2
KEMENTERIAN KEU ANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO HUBUNGAN MASY ARAKA T ~IARANPER~ JI. Dr. Wahidin Nomor 1 Jakarta 10710 Telepon : (021) 3449230 eks. 6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847 website: http://www.depkeu.go.id <> e-mail: [email protected] Nomor Tanggal 29 21 /HMS/2011 Februari 2011 Hasil Pelaksanaan Pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral serta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kelompok Negara G20 17-19 Februari 2011 di Paris Pad a tanggal 17-19 Februari 2011 telah diselenggarakan serangkaian pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral serta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kelompok Negara G-20 di Paris yang dihadiri oleh 20 Anggota G- 20, beserta 5 negara diundang sebagai observer yaitu Ethiopia, Spanyol, Singapore, Uni Emirat Arab serta Equatorial Guinea. Agenda utama pertemuan ini adalah membahas situasi terkini ekonomi global dan menentukan indikator untuk penilaian external imbalances, reformasi sistem moneter internasional, volatilitas harga komoditas dunia, pembahasan regulasi sektor keuangan serta pembahasan isu climate finance dan pembangunan. Dalam pertemuan ini Menteri Keuangan (Menkeu), Agus D.W. Martowardojo, mengusulkan beberapa indikator internal seperti posisi keuangan publik dan swasta, termasuk public debt, fiscal deficit, private saving, dan private debt. Indikator ini disepakati oleh negara-negara G20 menjadi indikator untuk penilaian dengan menggunakan indicative guideline. Pada sesi reformasi sistem moneter internasional, Menkeu menyampaikan bahwa regional financial safety net diperlukan dalam rangka mengatasi permasalahan global liquidity, serta diperlukan adanya kerjasama internasional seperti yang dilakukan melalui ASEAN+3 dengan IMF melalui Chiang Mai Initiatives. Pada sesi komoditas, Menkeu menyampaikan salah satu upaya mengatasi food crisis adalah mengatasi sisi supply yang dapat dilakukan melalui pengembangan varitas unggul untuk membantu negara miskin meningkatkan produksi. Diharapkan negara-negara maju dapat memobilisasi pendanaan untuk pengembangan penelitian varitas unggul. Untuk mengatasi kenaikan harga pangan, Menkeu menyampaikan agar para Menteri Keuangan tidak mengurangi pengeluaran untuk sektor pertanian serta mengeluarkan kebijakan fiskal terkait penanganan kenaikan harga pangan. Disamping itu, terkait laporan Advisory Group on Climate Change Financing, Menteri juga meminta negara-negara maju memperkuat pendanaan untuk perubahan iklim. Berikut beberapa hasil pertemuan G20 : IMF telah merevisi pertumbuhan ekonomi global tahun 2011 menjadi 4.5% yang terutama didorong oleh penguatan aktifitas ekonomi di beberapa negara maju, termasuk Amerika selama tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi global masih didorong oleh emerging economies meski terdapat gejala overheating di. kelompok negara ini. Meski demikian, masih terdapat beberapa risiko atas pertumbuhan ekonomi global, seperti financial distress di Euro area, ancaman kenaikan inflasi karena kenaikan harga komoditas, dan tingkat

KEMENTERIAN KEU ANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO … filecrisis adalah mengatasi sisi supply yang dapat dilakukan ... Untuk memperkuat sistem moneter internasional, ... kenaikan dan volatilitas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEMENTERIAN KEU ANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO … filecrisis adalah mengatasi sisi supply yang dapat dilakukan ... Untuk memperkuat sistem moneter internasional, ... kenaikan dan volatilitas

KEMENTERIAN KEU ANGAN REPUBLIK INDONESIABIRO HUBUNGAN MASY ARAKA T

~IARANPER~JI. Dr. Wahidin Nomor 1 Jakarta 10710

Telepon : (021) 3449230 eks. 6348 & 3500849 <> Faksimile: 3500847

website: http://www.depkeu.go.id <> e-mail: [email protected]

Nomor

Tanggal

29

21

/HMS/2011

Februari 2011

Hasil Pelaksanaan Pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentralserta Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral kelompok Negara G20

17-19 Februari 2011 di Paris

Pad a tanggal 17-19 Februari 2011 telah diselenggarakan serangkaian pertemuanDeputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral serta Menteri Keuangan danGubernur Bank Sentral kelompok Negara G-20 di Paris yang dihadiri oleh 20 Anggota G­20, beserta 5 negara diundang sebagai observer yaitu Ethiopia, Spanyol, Singapore, UniEmirat Arab serta Equatorial Guinea. Agenda utama pertemuan ini adalah membahassituasi terkini ekonomi global dan menentukan indikator untuk penilaian externalimbalances, reformasi sistem moneter internasional, volatilitas harga komoditas dunia,

pembahasan regulasi sektor keuangan serta pembahasan isu climate finance danpembangunan.

Dalam pertemuan ini Menteri Keuangan (Menkeu), Agus D.W. Martowardojo,mengusulkan beberapa indikator internal seperti posisi keuangan publik dan swasta,termasuk public debt, fiscal deficit, private saving, dan private debt. Indikator ini disepakatioleh negara-negara G20 menjadi indikator untuk penilaian dengan menggunakan indicative

guideline. Pada sesi reformasi sistem moneter internasional, Menkeu menyampaikanbahwa regional financial safety net diperlukan dalam rangka mengatasi permasalahan

global liquidity, serta diperlukan adanya kerjasama internasional seperti yang dilakukanmelalui ASEAN+3 dengan IMF melalui Chiang Mai Initiatives.

Pada sesi komoditas, Menkeu menyampaikan salah satu upaya mengatasi food

crisis adalah mengatasi sisi supply yang dapat dilakukan melalui pengembangan varitas

unggul untuk membantu negara miskin meningkatkan produksi. Diharapkan negara-negaramaju dapat memobilisasi pendanaan untuk pengembangan penelitian varitas unggul. Untukmengatasi kenaikan harga pangan, Menkeu menyampaikan agar para Menteri Keuangantidak mengurangi pengeluaran untuk sektor pertanian serta mengeluarkan kebijakan fiskalterkait penanganan kenaikan harga pangan. Disamping itu, terkait laporan Advisory Groupon Climate Change Financing, Menteri juga meminta negara-negara maju memperkuat

pendanaan untuk perubahan iklim.

Berikut beberapa hasil pertemuan G20 :

IMF telah merevisi pertumbuhan ekonomi global tahun 2011 menjadi 4.5% yang

terutama didorong oleh penguatan aktifitas ekonomi di beberapa negara maju, termasukAmerika selama tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi global masih didorong oleh emerging

economies meski terdapat gejala overheating di. kelompok negara ini. Meski demikian,masih terdapat beberapa risiko atas pertumbuhan ekonomi global, seperti financial distressdi Euro area, ancaman kenaikan inflasi karena kenaikan harga komoditas, dan tingkat

Page 2: KEMENTERIAN KEU ANGAN REPUBLIK INDONESIA BIRO … filecrisis adalah mengatasi sisi supply yang dapat dilakukan ... Untuk memperkuat sistem moneter internasional, ... kenaikan dan volatilitas

pengangguran yang masih tinggi di negara maju karena masih lambatnya pertumbuhanekonomi di kelompok negara ini.

Negara anggota G-20 mempertegas komitmen untuk melakukan kebijakan yangterkoordinasi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan danseimbang. Guna mengatasi global imbalances, G20 menyepakati akan melakukan penilaianatas imbalances dengan menggunakan indicative guideline atas sejumlah indikator yangmeliputi public debt, fiscal deficit, private saving, private debt, trade balance dan netinvestment income flow dan transfer. Penilaian akan dilakukan melalui 2-step process, dan

sebagai langkah pada tahap pertama, pada bulan April diharapkan dapat dicapaikesepakatan atas indicative guideline guna menilai indikator-indikator yang sudahdisepakati.

Meskipun sistem ekonomi moneter saat ini menunjukkan daya tahan terhadap krisis,beberapa permasalahan mendasar masih perlu diperbaiki agar terdapat stabilitas moneter

yang lebih kuat. Untuk memperkuat sistem moneter internasional, G20 menyepakatiprogram kerja yang meliputi pendekatan atas manajemen capital flow dan global liquidity.

Selanjutnya, kenaikan dan volatilitas harga komoditas berpotensi mengganggupemulihan ekonomi global. G20 bekerjasama dengan organisasi internasional terkait akanmengevaluasi penyebab volatilitas harga komoditas. G20 juga mengingatkan perlunyainvestasi jangka panjang di sektor pertanian di negara berkembang. Disamping itu G20 jugamenyambut baik laporan interim dari Joint Organization Data Initiative (JODI) Oil danmeminta laporan detil implementasi dari rekomendasi yang disampaikan dalam laporanfinalnya.

Negara anggota G20 juga menyatakan kembali komitmen untuk reformasi sektorkeuangan. G20 menyatakan komitmennya untuk menjalankan Basel III sesuai denganjangka waktu yang disepakati, rekomendasi FSB atas OTC derivatives dan penguranganketergantungan atas rating dari credit rating agency. G20 juga akan memperluas cakupanframework systemically important financial institutions (SIFls) ke seluruh SIFI setelahframework untuk Global SIFI disetujui. G20 juga mengharapkan rekomendasi FSB atas

shadow banking pada pertengahan 2011 dapat menilai risiko dan hubungannya dengansektor perbankan. G20 juga mendorong seluruh jurisdiksi untuk memperluas kerjasamadalam rangka Tax Information Exchange Agreement dan mendorong pelaksanaankerjasama melalui Multilateral Convention on Mutual Administrative Assistance in TaxMatter.

Kemudian, negara anggota G20 menyambut hasil kesepakatan Cancun ClimateConference, khususnya pembentukan Green Climate Fund. G20 akan membahasmobilisasi sumber pendanaan, baik dari publik maupun swasta, bilateral dan multilateral,

juga sumber-sumber pembiayaan yang inovatif sesuai dengan prinsip UNFCCC.

i11983111001

2