduduk

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Capaian Eliminasi Malaria

Volume Keluaran (Output) : 2

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Kabupaten/Kota

C. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

Page 27: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

17

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit ”Plasmodium” yang menyerang sel

darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Sampai saat ini penyakit malaria

masih merupakan ancaman di Indonesia dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup

tinggi serta sering menimbulkan KLB.Kelompok yang paling rentan adalah ibu hamil dan

bayi.Malaria menyebabkan anemia berat pada ibu hamil yang mengakibatkan kematian janin,

berat badan lahir rendah dan bahkan kematian.Malaria juga merupakan salah satu yang

menjadi tujuan Millenium Development Goals (MDGs) untuk dikendalikan penyebarannya.

Pengendalian malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI

nomor 293/MENKES//SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria secara bertahap

sampai tahun 2030. Program pemberantasan penyakit malaria yang dilaksanakan secara

berkesinambungan dan terintegrasi dalam kegiatan terpadu di kabupaten/kota memerlukan

proses perencanaan bersama lintas sector terkait yang tertuang dalam rencana strrategis

Gebrak Malaria.

Sasaran wilayah eliminasi dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut :

1. Kepulauan Seribu (Provinsi DKI Jakarta), Pulau Bali dan Pulau Batam pada tahun 2010.

2. Pulau Jawa, Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015.

3. Pulau Sumatera (kecuali Provinsi NAD dan Provinsi Kepulauan Riau), Provinsi NTB,

Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi pada tahun 2020.

4. Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara dan

Provinsi NTT pada tahun 2030.

Hulu dari pengendalian malaria adalah melalui pengendalian vektor, dimana salah

satunya menggunakan insektisida. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan

kelambu berinsektisida.Penggunaan kelambu banyak dilakukan karena mudah aplikasinya

dan sekali aplikasi dapat bertahan lama.

Page 28: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

18

Penggunaan yang terus menerus dapat menimbulkan terjadinya kekebalan nyamuk terhadap

insektisida tersebut. Alternatip pemechan masalah :

1) Melakukan monitoring efektifitas kelambu berinsektisida .

2) Merekomendasi penggunaan insektisida yang akan digunakan

Menurut data Dinas Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2013, di NTTkasus malaria

termasuk tinggi walaupun terjadi penurunan jumlah penderita.Kasus malaria hampir terdapat

disemua kabupaten/kota. Angka malaria berdasarkan jumlah positif parasit malaria yang

diperiksa dari sediaan darah (API) adalah 16,37 per seribu penduduk, atau tiga kali dari

standar maksimal nasional yaitu 5 per seribu penduduk. Dinas Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Timur menginformasikan tiga kabupaten dengan kasus malaria tertinggi

diantaranya adalah Kabupaten Belu, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba

Tengah.

Progam pemberantasan penyakit malaria yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan

terintregrasi memerlukan proses perencanaan bersama. Pada tahap pra eliminasi diharapkan

semua unit pelayanan kesehatan sudah mampu memeriksa kasus malaria secara

mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis merupakan gold standard dalam penegakan diagnosis

malaria, oleh karena itu sangat diperlukan peningkatan kemampuan dan ketrampilan serta

para pelaksana tenaga mikrokopis di unit pelayanan kesehatan, Selain itu juga diperlukan

pengawasan (assessment) terhadap surveilan malaria, sehingga diharapkan lebih

meningkatkan akselerasi pencapaian eliminasi malaria di wilayah endemis malaria. Salah

satu bentuk kegiatan tersebut berupa peningkatan pengelolaan laboratorium mikroskopis

serta monitoring pelaksanaan program eliminasi malaria..

BBTKL PP Surabaya sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan antara

lain mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan surveilans berbasis laboratorium, akan

melakukan kegiatan yang bertujuan dalam menunjang program Eliminasi Malaria.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

Page 29: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

19

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Monitoring resistensi dan uji efikasi obat anti malaria

2 Pemetaan luas wilayah Reseptifitas daerah malaria

3 Evaluasi PKMF (Pekan Kelambu Massal Fokus) dan Pekan Kelambu Massal

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya

Tahun 2018 sebesar Rp. 853.000.000,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 30: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

20

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT ARBOVIROSIS

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Hasil (Outcome) : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Indikator Kinerja Kegiatan : Presentase kabupaten/kota dengan IR DBD kuranang dari 49 per 100.000 penduduk

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Penyakit Arbovirosis

Volume Keluaran (Output) : 2

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

D. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Infeksi virus Dengue termasuk dalam Jenis penyakit menular tertentu yang dapat

menimbulkan wabah (Permenkes No.1501 Tahun 2010) dan merupakan masalah

Page 31: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

21

kesehatan dunia termasuk Indonesia. Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah

endemis DBD, termasuk Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam dengan angka

kejadian di Indonesia pada kurun waktu 2011-2014 rata-rata 92.208/ tahun. Urutan

jumlah tertinggi pada tahun 2016 pada provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Jawa

Tengah, namun urutan angka kematian tertinggi pada provinsi Maluku, Gorontalo dan

Banten.

Surveilans Epidemiologi merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus

menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan masyarakat dan kondisi yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan

tersebut. Surveilans Dengue sudah dilakukan sejak 1968 sejak kasus pertama ditemukan

di Jakarta dan Surabaya. Hasil dari pelaksanaan kegiatan surveilans dapat menjadi dasar

untuk melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Indikator

keberhasilan pengendalian DBD adalah meningkatnya persentase kabupaten/kota

dengan IR < 49.100.000 penduduk pada tahun 2019.

Beberapa tantangan dalam menghadapi penyakit menular antara lain adanya faktor

risiko yang semakin kompleks baik dari host, vektor, agent maupun lingkungan.

Perubahan agent bisa disebabkan oleh adanya mutasi, resistensi, atau adanya agent

baru yang menyebabkan penyakit dengan gejala klinis yang sama. Faktor perubahan

iklim juga mempengaruhi vektor pembawa agent dan secara tidak langsung berpengaruh

terhadap perubahan yang terjadi pada agent yang dalam hal ini adalah virus Dengue.

Gambaran tersebut menunjukkan pentingnya dilakukan surveilans epidemiologi terhadap

penyakit DBD secara mendasar dan berbasis laboratorium sehingga bisa dilakukan

pengendalian terhadap penyakit tersebut dengan lebih tepat dan akurat.

Tujuan dari kegiatan Surveilans Arbovirosis berbasis Laboratorium adalah untuk

mendapatkan informasi epidemiologi dan virologi infeksi virus Dengue dan Arbovirosis

lainnya sebagai dasar penentuan kebijakan dalam pengendakian penyakit terkait. Hasil

dari kegiatan tersebut diharapkan dapat diketahui gambaran epidemiologi, gambaran

serotipe virus, gambaran klinis kasus Dengue, proporsi infeksi Dengue dari kunjungan

rawat jalan, dan diketahuinya Arbovirosis lain yang beredar termasuk patogen lain yang

baru muncul.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Page 32: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

22

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Surveilans Arbovirosis Berbasis laboratorium

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya

Tahun 2018 sebesar Rp 682.649.000

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 33: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

23

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT ZOONOSIS

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular dan tidak menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Indikator Kinerja Kegiatan : Presentase kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Penyakit Zoonosis

Volume Keluaran (Output) : 3

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

E. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

Page 34: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

24

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Saat ini penyakit rabies telah tersebar di 24 provinsi, dengan jumlah gigitan hewan

penular rabies dan kasus kematian karena rabies cukup tinggi. Sembilan provinsi yang

dinyatakan bebas rabies adalah NTB, Papua, Papua Barat, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,

DKI Jakarta, DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penyakit ini bila sudah menunjukkan gejala

klinis pada hewan dan manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan

timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran

serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya. Salah satu tindakan preventif yang

dilakukan yaitu dengan memberikan Vaksin anti rabies (VAR). VAR dapat mencegah

kematian pada manusia bila diberikan secara dini pasca gigitan.

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan

sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Vaksin Anti Rabies

harus disimpan pada suhu 2 – 8 ºC. Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena

menyangkut potensi dan daya antigennya. Beberapa faktor yang mempengaruhi

penyimpanan vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari dan kelembaban. Penyimpangan

dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau

menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan

kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan.

Sebagai salah satu upaya untuk memantau kualitas rantai dingin (cold chain)

penyimpanan Vaksin anti Rabies, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya melakukan Kajian Kualitas Rantai Dingin di

wilayah kerja BBTKLPP Surabaya yang belum dinyatakan bebas rabies, yaitu Provinsi Bali

dan Nusa Tenggara Timur (NTT)

Penyakit pes (Plague) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan nasional

maupun internasional. Pes merupakan penyakit menular potensial wabah yang termasuk

Page 35: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

25

dalam International Health Regulation (2005) sebagai re-emerging desease atau penyakit

lama yang muncul kembali dan berpotensi KLB. Kebijakan Pemerintah dalam pengendalian

penyakit pes adalah mengupayakan agar tidak ada lagi kematian akibat pes, dan mencegah

penyebaran pes keluar wilayah atau sebaliknya.

Di Indonesia, wabah pes pernah muncul di Boyolali Jawa Tengah tahun 1960, Ciwidey

Kabupaten Bandung Jawa Barat, Cangkringan Daerah Istimewa Yogyakarta kemudian surut

dan muncul kembali tahun 1987 di Nongkojajar kabupaten Pasuruan Jawa Timur,dimana dari

25 penderita 21 orang meninggal dunia (CFR : 83,3%). Sejak kejadian tersebut pengamatan

/ surveilans epidemiologi terus dilakukan terhadap manusia, rodent maupun pinjalnya di

daerah-daerah yang pernah terjangkit sebagai upaya kewaspadaan.

Kejadian luar biasa (KLB) pes di Kabupaten Pasuruan terjadi pada tahun 1987 yang

memakan korban 21 orang meninggal, dan kejadian kembali terulang pada tahun 1997

dengan 1 korban jiwa. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan/surveilans epidemiologi

terhadap pes baik pada rodent dan manusia terus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

kejadian pes. Status wilayah pengamatan pes dibagi atas 3 wilayah yaitu wilayah fokus,

terancam dan wilayah bebas. Wilayah fokus adalah wilayah dimana ditemukannya penderita

pes, wilayah terancam adalah wilayah di sekitar wilayah fokus yang mempunyai kemungkinan

untuk penyebaran pes dan wilayah bebas adalah wilayah di luar kedua wilayah tersebut yang

tidak ditemukan penderita pes.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

3. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

4. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Kajian kualitas rantai dingin penyimpanan vaksin anti rabies

2 Surveilans penyakit zoonosa

Page 36: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

26

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya

Tahun 2018 sebesar Rp. 1.917.351.000,-

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso

NIP. 197109251995031001

Page 37: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

27

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT FILARIASIS DAN KECACINGAN

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Hasil (Outcome) : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah kabupaten/kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi 1 %

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Penyakit Filariasis dan Kecacingan

Volume Keluaran (Output) : 1

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

F. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

Page 38: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

28

2. Gambaran Umum

Kecacingan merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama dikalangan anak sekolah dasar dan balita.

Kecacingan dapat mengakibatkan menunrunnya kondisi kesehatan, gizi, keceerdasan dan

produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian.

Kecacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah,

sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Sesuai dengan kebijakan otonomi

daerah dimana pelaksanaan dari berbagai program kesehatan adalah pemerintah daerah

kabupaten /kota, maka Program pengendalian kecacingan termasuk program yang

diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten sesuai dengan kebijakan program pengendalian

kecacingan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan. BBTKLPP sebagai UPT Kemenkes

Pusat dibawah Direktorat Pengendalian Penyakit akan melakukan kajian surveilans faktor

risiko penyakit kecacingan.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

5. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

6. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Surveilans Evaluasi Pasca POPM Filariasis dan kecacingan Pre TAS Terpadu

2 Survei Cakupan POPM Filariasis dan Kecacingan Terpadu

3 Desiminasi Hasil Survey

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

Page 39: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

29

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun

2018 sebesar Rp. 990.000.000,-

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 40: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

30

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN PENYAKIT TB

(Kajian Penemuan Kasus dan Pemantauan Pengobatan TB Di Tempat Khusus) TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit serta meningkatnya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular Langsung

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Penyakit TB

Volume Keluaran (Output) : 1

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

G. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

1. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

2. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana

4. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular

Page 41: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

31

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian Luar Biasa Keracunan Pangan.

6. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

7. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

8. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

9. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

10. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Indonesia menduduki peringkat ke tiga dalam daftar High Burden Countries. Insidens

TB diperkirakan (laporan WHO 2005) sekitar 623.000 kasus ‘semua dianosis’

(285/100.000), sedangkan prevalensi semua kasus diperkirakan sekitar 1.4 juta pasien

dimana 282,000 kasus baru BTA positif (Perkiraan insidensi 128/100.000). Tuberkulosis

juga menduduki peringkat 3 daftar 10 penyebab kematian di Indonesia, yang

menyebabkan 146,000 kematian setiap tahun (10% mortalitas total).

Insidens TB terus meningkat dari tahun ke tahun. Faktor pengetahuan sikap dan

perilaku masyarakat menjadi sebab terjadinya peningkatan insiden TB. Penderita yang

tidak displin untuk berobat secara teratur, lamanya pengobatan serta intensitas

pengobatan yang terus menerus, disertai dengan kurangnya kesadaran untuk perilaku

aman baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat sekitarnya menyebabkan

meningkatnya penularan peyakit TB kepada anggota masyarakat lainnya, terutama pada

orang orang yang kontak erat dengan penderita TB tersebut.

Sulitnya penanganan TB menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat

serius di Indonesia. Karenanya, segala upaya harus dilakukan untuk mencegah

penularan dan perkembangan kasus. Salah satu caranya adalah melaksanakan

tatalaksana pasien TB yang berkualitas dengan tetap menggunakan strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Short Course) atau dikenal dengan strategi pendampingan

minum obat. Tujuannya supaya paling sedikit 95 persen pasien TB yang diobati bisa

disembuhkan dan pasien TB yang drop out pengobatan dapat dicegah atau dikurangi

sehingga tidak melaju menjadi TB MDR.

Page 42: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

32

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Koordinasi

2 Pelaksanaan

3 Monitoring

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya

Tahun 2018 sebesar Rp. 100.000.000,-

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso

NIP. 197109251995031001

Page 43: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

33

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE LAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA (Workshop Peningkatan Kapasitas BTKL dalam Program P2P Kusta)

TAHUN ANGGARAN 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI

Unit Eselon I/Satker

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit /

BBTKLPP Surabaya

Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak

menular, serta meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Persentase cakupan keberhasilan pengobatan TB/Success Rate

2. Prevalensi HIV 3. Jumlah kabupaten/kota mencapai eliminasi

malaria 4. Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta 5. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi

filariasis 6. Persentase Penurunan kasus Penyakit yang

Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu

7. Persentase Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah

8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakn kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50%

9. Jumlah kab/kota yang memiliki puskesmas

yang menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa

Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Langsung

Sasaran Kegiatan : Menurunnya Penyakit Menular Langsung

Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase cakupan penemuan kasus kusta baru tanpa cacat

Keluaran (Output) : Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta (Surveilans

Laboratorium Kusta)

Indikator Keluaran (Output) : Jumlah layanan intensifikasi penemuan kasus kusta

Volume Keluaran (Output) : 1

Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

Page 44: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

34

A. LATAR BELAKANG

1. Dasar Hukum

a. Undang – Undang No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular b. Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan c. Undang – Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bencana d. PP No. 40 Tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah Penyakit Menular e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2013 tentang Kejajian

Luar Biasa Keracunan Pangan. f. Permenkes RI No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB) g. Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular

Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan. h. Kepmenkes RI Nomor 2349/MENKES/SK/III/2010 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

i. Kepmenkes RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan

j. Kepmenkes RI No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular

2. Gambaran Umum

Kusta merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kecacatan

permanen pada penderita jika tidak segera ditangani dengan benar. Kusta disebabkan

oleh Mycobacterium leprae yang menular melalui kondisi hygiene sanitasi lingkungan

yang buruk. Jawa Timur merupakan provinsi kasus kusta tertinggi di Indonesia. Di Jawa

Timur angka prevalensi adalah 1.12 dan daerah endemis kusta tersebar di 12 kab/kota

Sepanjang tahun 2013, tercacat 16.825 kasus kusta baru, dengan angka kecacatan

6,82 per 1.000.000 penduduk yang menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia

dengan kasus baru kusta terbanyak setelah India (134.752 kasus) dan Brasil (33.303

kasus).(http://www.depkes.go.id/hari-kustasedunia-2015). Tahun 2014 dilaporkan 17.025

kasus kusta baru dimana diantaranya 879 merupakan kasus baru pada anak-anak dan

kasus kecacatan tingkat II sebanyak 1.596. Pada eliminasi kusta di tahun 2013, 20

provinsi berhasil mencapai eliminasi.

Pada eliminasi kusta di tahun 2013, masih terdapat 14 provinsi yang belum berhasil

melaksanakan eliminasi dan diantaranya adalah Provinsi Jawa Timur. Di Jawa Timur

angka prevalensi adalah 1.12 dan daerah endemis kusta tersebar di 12 kab/kota. Provinsi

Jawa timur ditargetkan eliminasi kusta pada tahun 2017 dengan kriteria angka prevalensi

<1 per 10.000 penduduk. Antara lain dengan strategi penemuan kasus dan pengobatan

dini (data Subdit Kusta dan Frambusia, Kemenkes RI pada Pertemuan Advokasi,

Page 45: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

35

Sosialisasi, dan Pelatihan Singkat Kegiatan Intensifikasi Penemuan Kasus Kusta, April

2016)

Untuk mencegah penularan penyakit ini lebih lanjut, BBTKLPP Surabaya yang

memiliki tupoksi antara lain melaksanakan surveilans epidemiologi, kewaspadaan dini

dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit

menular, dipandang perlu melakukan kegiatan kajian faktor pendukung keberhasilan

program eliminasi kusta untuk mengetahui pola penularan dan faktor risiko potensial

penularan kusta pada anak sekolah dasar.

B. PENERIMA MANFAAT

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat di wilayah layanan 4

provinsi yaitu Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Persiapan

2 Pelaksanaan

3 Monev

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018

Page 46: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

36

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya

Tahun 2018 sebesar Rp. 550.000.000,- (lima ratus lima puluh juta rupiah).

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 47: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

37

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE LAYANAN PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK

TAHUN ANGGARAN 2020

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/Satker

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / BBTKLPP Surabaya

Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Angka Kesakitan, Kematian dan

Kecacatan Akibat Penyakit Kegiatan : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak

Menular Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan

Implementasikan KTR Di 50% Sekolah

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Pengendalian Konsumsi Rokok Volume Keluaran (Output) : 3 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

A. Latar Belakang

1. Dasar Hukum

a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

b. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi

Kesehatan

c. Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang

Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan

d. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

188/MENKES/PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok

e. Kepmenkes No. HK.02.02/MENKES/53/2015 tanggal 6 Februari 2015 tentang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 -2020.

f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Sisitim Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Dan Penyakit Tidak Menular

g. Rencana Aksi Program Dirjen PPPL tahun 2015 – 2020

h. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Surabaya tahun 2015 – 2020

2. Gambaran Umum

Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009 menunjukkan bahwa 20,3%

remaja 13-15 tahun merokok. Perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat

dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010

(SKRT, 2001; RISKESDAS, 2010). Hasil Survei Jajak Pendapat Siswa Sekolah

Menengah Terhadap Larangan Iklan Dan Sponsor Rokok Tahun 2013 Dit PPTM

KEMENKES RI dengan PUSLITKES UI juga menunjukkan usia pertama kali merokok

Page 48: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

38

sejak usia dibawah lima tahun sebanyak 2-7,5% dan mulai merokok pada usia 6-12

tahun sebanyak 27-68,5%. Siswa yang merokok kurang dari 7 hari dalam sebulan (72-

94%). Merokok lebih dari 20 hari dalam sebulan berkisar antara 2,713%. Sebanyak

75-88% siswa menghisap rokok kurang dari 12 batang. Yang mengaku menghisap

rokok 100 batang, 0,7-8%.

Dalam hal pencegahan, upaya yang dapat dilakukan di antaranya yaitu:

dengan menjauhkan anak dari akses rokok, perlindungan dari sasaran marketing

industri rokok (dengan pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok), pemberian

informasi yang benar tentang bahaya rokok (edukasi, peringatan kesehatan

bergambar) dan perlindungan dari terpapar asap rokok, penerapan Kawasan Tanpa

Rokok, termasuk ketentuan bahwa tempat khusus untuk merokok harus merupakan

terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar (untuk tempat kerja dan tempat

umum), larangan iklan, promosi dan sponsorship, perlindungan pada anakanak dan

ibu hamil, serta mengatur penjualan produk tembakau kepada anak di bawah usia 18

tahun. Pelarangan ini dimaksudkan sebagai upaya dalam penanggulangan masalah

tembakau sebagai akibat tingginya dampak penyakit yang ditimbulkan karena produk

tembakau / rokok dengan mempersempit

Undang undang Kesehatan no 36 tahun 2009 telah memuat aturan yang

mengatur lingkungan yang bebas rokok untuk semua fasilitas sesuai dengan kawasan

KTR yang termuat dalam Perda KTR, diantaranya tempat proses belajar mengajar.

Sejalan dengan Indikator kinerja utama program Direktorat PPTM tentang prevalensi

merokok pada usia < 18 tahun dimana Pelaksanaan Penetapan Kawasan Tanpa

Rokok (KTR) selama ini telah diupayakan oleh berbagai pihak, baik di lembaga atau

instansi pemerintah maupun swasta serta masyarakat bertujuan untuk mempersempit

area bagi perokok khusunya pada anak sekolah, sehingga generasi sekarang maupun

akan datang dapat terlindungi dari bahaya rokok. Data tahun 2014 menunjukkan 103

kabupaten/kota di 24 provinsi telah memiliki perda/pergub/perwali/surat edaran

tentang kebijakan KTR. Dan pemerintah berupaya mendorong daerah lainnya untuk

menerapkan kebijakan tersebut.

Dalam rangka upaya pelaksanaan kebijakan tersebut maka BBTKLPP sebagai

Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit melakukan kegiatan Review Implementasi Kawasan Tanpa Rokok di

kawasan pendidikan pada daerah yang telah menerapkan PERDA KTR berkoordinasi

dengan instansi terkait antara lain : Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah kerja

BBTKLPP Surabaya, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten terpilih serta Dinas

Pendidikan wilayah sasaran.

Page 49: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

39

B. Penerima Manfaat

1. Dinas Kesehatan Provinsi/ Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dinas terkait (

Instansi Kerja dan Fasyankes ) .

2. Siswa sekolah.

3. Masyarakat Umum

C. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah swakelola

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Untuk tahap pencapaian keluaran yang akan dilakukan pada tahun anggaran

2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan

Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Persiapan dan koordinasi

2 Pelaksanaaan kajian faktor risiko

4 Penyusunan laporan & konsultasi

5 Diseminasi informasi

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Waktu pencapaian keluaran dari kegiatan ini adalah 12 bulan yaitu dari bulan Januari

sampai bulan Desember 2018.

E. Biaya Yang Diperlukan

Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini bersumber dari DIPA BBTKLPP Surabaya Tahun 2018 sebesar Rp. 167.940.000,- Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bidang SE

Budi Santoso NIP. 197109251995031001

Page 50: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

40

KERANGKA ACUAN KEGIATAN LAYANAN INTERNAL (OVER HEAD)

TA 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/II

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/ BBTKLPP Surabaya

Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Penyakit Menular dan Penyakit Tidak

Menular serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah sarana prasarana perkantoran di Satker Pusat, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Internal (Over Head) Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Volume Keluaran (Output) : 1 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

A. Latar Belakang

1. Dasar Hukum

a. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah ;

b. Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/ Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun

2010 ;

c. Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ;

d. Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional ;

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 ;

f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 266/Menkes/SKlIII/2004 tentang

Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pemberantasan Penyakit Menular ;

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PERIXI/2011 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ;

h. Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019.

Page 51: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

41

2. Gambaran Umum

Perencanaan merupakan tahap awal dari fungsi-fungsi manajemen suatu

program/kegiatan. Perencanaan yang disusun mengacu pada hasil evaluasi

pelaksanaan kegiatan sebelumnya sebagai dasar penentuan tujuan/sasaran dan

strategi mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan/sasaran

satker secara kontinyu. Oleh karena itu, perencanaan merupakan proses yang sangat

menentukan keberhasilan suatu program/kegiatan.

3. Analisa Situasi

BBTKLPP Surabaya mempunyai wilayah layanan yang mencakup 4 provinsi yaitu

Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT, dengan perbedaan berbagai karakter geografis, sosial,

ekonomi, maupun budaya. Diantara wilayah tersebut merupakan daerah prioritas

pembangunan kesehatan yaitu tertinggal, perbatasan, kepulauan, kumuh dan miskin.

Berbagai macam penyakit yang harus dikendalikan dalam rangka pembangunan manusia

Indonesia masih banyak dijumpai baik new emerging diseases, re emerging diseases serta

penyakit tidak menular. Masing-masing wilayah memiliki dinamika pola kejadian penyakit

dan kualitas lingkungan yang berbeda dipengaruhi karakter geografis, alam, sosial,

ekonomi dan budaya. Oleh karena itu perencanaan harus disusun secara cermat dengan

optimalisasi sumber daya dan berorientasi pada tujuan, sehingga efektif dan efisien dalam

mencapai prioritas sasaran pembangunan kesehatan.

4. Permasalahan

Permasalahan dalam perencanaan BBTKLPP Surabaya antara lain kurang

optimalnya sinergi rencana kegiatan dengan kabupaten/kota serta kurang optimalnya

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

Page 52: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

42

5. Alternatif Pemecahan Masalah

Upaya yang dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah adalah :

1. Sosialisasi dan sinkronisasi kegiatan dengan kabupaten/kota;

2. Peningkatan efetivitas melalui penyusunan rencana kegiatan sesuai dengan

permasalahan kesehatan wilayah layanan dan berorientasi pada tujuan/sasaran

prioritas nasional pembangunan kesehatan;

3. Peningkatan efisiensi kegiatan melalui optimalisasi sumber daya yang ada serta

mengurangi kegiatan dan belanja anggaran yang kurang mempunyai daya ungkit

besar terhadap kinerja satker.

B. Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah BBTKLPP Surabaya, masyarakat

jasa layanan laboratorium BBTKLPP, dan para pemangku kebijakan di daerah.

C. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode Pelaksanaan

Strategi atau langkah kegiatan yang diupayakan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan layanan internal dengan menggunakan metode pelaksanaan swakelola

dan kontrak.

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan dalam melaksanakan kegiatan layanan internal yang

terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

b. Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan

c. Penyusunan Rencana Program

d. Pelaksanaan Pemantauan dan Informasi

e. Penyusunan Laporan Keuangan

f. Pengelola Perbendaharaaan

g. Pengelolaan Kepegawaian

h. Pelayanan Umum dan Perlengkapan

i. Pelayanan Rumah Tangga

j. Pelayanan Humas

k. Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi

Page 53: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

43

Untuk rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2019,

pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

No Kegiatan Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Pengadaan Bahan dan alat kesehatan

2 Penyusunan Rencana Program

3 Pelaksanaan Pemantauan dan Informasi

4 Penyusunan Laporan Keuangan

5 Pengelola Perbendaharaaan

6 Pengelolaan Kepegawaian

7 Pelayanan Umum dan Perlengkapan

8 Pelayanan Rumah Tangga

9 Pelayanan Humas

10 Pelayanan Organisasi, Tata Laksana, dan Reformasi Birokrasi

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Keluaran kegiatan ini harus dicapai dalam waktu satu tahun anggaran, yakni

Bulan Januari hingga Desember 2018.

E. Biaya yang Diperlukan

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pencapaian output kegiatan ini yang bersumber dari DIPA Satker BBTKLPP Surabaya TA. 2019 sebesar Rp 6.564.324.000,- ,-

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bagian Tata Usaha

Dra. Siswati kesumawardhani

NIP. 196102011987032002

Page 54: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

44

KERANGKA ACUAN KEGIATAN LAYANAN PERKANTORAN

TA 2018

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI Unit Eselon I/II

: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit/ BBTKLPP Surabaya

Program : Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hasil (Outcome) : Menurunnya Penyakit Menular dan Penyakit Tidak

Menular serta Meningkatnya Kesehatan Jiwa Kegiatan : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah bulan layanan kantor pada Satker Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Jenis Keluaran (Output) : Layanan Perkantoran Volume Keluaran (Output) : 1 Satuan Ukur Keluaran (Output) : Layanan

A. Latar Belakang

1. Dasar Hukum

a. Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah ; b. Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/ Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90 tahun 2010 ;

c. Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ;

d. Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional ;

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 ;

f. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 266/Menkes/SKlIII/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular ;

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PERIXI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit ;

h. Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

2. Gambaran Umum

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKLPP) Surabaya merupakan UPT Kementerian Kesehatan yang bertanggung

jawab kepada Dirjen P2P sesuai dengan Kepmenkes 266 Tahun 2004 Tentang

Organisasi dan Tatakerja UPT di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pemberantasan Penyakit Menular. BBTKLPP Surabaya dalam pengelolaan organisasi

Page 55: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

45

dan tata kerja sebagai UPT di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit diatur

dalam Permenkes No. 2349 Tahun 2011.

Organisasi di bawah naungan Direktorat Jenderal P2P, BBTKLPP Surabaya

melaksanakan program di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dan

menyelenggarakan layanan publik sebagai lembaga penerima PNBP sesuai dengan

peraturan perundangan di bidang layanan laboratorium dan jasa pendidikan pelatihan

teknis.

B. Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari output layanan perkantoran ini adalah seluruh pegawai

BBTKLPP Surabaya.

C. Strategi Pencapaian Keluaran

1. Metode Pelaksanaan

Strategi atau langkah kegiatan yang diupayakan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan operasional kantor baik itu untuk belanja pegawai maupun belanja

operasional perkantoran dengan menggunakan metode pelaksanaan swakelola.

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan dalam melaksanakan kegiatan operasional

perkantoran yang terdiri dari :

a. Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan.

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemenuhan hak-hak pegawai berupa

pembayaran hak pegawai, lembur, honor dan vakasi yang terdiri dari :

1) Belanja gaji pokok PNS (termasuk gaji pokok PNS ke-13 dan ke-14)

2) Belanja pembulatan gaji pokok PNS

3) Belanja tunjangan suami/istri PNS

4) Belanja tunjangan anak PNS

5) Belanja tunjangan struktural PNS

6) Belanja tunjangan fungsional PNS

7) Belanja tunjangan kinerja PNS

8) Belanja tunjangan PPh PNS

9) Belanja tunjangan beras PNS

10) Belanja uang makan PNS

11) Belanja tunjangan umum PNS

12) Belanja uang lembur

Page 56: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

46

13) Belanja tunjangan perbaikan penghasilan PNS

14) Belanja tunjangan kinerja

b. Kegiatan Operasional Perkantoran

Kegiatan ini merupakan kegiatan penyelenggaraan operasional dan

pemeliharaan perkantoran, antara lain :

1) Keperluan sehari-hari perkantoran

2) Pengadaan makanan dan minuman penambah daya tahan tubuh/uang

makan PNS

3) Pengadaan pakaian dinas pegawai

4) Pengadaan pakaian kerja pengemudi/pramubakti/satpam/tenaga teknis

lainnya

5) Perawatan gedung kantor

6) Perbaikan peralatan kantor

7) Perawatan kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4

8) Langganan daya dan jasa

9) Jasa pos/giro/sertifikat

10) Penunjang kegiatan operasional perkantoran

11) Blanko/kop surat keperluan perkantoran

12) Sewa rumah dinas

13) Pemeriksaan Risiko Kesehatan

14) Jamuan tamu

15) Pemeliharaan Lift

16) Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah

17) Pemeliharaan Alat Laboratorium

Untuk rencana pelaksanaan output layanan perkantoran pada tahun

anggaran 2018, pelaksanaannya diatur sebagai berikut :

No Kegiatan Bulan

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1 Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan

2 Kegiatan Operasional Perkantoran

3 Penyusunan laporan

Page 57: KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA · DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT SURABAYA Jl

47

D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran

Keluaran kegiatan layanan perkantoran ini harus dicapai dalam waktu satu tahun

anggaran Januari hingga Desember 2018.

E. Biaya yang Diperlukan

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan ini bersumber dari DIPA Satker

BBTKLPP Surabaya TA. 2018 sebesar Rp. 16.714.327.000,-

Penanggung jawab a.n. Kepala Kepala Bagian Tata Usaha

Dra. Siswati kesumawardhani

NIP. 196102011987032002