Upload
arsy-imanuel
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
selalu berbagi dalam setiap situasi adalah hal yang sangat indah dan akan mendatangkan sukacita dalam kehiupan kita. Teruslah dalam hidup ini kita menyenangi akan bebagi dengan sesama.
Citation preview
By: AR. Rahadian
1
By: AR. Rahadian
KEMURAHAN HATI
Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi kami, tidak seperti biasanya musim
kemarau tiba lebih cepat. Bulan- bulan ini seharusnya masih musim penghujan,
namun perubahan iklim yang sangat ekstrim tengah terjadi sehingga kini cuaca
pun berubah cepat tak terduga. Desa Sakerti yang terletak tepat di kaki gunung
Selayu, merupakan sebuah desa penghasil produk pertanian dan perkebunan
kedua terbesar bagi kecamatan Selawi, Kabupaten Sekajang. Namun Sudah tiga
bulan ini desa kami belum mendapatkan hujan, yang menyebabkan areal
persawahan menjadi kering, perkebunan tak dapat menghasilkan buah, dan
ancaman kelaparan menghantui sebagian besar penduduk desa. Profesi dari
penduduk desa Sakerti 90% disektor pertanian, perkebunan, perternakan dan
perikanan.
Berbagai cara telah di upayakan, dari berdoa bersama memohon hujan,
memperdalam sumur untuk mendapatkan sumber air dan juga meminta
bantuan pada pemerintahan setempat. Namun belum mendatangkan hasil dan
bantuan pemerintah yang kami harapkan segera datang pun ternyata tak ada.
Kami bahu-membahu secara swadaya melakukan segala cara agar kekeringan
ini tidak berlanjut dan yang utama untuk saat ini adalah pemenuhan air bersih.
Dimana pasokan air sudah semakin menipis bahkan sumur-sumur milik
masyrakat sebagian telah mengalami kekeringan. Didesa kami sebenarnya
memiliki empat titik sumber mataair yang bagus debitnya, namun kini yang
masih mengeluarkan air tinggal mataair Brojol wulan. Yang letaknya di lereng
bukit dan berjarak sekitar lima belas kilometer dari balai desa. Dan debit airnya
pun kini semakin berkurang, kemungkinan hanya dapat bertahan hingga
beberapa minggu ke depan. Kami kini hanya pasrah saja dan taktahu harus
berbuat apalagi dalam menghadapi persoalan ini.
Sementara itu, dari balik hutan tampak terlihat seorang ibu dengan jalan
2
By: AR. Rahadian
tertatih-tatih sambil menggendong beberapa kayu bakar di punggungnya serta
membawa pompa air di tangan kanannya. Hari belumlah pertengahan masih
terbilang pagi, namun cuacanya terasa sangat begitu terik. Dari balik wajahnya
terlihat jelas rasa lelah, bibirnya pun pecah-pecah dan warna kulitnya berubah
hitam, akibat terbakar sinar mathari. Saat memasuki areal jalan setapak yang
merupakan akses jalan alternatife menuju lapangan sepakbola, secara tak
sengaja kami pun berpapasan. Saya yang saat itu sedang mengendarai sepada
motor berhenti sejenak untik memberikan ibu tersebut lewat,
“ Maaf ibu, saya mengganggu perjalananannya, jikalau tidak keberatan
bagaimana kalau saya antar ke rumah ibu?” Sahutku sambil menawarkan
tumpangan,
“Oh nak Agus, nggak usah nak, terimakasih. Rumah ibu tinggal beberapa meter
lagi dari sini” Sahut ibu
“Tapi bu Aminah, saya ingin meringankan beban bawaannya dan juga hari sangat
terik, tentunya ibu sangat kelelahan” Aku pun memberikan alas an,
“Benaran nak Agus, nggak apa-apa, sekali lagi terimakasih” Ibu Aminah pun
tetap pada pendiriannya.
Melihat hal seperti itu aku pun memohon pamit dan melanjutkan perjalanan,
dalam hati aku kagum akan kegigihan ibu Aminah yang begitu ulet berjuang
dalam hidupnya. Ibu Aminah adalah seorang janda dan memiliki seorang anak
perempuan yang baru berusia delapan tahun, suaminya telah meninggal lima
tahun yang lalu di karenakan sebuah kecelakaan lalulintas. Dimana suami ibu
Aminah bekerja sebagai buruh pabrik di kota kecamatan, disaat usianya
menjelang paruh baya keluarga ini baru di karuniakan seorang anak. Sungguh
sebuah penantian yang panjang dimana mereka selama lima belas tahun
3
By: AR. Rahadian
menantikan keturunan, akhirnya doa mereka terjawab. Sepeninggal suaminya ia
bekerja sebagai buruh tani dan juga berjualan gorengan keliling kampung. Aku
benar-benar kagum akan ketaatan, kesabaran dan iman yang begitu besar yang
di miliki oleh ibu Aminah dan keluarga.
“Selamat siang sayang, tumben sudah pulang sekolah” Ibu Aminah menyapa
anaknya dengan lembut manakala dilihatnya, sedang duduk di bale-bale depan
rumahnya.
“Selamat siang ibu, tadi gurunya ada rapat jadi Sita pulang lebih awal” Jawab
anaknya sambil menjelaskan, kemudian, “Ibu aku lapar, adakah makanan yang
dapat kita makan?”
“Oh, ada rapat toh!, Sabarlah yah nak! Sebentar ibu buatkan makanan untukmu,
sementara itu engkau minumlah dahulu” Sahut ibunya, menenangkan anaknya
sambil memberikan minuman yang tersimpan di kendi,
Kemudian Ibu Aminah pun ke dapur untuk mempersiapkan makanan. Ia lihat ke
tempayan tempat simpanan berasnya ternyata sudah hamper habis, hanya
cukup untuk hari ini saja dan lauk yang tersisa tinggal satu ekor ikan asin sepat.
Tidak ada garam, kecap, minyak goreng bahkan bumbu dapur. Bagaimana ini
Tuhan, persediaan uangpun sudah tidak ada, apakah aku harus kembali meminta
bantuan ibu Amir pemilik kios dengan berhutang kembali? Manalah ia akan
memberikan, karena hutang ku yang lalu saja bemlum dapat aku lunasi. Kemarin
pun aku sudah mencobanya dan ia tidak memberikan keringanan malah yang
kudapat hanyalah hinaan dan cacian, aku pun taktahu harus bagaimana lagi,
modal untuk jualan tidak ada lagi telah habis terpakai untuk berobat Sisca tempo
hari, lengkap sudah susah ku hari ini…pikirnya. Tapi aku tak boleh mengeluh,
biarlah kesusahan hari ini menjadi kesukaran untuk hari ini dan aku yakin pasti
akan ada jalan keluarnya. Kemudian ia pun mencuci beras dan memasak beras
tersebut dan ikan asinya ia bakar di atas bara api. Sambil menunggu
4
By: AR. Rahadian
makanannya matang, ia pun mengajak Sisca bermain di halaman depan
rumahnya.
Sedang Ibu Aminah bersenda gurau bersama anaknya, datanglah seseorang dan
mendekati mereka, kemudian orang asing itupun berbicara kepada mereka,
“Selamat siang, mohon maaf apabila saya mengganggu kalian”
“Selamat siang pak, maaf bapak ini siapa dan ada keperluan apakah?” Ibu
Aminah pun bertanya, sambil hatinya agak khawatir dan ia pun langsung
menggendong Sisca,
“Aku ini seorang musafir yang mengembara, tujuanku adalah hendak ke desa
Kulon Hanaya yang berada di balik gunung Saluyu. Aku kelelahan dan bermaksud
menumpang istirahat sejenak, dan berharap mendapatkan segelas air putih
sebagai pelepas dahaga” Musafir itu pun menjelaskan,
“Baiklah bapak, silahkan istirahatlah dahulu di bale-bale ini dan aku akan ambilkan
air putih untuk engkau minum” Jawab Ibu Aminah sambil berlalu kedalam rumah
untuk mengambilkan air putih,
Tak lama kemudian ibu Aminah pun tiba, sambil menyodorkan segelas air putih ia
pun meletakan kendi tempat air minum, sambil berkata,
“Bapak silahkan di minum air putihnya, mudah-mudahan dapat melepaskan
dahaga”
5
By: AR. Rahadian
“Oh terimakasih anakku, engkau baik, sungguh baik” Ucap sang Musafir
kemudian “Emmh…wangi apakah ini sungguh sedap tercium”
“Oh itu, kami sedang masak nasi dan ikan asin bakar” Jawab ibu Aminah,
“Bolehkah engkau memberikan aku sepiring nasi, sebab aku sangat kelaparan
dikarenakan perutku belum terisi” Pinta sang Musafir,
Bagaimana ini? sedangkan anakku saja sedang lapar dan ini adalah persediaan
kami yang terakhir setelah ini habis, kami tentunya akan mati kelaparan, pikir
hatinya, kemudian Ibu Aminah pun berkata,
“Demi Allah yang hidup! Ini pun adalah persediaan kami yang terakhir dan kami
tak tahu setelah persediaan ini habis, apa yang hendak kami makan. Namun,
demi Allah yang Mahamencukupi! Kami rela dan ikhlas untuk memberikannya
kepada engkau” Begitulah ucap ibu Aminah, lantas ia pun kembali ke dalam
rumah dan ia membawakan sepiring nasi beserta sepotong ikan asin bakar,
sedangkan yang tersisa tinggalah sedikit nasi yang hanya cukup untuk anaknya.
“Silahkan bapak, silahkan di makan”
“Terimakasih anakku, engkau sungguh baik”
Ibu Aminah pun sedikit bergeser agak menjauh dan menenangkan putrinya
dalam gendongan agar ia tidak teringat pada laparnya. Dengan bersenandung
kecil ibu Aminah berusaha keras menina bobokan putrinya.
6
By: AR. Rahadian
“Anakku, terimakasih atas makanan, minuman dan tumpangannya. Namun
bolehkah aku meminta satu permintaan kepada engkau sebelum aku
melanjutkan perjalanan?” Setelah mengucapkan terimakasih, iapun
memohonkan satu permintaan kepada ibu Aminah.
“Sama-sama bapak, apakah permintaan engkau ya bapak?” Jawabnya,
“Aku hendak meminta sedikit bekal makanan untuk perjalananku, apakah dapat
engkau memberinya?”
“Dapat bapak, aku akan siapkan bekal untuk mu berupa makanan dan minuman,
namun hanya nasi saja yang tersisa padaku tanpa lauknya” Jawab ibu Aminah
dengan penuh kejujuran
“Tidak apa-apa anakku, sungguh engkau berhati mulia” Sahut sang Musafir,
Tidak lama kemudian ibu Aminah kembali dan memberikan bungkusan yang
berupa makanan dan minuman malah ia tambahkan dengan sebuah sarung
bekas peninggalan almarhum suaminya.
“Terimaksih anakku, engkau baik sekali. Sejak pagi aku berkeliling kampung dan
hanya engkau yang mau menerimaku dengan tangan terbuka dan memberikan
aku makan dan minum, bahkan engkau memberikan kelebihan dari semua hasil
yang ada padamu” sang Musafir pun berucap, lalu, “Aku tahu keadaanmu,
engkau pun dalam kesulitan namun mengapa masih mau berbagi padaku, dan
sesungguhnya engkau telah jujur pada dirimu sendiri”
“Sama-sama bapak, aku tahu bagaimana keadaanku kini dan yakin Ia yang
7
By: AR. Rahadian
Mahamencukupi pasti akan memberikan kecukupan. Dan aku pun sangat yakin
kepada-Nya, bahwa engkau ya bapak, engkau adalah manusia yang Ia utus
kepadaku dan lewat aku, engkau beroleh pertolongan. Aku tak
mengkhawatirkan bagaimana aku dan anakku kelak makan, dan persedian yang
ada pada kami hanyalah titipan dari-Nya bukan milik kami” Ibu Aminah pun
menjawab
“Begitu mulia hatimu anakku, aku adalah manusia biasa yang kebetulan lewat di
kampung ini. Aku berdoa kepada Dia yang hidup, agar memberi engkau
kecukupan dan Allah, memberikan keberhasilan dari apa yang engkau kerjakan
serta apa yang engkau katakan menjadi nyata” Doanya, kemudian Musafir itu
mohon diri dan berpamitan, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.
“Ibu….aku lapar, apa makananya telah masak?” Tanya putrinya setelah
terbangun dari tidur,
Ibu Aminah kaget luarbiasa dan ia pun bingung harus berkata apa, dan ia
membawa putrinya ke dalam untuk memberinya air minum, tetapi putrinya
berkata,
“Ibu, wangi apakah ini? sedap sekali, masakan ibu sudah matang yah?”
“…???..” Hanya kebingungan yang ada di benak ibu Aminah, sebab wangi
makanan ini begitu menggoda rasa laparnya yang amat sangat. Namun siapakah
gerangan yang memasaknya? Sebab didapurnya sudah tidak terdapat makanan.
Tetapi wanginya berasal dari dapur dan untuk menghilangkan penasaran maka,
ia pun ke dapur dan takjublah ia akan apa sedang ia lihat. Sebab di atas pancinya
terdapat makanan yang terbungkus daung pisang, ia pun langsung
menghampirinya dan ia lihat disana terdapat pepes ikan mas, sayur dan lauk
lainya, nasi yang tadi habis ternyata telah berisi kembali. Kemudian ia tengok
8
By: AR. Rahadian
tempayannya terpenuhi beras, buli-bulinya penuh dengan minyak. Ia begitu
takjub melihat semua ini dan ia sujud tersungkur kepada Tuhan, memuji serta
bersyukur kepada-Nya. Keajaiban telah terjadi dalam hidupku, namun siapakah
gerangan Musafir itu? Ia hanya yakin bahwa musafir itu adalah seorang utusan
yang disuruh Tuhan untuk mendatanginya.
AR. RAHADIAN
http://www.ArsyImanuel.Blogspot.com
9