31
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989) Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992) Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam. (Naughton.Mc.1973) Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989) Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang

Kepadatan populasi

Embed Size (px)

Citation preview

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)    Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput dipadang rumput dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau rumput dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMMR) (Tim Penyusun Ekologi, 2006).Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan

satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik).Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi.Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsil kecil populasi.(PETERSON). (Soetjipta.1992)

Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode CAPTURE-RECAPTURE. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil.Metoda ini ada beberapa cara yaitu:1. Metoda Linceln-Peterson

Metoda ini pada dasrya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus:N/M=n/R atau N=(M)(n)/RDengan:N= besarnya populasi total.M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.n= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.R=Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:

N=(1)(SE)  Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t Α(tingkat signifikasi)=0,05Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :  D=N/A

2. Metode Schnabel

Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:        N=∑(ni Mi)/∑RiDengan catatan:Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode iRi = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke iMaka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))Dengan catatan:K = jumlah periode sampling dan Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.(Sugianto.A.1994)

Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : JakartaNaughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : YogyakartaSoegianto,agus.1994,Ekologi Kwantatif. Usaha Nasional : SurabayaSoetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : JakartaSuin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta

http://umairacumay.blogspot.com/2012/01/simulasi-estimasi-populasi-hewan.html

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWANCapture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar

populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam. Hasil memperlihatkan banyaknya populasi yang ditandai dengan kancing berawarna putih dan akan ditandai dengan kancing hitam.PENDAHULUANKepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan

ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi.(Peterson).(Soetjipta.1992)BAHAgus,Subagyo 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas jambi:JambiHadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : JakartaNaughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : YogyakartaSoetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : JakartaSuin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta

Di dalam suatu ekosistem alami atau pertanian (agroekosistem), beragam jenis makhluk hidup akan membentuk suatu komunitas yang terdiri atas populasi-populasi dari jenis yang berbeda.  Karakteristik Populasi adalah :1.   kepadatan (jumlah individu per satuan luas atau volume),2.   struktur umur (proporsi individu pada setiap kelas umur atau tahap kehidupan),3.   laju kelahiran4.   laju kematian Keberhasilan pengelolaan hama sangat tergantung pada pemahaman terhadap karakteristik yang dimiliki oleh populasi makhluk hidup yang menghuni suatu agroekosistem. Misalnya, dengan mengetahui struktur umur populasi hama akan dapat menunjukkan potensi kerusakan pada tanaman budidaya. Sebagai contoh, jika hama daun kubis Plutella xylostella yang dijumpai sebagian besar adalah dewasa, maka kerusakan langsung tidak mungkin terjadi pada saat itu, karena yang menjadi hama adalah larvanya. 

Sebaliknya, jika diketahui kepadatan larvanya, maka dapat memperkirakan potensi kerusakan yang akan muncul kemudian. Dengan demikian dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk melindungi tanaman. Informasi mengenai laju kematian hama yang diakibatkan oleh kerja musuh alami juga sangat penting di dalam upaya pengendalian hama. Jika musuh alami sudah mampu mengendalikan populasi hama tertentu, maka tidak diperlukan lagi tindakan pengendalian lain untuk mengatasinya.http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4421/karakteristikpopulasi.html

BEBERAPA KARAKTERISTIK ATAU SIFAT-SIFAT POPULASI

Oleh :

Alexander Kaka, S.Pt

Mahasiswa Undana-Kupang

Tahun 2011

A.    Pengertian Populasi

Populasi adalah kumpulan organisme yang berasal dari spesies yang sama dan hidup di wilayah geografis yang sama pada waktu tertentu. Wilayah yang dihuni oleh populasi merupakan wilayah yang memungkinkan pasangan populasi  dapat berkembangbiak melalui   interaksi  genetik sedemikian rupa, sehingga kecil kemungkinannya berinteraksi genetik dengan individu dari daerah lain.

Jika populasi bisa bertahan pada taraf  yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Namun kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan   bumi   dan   lingkungan   kita   untuk  memperbaiki   sumber   daya   yang   ada   sehingga   pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berdampak pada kualitas hidup manusia yang rendah.

Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu :

1.      Density-dependent, tergantung kepada jumlah individu didalam populasi.

2.      Density-independent,tidak tergantung kepada jumlah individu didalam populasi. Karena faktor: cuaca dan iklim (kekeringan,  badai,  banjir,  angin,  suhu dan  lain-lain),  kerusakan geologis  (gempa,  tsunami, letusan gunung berapi, dan lain-lan).

Pada  dasarnya  populasi  mempunyai   karakteristik   yang  khas  untuk  kelompoknya   yang  tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju   kematian (mortalitas), potensi   biotik,   penyebaran   umur,   dan   bentuk pertumbuhan.  Natalitas dan mortalitas  merupakan penentu utama pertumbuhan populasi.  Dinamika populasi  dapat   juga  disebabkan   imigrasi  dan  emigrasi.  Hal   ini   khusus  untuk  organisme yang  dapat bergerak,  misalnya   ternak  dan  manusia. Imigrasi adalah  perpindahan   satu   atau   lebih  organisme   ke daerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi   sudah   terdapat   kelompok   dari   jenisnya.   Imigrasi   ini   akan   meningkatkan populasi. Emigrasi adalah   peristiwa   ditinggalkannya   suatu   daerah   oleh   satu   atau   lebih   organisme, sehingga populasi akan menurun. Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi. Populasi ternak atau manusia   dapat   berubah,   namun   perubahan   tidak   selalu  menyolok.   Pertambahan   atau   penurunan populasi   dapat  menyolok  bila   ada   gangguan  drastis  dari   lingkungannya,  misalnya  adanya  penyakit, bencana alam, dan wabah hama.

B.     Karakteristik Populasi

Populasi  memiliki   sifat-sifat   (karakteristik) yang dapat  diukur  secara  statistik dan bukan sifat daripada   individu-individu   penyusunnya,   di   antara   sifat-sifat   tersebut   adalah   kepadatan, laju perkembangan populasi, natalitas danmortalitas,   distribusi   umur,   potensi   biotik,   penyebaran   dan bentuk pertumbuhan.

1.      Laju Perkembangan Populasi

Laju   perkembangan   populasi   ditandai   dengan   adanya   perubahan   jumlah   populasi   disetiap waktu.   Perubahan   ini   biasanya   dipengaruhi   oleh   jumlah   kelahiran,   kematian   dan  migrasi.   Model eksponensial   merupakan   model   pertumbuhan   yang   sangat   sederhana.   Pada   model   ini   individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan seperti kompetisi dan keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi dapat dihitung jika banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui. Jeda waktu   untuk   populasi   merespon   terhadap perubahan   dalam   ketersediaan   sumberdaya dapat mempengaruhi laju tercapainya keseimbangan pada daya dukung. Dengan berkurangnya sumber daya, laju pertumbuhan populasi akan menurun dan akhirnya berhenti; pola ini disebut sebagai pola pertumbuhan logistik.

Tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.

Dalam   demografi   dan ekologi , tingkat   pertumbuhan   populasi (PGR=   Percentage   Growth) adalah tingkat di mana jumlah individu dalam suatu populasi meningkat dalam jangka waktu tertentu sebagai fraksi dari   populasi   awal. Secara   khusus,   PGR   biasanya   mengacu   pada   perubahan   dalam populasi selama periode waktu unit, sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah individu dalam populasi pada awal periode itu. Cara yang paling umum untuk mengekspresikan pertumbuhan populasi adalah sebagai persentase,  bukan sebagai tingkat. Perubahan dalam populasi selama periode satuan waktu dinyatakan sebagai persentase dari populasi pada awal periode waktu. Dengan Rumus:

Percentage Growth = Growth rate x 100%

Untuk  periode  waktu   kecil   dan  tingkat   pertumbuhan,   populasi   ditambahkan   adalah  tingkat pertumbuhan   dikalikan   dengan   jangka   waktu.   Sebuah   rasio   pertumbuhan   positif   (atau   tingkat) menunjukkan bahwa populasi meningkat, sementara rasio pertumbuhan negatif menunjukkan populasi menurun. Sebuah rasio pertumbuhan nol menunjukkan bahwa ada jumlah yang sama orang di dua kali - selisih   bersih   antara   kelahiran,   kematian   tingkat   pertumbuhan   mungkin   nol   bahkan   ketika   ada perubahan   signifikan  dalam tingkat  kelahiran,  tingkat  kematian,  tingkat   imigrasi,  dan  usia  distribusi antara  dua kali. Demikian  pula,  persen angka kematian =  jumlah  rata-rata  kematian dalam setahun untuk setiap 100 unit/individu dalam total populasi.

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Population_growth)

2.      Natalitas (Kelahiran)

Natalitas merupakan kemampuan suatu populasi untuk menambah jumlah anggotanya secara inheren/besar. Laju natalitas adalah sama dengan laju kelahiran dalam terminology ilmu kependudukan (demography). Natalitas maksimum adalah penambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi ideal (tidak ada faktor eksternal yang membatasi). Sedangkan natalitas ekologi adalah pertambahan jumlah anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya.

Natalitas biasanya dinyatakan sebagai laju yang diperoleh dengan membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan satuan waktu (dNt/dt, laju natalitas absolute) yang dapat juga dinyatakan dalam jumlah individu baru per-satuan waktu per-satuan populasi (dNt/Ndt) disebut natalitas spesifik). Untuk natalitas  dNn menunjukkan   jumlah  individu  baru  yang  ditambahkan kepada  populasi.   Laju  natalitas dapat nol (0) atau positip, tetapi tidak pernah negatif. Tetapi untuk laju pertumbuhan dN menunjukkan jumlah bersih penambahan atau pengurungan dalam populasi yang merupakan hasil bukan saja oleh natalitas tetapi juga oleh mortalitas, emigrasi. Jadi laju pertumbuhan mungkin negatip, nol atau positip karena   populasi   dapat   berkurang   atau   tetap   bertambah besar (Sumber: http://www.kamusbesar.com/26886/natalitas)

Angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan bayi yang lahir dari setiap 1000 populasi per tahun. Angka kelahiran pedet/anak dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:

1. Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran > 30 per tahun.2. Angka kelahiran dikatakan sedang jika angka kelahiran 20-30 per tahun.3. Angka  kelahiran dikatakan rendah jika angka kelahiran < 20 per tahun.

3.      Mortalitas

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per  1000  individu per   tahun,  hingga,   rata-rata mortalitas  sebesar  9.5  berarti pada populasi   100.000   terdapat   950   kematian   per   tahun.   Mortalitas   berbeda   dengan morbiditas yang 

merujuk   pada   jumlah   individual   yang   memiliki   penyakit   selama   periode   waktu tertentu. (Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas)

Angka kematian kasar adalah angka menunjukkan banyaknya per 1000 pupulasi pada pertengahan tahun tertentu, disuatu wilayah tertentu.

Rumus : CDR = D/P x K

(Dimana :  CDR = Crude Death Rate/Angka Kematian Kasar;  D =Jumlah kematian (death)  pada tahun tertentu; P = Jumlah populasi pada pertengahan tahun tertentu; K = Bilangan konstan 1000).

Definisi   mortalitas   tersebut   harus   diketahui,   untuk  mendapatkan   data  mortalitas   yang   benar. Mortalitas hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup atau keadaan mati selalu didahului dengan keadaan hidup. Oleh karena itu, harus dibedakan dengan Lahir hidup (live birth) dan Lahir mati (fetal death). Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seekor ternak secara lengkap tanpa memandang lamanya kebuntingan dan setelah perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum.

Lahir Mati (fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim induknya. Lahir mati dibedakan menjadi:

  Stillbirth (late fetal death) yaitu kematian yang terjadi pada janin yang berusia 20-28 minggu

  Aborsi yaitu kematian janin yang terjadi pada awal kebuntingan

Laju mortalitas adalah sama dengan laju kematian dalam demografi manusia/ternak. Mortalitas dapat   dibedakan   atas  mortalitas   fisiologik   dan   ekologik.  Mortalitas   fisiologik   adalah   pengurangan individu anggota populasi  dalam kondisi  yang  ideal.  Semua organisme dalam kondisi   ideal  sekalipun akan  mengalmi   kematian   sekalipun   dalam   umur   relatif   tua,   yang   secara   teoritis   ditentukan   oleh longivitas fisiologik. Sedangkan mortalitas ekologik adalah pengurangan individu anggota populasi dalam kondisi alam senyatanya. Angka kematian ini biasanya lebih besar dibandingkan dengan kematian dalam kondisi ideal dan bukan merupakan tetapan.

Umurnya   mortalitas   spesifik   dinyatakan   sebagai   persentase   yang   mati   dalam   waktu   yang tertentu dari populasi permulaan. Karena kita sering tertarik kepada organisme yang hidup dari pada mati,   maka   sering   mortalitas   ditunjukkan   dari   segi   kadar   (persentase) survival. (Sumber : http://lumele.blogspot.com/2009_01_01_archive.html)

Menurut  Organisasi   Kesehatan  Dunia   (WHO,   2000)  mendefinisikan   kematian   sebagai   suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat 

setelah kelahiran hidup. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen proses demografi yang berpengaruh terhadap struktur populasi selain fertilitas dan migrasi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan populasi, tetapi juga bisa dijadikan sebagai barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Kasus kematian terutama   dalam   jumlah   banyak   berkaitan   dengan  masalah   sosial,   ekonomi,   adat   istiadat  maupun masalah kesehatan lingkungan.

C.    Kesimpulan

Jika   sumber   daya melimpah,   populasi dapat   tumbuh   secara geometrik   atau eksponensial. Namun Lingkungan   membatasi   laju   perkembangan   populasi   dengan   mengubah   laju kelahiran dan kematian. Umumnya, organisme berukuran kecil  memiliki   laju penambahan per kapita yang   lebih  tinggi   dan   ukuran   populasi   yang   berubah-ubah,   sedangkan   organisme  berukuran   besar memiliki laju penambahan per kapita yang lebih rendah dan populasi yang relatif stabil.

D.    Daftar Pustaka

http://lumele.blogspot.com/2009_01_01_archive.html

http://www.kamusbesar.com/26886/natalitas

http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas

http://en.wikipedia.org/wiki/Population_growth)

Pemerintah  RI  dan  WHO,  2000.  Rencana  Aksi  Pangan  dan Gizi  Nasional  2001-2005,  Pemerintah  Republik Indonesia bekerjasama dengan World Health Organization, Agustus 2000.

Posted 7th November 2011 by Alexander Kaka

http://blogalexanderkakaspt.blogspot.com/2011/11/beberapa-karakteristik-atau-sifat-sifat.html

Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini

dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat

tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk

mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya

terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya

dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi

genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi. Contoh populasi :

         

                 Populasi Tumbuhan                                    Populasi hewan

Sumber: Anonymous 2010

           Penyebaran individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok, dan

kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan kelompok-

kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca yang

menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk

melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara

terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa terpisah

menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran yang

terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi geografis atau cuaca itu

menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan pertukaran informasi genetik,

maka antara kelompok yang satu dengan yang lain bisa terdapat variasi-variasi genetik

sebagai akibat seleksi alam yang terjadi di tempat masing-masing. Namun, jika ada

kejadian yang memungkinkan dua populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran

informasi genetik dapat berlangsung.

Populasi Lokal dan Ras Ekologi

            Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan secara genetika

terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi diantara anggota kelompok itu

sendiri. Kelompok organisma-organisma yang terisolasi tersebut biasanya disebut

”populasi lokal”. Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi,

pertukaran gena terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga

terjadi struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan

struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini

dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi terhadapnya, sehingga

menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang memberi kemungkinan

untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan berkembang dalam jumlah yang

semakin banyak jika dibandingkan dengan individu-individu yang tidak tahan.

            Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat teradaptasi terhadap suatu

lingkungan adalah dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya

melalui reproduksi seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan

individu-individu yang masing-masing berbeda dalam toleransinya terhadap

lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai kemampuan yang sangat baik

dalam toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata

anggota populasi lainnya. Dengan demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota

populasi mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal

terhadap kemarau yang panjang.

            Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama dan lamban

sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan

tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur gena merupakan cara dalam

mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan ini sebagai mekanisma

teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami. Dalam suatu kawasan yang secara

umum mempunyai kondisi yang relatif sama, populasi lokal dari species yang ada

berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang relatif

sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal lainnya (dari species

yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.

            Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras ekologi. Contoh yang

terkenal dari ras ekologi adalah di Skandinavia dimana terdapat dua populasi yang

secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang sama meskipun kedua populasi

ini mempunyai karakteristika yang berbeda. Populasi di daerah pegunungan

mempunyai karakteristika bentuk morfologi yang kerdil dan berbunga cepat,

sedangkan populasi di daerah pantai bentuk morfologinya tinggi tetapi berbunga

lambat. Orang semula memperkirakan bila individu dari populasi di pegunungan

dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai maka akan tumbuh dengan karakteristika

populasi pantai, demikian pula sebaliknya. Contoh-contoh lain biasanya akan

diketemukan pada daerah kontinental yang luas. Jadi suatu ras ekologi adalah juga

populasi lokal yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya.

            Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan yang luas berubah secara

teratur, maka adaptasi  genetikanya akan terjadi secara teratur pula, dan dengan

demikian sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang nyata seperti pada ras yang

terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang berurutan, yang memperlihatkan

keteraturan secara terus-menerus atau kontinu dalam sifat genetikanya sebagai

penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya. Populasi-populasi dari sekelompok

organisma-organisma dengan karakteristika yang berbeda secara teratur atau

berurutan ini disebut ekoklin. Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu species

dapat merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin. Dua pendekatan

dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang mendalami pertumbuhan

suatu populasi dan interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di

dalam pengaruh faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol.

Pendekatan lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species

dalam usaha untuk mempelajari genetika species sebagai penentu toleransinya

terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi

perbandingan. Pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada ekologi populasi.

Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu

peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Kerapatan populasi dapat dinyatakan

dalam: jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan dalam biomasa

persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu dengan ukuran

berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).

            Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya akan mengalami

perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian kecepatan

memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat ditentukan oleh

berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian, perpindahan masuk, dan

perpindahan keluar). Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh

kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung dalam

suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini

persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung oleh

organisma tersebut. Berbagai faktor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi ini,

yaitu: perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan faktor fisika dan

mungkin juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan jumlah

plankton yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut ”plankton bloom”.

Pengertian Ekotipe

Ekotipe adalah bagian dari populasi suatu jenis yang menunjukan ciri-ciri

morfologi kimia, atau fisiologi yang mantap dan agaknya diatur oleh faktor-faktor

genetika yang berkorelasi dengan keadaan ekologi tertentu. Ekotipe merupakan

bentuk genetik dari suatu jenis dalam suatu populasi sebagai hasil adaptasinya

terhadap lingkungan peralihan antara 2 atau lebih komunitas yang berbeda.

Komunitas disini biasanya lebih beranekaragam dibanding dengan komunitas yang

mengapitnya. Hal ini yang disebut dengan edge effect.

Ciri-Ciri Dasar Populasi

           Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang

dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang

merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang

berinteraksi satu dengan lainnya

1.ciri- ciri biologi

 Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara

lain :

a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan dan ada

pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)

b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi

tua  = senessens, dan mati)

c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan 

lingkungan

d. Mempunyai hereditas

e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan

ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif

dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk

meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.

2. ciri- ciri statistik

             Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan

pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu

sendiri, antara lain:

a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter

utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.

b. Sebaran (agihan, struktur) umur

c. Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)

d. Dispersi(sebaran individu intra populasi

Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan populasi kita harus

mengenal istilah-istilah yang dipakai, bahkan karena penelitian tentang populasi

menggunakan angka-angka, maka juga harus mengerti tentang matematika. Istilah-

istilah yang dimaksud misalnya yang dijumpai dalam mempelajari karakteristik

populasi.

2.3  Karakteristik populasi

1.    Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya

            Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan

satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah)

individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat

medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300

individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas

permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun) per daun.

Pengaruh populasi terhadap  komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung

kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya

atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn kerapatan kasar

dari kerapatan ekologi( kerapatanspesifik.

            Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total,

sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang

benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan afik (kutu

daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,

            Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk

kerapatan mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi( relatif). Pada penafsiran kerapatan

mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada penafsiran kerapatan

nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan menghasilkan suatu indeks

kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau kurang berlimpah).

            Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau

metode menggunakan sample (sampling).

A.    Kerapatan mutlak

             Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:

1.    Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)

Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah nyata

dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan kepada

daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera dan

binatang karang. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan  populasi hewan 

yang berjalan lambat, misalnya jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain

2.    Metode Sampling (cuplikan)

Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu

suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk

membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.

Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann dan

jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan metode-metode

statistik. Beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara lain:

A.  Metode kuadrat

Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar,

persegi enam, lingkaran dan sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah

menghitung semua individu dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan

mengekstrapolasikan harga rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.

B.  Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang

Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil

tiga asumsi pokok, yaitu: 1. individu- individu yang tidak bertanda maupun yang

bertanda ditangkap secara acak.2. individu- individu yang diberi tanda mengalami laju

mortalitas yang sama seperti yang tidak bertanda.3. tanda- tanda yang dikenakan pada

individu tidak hilang ataupun tidak tampak.

C.  Metode removal (pengambilan)

Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil.

Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai

berikut: 1. populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.2. peluang setiap

individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan adalah sama.3.

probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah

sama.

B.    Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)

Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :

·    Menggunakan perangkap

·    Menggunakan jala

·    Menghitung jumlah felet faeses

·   Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi bunyi

persatuan waktu

·    Tangkaan persatuan usaha

·    Jumlah artifakta

·    Daya makan

·    Kuesioner

·    Sensus tepi jalan

·    Umpan manusia

2.    Natalitas

            Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau untuk meningkatkan

jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu

melalui aktifitas perkembangan.

Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan waktu.

Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :

A.    fertilitas

tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi

rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak

yang dilahirkan.

B.    fekunditas

tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.

Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu: 1.natalitas maksimum= n. mutlak

(absolut)=n. 2. natalitas ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan

yang spesifik atau sesungguhnya.

3.    Mortalitas

Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis

yakni:

A.    mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu            

     dibawah kondisi lingkungan tertentu.

B.    mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan      

      yang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.

4.    Emigrasi, imigrasi dan migrasi.

 Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.

·    Emigrasi  : perpindahan keluar dari area suatu populasi.

·   Imigrasi   : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan  mengakibatkan

meningkatkan kerapatan

·   Migrasi   : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari

populasi.

5.    Distribusi Individu dalam Populasi

Distribusi individu dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola

penjarakan (pola penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu:

1.    Acak (Random)

 Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs

dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi

lingkungan bersifat seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya.

Dalam sebaran statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama

dengan rata-rata (x).

2.    Teratur (Seragam, unity):

Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi

persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi

penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat

di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di tunjukkan oleh varians

(s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x)

3.    Mengelompok (Teragregasi, Clumped)

Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan

itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-

lain. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih

besar dari rata-rata (x)

6.    Pertumbuhan Populasi

Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam

populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju

emigrasi.

Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan

eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan sigmoid (dengan

bentuk kurva S).

1.    Pertumbuhan Eksponensial

Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada

dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi

lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain

sebagainya. Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan

cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor

pembatas mulai berlaku mendadak.

2.    Pertumbuhan Sigmoid

Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula

meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga

mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun

lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya

yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya

mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat

populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa

populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi

daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal (kerapatan

jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh habitat tersebut.

1.4  Penyebaran Populasi

A.  Pengertian Jenis Endemik dan Kosmopolit

Endemik adalah Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh

organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau,

lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik

suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di

tempat lain( Anonymous, 2010 ).

Menurut pakar biologi dan ekologi, endemik atau endemis berarti eksklusif asli

pada suatu tempat (biota). Suatu jenis tumbuhan dikatakan endemik apabila

keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami.

Istilah ini biasanya diterapkan pada unit geografi suatu pulau atau kelompok pulau,

tetapi kadang - kadang dapat berupa negara, tipe habitat atau wilayah. Tumbuhan

yang hidup pada suatu kepulauan cenderung berkembang menjadi tipe atau jenis

endemik karena isolasi geografi. Jenis endemik adalah jenis yang ditemukan secara

eksklusif pada suatu lokasi yang memiliki sifat-sifat spesifik, misalnya tanah serpentin (

tanah yang morfologinya berasal dari batuan ). Sedangkan jenis kosmopolit merupakan

kebalikan dari jenis endemik. Artinya dapat ditemukan di tempat luas. Istilah endemik

biasanya digunakan untuk daerah yang secara geografi terisolasi. Sementara

kosmopolit adalah terdapat diberbagai tempat.

Endemik dan kosmopolit dalam ekologi erat kaitannya dengan flora dan fauna.

Khusus di ekologi tumbuhan berkaitan erat dengan flora. Banyak yang telah mengenal

tumbuhan endemik dan kosmopolit yang berada di Indonesia. Tumbuhan endemik

adalah merupakan tumbuhan yang penyebarannya terbatas di wilayah yang tidak

terlalu luas, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat.

Terdapat macam-macam tumbuhan endemik, antara lain :

      Tumbuhan endemik benua( ruang lingkup yang hanya terdapat di suatu benua)

      Tumbuhan endemik regional ( ditemukan dalam sub regional saja)

      Tumbuhan endemik lokal atau setempat ( hanya terdapat disuatu tempat saja misalnya

di Indonesia Bunga Raflesia arnoldi )

      Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang daerah distribusinya sempit atau hanya

terdapat di daerah tertentu, contohnya Cendana dan Raflesia arnoldi.

      Tumbuhan kosmopolit merupakan kelompok tumbuhan yang penyebarannya diseluruh

dunia. Tumbuhan kosmopolit ada tumbuhan yang daerah distribusinya luas atau

terdapat dimana-mana. Contohnya rumput dan lumut.

Penyebaran Jenis Endemik dan Kosmopolit. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persebaran jenis endemik dan kosmopolit. Seperti keadaan iklim yang

mencakup curah hujan, suhu, jenis tanah dan topografi. Curah hujan merupakan

komponen iklim yang penting bagi sebagian besar organisme, terutama tumbuhan.

Daerah tropis mempunyai curah hujan dan suhu udara yang tinggi sehingga memiliki

lebih banyak spesies tumbuhan dan hewan dari pada daerah iklim sedang atau lainnya.

Pada ekosistem laut, pembentukan komunitas dipengaruhi oleh faktor suhu, air,

cahaya matahari, salinitas, tekanan air dan bentuk dasar laut. Iklim merupakan faktor

utama yang menentukan tipe tanah maupun spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah

tersebut. Sebaliknya, jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis hewan dan

mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut.

Pada dasarnya iklim tergantung pada matahari. Matahari bertanggung jawab

tidak hanya untuk intensitas cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis, tetapi

juga untuk temperatur umumnya. Iklim tropis yang menerima cahaya matahari secara

vertikal selama setahun penuh, mempunyai temperatur yang tingginya hampir tetap.

Di daerah-daerah lainnya secara kasar temperatur berbeda-beda dalam kuatitas dan

intensitas cahaya matahari pada musim yang berbeda. Temperatur di suatu daerah

menentukan batas-batas yang keras terhadap jenis-jenis organisme yang dapat hidup

di daerah tersebut. Karena temperatur berubah-ubah baik di daerah ketinggian

(altituda) maupun garis lintang (latituda), maka daerah pegunungan cenderung

menunjukan suatu variasi ketinggian dalam vegetasi dari dasar ke puncak yang

serupa, seperti yang tampak bila mengadakan perjalanan pergi jauh ke arah utara

(kutub utara) atau ke arah selatan (kutub selatan) dari equator. Komponen lain yang

dapat menentukan organisme apa yang dapat hidup di suatu daerah adalah

kelembaban. Udara yang hangat menahan/ menyimpan kelembaban lebih banyak dari

pada udara dingin, dan pada saat udara menjadi dingin beberapa dari kelembaban

dapat memadat sebagai air hujan, salju atau embun. Udara yang di panas di equator

akan naik atau mengembang atau menyebar luas dan menjadi dingin pada saat naik

lebih tinggi di atmosfer. Hal ini membuat udara dingin melepaskan beberapa

kelembabannya dan menghsilkan hujan tropis. Udara bergerak terus dan akhirnya

turun masuk tanah lagi menjadi lebih hangat dan mengumpulkan lebih banyak

kelembaban.

Penurunan dari udara kering ini dapat menciptakan gurun yang luas di dunia.

Lebih jauh ke utara dan ke selatan digaris lintang iklim sedang. Curah hujan yang

banyak diperlukan untuk mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar,

sedangkan curah hujan yang lebih sedikit membantu komunitas yang di dominasi oleh

pohon-pohon yang lebih pendek, semak, belukar, rumput dan akhirnya kaktus atau

tumbuhan gurun lainnya. Dalam keadaan yang ekstrem, kekurangan curah hujan

mengakibatkan tidak ada tumbuhan sama sekali di daerah tersebut. Makin tinggi

curah hujan dan temperatur di suatu daerah (tanah), makin banyak dan makin besar

jumlah tumbuhan yang didukungnya. Dengan demikian iklim merupakan salah satu

faktor utama terbentuknya daerah-daerah persebaran bagi tumbuhan – tumbuhan

epifit dan kosmopolit.    

Keadaan dari iklim inilah menciptakan suatu lingkungan terestrial yang

cenderung berubah dalam suatu pola karakteristik. Perubahan ini terjadi bertahap dan

akhirnya membentuk zona – zona tertentu dan tersendiri, yang masing – masing zona

membentuk bioma. Bioma dapat diartikan sebagai macam komunitas utama yang

terdapat pada suatu daerah yang dapat dikenal berdasarkan kenampakannya. Di

dalam suatu bioma terdapat jenis – jenis dari tumbuhan endemik dan kosmopolit yang

mewarnai keaneka ragaman dalam suatu bioma. Ada berbagai bioma di dunia yaitu

bioma gurun, sabana, hutan hujan tropis, hutan gugur dan savana.

a)    Bioma Gurun

Bioma gurun dicirikan dengan kondisi iklim musim kering yang sangat ekstrim

dengan suhu udara yang tinggi. Bioma gurun ini tersebar di Amerika Utara yang

disebut praire, di Asia disebut steppa, Amerika Selatan disebut pampas, dan Afrika

Selatan disebut veld. Sesuai dengan kondisi alamnya, maka tidak semua jenis vegetasi

bisa tumbuh di gurun. Jenis vegetasi yang bisa bertahan hidup di daerah gurun antara

lain adalah kaktus, liliaceae, aloe, Kaktus saguora, dan cholla.

b)   Bioma Sabana

Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan

pepohonan. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan

menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.

- Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis

tumbuhan saja.

- Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dar campuran berjenis-jenis

pohon.

c) Bioma Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan merupakan bioma paling kompleks, jumlah dan jenis vegetasinya

sangat banyak dan bervariasi, keadaan itu disebabkan oleh iklim mikro ( iklim yang

sesuai untuk tumbuh tanaman ) yang sangat sesuai bagi kehidupan berbagai jenis

tumbuhan. Iklim hutan hujan tropis dicirikan dengan musim hujan yang panjang, suhu

udara, dan kelembapan udara tinggi. Terdapat beberapa lapisan vegetasi dalam hutan

hujan, yaitu sebagai berikut:

a) Lapisan vegetasi yang tingginya mencapai 35-42 m, dan daunnya

merupakan ”kanopi” (payung) bagi vegetasi dibawahnya.

b) Lapisan tertutup kanopi dengan ketinggian vegetasi berkisar 20-35 m, pada

lapisan ini sinar matahari masih bias menembus.

c) Lapisan tertutup kanopi berkisar 4–20 m, merupakan daerah kelembapan udara relatif

konstan.

d) Lapisan vegetasi dengan ketinggian berkisar 1-4 m.

e) Lapisan vegetasi dengan ketinggian antara 0-1 m, berupa anakan pohon serta

semak belukar.

           Bioma hutan hujan tropis tersebar di daerah antara 10º LU dan 10º LS,

termasuk di dalamnya Hutan Amazon (Amerika Tengah), Afrika Barat, Madagaskar

Timur, Asia Selatan (Indonesia dan Malaysia), dan Australia.

d)   Bioma Hutan Gugur

Ciri khas dari bioma ini adalah warna daun yang berwarna oranye keemasan.

Hal ini disebabkan karena pendeknya hari sehingga merangsang tanaman menarik

klorofil dari daun sehingga diisi pigment lain. Jenis vegetasi yang tumbuh adalah

quercus (oak), acer (maple), castanea dan lain-lain. Tersebar di Eropa Barat, Eropa

Tengah, Asia Timur (Korea dan Jepang) dan Timur Laut Amerika. Vegetasi jenis ini

hanya dapat ditemui di Benua Eropa serta Asia Timur, karena vegetasi ini hidup pada

kawasan subtropis dengan iklim semi selama enam bulan serta mengalami musim

gugur saat musim kering sampai musim dingin.

e)    Bioma Savana

Bioma savana beriklim asosiasi antara iklim tropis basah dan iklim kering yang

terbentang dari kawasan tropika sampai subtropik. Daerah tropika sampai subtropika

dengan curah hujan yang tidak teratur menyebabkan tanah di daerah tersebut

mempunyai tingkat kesuburan sangat rendah. Vegetasi yang tumbuh adalah rumput-

rumputan, seperti gramineae jenis rumput yang hidup sepanjang tahun dengan

ketinggian rumput mencapai 2,5 m lebih. Bioma ini tersebar di Afrika Timur, Amerika

Tengah, Australia, dan Asia Timur. Indonesia memiliki 2 bioma yaitu bioma hutan

hujan tropis dan savanna. Dimana banyak terdapat tumbuhan endemik dan kosmopolit.

Di bioma hutan hujan tropis sendiri banyak di ketemukan tumbuhan endemik

yang hanya dapat tumbuh di Indonsia misalnya saja:

1. Bunga bangkai (Amorphophalus titanum) di Sumatera

2. Rafflesia arnoldi di Sumatra

3. Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) di Kalimantan

4. Kayu Eboni (Diospyros sp) di Sulawesi

5. Kayu Cendana (Santalum album) di Nusa Tenggara

6. Sagu (Metroxylon sagu) di Papua

7. Matoa (Pometia pinnata)

8. Rafflesia borneensis di Kalimantan

9. Rafflesia cilliata di Kalimantan Timur

10. Rafflesia horsfilldii di Jawa

11. Rafflesia patma di Nusa Kambangan dan Pangandaran

12. Sawo Kecik (Manilkara Kauki) Di Jawa

13. Bambu manggong (Gigantochloa manggong) di Jawa

14. Ketapang (Terminalia cattapa)

Saat ini, jumlah tumbuhan endemik di Indonesia khususnya telah mengalami

kepunahan maka dari itu perlu dilakukan beberapa cara seperti melakukan

perlindungan–perlindungan pada tanaman endemik. Beberapa cara tersebut adalah :

1.Mendirikan cagar alam untuk melindungi tumbuhan endemic

2.Penguatan upaya pemerintah melindungi tumbuhan endemic

3.Memperbanyak spesies tumbuhan endemik misalnya dengan cara kultur jaringan

4.Sosialisasi pada masyarakat akan pentingnya melindungi tumbuhan endemic

1.5  Pola Penyebaran Individu Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran

populasi

1.5.1 Penyebaran populasi

Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relative terhadap yang

lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi

bias bermacam–macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :

enyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok

(Rahardjanto, 2001)

Penyebaran secara teratur (regular dispersion) dengan individu – individu yang

kurang lebih berjarak sama satu dengan yang lain, jarang terdapat di alam, tetapi

umumnya di dalam suatu ekosistem yang dikelola, dan disini tanaman atau pohon

memang sengaja datur seperti itu yaitu jarak yang sama untuk menghasilkan produk

yang optimal (Setiono, 1999).

Penyebaran acak (random dispersion) juga sangat jarang terjadi dialam.

Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkunganya sangat seragam

unuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat – sifat untuk

berkelompok dai organisme tersebut,, dalam tumbuhan ada bentuk – bentuk organ

tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan (Azhari, 2007).

Penyebaran secara merata, umum terdapat padaa tumbuhan. Penyebaran

seacam ini terjadi apabila adapersaingan yang kuat diantara individu – individu dalam

populasi tersebut. Pada tumuhan misalnya untuk mendapatkan nutrisi dan ruang

(Lestari, 2001).

Penyebaran secara berkelompok (clumped dispersion) dengan individu –

individu yang bergerombol dalam kelompok – kelompok adalah yang paling umum

terdapat dialam, terutama untuk hewan (Hastuti, 2007).

Krebs, S.J. 1989. Ekofarming. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Lestari, P. 2001. Fraksional POOL Bahan Organik Tanah Labil Pada Lahan Hutan dan

Lahan Deforestasi. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia Volume 3 No 2, 2001. Hal

75 – 83.

Margian, Wolf. 1988. General Ecology. Saunders College Pub. New York.

Pratiwi, D.A dkk. 2007. Biologi SMA. Erlangga: Jakarta

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur – No.01 / Th.I /

Maret 2002.

Rifqi, MA. Ekologi Dasar; Keterbatasan, Komunitas, Nich, dan Suksesi.

Setiono, Djoko. 1999. Keberadaan Taman Nasional Baluran Terancam Acacia Nilotica

(Akasia Duri). Jurnal Nasional Taman Baluran Vol 5 No 14, 1999. Hal 45 – 58.

Anonymous. 2010 .http://biologimanzapo.blogspot.com/2010/02/reproduksi pada-

tumbuhan.html ( 17 Oktober 2010 )

Anonymous. 2010. http://blog.unila.ac.id/istafada/2010/05/24/120/comment-page-1/       ( 17

Oktober 2010 )

Anonymous. 2010. http://iwandrsgeo81.wordpress.com/ ( 17 Oktober 2010 )

Anonymous. 2010. http://riyn.multiply.com/journal/item/15( 23 Oktober 2010 )

Anonymous. 2010. http://tedbio.multiply.com/journal/item/29/Biogeografi(23Oktober

2010 )

Anonymous. 2010. http://zogakurniawan.blogspot.com/2010/02/macam-macam-bioma-di-

dunia.html( diakses 17 Oktober 2010 )

Dinamika Populasi

Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu

berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal

adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan

mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).

 Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:

a.       Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.

b.      Perubahan jumlah individu dalam populasi.

c.       Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan

jumlah individu dalam populasi.

d.      Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.

http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/12/dinamika-populasi.html

Dinamika populasi adalah konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta parameter perubahan yaitu pendugaan pertumbuhan, rekuitmen, mortalitas alami dan penangkapan (Syafril, 2012)