Kenakalan Siswa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kenakalan Siswa

Citation preview

  • 1

    SKRIPSI

    PROBLEM DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KENAKALAN

    SISWA DI MTS MUHAMMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU

    BOYOLALI TAHUN 2013/2014

    Disusun guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I.)

    Oleh:

    ACHMAD SUROJI

    NIM : 121 09 001

    JURUSAN TARBIYAH

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    2014

  • 6

    MOTTO

    Janganlah menilai orang dari kepandaiannya, cukup

    nilailah dari kebaikannya

  • 11

    3. Usaha Kuratif...51

    BAB III PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran umum lingkungan sekolah80 B. Keadaan lingkungan sekolah..89 C. Profil siswa..90 D. Bentuk-bentuk kenakalan...91 E. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan96 F. Upaya penanggulangan kenakalan.99

    1. Upaya yang dilakukan...99 2. Strategi sekolah dalam penanggulangan.104 3. Progam bimbingan dan penyuluhan106 4. Kendala dalam penanggulangan kenakalan107

    BAB IV ANALISIS DATA A. Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa....................................109 B. Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa117 C. Upaya penanggulangan kenakalan siswa120

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................128 B. Saran-saran ............................................................................................130

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    ABSTRAK

    Suroji, Achmad. 2013. Problem dan Strategi Penanggulangan Kenakalan Siswa

    (Studi di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali).

    Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah

    Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Muna Erawati,

    M.Si.

    Kata kunci: Bentuk-bentuk kenakalan, Faktor-faktor penyebab kenakalan,

    Strategi penaggulangan kenakalan siswa MTs.

    Penelitian ini membahas tentang problem dan strategi penanggulangan

    kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan di Desa Kauman Kecamatan

    Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini

    adalah apa saja bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, faktor apa saja yang

    menyebabkan kenakalan siswa, dan bagaimana strategi penanggulangan

    kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Desa Kauman Kecamatan

    Kemusu Kabupaten Boyolali. Rumusan tersebut bertujuan untuk mengetahui

    bentuk kenakalan, faktor apa saja penyebab terjadinya kenakalan, dan strategi

    penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan.

    Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting mengingat skripsi ini adalah

    kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen langsung dan sebagai

    pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam

  • 12

    penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau

    responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data tersebut

    berupa keterangan dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen.

    Keseluruhan data tersebut selain diperoleh dari wawancara, juga didapatkan dari

    observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data

    yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan

    tahap akhir dari analisa data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan

    menggunakan member check berdiskusi triangulasi.

    Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa

    kenakalan siswa di lingkungan sekolah masih sering dijumpai baik dalam katagori

    bentuk kenakalan ringan sampai yang berat. Penyebab terjadinya perilaku nakal

    sangat komplek, baik itu dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar diri siswa

    (ekstern). Penanggulangan terhadap perilaku nakal bisa ditekan dengan adanya

    upaya tindakan preventif, refresif maupun kuratif. Adanya koordinasi yang baik

    antara kepala sekolah dengan guru BK, guru agama dan lingkungan sekitar serta

    mayoritas responden menujukkan arah positif terhadap upaya penanggulangan

    yang dilakukannya.

  • 13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang

    menimbulkan banyak ekses negatif yang sangat merisaukan masyarakat. Ekses

    tersebut antara lain makin maraknya berbagai penyimpangan norma

    kehidupan agama dan sosial masyarakat yang terwujud dalam bentuk

    kenakalan siswa atau kenakalan remaja. Kenakalan tersebut di sebabkan

    adanya arus informasi yang masuk pada masa kini, baik melalui media cetak

    maupun elektronik, untuk itu semakin mengkhawatirkan semua kalangan, baik

    orang tua, para pendidik dan masyarakat pada umumnya.

    Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami

    perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia.

    Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan

    teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai,

    tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok

    (Fairuz, 2009:21).

    Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti

    pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan

    pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena

    bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik

    (misal novel pornografi), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta

  • 14

    tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk

    berperilaku negatif.

    Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku

    remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam

    masyarakatnya. Kartini Kartono bahwa secara tegas dan jelas memberikan

    batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak

    dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

    itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang (Kartono, 2003:6).

    Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya masukan atau

    pengaruh terhadap norma-norma sosial. Dalam Inpres no : 6/1997 buku

    pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah

    laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama

    serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.

    Fuad Hasan merumuskan definisi kenakalan sebagai perilaku anti

    sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang

    dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 1999:3).

    Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan

    anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma

    sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan

    meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga

    dan atau masyarakat. (Subadi, 2009:4).

    Tekhnologi yang semula bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    umat manusia, ternyata berdampak negatif bagi perkembangan generasi muda.

  • 15

    Keadaan ini dipengaruhi lagi dengan semakin minimnya pengalaman agama

    dan kendornya nilai-nilai moral, nilai agama, nilai sosial dan nilai budaya bagi

    kebanyakan para remaja. Sekat-sekat antar bangsa seakan-akan telah kabur.

    Apa yang terjadi diberbagai belahan dunia dapat disaksikan dalam waktu yang

    hampir bersamaan, lebih dari itu internet maupun HP sudah menjamur sampai

    ke tingkat pedesaan, sehingga filter-filter yang berbentuk agama maupun

    budaya seakan tidak berdaya dalam penyaringannya.

    Gambaran kenakalan remaja dapat kita lihat di media cetak maupun

    elektronik atau bahkan dapat diketahui langsung oleh kita, tawuran antara

    pelajar, pengrusakan gedung-gedung sekolah oleh pelajar, penghadangan

    terhadap guru, perkelahian antar pelajar, sering ditemukannya senjata tajam,

    buku-buku atau gambar porno, obat-obat terlarang, minuman keras yang

    dibawa pelajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.

    Siswa pada tingkat Madrasah Tsanawiyah sudah digolongkan pada

    kelompok remaja masa puberitas. Masa ini merupakan masa penuh

    kegoncangan jiwa (gejolak jiwa) yang berada antara masa peralihan yang

    menjembatani antara masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan dengan

    masa dewasa yang matang dan mandiri. Pada masa ini mereka sering

    mengalami problem, kesulitan pergaulan yang kadang-kadang menyebabkan

    terganggunya jiwa dengan bentuk cemas dan gelisah yang direfleksikan dalam

    perilaku yang tidak diharapkan, sering disebut kenakalan remaja. Perilaku

    remaja demikian dapat dinamakan berlawanan norma yang berlaku, sehingga

    mencari jalan keluar yang menyimpang dari ajaran agama, maka pendidikan

  • 16

    agama untuk mengarahkan perilaku baik pedoman hidup sehari-hari perlu

    diberikan dengan seksama.

    Kenyataan sering ditemui siswa-siswi yang enggan mengamalkan

    ajaran agama bahkan sering terjadi perilaku yang mereka perbuat berlawanan

    tidak sesuai dengan aturan normatif ajaran Islam, padahal dari segi usia,

    mereka sudah termasuk akil baligh yang telah berkewajiban melaksanakan

    ajaran/normatif secara penuh.

    Penulis memilih MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu

    Boyolali sebagai objek penelitian karena beberapa hal, antara lain : 1) MTs

    Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali merupakan salah satu

    sekolah umum tingkat dasar 9 tahun yang berciri khas agama Islam yang

    berada di Kabupaten Boyolali, 2) Masih perlunya penanganan terhadap

    tingkah laku kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman

    Kemusu Boyolali.

    Yang dimaksud dengan kenakalan siswa yaitu tindak perbuatan remaja

    yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di

    masyarakat di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun

    orang lain, dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan

    tindak kriminal. Yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi: a)

    perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;

    b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar; c)

    mengganggu teman; d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan

    berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara; e) menghisap

  • 17

    ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok; f)

    menonton pornografi; dan g) corat-coret tembok sekolah.

    Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil karena

    seseorang mengalami kesulitan dalam hal komunikasi ketika bersosialisasi.

    Artinya individu tersebut tidak mampu mendalami norma- norma masyarakat

    yang berlaku. Kenakalan juga dapat terjadi apabila seseorang sejak masih

    kecil mengamati bahkan meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

    orang-orang dewasa.

    Terbentuknya perilaku nakal juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub

    kebudayaan menyimpang yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti

    faktor ekonomi dan faktor agama. Contoh karena kekurangan biaya seorang

    pelajar mencuri dan seseorang yang tidak memiliki dasar agama hidupnya

    tanpa arah dan tujuan.

    Kenakalan merupakan gejala umum yang dapat muncul pada siapa

    saja, kapan saja dan dimana saja. Bila hal tersebut tidak diusahakan langkah-

    langkah penanggulangannya, maka dapat berakibat fatal. Karena

    menanggulangi kenakalan tidak sama dengan mengobati penyakit, hal ini

    disebabkan karena kenakalan adalah perilaku yang sangat komplek dan

    banyak ragam dan jenis penyebabnya. Dengan berlandaskan paparan di atas,

    dapat dipahami bahwa kenakalan remaja dapat di tanggulangi dengan

    pemahaman agama.

  • 18

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan yang muncul dengan topik penelitian yaitu :

    1. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan siswa di MTs

    Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?

    2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan pada siswa MTs

    Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?

    3. Bagaimana strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs

    Muhamadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui intensitas kenakalan yang dilakukan oleh siswa MTs

    Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali

    2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan yangdilakukan oleh siswa

    MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu Boyolali

    3. Mengetahui usaha yang dilakukan untuk menanggulangi dan menangani

    terjadinya kenakalan pada siswa MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman

    Kemusu Boyolali

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diberikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

    a. Manfaat teoritis

    Untuk menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam

    pendidikan akhlak siswa MTs.

  • 19

    b. Manfaat praktis

    Sebagai pijakan untuk melaksanakan upaya penanggulangan

    kenakalan siswa.

    E. Metode Penelitian

    Penelitian dapat berhasil dengan baik atau tidak tergantung dari data

    yang diperoleh, juga didukung dari proses pengolahan yang dilakukan

    terhadap permasalahan. Metode penelitian dianggap paling penting dalam

    menilai kualitas hasil penelitian. Hal ini mutlak ada dan tidak dapat dipisahkan

    dari keabsahan penelitian.

    Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis, sebagai

    berikut :

    1. Pendekatan dan jenis penelitian

    Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif

    analistik, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis masalah-masalah yang

    berkaitan dengan objek atau situasi yang diteliti. Berkaitan dengan judul

    skripsi, maka penelitian yang akan penulis lakukan bertujuan untuk

    membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat

    mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena mengenai problem dan

    strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan

    Kauman Kemusu Boyolali.

    Pendekatan ini bersifat kualitatif, dimana data-data yang penulis

    kumpulkan dituangakan dalam bentuk laporan dan uraian. Tidak

    mengutamakan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data

  • 20

    kuantitatif. Seperti yang ditegaskan oleh Bogdan dan Taylor dalam

    Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

    menghasilkan dan diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

    orang dan perilaku yang diamati (Moleoang, 1998:3).

    Beberapa pertimbangan atau alasan mengapa penulis menggunakan

    pendekatan kualitatif, seperti yang diungkapkan oleh (Moleong, 1998:8)

    Adalah: (a) untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang seperti

    yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada

    dalam data dapat diungkap; (b) untuk menanggulangi kecenderungan

    menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis,

    akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya, berdasarkan

    berfikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif; (c) untuk

    menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya,

    seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel

    dalam masalah sosial sangat komplek; dan (d) untuk menanggulangi

    adanya kata-kata yang masih belum jelas.

    Penelitian sebagai insrumen utama berhubungan langsung dengan

    orang dan situasi yang diteliti. Dalam hal ini akan sering berhubungan

    dengan siswa sebagai objek yang diteliti, para guru, situasi penyelenggara

    pendidikan serta informasi tentang penanggulangan tingkah laku

    menyimpang yang dilakukan fihak guru ataupun Madrasah. Untuk

    melengkapi data tersebut akan dilakukan pula observasi kelas dan

  • 21

    pemeriksaan berbagai dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian

    ini.

    Dalam penelitian ini, juga dilakukan menentukan objek penelitian

    yaitu siswa MTS MUHAMADIYAH CEKELAN KAUMAN KEMUSU

    BOYOLALI yang akan menjadi subjek penelitian, Kepala Madrasah serta

    para guru dan karyawan terkait.

    2. Lokasi penelitian

    Penelitian ini dilakukan di MTs Muhamadiyah Cekelan Kauman

    Kemusu Boyolali yang beralamat di kelurahan KAUMAN, kecamatan

    KEMUSU, kabupaten BOYOLALI

    3. Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan dua sumber yaitu :

    a) Data primer

    Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara langsung

    diperoleh melalui penelitian lapangan. Data primer diperoleh dari

    informan. Informan adalah orang yang dilibatkan untuk memberikan

    informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi

    seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar

    belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela

    menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal.

    Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah kepala

    madrasah, siswa serta para guru dan karyawan terkait.

  • 22

    Data yang dicari dari para informan tersebut adalah tentang problem

    dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhamadiyah

    Cekelan Kauman Kemusu Boyolali. Informan diperoleh melalui

    tekhnik bola salju (snowball technique).

    b) Data sekunder

    Data sekunder yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi

    profil sekolah dan catatan mengenai pelanggaran yang pernah

    dilakukan siswa siswa. Data tersebut diperoleh dari arsip yang dimiliki

    sekolah.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan terdapat

    masalah yang akan diteliti, maka penulis menggunakan metode berupa:

    a. Metode Observasi

    Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

    mengamati secara langsung tentang kegiatan, keadaan umum kejadian-

    kejadian yang ada dalam obyek penelitian dengan secara sistematis.

    Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan.

    Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian, observasi adalah

    mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti

    terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian,

    keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu

    tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat,

    merekam, mempotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis

  • 23

    (Suprayogo dan Tabroni, 2001:167). Metode observasi dalam penelitian

    ini dimanfaatkan untuk mengamati kondisi dan mengetahui bentuk-

    bentuk kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman

    Kemusu Boyolali yang diharapkan dapat membantu untuk melengkapi

    data yang diperlukan dengan cara mengamati aktivitas kehidupan

    sehari-hari siswa tersebut.

    b. Metode Wawancara

    Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

    berlangsung secara lisan yang terdiri atas dua orang dengan cara

    bertatap muka secara langsung untuk mendapatkan informasi yang

    diperlukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara

    mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

    keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap

    muka antara pewawancara dengan informan dimana keduanya terlibat

    dalam kehidupan sosial yang relatife lama (Bugin, 2007:108).

    Wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui bentuk

    kenakalan, factor penyebab kenakalan dan strategi penanggulangan

    kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusu

    Boyolali.

    c. Metode Dokumentasi

    Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

    kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

    dibuat oleh subjek sendiri atau oleh oran lain tentang subjek. Metode

  • 24

    dokumentasi digunakan sebagai proses pencarian data mengenai hal-hal

    atau variabel yang berupa berupa catatan relevan pada BP dan guru

    tentang kenakalan yang dilakukan siswa. Studi dokumentasi digunakan

    untuk keperluan penelitian karena alasan-alasan yang dapat

    dipertanggungjawabkan sebagai berikut : (1) Dokumentasi digunakan

    karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong; (2)

    Berhubungan sebagai bukti untuk pengujian; (3) keduanya berguna dan

    sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatya sangan ilmiah, sesuai

    konteks, lahir dan berada dalam kontek; (4) Recore relatif murah dan

    tidak suka diperoleh; tetapi dokumen harus dicari dan temukan; (5)

    keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan terakhir

    kajian isi; (6) Hasil pengkajian isi akan membukan kesempatan untuk

    lebih memperluas tubuh pengertian terhadap sesuatu yang diselidiki

    (Moleong, 2009:161).

    5. Analisis Data

    Analisis data penelitian adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori dan suatu uraian

    dasar. Ia membedakan dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang

    signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari

    hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2009:103).

    Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah yang dicetus oleh

    Miles dan Huberman, yaitu sebagai berikut:

  • 25

    a. Reduksi Data

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

    polanya serta membuang yang tidak perlu. Reduksi data yang

    dilakukan dengan mengkaji strategi dan penanggulangan kenakalan

    siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk Boyolali,

    dari data kasar yang muncul di lapangan. Dari bentuk ini kemudian

    direduksi.

    b. Data Display

    Data display yaitu mensistematiskan data secara jelas dalam

    bentuk yang jelas untuk mengungkap strategi dan penanggulangan

    kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah Cekelan Kauman Kemusuk

    Boyolali. Hal ini dilakukan dengan cara mengkaji data yang

    diperoleh kemudian mensistematisi dokumen aktual tentang topik

    yang bersangkutan.

    c. Pengambilan Kesimpulan

    Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

    sementara, kemudian diverifikasikan dengan cara mencari data yang

    lebih mendalam dengan mempelajari kembali data yang telah

    terkumpul.

    6. Pengecekan keabsahan data

    Validitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal

    yang mengacu pada seberapa jauh apa yang diamati, diukur dan dianalisis

  • 26

    sesuai kenyataan, dan validitas eksternal yang mengacu pada kemampuan

    generalisasi hasil serta kesimpulan dapat diterapkan untuk memahami

    populasi serta seting yang lebih luas (Hajar, 1999:106).

    Validitas internal mengupayakan tercapainya aspek kebenaran

    hasil penelitian sehingga dapat dipercaya. Untuk mencapai hal tersebut,

    maka dalam penelitian ini dilakukan :

    a. Triangulasi

    Triangulasi diartikan sebagai tehnik pengumpulan data yang bersifat

    menggabungkan dari beberapa tehnik pengumpulan data dan sumber

    data yang telah ada (Sugiyono, hal:330). Triangulasi ini digunakan

    untuk mengecek krdibilitas data dangan berbagai tehnik pengumpulan

    data dan berbagai sumber data yang ada.

    Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda

    (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen

    b.Mengadakan member check

    Setiap akhir wawancara atau pembahasan suatu topik diusahakan

    melakukan diskusi agar diperoleh persepsi tentang suatu masalah.

    Dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari siswa dan guru

    maka diharapkan kebenaran informasi sehingga kesimpulan yang

    diambil tidak meragukan.

    c. Berdiskusi dengan pihak-pihak yang berkompeten mengenai problem

    dan strategi penanggulangan kenakalan siswa di MTs Muhammadiyah

    Cekelan Kauman Kemusu Boyolali.

  • 27

    7. Tahap-tahap Penelitian

    Tahap-tahap yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif dibagi

    ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan,

    dan tahap analisis data (Moleong, 2009:148)

    a. Tahap Pra-lapangan

    Tahap pra-lapangan adalah sebelum berada di lapangan.

    Sebagaimana yang dikutip (Moleong, 2009:147). ada enam kegiatan

    yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam tahap ini di tambah satu

    pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika penelitian lapangan.

    Kegiatan dan pertimbangan antara lain: pertama, menyusun rancangan

    penelitian, kedua, memilih lapangan penelitian, ketiga, mengurus

    perizinan, keempat, menjajaki dan menilai lapangan, kelima, memilih

    dan memanfaatkan informan, keenam, menyiapkan perlengkapan

    penelitian.

    b. Tahap Pekerjaan Lapangan

    Pada tahap ini merupakan tahap penelitian yang sebenarnya.

    Tahap ini di bagi atas tiga bagian, yaitu: pertama, memahami latar

    penelitian dan persiapan diri, kedua, memasuki lapangan, ketiga,

    berperan serta sambil mengumpulkan data.

    c. Tahap Analisis Data

    Analisis data adalah tahap kegiatan sesudah kembali dari

    lapangan. Pada tahap ini analisis data yang sudah tersedia dari sumber

  • 28

    yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam

    catatan lapangan, dokumen pribadi dan sebagainya.

    Dalam analisis data, terdapat beberapa alur kegiatan yang

    terjadi secara bersamaan, yaitu:

    1) Pengumpulan Data

    Adalah kegiatan analisis yang mengantisipasi kegiatan atau

    dilakukan sebelum penelitian lapangan, ketika penelitian di

    rancang.

    2) Reduksi Data

    Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian data kasar

    yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

    bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data

    merupakan bagian dari analisis.

    3) Penyajian Data

    Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

    kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

    tindakan. Dengan melihat data kita akan memahami apa yang

    sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk lebih jauh

    menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas

    pemahaman yang di dapat dari penyajian tersebut.

    4) Kesimpulan atau Verifikasi Data

  • 29

    Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan atau

    verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis

    kualitatif mencari makna, penjelasan, dan sebab akibat.

    Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertahapan dalam

    penelitian ini adalah bentuk urutan atau berjenjang yakni dimulai

    dari tahap pra-penelitian, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap

    pasca penelitian. Namun walau demikian, sifat dari kegiatan yang

    dilakukan pada masing-masing tahap tersebut tidaklah bersifat

    ketat, melainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

    F. Sistematika Pembahasan

    Penelitian ini direncanakan terdiri atas lima bab yang masing-masing

    saling berkaitan satu sama lain.

    Penelitian ini diawali dengan Bab I: membahas tentang pendahuluan,

    yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

    manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistimatika

    pembahasan.

    Bab II: problem dan strategi penanggulangan kenakalan mengupas

    problem dan strategi penanggulangan kenakalan, faktor-faktor yang

    mempengaruhi timbulnya kenakalan siswa yang dibahas secara rinci, akibat

    dari kenakalan siswa dan usaha-usaha penanggulangan kenakalan siswa.

    Bab III: mengupas tentang temuan hasil penelitian. Pada bagian ini

    diuraikan ekplorasi data untuk masing-masing aspek dari variabel yang

    diteliti. Pada penelitian ini, subjek dipilih secara purposive, artinya penelitian

  • 30

    subjek didasarkan pada tujuan tertentu atau memiliki karakteristik tertentu

    khususnya responden yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sebagai

    responden utamanya adalah siswa sedang responden lainnya dalam penelitian

    ini adalah guru dan karyawan. Penyajian hasil penelitian diawali dengan

    deskrepsi kontek penelitian, yang meliputi gambaran tempat penelitian. Selain

    itu dipaparkan pula tabel-tabel hasil penelitian yang berkaitan dengan

    kenakalan yang dilakukan siswa.

    Bab IV: yang keempat merupakan pembahasan hasil penelitian dengan

    memberikan pemahaman terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Upaya ini

    didasarkan pada satu persepsi bahwa tujuan utama penelitian kualitatif adalah

    untuk memperoleh pemahaman makna atas realita yang terjadi. Pada bab ini

    juga dilakukan analisis dengan cara mencari hubungan yang mungkin terjadi

    antara kenyataan kenyataan yang ditemukan sehingga hasil penelitian menjadi

    lebih bermanfaat. Sistimatika analisisnya diuraikan berdasarkan hasil

    penelitian yang diurutkan sesuai dengan permasalahannya.

    Bab V: Merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan

    kata penutup.

  • 31

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Dampak modernisasi dan kemajuan dibidang informasi dan teknologi (IT),

    berakibat semakin kompleknya permasalahan muncul ditengah-tengah masyarakat

    hingga banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan mental. Banyak

    masyarakat diantaranya remaja tidak mampu melakukan penyesuaian diri dengan

    cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Individu yang tidak mampu

    melakukan penyesuaian itu selalu tidak conform tindakannya dengan norma-

    norma agama dan kebiasaan sosial. Mereka selalu mengalami banyak ketegangan

    dan tekanan batin disebabkan oleh sanksi batin sendiri ataupun oleh sanksi-sanksi

    sosial.

    Remaja dewasa ini sangat sulit dalam menentukan arah pijakan yang tepat,

    bila pengetahuan keagamaan mereka minim, tidak heran mereka banyak tidak

    terkendali dalam bertingkah laku. Tidak jarang bahkan mereka sengaja berbuat

    menyimpang untuk memperlihatkan eksistensi dirinya ditengah-tengah

    kelompoknya. Tuntutan sosial dari lingkungan sosial dan proses modernisasi

    menjadi semakin banyak dan berat. Misalnya teknologi informasi yang semakin

    canggih membuat setiap individu harus mengikuti kebutuhan informasi yang kian

    hari kian banyak mengalami kemajuan, rumah dan kendaraan dengan berbagai

    macam pilihan, belum lagi dengan hiruk pikuk kehidupan kota yang selalu

  • 32

    berpacu dan bersaing dalam perlombaan hidup . Suasana kompetitif ini banyak

    diwarnai oleh tingkah laku yang tidak wajar.

    Kenakalan siswa saat ini sudah cenderung pada perbuatan kriminal yang

    cukup meresahkan masyarakat. Di sekolah kenakalan siswa menjadi tanggung

    jawab sekolah dalam mengelolanya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa

    dalam mencapai keberhasilannya. Mengingat semakin kompleknya permasalahan

    yang timbul akibat kenakalan siswa, dalam pemecahannya sekolah perlu

    melibatkan instansi-instansi terkait seperti lembaga swadaya masyarakat,

    kepolisian dan dinas-dinas terkait, upaya ini dimaksudkan untuk mendapatkan

    pemecahan masalah yang optimal.

    A. Karakteristik Siswa

    Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan

    dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan

    dalam segi cipta, rasa, karsa, estetika, sosial dan susila serta hal yang lain.

    Dalam kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan

    pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan

    yaitu: Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil

    proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik anak, yang ditunjang oleh

    faktor lingkungan dan proses belajar dalam proses waktu tertentu menuju

    kedewasaan (Kartono, 2003:29).

    Menurut Abin Syamsudin bahawa menuliskan batasan remaja awal

    berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Batasan usia remaja awal

  • 33

    tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP (Makmun,

    2000:130).

    Conger dalam Abin Syamsudin bahwa memberikan penafsiran sebagai

    ciri remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat

    merupakan tipe of time and the worst of time (Makmun, 2000:132). Kalau

    individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara

    integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa

    dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang

    berkepanjangan.

    Menurut Zakiah Daradjat yang dimaksud dengan masa remaja yaitu:

    Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum

    bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat

    menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana

    seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari

    identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan masa

    kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan masa

    kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Daradjat, 1992:28). Pada masa

    ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa

    anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang

    masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering

    menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab

    pribadinya belum stabil dan matang.

  • 34

    Abin Syamsudin menyebutkan ciri-ciri umum remaja awal dilihat

    beberapa aspek, meliputi:

    1. Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :

    a. diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan

    keinginan

    bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer

    b. adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai

    semangat konformitas yang tinggi.

    c. adanya ambivalensi antara keinginan bebas dominasipengaruh orang

    tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua

    d. dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-

    kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku

    sehari-hari oleh para pendukungnya (orang dewasa)

    e. mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang

    dipandang tepat dengan tipe idolanya.

    f. mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai

    dipertanyakan secara kritis dan spektis.

    g. penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin

    didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa luar

    dirinya; dan

    h. masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

    2. Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi:

  • 35

    a. lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,

    perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-

    kecenderungan

    b. reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali

    seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih

    dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat

    c. kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis,

    ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam

    taraf eksplorasi dan coba-coba; dan

    d. merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya

    yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan

    membentuk kepribadiannya (Makmun, 2000:133).

    Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja

    apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada

    perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan

    remaja. Secara umum tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan

    kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal

    dengan kenakalan remaja.

    B. Perilaku kenakalan siswa

    1. Pengertian kenakalan

    Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi

    oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu

    yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah

  • 36

    kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-

    tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada

    masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,

    berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap

    norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation),

    sedangkan pelaku atau individu yang melakukan menyimpang disebut

    devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku

    yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas.

    Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang

    berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

    Kenakalan yang juga biasa dikenal dengan norma penyimpangan

    adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau

    kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara

    individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.

    Definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prilaku kenakalan diartikan

    sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap

    lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada

    di dalam masyarakat (Novia, 2006:528).

    Menurut Lemert kenakalan dapat dibedakan menjadi dua macam,

    yaitu kenakalan primer dan kenakalan sekunder. Kenakalan primer adalah

    suatu bentuk perilaku nakal yang bersifat sementara dan tidak dilakukan

    terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti

    melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan. Sedangkan

  • 37

    Kenakalan sekunder yakni perilaku nakal yang tidak mendapat toleransi

    dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok,

    menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.

    Menurut A.K. Cohen disebutkan bahwa kenakalan adalah tingkah

    laku yang melanggar atau bertentangan, atau menyimpang dari aturan-

    aturan normatif, dari pengertian normatif (Satdli, 1977:35). Dalam hal ini

    Saparinah Sadli mengemukakan bahwa kenakalan adalah tingkah laku

    yang menyimpang dari norma-norma sosial.

    Kartono Menjelaskan batasan tingkah laku abnormal/menyimpang

    ialah tingkah laku yang tidak adekwat, tidak bisa diterima oleh masyarakat

    pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada (Kartono,

    1983:13).

    Agar remaja tidak melakukan kenakalan, dibutuhkan norma atau

    etika yang mengajarkan tentang apa yang baik dan buruk. Ukuran bagi

    sesuatu yang baik dan buruk adalah kata hati, dimana kata hati ini

    dipengaruhi faktor-faktor bawaan, lingkungan, agama dan usia.

    Norma etika adalah norma-norma yang merupakan keharusan bagi

    individu misalnya tidak boleh berbuat jahat, tidak boleh mencuri, tidak

    boleh berbohong dan sebagainya. Norma yang dipergunakan pada tesis ini

    adalah norma yang didasarkan pada aturan normatif. Yang berlaku yaitu

    aturan normative berdasarkan ajaran agama islam. Dimana ajaran Islam itu

    sendiri, seperti disebutkan pada Bab I, Islam memiliki beberapa

    pembahasan mengenai norma dari berbagai aspek yaitu aspek aqidah,

  • 38

    ibadah dan akhlak. Aspek yang dipakai untuk menyelesaikan sifat

    kenakalan adalah khusus aspek akhlak, mengingat tingkah laku remaja

    banyak disoroti dari segi akhlak.

    Ahmad Amin berpendapat bahwa Akhlak atau etika diartikan

    suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang

    seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan

    tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka dan

    menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang harus diperbuat (Amin,

    1988:3).

    Bila cakupan akhlak menjelaskan tentang baik buruknya suatu

    perbuatan yang dilakukan individu, selanjutnya perlu menentukan norma-

    norma yang bisa kita pakai untuk menentukan hakikat perbuatan-

    perbuatan, mana perbuatan baik, mana perbuatan buruk.

    Paspoprodjo mengemukakan bahwa Norma adalah aturan, standart,

    ukuran. Norma adalah sesuatu yang sudah pasti yang dapat kita pakai

    untuk membandingkan sesuatu yang lain yang kita ragukan hakikatnya,

    ukurannya atau kualitasnya. Norma moralitas adalah aturan, standar atau

    ukuran yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebaikan atau keburukan

    suatu perbuatan. Sesuatu perbuatan yang secara positif sesuai ukurannya

    dapat disebut moral baik. Apabila secara positif tidak sesuai ukurannya

    dapat disebut moral buruk. Dan disebut secara moral indeferen apabila

    netral terhadap ukuran tadi.

  • 39

    Karena begitu luasnya cakupan akhlak atau norma tersebut, maka

    dalam meninjau dan menelaah masalah ini, penulis membatasinya kedalam

    beberapa masalah saja, dengan pertimbangan keseriusan terhadap

    pembahasan sifat kenakalan yang setingkat dengan usia sekolah dasar

    menengah dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah. Meskipun di setiap

    sekolah sudah memiliki tata tertib dalam arti norma yang dibuat dan

    diberlakukan disekolah, penulis memadukan atau norma yang ada dengan

    norma akhlak yang dipergunakan sebagai acuan pembahasan tesis ini.

    2. Jenis kenakalan pada Siswa

    Pembatasan yang penulis maksud adalah terbatas pada masalah-

    masalah sebagai berikut:

    a. Membolos Sekolah

    Membolos bagi anak sekolah bukan hal asing, hampir disetiap

    sekolah terdapat kejadian siswa membolos sekolah. Berbagai macam

    alasan yang mereka kemukakan, karena kepentingan, karena lelah,

    karena malas atau ogah-ogahan dalam mengikuti pelajaran tertentu.

    b. Merokok

    Menurut beberapa pendapat ulama, ada yang menghukumi haram

    ada pula yang menghukumi makruh, ada pula yang mengatakan tidak

    ada larangan merokok. Namun bila dilihat dari tingkatan usia remaja

    yang masih menduduki bangku sekolah dasar menengah, hal semacam

    itu tidak pantas untuk dilakukan, karena usia remaja merupakan usia

    menuju perkembangan selanjutnya. Bila dalam perkembangan mereka

  • 40

    terganggu kesehatannya akibat dari merokok maka si anak tersebut

    mengidap penyakit paru-paru, sesak nafas, batuk dan gangguan

    kesehatan lainnya.

    c. Perkelahian

    kenakalan dalam hal perkelahian, marak dilakukan remaja saat

    ini, mula-mula diawali dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, yang

    kemudian berkembang menjadi lebih serius dan lebih komplek. Bahkan

    sering terjadi perkelahian yang mereka lakukan berkembang menjadi

    perkelahan antar kelompok atau geng, mengapa hal ini bisa terjadi?

    tentu karena pada diri remaja memiliki dorongan-dorongan primitive

    dan sentimen-sentimen hebat yang kemungkinan mereka salurkan lewat

    perbuatan kejahatan, kekerasan dan agresi keras yang dianggap

    mengandung nilai lebih. Mereka merasa perlu memamerkan energi dan

    semangat hidupnya dalam aksi bersama atau perkelahian masal.

    Gejala yang terjadi pada remaja tersebut pada hakekatnya telah

    melanggar nilai-nilai terpuji (mahmudah), kasih sayang (ar-rahmah),

    perlakuan baik (ihsan) dan penyantun (hilm). Ajaran Islam

    menganjurkan berbuat kasih sayang antar sesama, yaitu pada Surah Al

    Hujurat ayat 10 :

    Artinya : orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab

    itu damaikanlah ( perbaikilah hubungan ) antara kedua

  • 41

    saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu

    mendapat rahmat ( QS. Al-Hujuraat 49: 10..)

    Penganiayaan, melukai orang lain, didalam ajaran Islam

    dipandang sebagai perbuatan-perbuatan yang membahayakan jasmani,

    Firman Allah:

    Artinya : Barangsiapa yang menyerang kamu, Maka seranglah ia,

    seimbang. Dengan serangannya terhadapmu. Al-Baqarah

    (2) : 194 ( QS. Al-Baqarah 2: 194).

    Dalam ayat yang lain juga dijelasakan dalam surat An-Nisa' ayat 93:

    Artinya : Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

    sengaja Maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di

    dalamnya. Dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya

    serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-

    Nisa 4: 93) d. Pencurian

    Kenakalan remaja dilakukan sebagai ungkapan dari ketegangan

    perasaan, kegelisahan dan kecemasan atau tekanan batin. Adanya

    pencurian dikalangan remaja merupakan salah satu bukti dari kenakalan

    remaja. (Juvenile delinquency). Jika seorang remaja berasal dari

    keluarga kaya dan berpangkat mencuri atau melakukan kejahatan

    tertentu, maka kejahatan atau kenakalannya yang dilakukan bukan

    karena kekurangan uang, akan tetapi adalah ungkapan rasa tidak puas,

  • 42

    kecewa atau rasa tertekan, merasa kurang mendapat perhatian dan

    mungkin kurang kasih sayang dari orang tuanya. Sebab yang lain dari

    perilaku mencuri karena yaitu karena factor ekonomi yang parah,

    keinginan foya-foya atau pemenuhan kebutuhan yang tidak mencukupi

    karena mereka kurang bisa mengatur keuangan yang telah diberikan

    orang tua, misalnya harus beli pulsa, bensin, jajan dan sebagainya.

    e. Minum-minuman Keras dan Narkoba

    Minuman keras dan narkoba termasuk perbuatan menyimpang

    norma, penilaian tersebut didasarkan kepada bahaya buruk yang

    diakibatkan bagi kehidupan fisik dan mental yang akan menimpa

    peminumnya.ajaran islam menilai minum minuman keras atau

    minuman yang memabukan merupakan perbuatan keji yang

    disejajarkan dengan perbuatan judi dan berkurban untuk berhala.. Surat

    AlMaidah (5): 90:

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)

    khamar, berjudi, (berkorban untuk)berhala,mengundi nasib

    dengan panah,adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka

    jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

    keberuntungan ( QS. AlMaidah (5): 90).

    Pada dasarnya celaan minuman keras/memabukan ataupun

    narkoba dititik beratkan pada penderitaan yang akan menimpa

    peminumnya yaitu mengakibatkan penyakit jiwa, syaraf otak dan

    jantung lemah. Hampir mayoritas remaja dewasa ini mengenal

  • 43

    minuman keras,mereka mencoba atau mengkonsumsi pada umumnya

    untuk pemuasan nafsu belaka, atau untuk memenuhi dorongan mental

    yang tidak sehat.

    f. Pergaulan bebas

    Melihat tayangan TV, CD, HP maupun internet bukan hal yang

    sulit ditemukan bagi remaja sekarang ini, mereka bisa melihat kapan

    sajadia inginkan. Kurangnya perhatian orang tua atau tidak adanya

    pendampingan orang tua saat melihat TV, CD ataupun internet,

    menjadikan mereka dengan sesuka hati mengakses ataupun menonton

    tayangan-tayangan yang semestinya tidak mereka lihat,seperti video

    porno ataupun gambar porno. Mulanya dari melihat,kemudian

    memiliki, yang kemudian mereka ingin mencoba apa yang mereka

    pikirkan. Kesalahan yang banyak terjadi, mereka belum memiliki

    pemahaman yang kuat tentang bagaimana berinteraksi kepada lawan

    jenis secara sehat dan direstui oleh norma Islam. Remaja sekarang

    mayoritas telah mengenal pacaran, melalui media yang mereka

    lihat,pacaran seolah menjadi trend bagi remaja. Pacaran yang tidak

    dikendalikan norma, cenderung mengarah pada pergaulan bebas. Tidak

    hanya itu,remaja cenderung mudah meniru atau mencontoh tayangan-

    tayangan yang mereka lihat misalnya cara berpakaian yang ketat

    dengan memperlihatkan lekuk badan, busana yang memperlihatkan

    aurat sehingga mengundang lawan jenis untuk menggoda.

  • 44

    Keselamatan pergaulan mereka, sangat mendukung kelancaran

    dalam menempuh studi, oleh karena itu dalam pergaulan mereka,perlu

    diwujudkan kondisi lingkungan yang islami. Bagi wanita, cara

    berbusana sopan, menjauhkan diri dari berbicara kotor,bertingkah laku

    akhlakul karimah merupakan sumbangan positif bagi terwujudnya

    kondisi lingkungan yang damai.

    C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kenakalan remaja

    Masa remaja adalah masa dimana mereka mengalami perubahan fisik

    maupun mental. Tak jarang pada masa perubahan ini mereka mengalami

    banyak permasalahan, kegoncangan, sering pula dalam menghadapi

    permasalahan mereka merasa mengalami kekecewaan, kegagalan. Untuk

    menghilangkan dan kegelisahan atau tekanan perasaan yang dideritanya

    diekpresikan dalam bentuk penyimpangan prilaku, yang dapat menarik

    perhatian dan mencemaskan orang-orang disekelilingnya terutama orang tua.

    Namun keadaan kenakalan tersebut bukanlah merupakan suatu yang berdiri

    sendiri, keadaan tersebut akan muncul karena beberapa sebab:

    1. Kemungkinan faktor dari diri anak (intern)

    a. Kekurangan penampungan emosional

    b. Kelemahan dalam mengendalikan dorongan-dorongan dan

    kecenderungannya.

    c. Kegagalan prestasi sekolah dan pergaulan.

    d. Kekurangan dalam pembentukan hati nurani.

    2. Kemungkinan berpangkal pada lingkungan (ekstern)

  • 45

    a. Lingkungan Keluarga

    b. Lingkungan Sekolah

    c. Lingkungan Masyarakat

    1) Perkembangan tekhnologi yang menimbulkan kegoncangan pada

    remaja yang belum memiliki kekuatan mental untuk menerima

    perubahan-perubahan baru.

    2) Factor sosial politik, sosial ekonomi dengan mobilisasi-mobilisasi

    sesuai dengan kondisi secara keseluruhan atau kondisi-kondisi

    setempat seperti di kota-kota besar dengan ciri khasnya.

    3) Kepadatan penduduk yang menimbulkan persoalan demografis dan

    bermacam kenakalan remaja (Gunarsa, 2007:23).

    Ada beberapa teori mengenai sebab terjadinya penyimpangan prilaku

    (juvenile delinquency). Para sarjana menggolongkan menurut beberapa teori,

    yaitu:

    1. Teori Biologis

    Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak dan remaja dapat

    muncul karena faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmanilah seseorang,

    juga dapat oleh cacat jasmanilah yang dibawa sejak lahir.

    2. Teori Psikogenesis

    Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen anak-anak dari

    aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain factor intelegensi, ciri

    kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,

  • 46

    internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversal,

    kecenderungan psikopatologis dan lain-lain.

    3. Teori Sosio Intelegensi

    Para sosiolog berpendapat penyebab tingkah laku delinkuen pada anak-

    anak remaja adalah murni sosiologis atau sosial psikologis

    sifatnya.misalnya disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif,

    tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi

    simbolis yang keliru.

    4. Teori Subkultur Delinkuensi

    Menurut teori subkultur ini, sumber juvenile deliquency ialah sifat-sifat

    suatu struktur dengan pola budaya (subkulture) yang khas dari lingkungan

    familial,tetangga dan masyarakat yang didiami oleh para remaja delinquen

    tersebut (Kartono, 1986:25).

    Dari beberapa pendapat tentang kenakalan pada anak-anak remaja

    pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: sebab yang datang dari

    individu dan sebab yang datang diluar individu. Faktor yang datang dari

    individu diantaranya : adanya faktor kelainan yang dibawa sejak lahir baik

    cacat keturunan fisik maupun psikis (seperti memiliki kebiasaan untuk meniru

    dan mengikuti orang lain), lemahnya pengawasan diri terhadap pengaruh

    lingkungan, kurangnya kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan

    bahkan mungkin kurangnya dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga

  • 47

    sukar mengukur norma luar atau memilih norma yang baik dilingkungan

    masyarakat. Keadaan individu yang demikian akan mudah terpengaruh oleh

    lingkungan yang kurang baik.

    Tidak lepas dari pendapat tersebut, terjadinya kenakalan dapat

    disebabkan oleh beberapa faktot dari luar individu (ekstern) antara lain:

    1. Lingkungan Keluarga

    Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan,

    mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang

    pertama kali. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi perkembangan

    anak, keluarga yang baik akan memberikan pengaruh positif bagi

    perkembangan anak, sebaliknya keluarga yang jelek atau tidak harmonis

    akan memberi pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Jika dikaji lebih

    lanjut, tentang peran keluarga berkaitan dengan penyimpangan prilaku,

    salah satu yang menonjol yang menjadi sebab timbulnya tingkah laku

    menyimpang adalah kurangnya pendidikan agama didalamnya.

    Yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama

    yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan

    tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari

    rumah tangga, sejak sianak masih kecil, dengan jalan membiasakan anak

    kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik (seperti sholat, dan perbuatan

    amal maruf nahi munkar). Akan tetapi kita sayangkan, melihat kenyataan

    banyak orang tua tidak mengerti ajaran agama yang dianutnya, bahkan

    banyak pula yang memandang rendah ajaran agama itu, sehingga

  • 48

    pendidikan agama itu praktis tidak pernah dilaksanakan dalam banyak

    keluarga. Dengan tidak kenalnya si anak akan jiwa agama yang benar,

    akan lemahlah hati nuraninya (super ego). Karena tidak terbentuk dari

    nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu kecil. Jika hati

    nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari

    nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka

    terperosok kedalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurut apa

    yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat

    selanjutnya (Daradja, 1989:113).

    Selain kebutuhan pendidikan agama, orang tua perlu mengetahui

    kebutuhan-kebutuhan anaknya, baik yang bersifat biologis misalnya

    makan, minum, pakaian dan sebagainya, maupun kebutuhan psikologis

    seperti kebutuhan cita kasih, rasa aman dalam keluarga, perlakuan adil dari

    kedua orang tua sangat diharapkan. Keluarga juga memiliki peranan untuk

    menanamkan disiplin bagi anak-anaknya sejak kecil agar setelah dewasa

    hal tersebut dapat menjadi kebiasaan.

    2. Lingkungan Sekolah

    Sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah

    lingkungan keluarga bagi anak remaja. Pada masa remaja, umumnya

    mereka masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Selama mereka

    menempuh pendidikan formal di sekolah terjadi interakaksi antara remaja

    dengan sesamanya, juga interaksi remaja dengan pendidik. Interaksi yang

    mereka lakukan disekolah antar sesama, kadang-kadang menimbulkan

  • 49

    dampak negatif bagi perkembangan mental sehingga terjadi perilaku

    menyimpang. Fenomena yang sering muncul misalnya adanya anak-anak

    yang berasal dari keluarga yang kurang memperhatikan dan mementingkan

    pendidikan anak, biasanya mereka akan bersikap acuh terhadap tugas-

    tugas sekolah, bersikap masa bodoh terhadap peraturan atau tata tertib

    sekolah dan kehilangan rasa tanggungjawab didalamnya. Sikap tersebut

    biasanya mudah ditiru oleh anak-anak lain. Fenomena lain yang sering

    terjadi bila terjadi jam kosong, atau karena pendidik tidak bisa hadir dan

    dialihkan dengan mengerjakan tugas, sering anak mengalihkannya dengan

    kegiatan-kegiatan yang kurang mendukung kemajuan belajar, terkadang

    mereka mengisinya dengan kegaduhan dan menganggu kelas lain yang

    sedang melangsungkan proses pembelajaran. Dengan keadaan tersebut,

    maka sekolah sebagai tempat atau ajang pendidikan anak dapat pula

    menjadi sumber terjadinya konflik-konflik kejiwaan, sehingga

    memudahkan anak-anak menjadi berperilaku delinquent atau menyimpang.

    3. Lingkungan Masyarakat

    Keadaan masyarakat dalam berbagai bentuk dan coraknya akan

    berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap anak

    remaja dimana mereka hidup didalamnya. Kondisi ekonomi global

    memiliki hubungan erat dengan timbulnya kejahatan, remaj yang berasal

    dari kondisi keluarga miskin, memiliki perasaan rendah diri dalam

    masyarakat sehingga anak-anak tersebut melakukan perbuatan melawan

    norma terhadap hak milik orang lain, seperti mencuri, penipuan dan

  • 50

    penggelapan. Tingkah laku meresahkan tersebut lebih muda terjangkit

    pada remaja yang memiliki lingkungan masyarakat yang kurang sekali

    dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya, bahkan

    melupakan ajaran agama dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian bahwa

    penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak remaja juga menjadi

    tanggung jawab semua anggota masyarakat.

    D. Akibat Melakukan kenakalan.

    Setiap perbuatan selalu membawa dampak, baik untuk dirinya

    maupun yang berkaitan disekitarnya. Demikian pula dengan penyimpangan

    prilaku norma agama yang dilakukan anak-anak remaja. Beberapa hal yang

    berkaitan dengan akibat yang ditimbulkan dari penyimpangan prilaku yang

    dilakukan antara lain:

    1. Perasaan

    Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan

    kebahagiaan hidup, seseorang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak

    semua dapat tercapai apa yang diinginkannya. Syariat Islam yang

    bertujuan mewujudkan kebahagiaan dan kemaslahatan umum nampak

    dalam dasar hukum muamalat, sistem sosial ekonomi maupun politik

    negaranya. Kebahagiaan umat akan terwujud jika didalamnya tidak

    terjadi pertumpahan darah, penganiayaan, penipuan, peralihan hak milik

    yang melanggar hukum maupun penyimpangan-penyimpangan

    kesusilaan dan lainnya. Kejahatan-kejahatan atau perilaku menyimpang

    yang sering dilakukan anak-anak remaja ditengah-tengah masyarakat

  • 51

    dapat mengakibatkan hilangnya kebahagiaan, ketentraman dan

    kedamaian hidup. Suasana hati tersebut sangat jauh dari tujuan syariat

    Islam yang tujuan utamanya yang ingin dicapai oleh metode Islam dalam

    jaminan sosial adalah menghilangkan kemiskinan dan kekurangan,

    menjaga kehormatan manusia, mengeratkan tali persaudaraan,

    menggagalkan cara-cara penyalah gunaan, mengeratkan kasih sayang,

    setia kawan dan rasa senasib antara anggota-anggota dan kelompok-

    kelompok dalam masyarakat.

    2. Kecerdasan

    Banyak penelitian mengatakan bahwa keturunan atas kecerdasan

    dapat diwarisi (dipengaruhi) oleh kecerdasan orang tuanya (ibu

    bapaknya), akan tetapi jika tidak mendapatkan kesempatan dan

    lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan tidak akan

    mencapai kemampuan yang maksimal. Timbulnya kenakalan remaja

    bukan hanya berakibat pada keresahan masyarakat, akan tetapi juga

    berakibat pada diri remaja yaitu terhadap kecerdasannya, sehubungan

    dengan hal tersebut, delinquency pada remaja terjadi bersamaan dengan

    masa usia sekolah, dimana mereka pada saat itu sangat membutuhkan

    banyak bimbingan dan pengarahan. Keadaan yang berlawanan itu (situasi

    delikuensi) sangat berpengaruh terhadap kecerdasan mereka misalnya

    kebiasaan terhadap minuman keras, mengkonsumsi narkoba, senang

    membawa gambar porno, yang memberikan kesan sangat kuat terhadap

    kehidupan yang serba bebas, keadaan remaja yang demikian biasanya

  • 52

    kurang mengutamakan atau mementingkan belajar, mereka biasanya

    acuh tak acuh terhadap tugas sekolah dan kehilangan rasa tanggung

    jawab didalamnya. Kepentingan dalam mencerdaskan diri menjadi hilang

    karena mereka disibukkan dengan tingkah laku yang membuat dirinya

    terjerumus pada dunia kebebasan, sehingga banyak remaja yang terlibat

    dalam dunia bebas tersebut menjadi pemalas belajar dan bodoh.

    3. Kesehatan Badan

    Banyak kenakalan yang dilakukan remaja usia sekolah, maraknya

    perkelahian antar pelajar menjadi penyebab timbulnya hal-hal yang

    membahayakan keselamatan jasmani, bahkan perbuatan tersebut banyak

    menjurus pada perbuatan yang tidak manusiawi mengingat tidak hanya

    melukai bahkan sampai berakibat hilangnya jiwa. Bentuk penyimpangan

    prilaku yang sering pula terjadi pada remaja seperti minuman

    memabukkan dapat merusak jiwa, rusaknya syaraf otak bahkan jantung.

    Demikian pula dengan pecandu narkotik yang bisa menyebabkan

    pengguna berpotensi terhadap timbulnya beberapa jenis kejahatan lain

    seperti pencurian, pembunuhan, pemerasan bahkan kejahatan terhadap

    kehormatan (pemerkosaan) yang kesemuanya berakibat mengancam

    keselamatan atau kesehatan badan individu yang terlibat dalam perbuatan

    tersebut. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam

    bentuk penyimpangan prilaku yang dilakukan remaja banyak membawa

    dampak negatif, baik dari segi jasmani maupun rohaninya, bahkan

  • 53

    kenakalan tersebut membuat keresahan bagi keluarga dan masyarakat

    umum.

    E. Usaha-usaha Penanggulangan kenakalan pada siswa

    Keresahan yang ditimbulkan oleh anak-anak remaja sebenarnya

    menjadi tanggungjawab seluruh anggota masyarakat. Ditinjau dari segi

    penyebabnya, masyarakat terlibat didalamnya dan jika dilihat dari segi lain

    masyarakat yang memikul beban kerugian. Akan tetapi menanggulangi

    kenakalan remaja atau penyimpangan prilaku tidak sama dengan mengobati

    suatu penyakit, hal ini disebabkan karena kenakalan merupakan permasalahan

    yang komplek dan banyak ragam serta jenis penyebabnya. Maka usaha

    penanggulangannya tidak dapat dilakukan oleh tenaga ahli saja seperti

    psikologdan pendidik, melainkan perlu kerja sama semua pihak antara lain

    guru, orang tua, lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat tenaga ahli dan

    remaja itu sendiri.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha penanggulangan

    penyimpangan prilaku dapat dilakukan dengan tiga bagian yaitu :

    1. Usaha Preventif

    Usaha preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah

    timbulnya kenakalan-kenakalan (Singgih, 2007:140). Usaha pencegahan

    ini bisa dilakukan secara sistematis terencana dan terarah kepada tujuan

    untuk menjaga agar kenakalan itu tidak terjadi. Usaha secara preventif

  • 54

    lebih besar manfaatnya karena sebelum kenakalan itu meluas dan

    mempengaruhi yang lain, dapat ditekan semaksimal mungkin. Kartini

    Kartono menyebutkan beberapa tindakan preventif yang dilakukan antara

    lain:

    a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga

    b. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin

    c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk

    memperbaiki tingkah laku dan membantu dari kesulitan mereka

    d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja

    e. Membentuk badan kesejahteraan anak-anak

    f. Mengadakan panti asuhan

    g. Mengadakan lembaga reformatif untuk memberikan latihan korektif,

    pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada

    anak-anak dan para remaja yang membutuhkan

    h. Membuat badan supervisi dan mengontrol terhadap kegiatan anak-

    anak delinkuen, disertai program yang korektif

    i. Mangadakan pengadilan anak

    j. Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan

    yang dilakukan oleh anak-anak remaja

    k. Mendirikan sekolah bagi anak miskin ( gembel )

    l. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja

    m. Mengadakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk

    membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan

  • 55

    masyarakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi

    pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri

    remaja

    n. Mendirikan tempat untuk menyalurkan kreativitas para remaja

    delinkuen dan yang non delinkuen. Misalnya berupa latihan

    vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk

    bertransmigrasi dan lain-lain (Kartono, 2003:98).

    Usaha preventif terhadap penyimpangan prilaku atau kenakalan

    tersebut masih perlu dijabarkan lagi dan dikelompokkan menjadi tiga

    bagian, mengingat remaja memiliki tiga lingkungan yang turut

    membesarkannya dan mempengaruhi segala aktivitasnya, yaitu :

    a. Usaha yang dilakukan dilingkungan keluarga

    Jika lingkungan keluarga merupakan tempat dimulainya

    pendidikan, sangatlah efektif jika tindakan preventif terhadap

    penyimpangan prilaku dapat diupayakan dari lingkungan keluarga,

    yaitu:

    1) Menciptakan kehidupan keluarga yang beragama, artinya membuat

    suasana keluarga orang menjadi kehidupan yang taat dan taqwa

    kepada Allah SWT. Didalam kegiatan sehari-hari. Orang tua

    hendaknya membimbing anak sejak lahir kearah hidup yang sesuai

    dengan ajaran agama, sehingga anak akan terbiasa hidup sesuai

    dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama.

  • 56

    Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama.

    Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam

    pengertianIslam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

    pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah apa yang baik

    menurut ajaran agama, dan yang buruk adalah apa yang dianggap

    buruk oleh ajaran agama. Hampir sepakat para filosof pendidikan

    Islam bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam,

    sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan

    akhlak (Langgulung, 1989:373).

    2) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, dimana

    hubungan antara ayah, ibu dan anak tidak terdapat percekcokan

    atau pertengkaran. Setiap orang tua akan menjaga keutuhan

    keluarga, maka saling mengerti, menghargai dan mencintai antara

    ibu dan bapak harus terujud secara nyata, agar bisa dirasakan anak

    sejak lahirnya. Suasana yang penuh kasih sayang dan keserasian

    akan memberikan rasa hangat kepada anak-anak sehingga anak

    merasa bahagia berada dalam keluarga.

    3) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-

    anak.

    4) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak

    remaja di lingkungan masyarakat. Hal-hal yang perlu diawasi

    antara lain teman-teman sebaya dalam pergaulan, disiplin waktu,

    pemakaian uang dan ketaatan melakukan ibadah kepada tuhan.

  • 57

    b. Usaha dilakukan dilingkungan sekolah

    Sekolah merupakan lingkungan yang menengahi antara

    lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Harapan orang tua,

    lingkungan sekolah dapat ikut membentuk kepribadian anak dengan

    baik, orang tua memilihkan lembaga pendidikan yang dipercaya dapat

    meningkatkan kemampuannya. Karena hal tersebut, usia preventif

    sekolah untuk mencegah timbulnya penyimpangan prilaku antara lain:

    1) Pendidik hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan

    memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan

    anak, bimbingan penyuluhan serta ilmu mengajar. Dengan usaha

    tersebut diharapkan dapat mengenal dan mengetahui ciri umum

    dan khs remaja, juga mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara

    umum dialami oleh remaja, sebab kesulitan-kesulitan yang secara

    umum dialami remaja, sebab kesulitan-kesulitan biasanya dapat

    menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan atau

    penyimpangan prilaku.

    2) Mengintensifkan pelajaran pelajaran agama dan mengadakan

    tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul

    secara harmonis dengan guru-guru lain

    3) Mengintensifkan guru bimbingan dan penyuluhan Sekolah /

    Madrasah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau penataran

  • 58

    guru-guru untuk mengelola bagian ini. Mengingat tugas bimbingan

    dan penyuluhan tidak mudah, sedang hal itu sangat diperlukan

    khusunya bagi golongan remaja baik dilingkungan sekolah maupun

    luar sekolah. Karena hal tersebut maka para counselor dituntut

    memiliki syarat-syarat mental pribadi tertentu antara lain:

    a) Memiliki pribadi yang menarik serta rasa berdedikasi tinggi

    dalam tugasnya

    b) Meyakini tentang mungkinnya anak bimbingan

    c) Memiliki rasa comited dengan nlai-nilai kemanusiaan

    d) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi baik

    dengan anak bimbing maupun lainya

    e) Bersikap terbuka artinya tidak memiliki watak yang suka

    menyembunyikan sesuatu maksud yang tidak baik

    f) Memiliki keuletan dalam lingkungan tugasnya termasuk pula

    lingkungan sekitarnya

    g) Memiliki rasa cinta terhadap orang lain dan suka bekerja sama

    dengan orang lain

    h) Memiliki rasa sensitif (peka) terhadap kepentingan anak

    bimbing

    i) Memiliki kecekatan berfikir, cerdas sehingga mampu

    memahami yang dikehendaki client

    j) Memiliki personality yang sehat dan bulat,tidak terpecah-pecah

    jiwanya (frustasi)

  • 59

    k) Memiliki kematangan jiwa (kedewasan) dalam segala

    perbuatan lahiriyah dan batiniyah

    l) Memiliki sikap mental suka belajar dalam ilmu pengetahuan

    yang berhubungan dengan tugasnya

    m) Bila concelor tersebut bertugas dibidang pembinaan

    agama,maka dia harus memiliki pengetahuan

    agama,berakhlakul mulia serta aktif menjalankan agama,dan

    sebagainya (Arifin, 1978:49).

    Dari beberapa syarat tersebut, conselor dalam

    menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa perlu

    mengadakan dekatan secara agama,dimana proses pemecahan

    lewat potensi keimanan akan memberikan pengaruh yang kuat

    dalam pribadi siswa.

    Beberapa ahli kedokteran jiwa menyakini bahwa penyembuhan

    penyakit pasien dapat dilakukan lebih cepat jika digunakan metoda

    yang berdasarkan pendekatan keagamaan,yaitu dengan

    mrmbangkitkan potensi keimanan kepada Tuhan,lalu

    menggerakkannyakearah pencerahan batinnya yang pada akhirnya

    menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa

    adalah satu-satunya kekuatan penyembuhan dari penyakit yang di

    derita (Arifin, 2003:63).

    4) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang guru-guru,

    sehingga menimbulkan kekompakkan dalam membimbing siswa

  • 60

    5) Melengkapi fasilitas pendidikan seperti gedung, laboratorium,

    masjid, alat-alat pelajaran, alat-alat olah raga, kesenian, alat

    ketrampilan dan sebagainya, hal ini akan dapat digunakan untuk

    mengisi luang siswa kearah yang mendidik

    6) Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan

    kebutuhan hidup sehari-hari, agar guru tidak banyak absen

    mengajar hanya karena mengurus keperluan honor tambahan

    c. Usaha yang dilakukan dilingkungan masyarakat

    Masyarakat adalah tempat pendidikan setelah keluarga dan

    sekolah, ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam

    mengarahkan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Keterlibatan

    masyarakat didalam menanggulangi delinquent anak dapat berupa :

    1) Memberikan nasehat secara langsung kepada anak yang

    bersangkutan agar anak tersebut meninggalkan kegiatannya yang

    tidak sesuai dengan seperangkat norma yang berlaku

    2) Membicarakan dengan orang tua/wali yang bersangkutan dan

    membicarakan jalan keluarnya

    2. Usaha Represif

    Usaha represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan

    kenakalan remaja sering mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa

    kenakalan yang lebih hebat (Singgih, 2007:140).

    Dirumah atau lingkungan keluarga, remaja seusia siswa MTs harus

    mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku, apabila peraturan itu tidak

  • 61

    diindahkan maka orang tua perlu memberikan hukuman atas pelanggaran

    tersebut. Di sekolah atau lingkungan sekolah, kepala sekolah berwenang

    dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah.

    Dalam penanganan ini guru BP maupun guru lain berhak menindak siswa

    yang melanggar tata tertib sesuai ketentuan yang telah disepakati pihak

    sekolah.

    Pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada subjek didik

    diharapkan agar anak jera untuk mengulangi perbuatan yang diinginkan

    dengan tujuan agar anak mau memperbaiki dan mengubah tingkah laku

    yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, serta menumbuhkan sikap

    disiplin bagi remaja lain untuk tidak ikut serta terlibat dalam tingkah laku

    melanggar aturan tersebut. Tindakan ini harus dijiwai dengan rasa kasih

    sayang dan bersifat mendidik terhadap mereka, contohnya jika siswa

    terlambat masuk kelas 10 menit di luar waktu toleransi, maka waktu untuk

    istirahat siswa dipotong 10 menit untuk mencatat atau mengejar pelajaran

    yang hilang selama ia terlambat akan tetapi selama memberikan hukuman,

    guru tidak boleh berkesan menghakimi. Oleh karena perilaku menyimpang

    yang mereka perbuat adalah akibat dari berbagai faktor, baik intern

    maupun ekstern remaja yang tidak disadari dapat berakibat merugikan

    pribadinya sendidi dan masyarakat.

    Syarat-syarat memberikan hukuman:

    a. Hukuman harus selaras dengan kesalahannya;

    b. Hukuman harus seadil-adilnya;

  • 62

    c. Hukuman harus lekas dijalankan agar anak mengerti benar apa

    sebabnya ia dihukum dan apa maksud hukuman itu;

    d. Memberi hukuman harus dalam keadaan yang tenang, jangan dalam

    keadaan yang emosional (marah);

    e. Hukuman sesuai dengan umur anak;

    f. Hukuman harus diikuti dengan penjelasan, sebab bertujuan untuk

    memberikan kata hati, tidak hanya menghukum saja;

    g. Hukuman harus diakhiri dengan ampunan;

    h. Hukuman kita gunakan jika terpaksa, atau hukuman merupakan alat

    pendidikan yang terakhir karena menggunakan alat-alat pendidikan

    yang lain sudah tidak dapat lagi;

    i. Yang berhak memberikan hukuman hanyalah mereka yang cinta pada

    anak saja, sebab jika tidak berdasarkan cinta, maka hukuman akan

    bersifat balas dendam;

    j. Hukuman harus menimbulkan penderitaan pada yang dihukum dan

    yang menghukum ( sebab yang menghukum terpaksa ) (Suwarno,

    1998:116). Sanksi yang diberikan oleh guru tanpa terasa membuat

    siswa jera dengan tidak melakukan pelanggaran tatatertib sekolah lagi,

    akan tetapi pada waktu proses pemberian sanksi tersebut tiada niatan

    dari guru untuk menghakimi.

    Hukuman merupakan salah satu usaha pembinaan terhadap siswa

    yang telah melakukan penyimpangan prilaku norma agama, hukuman

  • 63

    memiliki tiga tingkatan sesuai dengan perkembangan anak, W. Stern

    mengemukakan hal tersebut sebagai berikut:

    a. Hukuman Asosiatif. Hukuman yang ditimbulkan akibat hukuman ada

    sesuai dengan kesalahan anak

    b. Hukuman Logis. Dimana anak yang dihukum hingga mengalami

    penderitaan yang ada hubungan logis dengan kesalahannya, hukuman

    ini dilakukan pada anak-anak yang sudah agak besar yang sudah

    mampu memahami hubungan antara kesalahan yang diperbuat dengan

    hukuman yang diterima

    c. Hukuman Moril. Tingkatan ini tercapai pada anak-anak yang lebih

    beasar, anak tidak hanya sekedar menyadari hubungan logis antara

    kesalahan dan hukumannya, tetapi tergugah perasaan kesusilaannya

    atau terbangun kata hatinya, ia harus menerima hukuman sebagai

    sesuatu yang harus dialaminya (Suwarno, 1998:117).

    Dari uraian tersebut, kita dapat melaksanakan hukuman sebagai

    upaya penanggulangan kenakalan siswa dengan baik, yaitu dengan

    memperhatikan syarat-syarat memberikan hukuman dan cara memberi

    hukuman secara bijaksana, sehingga dapat menghasilkan keberhasilan

    dalam usaha menanggulangi kesalahan yang diperbuat mereka.

    Tindakan represif harus bersifat paedagogis, bukan hanya bersifat

    menghukum saja terhadap mereka yang melakukan kenakalan atau

    melanggar tata tertib.

    3. Usaha kuratif

  • 64

    Usaha kuratif adalah usaha dalam menanggulangi masalah

    kenakalan remaja/penyimpangan prilaku. Pencegahan ini dimaksudkan

    agar kenakalan tidak meluas dan merugikan baik pribadi maupun

    masyarakat sekitarnya. Tindakan kuratif dilakukan setelah tindakan

    pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah

    laku si pelanggar dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan

    dilakukan secara khusus yang ditangani oleh lembaga khusus maupun

    perorangan yang ahli dalam bidang ini, misalnya BP atau psikolog.

    Tindakan kuratif yang bisa dilakukan dalam usaha penyembuhan antara

    lain:

    a. Menghilangkan semua sebab musabab timbulnya kejahatan remaja,

    baik yang berupa pribadi, familial, sosial ekonomi dan kultural.

    b. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua

    angkat/orang tua asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi

    perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.

    c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke

    tengah lingkungan sosial yang baik.

    d. Memberikan latihan bagi remaja untuk hidup teratur, tertib dan

    disiplin.

    e. Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan

    diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin

    tinggi.

  • 65

    f. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan

    vokasional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi

    pasar kerja dan hidup di tengah masyarakat.

    g. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan

    pembangunan.

    h. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan

    konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. Memberikan

    pengobatan medis dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang

    menderita gangguan jiwa (Kartono, 1998:98).

    Penanggulangan terhadap kenakalan ini ditekankan pada usaha

    tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Remaja atau

    siswa yang masih mengenyam pendidikan dipersiapkan menjadi orang

    dewasa yang berkepribadian kuat, sehat jasmani dan rohani, teguh dalam

    kepercayaan dan keimanan.

    Dari beberapa cara usaha yang dilakukan untuk menanggulangi

    kenakalan remaja, pembinaan akhlak siswa harus dilakukan secara terus

    menerus oleh pihak sekolah/madrasah, bisa dilakukan oleh guru-guru

    agama, meskipun dalam usaha preventif telah disebutkan, namun

    pentingnya akhlak siswa merupakan hal yang sangat urgen/pokok.

    Dalam dunia pendidikan telah dikemukakan bahwa pendidikan

    merupakan kegiatan yang membentuk sikap mental dan kepribadian anak

    (subjek) didik. Sedangkan kegiatan mengajar (instruction) dan latihan

    (training) sebagai salah satu bentuk yang lebih erat hubunganya dengan

  • 66

    aspek intelektual dan ketrampilan. Akan tetapi harus di akui bahwa

    mengajar yang baik pada dasarnya berararti juga sebagai kegiatan

    mendidik . Kondisi itu dapat terjadi terutama jika dalam situasi terutama

    jika dalam situasi belajar mengajar, guru dengan mengunakan materi yang

    harus diajarkan atau ketrampilan yang harus di aplikasikan, sehingga

    mampu menciptakan sentuhan pendidikan dan kepribadian dalam

    berinteraksi terhadap anak sejak anak berada di usia di bawah lima tahun.

    Dalam situasi seperti itu berarti anak berusia dini, tidak sekedar mengalami

    perubahan, perkembangan dan berhubungan dengan ranah kognitif,tetapi

    juga dalam cara berfikir, sikap dan tingkah laku. Sebagai wujud dari

    perubahan berkembangan ranah affektif dan psikomotor. Dengan kata lain

    situasi belajar mengajar itu, mampu melatih sikap mental dan kepribadian

    anak yang baru mengalami perkembangan.

    Kalau dikaji tujuan pendidikan adalah untuk mendidik dari

    kebodohan sehingga anak dapat memahami suatu persoalan, pendidikan

    dapat diartikan mengarahkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu.

    Tujuan pendidikan berfungsi untuk mengarahkan,mengontrol dan

    memudahkan evaluasi suatu aktivitas (Zaini, 1986:35). Pendidikan yang

    baik memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu,

    baik dalam pertumbuhan jasmani structural dan fungsional, ia juga

    membantunya menumbuhkan bakat ketrampilan,dan kekuatan jasmaninya,

    untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan,sikap yang betul dan

    memperbolehkanya mencapai kesehatan jasmani yang wajar (Langgulung,

  • 67

    2000:35). Maka dalam kerangka teori Islam pendidikan haruslah dapat

    mengarahkan anak didikanya untuk memahami pengetahuan dari konsep

    jasmani dan rohani.Pendidik harus dapat memberikan penanaman akhlak

    dengan berbagai metode, dalam Al-Quran telah banyak disebutkan yaitu:

    a. Metode Teladan (Uswatun Hasanah)

    Dapat dilihat dalam kehidupan manusia sehari-hari bahwa

    manusia diciptakan oleh Allah tidak lepas dari keterkaitan antara

    manusia yang satu dengan manusia yang lain. Menurut Muhammad

    Qutub, metode teladan itu memberikan isyarat pada diri Nabi

    Muhammad SAW, karena Allah membentuk kepribadian Nabi

    Muhammad menjadi teladan sepanjang sejarah kehidupan manusia

    (Qutub, 1984:183).

    Metode ini sangat penting untuk dilaksanakan dalam pembinaan

    akhlak siswa karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang

    termasuk ranah afektif yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku

    (behavioral). Sebagai contoh uswatun hasanah adalah Nabi Muhammad

    SAW, Nabi Ibrahim dan kaum yang beriman dan taat kepada Allah

    SWT.

    Kecenderungan mencontoh itu sangat besar perananya pada

    anak apalagi pada usia masih dibawah umur kecenderungan untuk

    mencontoh sangatlah besar sehingga sangat besar pengaruhnya bagi

    perkembangan. Sesuatu yang di contoh, ditiru atau di teladani itu

  • 68

    mungkin bersifat baik dan mungkin juga bernilai buruk. Untuk itu bagi

    umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat dalam

    diri pribadi Rosulullah Muhamad SAW. Seperti didalam Al-Quran

    disebutkan:

    Artinya:Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

    mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

    dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab (33): 21.).

    Potret keteladanan pada diri Rosulullah merupakan petunjuk bagi

    kaum muslim dalam rangka menjalankan peranan mereka dalam

    melakukan amanah untuk mendidik anaknya (Nawawi, 2005:214). Jika

    dikaji lebih dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus

    berusaha menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan dalam semua

    kebaikan bukan teladan yang mengarah dalam hal keburukan, dalam

    pembinaan anak. Keteladanan sangat penting, karena dalam interaksi

    pendidikan, anak tidak sekedar menangkap atau memperoleh makna

    suatu ucapan pendidikan, akan tetapi justru melalui keseluruhan pribadi,

    yang tergambar pada sikap dan tingkah laku para pendidiknya.

    b. Metode Kisah-kisah melalui nasehat dan cerita

    Nasehat dan cerita merupakan cara mendidik yang mengandalkan

    bahasa, baik lisan maupun bahasa tulisan dalam mewujudkan interaksi

    antara pendidik dengan anak didik (Nawawi, 2005:221). Kedua cara ini

  • 69

    banyak di ketemukan didalam Al-Quran, karena nasihat dan cerita

    pada dasarnya menyampaikan pesan (message/informasi) dari sumber

    kepada pihak yang memerlukan atau di pandang memerlukan. Didalam

    Al-Quran banyak nasehat mengenai para rosul atau nabi terdahulu

    sebelum nabi Muhamad SAW, yang bermaksud menimbulkan

    kesadaran bagi yang mendengarkan atau membacanya,agar

    meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam menjalani

    kehidupan masing-masing sehingga dia dapat mengisi atau

    menggunakan waktunya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang

    baik sebagaimana di tegaskan dalam surat Al-Ashr 3:

    Artinya:Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan

    nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran ( QS, Al-Ashr, 103: 3).

    Demikian banyaknya cerita yang banyak mengandung nasehat

    sehingga efektif digunakan bagi terjadinya interaksi pendidikan. Cerita

    dan nasehat bila disampaikan dengan baik akan berpengaruh besar

    terhadap perkembangan psikologis anak yang nantinya dapat di jadikan

    contoh dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari misal

    cerita dan nasehat para nabi dan rosul sebelum Muhamad SAW, kapal

    Nabi Nuh, Mujizat Nabi Ibrahim, dan cerita tokoh-tokoh yang dzalim:,

    sepetri Firaun, cerita Habil dan Khobil, kebodohan dan ketamakan

    Qorun dan lain sebagainya.

  • 70

    Kesemua cerita ini dapat dipetik sebagai tuladan bagi kita,

    cerita dan nasehat tidak terbatas pada anak-anak saja tapi juga untuk

    orang dewasa dalam melakukan belajar se umur hidup, karena setiap

    orang masih mempunyai kesempatan untuk mengoreksi mengevaluasi

    kekurangan dan kelemahan dirinya sehingga dia dapat melakukan

    perbaikan atau penyempurnaan bagi proses kehidupanya.

    Mendidik dengan nasehat dan cerita sangatlah tinggi nilainya

    dalam proses pendidikan Islam, yang di gunakan untuk membantu dan

    mengarahkan anak didik agar tumbuh sifat kedewasaan dalam

    kehidupannya, juga menjadi orang yang beriman dan bermanfaat bagi

    agama dalam mengerjakan sesuatu yang di ridloi oleh Allah Swt untuk

    menuju kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akherat. Didalam

    mendidik anak sangatlah penting adanya suatu cerita yang dapat di

    sajikan kepada anak didik terutama. Dalam Al-Quran Surat Ali Imran

    138:

    Artinya:Al-Quran itu adalah penerangan bagi seluruh manusia,petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang

    bertaqwa ( QS. Ali Imran, 3: 138).

    Dari ayat di atas jelas bahwa cerita yang dapat di manfaatkan

    untuk pendidikan adalah cerita yang mengandung nasehat agar tumbuh

    kesadara