9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kita sebagai umat Islam yang beragama sangatlah penting untuk memperhatikan tingkah laku (budi pekerti). Terutama bagi agama Islam, tingkah laku atau budi pekerti itu merupakan inti ajaran-ajaran agama Islam mulai dari nenek moyang kita sampai sekarang. Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi: ) ث ي حد لا( لاق خ لارم ا مكا م م ت لا ت ث ب" ع ما ت% اArtinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulya”. Kita mengetahui bahwa masyarakat kita mengharapkan kepada remaja itu untuk menjadi pengganti generasi yang lebih tua. Maka pendidikan agama sangat berpengaruh terhadap tingkah laku remaja. Dan remaja perlu diberikan pendidikan baik forma maupun non formal. Sebab dalam istilah pendidikan mempunyai sasaran untuk menuju keberhasilan pelajar-pelajar yang bertingkah laku mulya baik kepada keluarga, guru maupun masyarakat. Akan tetapi pendidikan agama itu jangan bersifat transmisi dimana remaja itu hanya mendengarkan saja tetapi harus menciptakan suatu lingkungan dimana remaja itu dapat mempraktekkan teori yang sudah diajarkan sebelumnya. Maka kita wajib bersyukur pada Allah karena taufiq dan hidayahnya sehingga para pembentuk atau perancang Undang- Undang Dasar Negara di Indonesia ini telah meletakkan landasan bagi pengembangan kehidupan agama yang mulya sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 45 Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : 1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaan masing-masing.

Kenakalan Remaja Islam.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah Kita sebagai umat Islam yang beragama sangatlah penting untuk memperhatikan tingkah laku (budi pekerti). Terutama bagi agama Islam, tingkah laku atau budi pekerti itu merupakan inti ajaran-ajaran agama Islam mulai dari nenek moyang kita sampai sekarang. Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi: ()Artinya :Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulya.Kita mengetahui bahwa masyarakat kita mengharapkan kepada remaja itu untuk menjadi pengganti generasi yang lebih tua. Maka pendidikan agama sangat berpengaruh terhadap tingkah laku remaja. Dan remaja perlu diberikan pendidikan baik forma maupun non formal. Sebab dalam istilah pendidikan mempunyai sasaran untuk menuju keberhasilan pelajar-pelajar yang bertingkah laku mulya baik kepada keluarga, guru maupun masyarakat. Akan tetapi pendidikan agama itu jangan bersifat transmisi dimana remaja itu hanya mendengarkan saja tetapi harus menciptakan suatu lingkungan dimana remaja itu dapat mempraktekkan teori yang sudah diajarkan sebelumnya.Maka kita wajib bersyukur pada Allah karena taufiq dan hidayahnya sehingga para pembentuk atau perancang Undang-Undang Dasar Negara di Indonesia ini telah meletakkan landasan bagi pengembangan kehidupan agama yang mulya sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 45 Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaan masing-masing.B. Rumusan MasalahPembahasan ini hanya terbatas pada masalah remaja, sebagai penerus cita-cita para orang tua dalam mengemban amanah untuk memajukan Agama Islam di zaman mendatang. Agar tidak bertele-tele sehingga mudah dimengerti dan dipahami maka kiranya perlu penulis menyampaikan rumusan masalah tersebut. Yang menjadi masalah ialah meliputi:1. Kenapa remaja dan kenakalannya selalu menjadi sorotan di masyarakat ?2. Sebab-sebab apakah remaja sekarang lebih condong terhadap keberutalan?3. Sejauh manakah kebejatan moral remaja pada zaman modern ini ?

BAB II PEMBAHASANA. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Kenakalan Remaja1. Faktor Orang Tuaa. Orang Tua terhadap anakOrang tua mempunyai peranan penting dalam urusan keluarga terutama pada anak-anaknya, sehingga sikap dan tingkah laku anak selalu meniru dari orang tua, sehingga satu sama lain saling menyesuaikan dalam hal bertingkah laku dan berhubungan kepada anak-anak. Jelas orang tua merupakan tempat pelindung dan bimbingan serta kasih sayang terhadap anak-anaknya. Orang tua yang ada yang bersikap memanjatkan dan ada pula yang bersikap terlalu keras yaitu terlalu membatasi kemana anak itu bergerak atau bertingkah laku, terutama jika terjadi suatu tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak orang tua yang dipengaruhinya oleh adanya faktor-faktor yang mendasari terbentuknya keluarga tersebut, terutama faktor pendidikan yang telah diperoleh kedua orang tua.b. Tanggung jawab orang tua terhadap anakYang dimaksud tanggung jawab orang tua adalah orang tua sadar dan mengetahui kedudukannya sebagai pelindung dalam hal kewajiban dan membina keluarga mulai sejak dari anak dilahirkan, baik mental atau keamanan serta kesehatan jasmani anak baik dan buruknya anak dalam keluarga adalah merupakan tanggung jawab dan hakekatnya anak itu dilahirkan dalam keadaan suci maka anak itu harus diberikan pendidikan dan hal-hal yang baik harus dibiasakan sejak kecil dan kebiasaan yang terpuji menurut ajaran Islam. Sesuai dengan seruan Allah yang berbunyi:

Artinya; Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (At-Tahrim;6)

2. Faktor di Sekolaha. Hubungan Guru dan MuridHubungan guru dengan murid memadukan dua populasi yang tidak sederajat kebudayaannya guru diilhami dengan peradaban, sedangkan murid merupakan orang yang diberi peradaban. Jadi guru secara eksplisit mengadakan komunikasi dengan murid sehingga ia mengetahui apa yang terjadi dan bisa mencegah pelajaran, ikut banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mengganggu tidak terlalu asyik dengannya, membina arus perubahan kegiatan, mengelola resitasi dengan cara yang bisa membuat murid sibuk (misalnya, menciptakan ketidak pastian tata aturan yang mewajibkan murid). KOUNIN yang menganalisa pencegahan (desist) atau strategi guru dalam mencegah perbuatan yang tidak pantas dan pengaruh kedisiplinan terhadap kelompok, misalnya dengan pencegahan yang dilakukan dengan marah itu akan lebih banyak pengaruhnya terhadap murid. Dia juga menyimpulkan bahwa reaksi murid sekolah menengah atas terhadap pencegahan dengan di lingkungan oleh guru, ada kaitannya dengan motivasi pelajar murid dan sikapnya terhadap guru. Jadi di dalam kelas itu sendiri guru bisa berhubungan dengan murid secara perorangan dibandingkan dengan pendekatan formal dan struktur peranan dan juga bertindak sebagai pendukung antara murid dan aspek-aspek yang lebih ketat dalam sistem pendidikan yang formal.b. Hubungan Murid dengan MuridSebagaimana dinyatakan oleh seorang pengamat, kelompok teman sebanyak murid dianggap sebagai akarnya kelas (cohen) pada tahun 1972 pada umumnya kelompok tersebut dipandang dengan rasa curiga dan kuatir oleh guru yang berusaha menguasai kelas. Para ahli sosiologi berpendapat bahwa kelas memiliki sejumlah sistem status teman sebaya bahwa sebagai murid mempengaruhi sikap dan tingkah laku murid lain di sekolah (menurut terminology sosiologi, murid bertindak sebagai refence group bagi murid lainnya. Aspek hubungan murid dengan murid yang paling banyak mendapat perhatian ialah perasaan murid terhadap satu sama lain sebagaimana yang diukur dengan tehnik yang disebut analisis sosiometri).Bila dialihkan pengertiannya maka hal ini menyatakan bahwa murid mencapai hasil belajarnya jika murid melihat adanya kepentingan hasil yang dicapai dengan baik, maka murid tersebut mendapatkan penghargaan dari teman sebayanya, apabila niscaya berguna untuk masuk perguruan tinggi.3. Faktor Lingkungan Masyarakata. Kondisi LingkunganLingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Di situlah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah. Kelakuan anak harus disesuaikan dengan norma-norma yang ada di lingkungan itu. Lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh sosial pertama pada anak, di luar keluarga di situlah ia dapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial baru yang berlainan dengan yang dikenal di rumah.Dalam kondisi itu anak dapat mempelajari hal-hal yang baik akan tetapi mereka dapat juga mempelajari kelakuan yang baik, tergantung pada sifat kelompoknya anak-anak dapat dengan mudahnya mempelajari kata-kata kotor dan kenakalan dari teman-temannya. Daerah anak-anak nakal akan menghasilkan anak-anak nakal pula. Jadi dimana anak bergaul dan bermain tercermin pada kelakuan anak tersebut orang tua dan para pendidik untuk mengusahakan lingkungan yang sehat di luar rumah, untuk itu perlu adanya kerjasama dan bantuan dari seluruh masyarakat.b. Pendidikan Masyarakat SetempatBerdasarkan kacamata sosiologi dinyatakan oleh penganut-penganutnya DURKHEIM, seorang dididik dalam konfeks pendidikan tidak layak di menara khayal yang terasing dengan masyarakat. Atas dasar itu, relevan atau tidak, praktis atau tidak, berguna atau tidak sajian pendidikan yang diberikan, patokan pengukurnya ialah kebutuhan, hajat, atau tuntutan obyektif masyarakat itu sendiri. Pendidikan mesti difikirkan dan dirancang sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan obyektif (politik, sosial, ekonomi) yang berkembang di masyarakat. Sekarang pendidikan bertugas mengantarkan anak didik ke dunia masyarakat dan ke dunia pengetahuan supaya mereka terbekali untuk hidup selaku warga masyarakat atau warga negara baik dalam dunia rumah tangga, dunia kerja, dunia kenegaraan, dan sebagainya. Yang jelas pada masyarakat kini semakin relevan suatu pendidikan yang dirancang untuk hidup, (pendidikan untuk hidup seutuhnya dan untuk hidup seutuhnya dan belajar sepanjang hidup). (Learning to be, and learning how to) (carn).B. Solusi Untuk Mengantisipasi Kenakalan RemajaDari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja masa kini sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apapun mempunyai akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dapat dibagi dalam:Tindakan PreventifUsaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara berikut:1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi yang wajar.4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang hubungan sosial yang baik.6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:1. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.2. Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.3. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.

Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu mengatasinya.2. Pendekatan melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Pendidikan agama merupakan salah satu terjadinya kenakalan remaja yang perlu diberikan pelajaran baik melalui pelajaran orang tua atau pendidikan sekolah ataupun masyarakat.2. Pendidikan adalah salah satu dari aspek sasaran pembangunan bangsa menempati bagian dasar dalam usaha pendidikan yang tujuan membentuk pribadi yang luhur dan bertaqwa. 3. Dengan mengetahui faktor-faktor dan latar belakang yang mendukung terjadinya kenakalan remaja, maka kita tidak mau cepat-cepat menyalahkan remaja, disana setiap mereka membuat kesalahan atau keributan-keributan akan tetapi masalah ini menyangkut semua pihak.4. Pendidikan yang diberikan kepada anaknya hendaklah dimulai dari kecil. 5. Pendidikan adalah sebagai usaha, membawa manusia itu menuju kepada tujuan yang akhir, mendapat ketawakalan dalam agama Islam. Tujuan itu adalah penyerahan diri kepada Allah SWT, sebagai tujuan hidup semua manusia alam sekitarnya.

B. Saran-Saran 1. Hendaknya kita selalu menjaga dan memelihara tingkah laku (budi pekerti)2. Kita sebagai generasi muda yang muslim jangan selalu bergantung pada generasi yang lebih tua, baik dalam bersikap, bertingkah laku, maupun menyuarakan pikiran atau pendapat.3. Wajib bagi kita untuk selalu mencegah atau menghentikan terjadinya kenakalan di kalangan remaja. 4. Kepada para pendidikan janganlah mengadakan pengajaran ilmu pengetahuan terpisah dari ilmu agama dan ilmu agama terpisah dari ilmu pengetahuan.5. Dan bagi semua orang tua hendaknya mengetahui manfaat pendidikan terhadap anak.6. Orang tua harus dapat menemukan pengaruhnya secara positif kepada anak-anaknya.2